1453 3503 1 SM
1453 3503 1 SM
1453 3503 1 SM
1 ISSN 1979-8911
ABSTRAK
Cacing sutra adalah salah satu jenis pakan hidup yang disenangi karena
mempunyai kandungan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan larva ikan.
Media hidup cacing sutera terdiri dari lumpur dan bahan organik. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan media kultur dengan
fermentasi kotoran ayam terhadap biomassa dan populasi cacing sutera.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei bertempat di kebun Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Cacing digunakan adalah cacing sutera berukuran 1,4-2,3 cm. Jumlah cacing
yang ditebar 10 gram untuk luasan 0,091 m2 dan debit air 0,35 l/menit.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan dan 5 kali ulangan.
Perlakuan P0 (tanpa pemupukan), P1 (Fermentasi kotoran ayam 75g/ 20 hari), P2
(150g/20 hari), P3 (225g/ 20 hari) dan P4 (300g/ 20 hari). Hasil penelitian
menunjukan bahwa penambahan pupuk fermentasi kotoran ayam memberikan
pengaruh nyata (p<0,05) terhadap populasi dan biomassa cacing Tubifex
tubifex. Populasi dan biomassa tertinggi terdapat pada perlakuan P2 4013 ind/m2
dengan biomassa yaitu 17,32 gram yang dicapai pada hari ke-20 Berdasarkan
hasil, dapat disimpulkan bahwa fermentasi kotoran ayam dapat meningkatkan
populasi dan biomassa dari cacing Tubifex tubifex.
16
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
dengan kuantitas dan kualitas yang Produksi cacing sutra saat ini
baik. Guna memenuhi hal tersebut masih didominasi dari hasil
maka harus ditunjang dengan tangkapan di alam, sedangkan
ketersediaan pakan alami yang permintaan kebutuhan akan cacing
cukup terutama sebagai pakan saat sutera cukup tinggi. Ketersediaan
larva habis kuning telurnya (yolk cacing sutera di alam tidak
egg) (Suharyadi, 2014). tersedia sepanjang tahun,
Pakan alami yang digemari oleh khususnya pada musim hujan,
ikan adalah cacing sutra karena karena cacing sutera di alam
memiliki kandungan protein yang terbawa oleh arus deras akibat
cukup tinggi yaitu mencapai 52,49 curah hujan yang tinggi
% (Meilisza, 2003). (Hadiroseyani et al.,2007).
Menurut Sumaryam (2000), cacing Pemberian fermentasi kotoran
sutra mempunyai peranan yang ayam dalam budidaya cacing sutera
penting karena mampu memacu bertujuan untuk menambah sumber
pertumbuhan ikan lebih cepat makanan baru pada media
dibandingkan pakan alami lain pemeliharaan cacing sutra. Pada
seperti kutu air (Daphnia sp. atau pemupukkan kotoran ayam juga
Moina sp.), hal ini disebabkan dilakukan fermentasi kotoran ayam.
cacing sutra mempunyai kelebihan Hal ini dilakukan karena fermentasi
dalam hal nutrisinya. Sulmartiwi et dapat memperbaiki kualitas pupuk.
al., (2003) menambahkan bahwa Fermentasi dapat meningkatkan
cacing Tubifex tubifex memiliki nilai rasio C/N. Kotoran ayam
kandungan gizi yang cukup baik difermentasi dengan EM-4 yaitu
yaitu protein (57%), lemak (13,3%), Effective Microorganisms-4 biasa
serat kasar (2,04%), kadar abu disingkat EM-4 adalah suatu kultur
(3,6%) dan air (87,7%). Selain itu, campuran beberapa mikroorganisme
cacing ini juga mengandung pigmen yang dapat digunakan sebagai
karotenoid yang mampu inokulan mikroba yang berfungsi
meningkatkan ketajaman warna bagi sebagai alat pengendali biologis.
ikan hias. Mikroorganisme tersebut berfungsi
dalam lingkungan hidup yaitu
17
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
sebagai penekan dan pengendali pada bulan April sampai bulan Mei
perkembangan hama dan penyakit. 2015.
EM-4 mengandung beberapa 2.2 Alat
mikroorganisme utama yaitu bakteri Alat-alat yang digunakan adalah
fotosintetik, bakteri asam laktat, kotak plastik berukuran 34 x 27 x 12
Ragi (yeast), Actinomycetes dan cm3, filter pump, selang, pengatur
jamur fermentasi. EM4 adalah salah debit air, thermometer, timbangan
satu jenis aktivator yang terdiri digital, DO meter amonia testkit. pH
dari enzim dan mikro organisme pen, lem PVC isolasi dan tong besar
yang dapat mempercepat proses untuk fermentasi kotoran ayam dan
pengomposan, memperbaiki limbah sayuran.
kesehatan dan kualitas tanah. 2.3 Bahan
Menurut Tahapari (2010), bahwa Bahan yang digunakan dalam
EM4 mengandung sebagian besar penelitian ini adalah Tubifex tubifex,
genus lactobacillus, ragi, bakteri Fermentasi dengan menggunakan
fotosintetik, actinomycetes dan EM4, kotoran ayam dan lumpur
jamur pengurai selulose. Dari kolam. Kotoran ayam diperoleh dari
pemaparan diatas maka dilakukan peternakan ayam milik warga di
penelitian mengenai pengaruh sekitar kampus UIN Sunan Gunung
pemupukkan fermentasi kotoran Djati Bandung sedangkan Tubifex
ayam terhadap populasi dan biomasa tubifex diperoleh dari Pusat
cacing Tubifex tubifex. Pelatihan Mandiri Kelautan dan
Perikanan (P2MKP) Tunas Mina
2. Metodologi Lestari Ciparay Bandung.
2.1 Waktu dan Tempat 2.4 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Metode penelitian yang
Kebun Fakultas Sains dan Teknologi digunakan adalah metode
Universitas Islam Negeri Sunan eksperimental menggunakan
Gunung Djati Bandung dan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pengujian kadar rasio C/N dilakukan dengan 4 perlakuan dosis
di Laboratorium Kimia organik pemupukan dan 4 ulangan, yaitu :
Universitas Padjajaran Jatinangor
18
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
19
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
20
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
21
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
22
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
Biomassa (gram)
14 P0=0g
dari perubahan warna dan 12
10 P1=75 g
peningkatan populasi pada wadah 8
6
kultur. Peningkatan jumlah 4 P2=150 g
2
individu pada hari ke-10 0 P3=225 g
dikarenakan telur atau kokon 0 5 10 15 20
Masa pemeliharaan (hari) P4=300 g
yang dihasilkan oleh cacing
dewasa setelah penebaran bibit
Pada Gambar Terlihat bahwa
mulai menetas menjadi cacing
biomassa tertinggi diperoleh pada
muda. Menurut Lobo (2011),
perlakuan P2 yaitu 17,32 gram.
waktu yang dibutuhkan selama
Dilanjutkan dengan P1 yaitu 13,88
perkembangan embrio, mulai dari
gram. Pada perlakuan P3 terjadi
telur hingga cacing muda yang
peningkatan biomassa dari hari ke-5
baru keluar dari kepompongnya
dan hari ke-10 selanjutnya terjadi
sekitar 10-12 hari, dengan suhu
penurunan pada hari ke-15 sampai
24oC. sedangkan siklus hidup
hari ke-20. Tapi penurunannya tidak
mulai dari penetasan hingga
terlalu drastis dibandingkan dengan
dewasa dan meletakkan kokonnya
perlakuan P4 selama 20 hari tidak
yang pertama membutuhkan waktu
begitu terjadi pertambahan biomassa
40-45 hari, sehingga siklus hidup
yang signifikan. Biomassa pada
dari telur menetas hingga menjadi
perlakuan P4 ini terus terjadi
dewasa dan bertelur kembali
penurunan sampai hari ke-20.
membutuhkan waktu 50-57 hari.
Pekembangan biomassa selama 20
b. Perkembangan Biomassa Cacing
hari dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tubifex tubifex selama 20 hari
Pemberian pupuk yang
pengamatan
berbeda dosis berpengaruh terhadap
Pengaruh pemberian dosis
biomassa cacing sutra. Dapat dilihat
yang berbeda terhadap biomassa
pada gambar diatas biomassa
cacing selama 20 hari pemeliharaan
tertinggi diperoleh pada perlakuan
dapat dilihat pada Gambar 3.
P2 yaitu 17,32 gram. Hal ini
23
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
24
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
25
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
26
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
2.5
normal. Begitu juga dengan
2 P1
perlakuan 4, nilai DO atau oksigen
1.5 P2
terlarut berada dibawah kisaran
P3
1
batas normal, nilai pH dan kadar P4
0.5
amonia berada diatas kisaran batas
0
normal. 5 10 15 20
Proses respirasi oksigen masa pemeliharaan (hari)
27
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
28
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
29
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
30
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
31
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
32
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
33
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
34
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
35
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1 ISSN 1979-8911
36