Anda di halaman 1dari 8

TUTURAN PERMINTAAN PADA RAGAM BAHASA ANAK DALAM

BAHASA JEPANG

(tinjauan Sosiolinguistik)

Oleh Iin Marlinda1

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji mengenai Tuturan permintaan anak dalam bahasa


Jepang. Sesuai dengan latar belakang masalah, penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan dan mengkaji bagaimana tuturan permintaan anak antara umur
6-12 tahun, antar anak kepada orang tua, dan anak dan dengan teman sebaya.
Teori yang digunakan berupa teori Sosiolinguistik yang mengkaji hubungan
antara penutur dan lawan tutur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif. Data diambil dari ragam tulis berupa novel dan komik. Hasil Penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa tuturan permintaan anak yang dipakai dalam usia 6-
12 tahun memakai bentuk biasa atau futsukei. Tuturan permintaan anak ditandai
dengan situasi nonformal pada umumnya.

Kata kunci : Tindak Tutur, Bahasa Anak, Permintaan, Futsukei,

                                                                                                                       
1
 Penulis adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Jepang, lulus
tahun 2012  

  ii  
 

ABSTRACT

This study examines the demand for child speech in Japanese language.
According to background problems, this study aims to describe and examine how
the narrative demands of children between the ages of 6-12 years, take their
children to the elderly, and children and with peers. Theory used in the form of a
sociolinguistic theory that examines the relationship between the narrator and the
opponents said. The methode used is descriptive method. Data taken from a
variety of writing a novel and comics. The results of this study can be concluded
that the speech used in the demand for children aged 6-12 years on regular shape
or futsukei. Child's speech is marked by the demand in general non-formal
situations.

Keywords: Speech Acts, Children language, demand, request, futsukei.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan manusia memerlukan waktu yang lama


dan panjang serta terdiri atas fase-fase yang memiliki ciri-ciri tersendiri. Di antara
fase-fase itu, fase pertumbuhan awal atau tingkat pertumbuhan anak-anak
merupakan fase yang perlu mendapat perhatian karena mempunyai arti penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia pada masa selanjutnya.

salah satu keunikan bahasa Jepang lainnya yang penulis temukan selama
pembelajaran adalah terdapat ungkapan-ungkapan ekspresi yang beragam.
Menurut Mizutani (1983 : 27) hyougen dibagi 10 kelompok, salah satunya adalah
meirei to irai hyougen (命令と依頼表現)yaitu ekspresi yang menyatakan
perintah dan permintaan kepada orang lain, agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu.

  ii  
Ragam bahasa anak pada bentuk permohonan atau permintaan bentuk
choudai banyak dipakai oleh anak-anak perempuan. Bentuk choudai adalah versi
santainya dari kudasai. Karena pada dasarnya seorang anak sering meminta
sesuatu hal pada orang tua ataupun pada orang lain yang lebih dewasa atau kepada
sesama. Penulis memilih tema “Ragam Bahasa Anak”, karena ragam bahasa anak
sangat menarik sekali untuk dikaji atau diteliti. Anak-anak biasanya lebih
menggunakan ragam bahasa futsukei atau bentuk biasa. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan “Tuturan Permintaan pada Ragam Bahasa Anak dalam
Bahasa Jepang”.

PEMBAHASAN

Secara gramatikal, maca-macam bentuk permohonan yang bermakna


permohonan terhadap lawan bicara, seperti ~てくれませんか (~tekuremasenka),
~ て も ら え ま せ ん か (~temoraemasenka), dan ~ て く だ さ い (~tekudasai).
Biasanya anak-anak selalu menggunakan ~ て ち ょ う だ い ( ~techoudai).
Bermacam-macam bentuk variasinya dari ragam bahasa standar sampai ragam
bahasa hormat.
Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin, yaitu sosiologi dan
linguistik. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial, termasuk di
dalamnya perubahan-perubahan sosial. sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
kemasyarakatan yang kategoris, murni, abstrak, bernuansa memberi pengertian-
pengertian umum, rasional dan empiris serta bersifat umum (Soekanto: 1982).
社会言語学:言語の一部門。社会階級や男女差などにより言語の違い、言
語と社会との関係などを研究する部門。

Shakai gengogaku : gengo no ichi bumon. Shakai kaiyuu ya danjo sa nado ni yori
gengo no chigai, gengo to shakai to no kankei nado o kenkyuu suru bumon.

‘Sosiolinguistik merupakan salah satu bagian atau cabang ilmu linguistik. Ilmu
yang meneliti perbedaan bahasa dan aksi bahasa berdasarkan kondisi, kedudukan,

  ii  
perbedaan jenis kelamin masyarakat pemakai bahasa. Ilmu yang mempelajari
bahasa berdasarkan fenomena masyarakat.’
(Shinmura,1969:1109)

社会言語学は、社会の中で生きる人間、乃至その集団とのかかわりにおい
て各言語現象あるいは言語運用をとらえようとする学問である。

Shakai Gengoku wa, shakai no naka de ikiru ningen, naishi sono shuudan to no
kakawari ni oite kakugengogenshou arui wa gengounyou wo toraeyou to suru
gakumon de aru.

‘Sosiolinguistik merupakan studi yang meneliti tentang beragam fenomena bahasa


atau penggunaan bahasa dalam hubungannya manusia yang hidup dalam
masyarakat atau dalam suatu kelompok tertentu.’
(Sanada, 1995:9)

Mizutani (1983 : 27) membagi hyougen menjadi sepuluh kelompok.


Hyougen yang disebutkan Mizutani adalah hyogen-hyougen yang sering dipakai
oleh masyarakat Jepang untuk percakapan lisan sehingga dia menyebutnya
hanashi kotoba yang berati kata-kata lisan. Hyougen seperti ini sulit dicari
padanan katanya dalam bahasa Indonesia.

Contoh:

1. Tuturan Permintaan Ragam Bahasa Anak antara Umur 6 sampai 12 tahun.

Situasi : Nobita Seorang anak laki-laki kelas 5 Sekolah Dasar yang


berumur 11 tahun meminta kepada sang ibu apakah bahan plastik kreseknya boleh
diberikan kepadanya untuk dibuat mainan parasut dan ibunya hanya menjawab
nobita dengan mengangguk dan tersenyum karena sibuk menjahit.

5. (2) のび太 :このビニールいらないのなら、ちょうだい。

Nobita : Kono biniiru iranai no nara, choudai.

‘Nobita : Jika ibu tidak memakai plastik kresek ini buat aku ya.

( Doraemon 26, 1983:91 )

  ii  
Pada contoh (2) Nobita meminta plastik kresek kepada ibunya untuk membuat
mainan parasut dari plastik kresek. Dalam situasi ini mengungkapkan keinginan
Nobita untuk membuat mainan tradisional dari plastik kresek tersebut. Penutur
dan lawan tutur adalah orang yang memiliki hubungan kekeluargaan yang sangat
dekat, yaitu anak dan ibu. Bentuk Permintaan anak yang dipakai penutur adalah
choudai karena penutur memiliki hubungan yang sangat dekat dengan lawan tutur
jadi memakai bentuk biasa atau nonformal, dan digunakan dalam situasi
nonformal.

2. Tuturan Permintaan Anak kepada Orangtua

Situasi : Seorang anak yang meminta sesuatu makhluk hidup untuk


dipeliharanya. Ayahnya yang sudah tahu watak anaknya yang tidak dapat
bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Maruko yang berjanji akan menjaga dan
merawat makhluk hidup peliharaannya tersebut dengan baik.

19. (30)まる子 :お父さん一生のお願いブンチョウかってえ。

Maruko : Otousan isshou no onegai bunchou kattee.

‘Maruko : Ayah ini permintaan aku seumur hidup tolong belikan


aku burung bunchou ya.

お父さん : フン。しつこいぞ。

Otousan : Fun. Shitsukoizo.

‘Ayah : Ah. Dasar keras kepala.

( Chibi Marukochan 4, 1989:32 )

Situasi pada contoh (30) adalah nonformal. Seorang anak dan ayahnya yang
memiliki hubungan keluarga yang dekat meskipun perbedaan usia yang cukup
jauh. Ungkapan onegai bisa diucapkan kepada orang yang memiliki hubungan

  ii  
kekeluargaan yang dekat atau akrab dengan penutur, meskipun usia lawan tutur
lebih tua dengan penutur, dan dalam situasi nonformal.

3. Tuturan Permintaan Anak Antar Teman Sebaya

Situasi : Miiko adalah seorang siswa sekolah dasar yang tiba-tiba


mempunyai keinginan untuk menjadi pekerja paruh waktu. Miiko meminta
pekerjaan kepada Tappei untuk bekerja paruh waktu di toko milik ibunya. Tappei
kaget karena permintaan Miiko yang aneh sekali untuk pada seusianya.

26. (33)みい子 :ねーあたしバイトにやとってもらえない。

Miiko : Nee atashi baito ni ya totte moraenai?

‘Miiko : Bisa tolong berikan pekerjaan paruh waktu untukku


tidak?

( Miiko desu! 1, 2002:107 )

Pada situasi (33) diucapkan oleh seorang anak kepada teman sekelasnya. Penutur
dan lawan tutur mempunyai umur yang sama, dan diucapkan dalam situasi
nonformal. Bentuk ungkapan yang digunakan penutur adalah bentuk biasa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dari tuturan permintaan anak dapat ditarik
simpulan sebagai berikut :

1. Tuturan permintaan anak yang ditandai dengan usia antara 6


sampai dengan 12 tahun adalah tuturan anak yang memakai ragam
bahasa biasa atau futsukei. Tuturan permintaan anak yang ditandai
usia 6 sampai dengan 12 tahun pada umumnya meminta pada
situasi nonformal. Ungkapan permintaan anak antara umur 6

  ii  
sampai dengan 12 tahun juga masih memakai bahasa anak yang
standar dalam bahasa Jepang. Tuturan permintaan anak antar
teman seusianya memakai ragam bahasa anak pada seusianya dan
belum banyak kosakata yang didapat dalam lingkungan sekolah
dan lingkungan rumah. Beda dengan tuturan permintaan anak antar
sekolah tingkat bawah dan tingkat atas yang lebih banyak lagi
variasinya.

2. Tuturan permintaan anak kepada orang tua masih memakai


ungkapan dalam bentuk ragam bahasa hormat namun santai dan
tidak selalu memakai ragam bahasa yang baku dalam tata bahasa
Jepang. Ungkapan permintaan anak kepada orang tua selalu
ditandai dengan bentuk choudai jika anak-anak meminta uang
kepada orang yang lebih dewasa atau kepada ibu ataupun ayah
mereka. Situasi dalam tuturan pemintaan anak kepada orangtua
selalu dalam situasi formal dan informal.

3. Tuturan permintaan anak kepada teman sebayanya selalu ditandai


dengan bentuk ragam bahasa biasa yang dipakai untuk meminta
kepada teman seusianya dan diucapkan dalam situasi nonformal.
Tuturan permintaan anak antar usia sebayanya selalu diucapkan
dalam keadaan meminta tolong tentang apa saja yang anak
inginkan. Tuturan permintaan anak antar teman seusianya memakai
ragam bahasa anak pada seusianya dan belum banyak kosakata
yang didapat dalam lingkungan sekolah dan rumah.

  ii  
DAFTAR SUMBER

Alwasilah, Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa

Fujio, F Fujiko. 1983. Doraemon 13 dan 26. Tokyo: Shogakukan

Mizutani, Osamu.1983. Hanashi Kotoba no Hyougen. Tokyo: The Japan Times

Momoko, Sakura. 1989. Chibi Marukochan volume 1-5. Tokyo: Shueisha

Sanada, Shinji. 1992. Shakai Gengogaku. Tokyo: Oufu

Sumarsono. 2002. Sosiolinguistil. Yogyakarta: SABDA

Tsujimura, Natsuko. 1996. An Introduction To Japanese Linguistics. Amerika

Serikat: Blackwell

  ii  

Anda mungkin juga menyukai