Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM POLITIK INDONESIA


“EKONOMI POLITIK DI INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU
Dr. Adji Suradji Muhammad, S.Sos, M.Si

DISUSUN OLEH
Lili Pranola
NIM : 190563201033

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Ekonomi politik di Indonesia ini saya buat dalam bentuk makalah.
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui mengenai situasi dan kondisi
ekonomi politik di Indonesia.
Saya juga menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun akan selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Atas
perhatian dan kesempatan yang telah diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Tanjungpinang, 13 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Ekonomi Politik.......................................................................3
2.2 Sejarah Ekonomi Politik............................................................................4
2.3 Ekonomi Politik di Indonesia....................................................................7
BAB 3 PENUTUP................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa sebuah negara memiliki sistem ekonomi
politik yang dijalankan di negaranya. Ekonomi dan politik adalah dua unsur
yang berbeda di dalam sebuah negara. Meskipun berbeda, namun kedua unsur
tersebut memiliki keterkaitan antara satu sama lain.
Secara umum, ekonomi bisa diartikan sebagai suatu ilmu yang
berhubungan dengan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Ilmu
ekonomi adalah sebuah cabang ilmu yang merujuk pada berbagai asas-asas
produksi, distribusi, dan pemakaian barang atau kekayaan. Kekayaan yang
dimaksud disini adalah uang, perindustrian, dan kegiatan perdagangan. Serta
mencakup hal-hal mengenai pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan
sebagainya yang berharga.
Sedangkan politik adalah adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan
secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Disamping itu, politik juga
dapat dilihat dari sudut pandang berbeda. Pendapat lain mengemukakan
bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama1.
Selanjutnya, hubungan antara ilmu ekonomi dan ilmu politik terintegrasi
dalam ilmu ekonomi politik. Ilmu ekonomi politik adalah bagian dari ilmu
sosial yang berbasis pada dua subdisiplin ilmu, yakni politik dan ekonomi2.
Ilmu ini mengkaji dua jenis ilmu yakni ilmu politik dan ilmu ekonomi yang
digabungkan menjadi satu kajian ilmu ekonomi politik.
Tentu saja kita sebagai warga negara Indonesia yang baik hendaknya
mengetahui bagaimana sistem ekonomi politik yang dilaksanakan di
Indonesia. Selain itu juga untuk menambah wawasan mengenai sistem
ekonomi politik yang dijalankan oleh negara kita. Penjelasan lebih lanjut

1
Teori klasik Aristoteles
2
Rachbini, Didick J, Ekonomi Politik : Paradigma dan Teori Pilihan Publik (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2002)

1
mengenai ekonomi politik di Indonesia akan saya bahas lebih dalam di
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka didapatkan
rumusan masalah “ Bagaimana sistem ekonomi politik di Indonesia?”

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk mengetahui bagaimana sistem ekonomi politik di Indonesia

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekonomi Politik
Ekonomi politik adalah ilmu sekaligus pendekatan yang bersifat
multidisiplin dalam ilmu sosial yang berbasis pada dua sub disiplin, yakni
ekonomi dan politik. Pendapat lain juga mengemukakan bahwa Ekonomi
politik merupakan suatu unsur atau elemen dan rasionalisasi kekuatan politik
dalam melaksanakan rencana-rencana aplikasi itu sendiri untuk mencapai
sasaran yang dikehendaki3.
Pendekatan ekonomi politik akan sangat banyak berbicara tentang konflik,
dimana kerangka konseptual untuk analisisnya banyak disumbangkan dengan
sosiologi. Ekonomi politik juga akan sangat sulit sekali mengesampingkan
pendekatan sejarah karena sulit mengesampingkan proses sosial yang
kompleks dan panjang dalam sejarah.
Sub disiplin pertama dari ekonomi politik adalah ilmu politik. Ilmu politik
adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, yang
menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem itu dan melaksanakan
tujuan tersebut4.
Konsep pokok dalam ilmu politik adalah negara, kekuasaan, pengambilan
keputusan, kebijakan, dan alokasi distribusi5. Konflik politik adalah
manifestasi dari ketidakpuasan terhadap pembagian kekuasaan atau cara
penggunaan kekuasaan6.
Sub disiplin selanjutnya dari ekonomi politik, adalah ilmu ekonomi. Ilmu
ekonomi mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan
pilihan untuk menggunakan sumber daya yang langka dalam usaha
meningkatkan kualitas hidupnya7. Ilmu ekonomi, dibagi menjadi dua yaitu

3
Rachmat Hidayat, MPA. Istilah dan Pengertian Ekonomi Politik 1 dan 2 ,(Fisip Universitas
Jember)
4
Miriam Buriarjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004),
hlm.8.
5
Ibid., hlm.9.
6
A. A. Chaniago, Pengantar : Mengenal Ekonomi Politik
7
M.d. Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi : Mikroekonomi dan Makroekonomi (Jakarta : FEUI,
2004)

3
makro ekonomi (proses ekonomi keseluruhan dan hasil agregat yang
dicapainya dalam level negara) dan mikro ekonomi (proses ekonomi yang
terjadi di tingkat individu, pribadi, perorangan, rumah tangga atau
perusahaan).
Hubungan antara ilmu ekonomi dan ilmu politik terintegrasi dalam
ekonomi politik. Kajian perspektif dari ekonomi politik, salah satunya adalah
dengan melakukan upaya mengukur motif berpolitik dengan menggunakan
indikator politik dan ekonomi sekaligus. Ekonomi, baik mikro maupun
makro, tidak dapat terlepas dari masalah politik. Terdapat dua pemikiran
dalam mengkaji ekonomi politik, asumsi rasional, mengasumsikan bahwa
seseorang yang memutuskan pilihan politik didasari oleh keinginan
memaksimalkan kepuasannya dengan menggunakan logika perilaku individu
menurut teori ekonomi pasar dan mazhab liberalisme.
Selanjutnya adalah asumsi teoritis, yaitu tindakan manusia banyak
ditentukan oleh kondisi diluar dirinya, seperti tuntutan kolektif, Sistem
budaya yang kurang rasional, atau karena kendali struktur. Namun perlu
diperhatikan, bahwa istilah new political economy adalah pendekatan yang
memperlihatkan ciri khusus untuk membedakannya dengan pendekatan lain
dalam ekonomi politik. Jadi, pendekatan ini bukanlah bentuk ilmu baru dari
ilmu ekonomi politik.
2.2 Sejarah Ekonomi Politik
Ekonomi-politik adalah terjemahan dari political economy sebagai sebutan
dari ilmu ekonomi sejak abad 17 hingga akhir abad 19. Kemudian sebutan itu
diganti dengan istilah economics atau ilmu ekonomi yang konvensional.
Istilah pertama adalah wacana perekonomian, terutama di Eropa Barat pada
zaman mazhab Merkantilisme, Phisiokrat dan mazhab Klasik yang dimulai
oleh Adam Smith. Dengan bukunya yang berjudul The Wealth of Nation
(1776), ilmu ekonomi dianggap lahir.
Ilmu ekonomi mulai digunakan pada masa neoklasik yang dipelopori oleh
Stanley Jevons, Karl Menger, dan Alfred Marshall. Namun kesemuanya
sama-sama membahas gejala produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi.

4
Istilah ekonomi politik berasal dari istilah Prancis I’ Economie politique yang
diperkenalkan pada tahun 1615 dalam tulisan Antoine de Monthchretien
Traite de I’Economique.
Pada masa klasik, ekonomi-politik merupakan bagian dari filsafat moral
atau ekonomi moral yang membahas aspek mentalitas dari manusia ekonomi
(homo-economicus). Kemudian ekonomi-politik menjadi cabang ilmu
tersendiri dimulai oleh Adam Smith yang membahas sumber-sumber
kemakmuran bangsa. Bertolak dari pemikiran Adam Smith, maka dewasa ini,
ekonomi-politik modern yang mengalami kebangkitan kembali itu berbicara
mengenai produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi yang berkaitan
dengan aspek-aspek non ekonomi seperti hukum, adat istiadat atau budaya,
dan pemerintahan atau politik.
Persepsi tentang ekonomi-politik dibentuk oleh wacana yang timbul dan
menjadi pembahasan publik. Di zaman Klasik, abad 18, ekonomi-politik
membahas masalah pertumbuhan ekonomi bangsa. Bagaimana mencapai
kemakmuran atau kekayaan, masalah kependudukan, kaitannya dengan
kemakmuran, dan masalah perdagangan antar bangsa. Tapi seabad kemudian,
pada abad 19 Marx membahas gejala pengangguran dan kemiskinan serta
lahirnya kelas borjuis dan proletar.
Pada zaman neoklasik, mulai timbul pembahasan mengenai monopoli,
konglomerasi, kelas-kelas sosial, serta lahirnya kelas manajer profesional
yang menggantikan peranan pemilik modal. Pada waktu itu muncul pula
tulisan-tulisan Thornton Veblen yang dianggap pemula ekonomi
kelembagaan (institutional economics) yang membahas gejala daya hidup
golongan mapan atau kelas santai yang hidup berfoya-foya sambil memupuk
kekayaan.
Pada zaman depresi besar hingga Perang Dunia II, mulai dibahas kembali
gejala kemiskinan dan pengangguran sebagai akibat depresi ekonomi. Namun
bersamaan dengan itu, lahir pemikiran John Maynard Keynes yang
membahas peranan Negara dalam menimbulkan kembali pertumbuhan
ekonomi atas dasar keseimbangan permintaan dan penawaran. Dimulailah

5
kembali pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi, sekaligus peranan
negara.
Dalam berbagai perkembangan, ekonomi politik terus dijelaskan dan
diperbaharui. Pada awalnya, ekonomi politik merupakan kaitan antara fakta
produksi, keuangan dan perdagangan kebijakan pemerintah di bidang
moneter, fisikal, dan komersial8. Perspektif awal tentang ekonomi politik
adalah meningkatkan kekayaan masyarakat lewat negara dengan cara
mengatur masyarakat itu sendiri9.
Selanjutnya, menurut Smith, ada dua tujuan dari ekonomi politik yaitu
menciptakan suatu sumber pendapatan atau swasembada bagi masyarakat
atau membantu mereka dalam mencari pendapatan dan mengupayakan
swasembada. Selanjutnya adalah untuk menyediakan sejumlah daya bagi
negara atau pemerintah agar mampu menjalankan berbagai tugas dan
fungsinya dengan baik10.
Pada perkembangan selanjutnya, ekonomi politik berusaha merumuskan
cara bagaimana memperkaya rakyat sekaligus pemerintah. Kriteria
identifikasi dari ekonomi politik adalah ada tidaknya uraian tentang interaksi
sistem antara ekonomi dan politik dalam teori tersebut. Interaksi yang
dimaksudkan adalah kausalitas antar proses (deterministik), hubungan timbal
balik (interaktif), dan perilaku yang terus menerus.
Terdapat banyak pendekatan atas analisis interaksi ilmu politik. Salah
satunya adalah pendekatan marxis atau neomarxis. Pendekatan ini bersifat
holistik dan menekankan pada pentingnya aspek makro dari sistem ekonomi
dan sistem politik, antara lain model ketergantungan , model sistem dunia,
dan model negara.

2.3 Ekonomi Politik di Indonesia


Ekonomi politik Indonesia pada rezim orde lama masih dalam masa labil,
dimana pada waktu itu kemerdekaan baru diikrarkan. Akibatnya, stabilitas

8
Taylor, A New Dictionary of Economics, (1966), hlm.231.
9
Lane, J.E.d, Ekonomi Politik Komparatif (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994)
10
A, Smith, Systems of Political Economy (1976), hlm.138.

6
ekonomi masih belum efektif. Pada masa orde baru, dipimpin oleh rezim
Soeharto yang sistem perekonomiannya menerapkan sistem kapitalis.
Kemudian pemerintahan pada masa transisi sampai saat ini mengadopsi
dualisme sistem diatas yang merupakan sintesis antagonis kapitalisme versus
sosialisme.
Berikut dipaparkan Ekonomi politik Indonesia yang dimulai sejak dari
Orde lama, Orde baru, dan Masa transisi.
1. Masa Orde Lama
“Indonesia pada masa Orde lama (Soekarno, 1945-1966) lebih banyak
konflik politik yang terjadi dibandingkan dengan agenda ekonominya.
Konflik yang terjadi antara lain konflik kepentingan antara kaum borjuis,
militer, PKI, parpol kegamaan dan kelompok-kelompok nasionalis lainnya.
Kondisi ekonomi saat itu sangat parah dengan ditandai tingginya inflasi
yaitu mencapai 732% antara tahun 1964-1965, dan masih mencapai 697%
antara tahun 1965-1966.
Pada tahun 1948, Bank Dunia memberikan pinjaman pertamanya kepada
negara diluar Eropa. Saat itu, banyak negara yang sedang berkembang
sudah sibuk dalam beberapa bentuk perencanaan ekonomi terpusat. Pada
tahun 1950-an, gelombang antusiasme mencapai puncaknya dalam rangka
perencanaan yang komprehensif.
Sedangkan yang terjadi di Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Pemimpin yang ada
saat itu terdiri dari kaum elit yang berpendidikan barat dan orang-orang
militer yang dilatih oleh Jepang. Secara ekonomi, Belanda masih menguasai
perdagangan internasional (KMB, 1949).
Periode 1945-1949 adalah periode Indonesia berjuang untuk status
negara merdeka dan diakui oleh dunia yang ditandai dengan pengakuan
Belanda di KMB dengan syarat perusahaan Belanda di Indonesia tidak di
nasionalisasikan.” (Tambunan, Tulus : 2009)
Selanjutnya, Soekarno mulai menggeser dominasi politisi menengah
keatas dan mengembalikan otoritas presiden yang dikuasai perdana menteri

7
dan DPR sebelumnya. Sehingga pada waktu itu, birokrasi negara secara
penuh dikuasai oleh Indonesia. Barulah setelah itu, upaya menasionalisasikan
perusahaan-perusahaan digalakkan.
Perekonomian pada saat itu dilandaskan atas kemandirian negara tanpa
ada intervensi asing. Hal ini ditandai dengan adanya penolakan terhadap ULN
(Utang Luar Negeri) dan keluar dari forum PBB. Hal tersebut berdampak
pada sektor pertanian dan perindustrian dikarenakan infrastruktur secara fisik
maupun non fisik mengalami kerusakan.
Juga ditandai dengan manajemen makro yang tidak tepat yaitu peredaran
uang di masyarakat sangat tinggi untuk pembiayaan perang, konflik politik
dan lainnya sehingga terjadi hiperinflasi. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pada
masa ini memiliki kekuatan nasionalisme, sentralisasi, dan sistem komando.
2. Masa Orde Baru
“Tepatnya, sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan
Orde baru. Pada masa ini, pemerintah lebih fokus pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial di tanah
air.
Pemerintah Orde baru menjalin kembali hubungan dengan pihak Barat.
Indonesia juga kembali menjadi anggota PBB, dan lembaga-lembaga dunia
lainnya seperti Bank Dunia, IMF, dan lain-lain. Sebelum rencana
pembangunan REPELITA dimulai, terlebih dahulu pemerintah melakukan
pemulihan stabilisasi ekonomi, sosial, politik, serta rehabilitasi ekonomi
didalam negeri.
Sasaran dari kebijakan tersebut adalah untuk menekan kembali tingkat
inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah dan menghidupkan kembali
kegiatan produksi, terutama ekspor.
Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi di Indonesia pada
masa Orde baru adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
suatu proses industrialisasi dalam skala besar yang pada saat itu dianggap
sebagai satu-satunya cara yang paling tepat dan efektif untuk menanggulangi

8
masalah-masalah ekonomi, seperti kesempatan kerja dan defisit neraca
pembayaran.” (Tambunan, Tulus : 2009)
Akan tetapi, pada tingkat mikro hasilnya tidak terlalu memukau seperti
pada tingkat makro. Kebijakan-kebijakan ekonomi selama masa orde baru
memang telah menghasilkan suatu proses transformasi ekonomi yang pesat
dan laju serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi hal ini dibarengi
dengan adanya biaya ekonomi yang tinggi dari hasil pinjaman-pinjaman luar
negeri serta bantuan IMF yang terlalu tinggi dengan bunga yang sangat besar.
Hal ini menimbulkan fundamental ekonomi bangsa yang rapuh dan pada
akhirnya mengakibatkan Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar.
3. Masa Transisi
Tahun 1998 adalah tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di
Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat
terasa di Indonesia. Berikut adalah dampak yang dialami oleh Indonesia :
a. Nilai rupiah yang semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,- menjadi sekitar Rp.
10.000, bahkan mencapai Rp. 12.000,- (lima kali lipat penurunan nilai rupiah
terhadap dolar). Pada waktu itu, uang yang dipinjam harus dikembalikan
dalam bentuk dolar sehingga Indonesia harus mengembalikan lima kali
lipatnya dan mengakibatkan membengkaknya hutang negara.
Ditambah lagi dengan hutang swasta yang dibebankan pada negara sebagai
syarat peminjaman ke International Monetary Fund (IMF). Tercatat utang
Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar (US$ 20 milyar adalah
hutang swasta).
b. Saat nilai tukar rupiah semakin merosot dan tidak terbendung lagi, maka
pemerintah memutuskan untuk meminta bantuan keuangan dari IMF. Pada
akhir bulan Oktober 1997, IMF mengumumkan paket bantuan keuangannya
pada Indonesia yang mencapai 40 milyar AS.
Dengan ekspektasi nilai rupiah akan menguat dan stabil. Akan tetapi
kenyataannya menunjukkan bahwa nilai rupiah terus melemah hingga
mencapai Rp. 15.000 per dolar AS. Hal ini menyebabkan menurunnya
kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri sehingga kesepakatan

9
tersebut ditegaskan dalam nota kesepakatan (Letter of Intent/LoI) yang terdiri
atas 50 butir kebijaksanaan yang mencakup ekonomi makro fisikal dan
moneter.
c. Krisis Rupiah menyebabkan krisis politik. Krisis rupiah yang dialami oleh
Indonesia berpengaruh terhadap munculnya krisis politik di Indonesia.
Ditandai dengan beberapa tragedi, yaitu :
1. Penembakan tentara terhadap empat mahasiswa Universitas Trisakti pada
tanggal 13 Mei 1998 (Tragedi Trisakti)
2. Kota Jakarta pada 14 dan 15 Mei dilanda kerusuhan yang paling besar dan
paling sadis yang pernah dialami Indonesia
3. Kemudian minggu terakhir di bulan Mei 1998, DPR diduduki ribuan
mahasiswa dari puluhan perguruan tinggi dari dalam dan luar Jakarta
Pembangunan ekonomi periode Orde reformasi (1998-2004) berjalan
tidak jelas arahnya. Masa tahun 1998 – 2004 adalah masa transisi dari Orde
baru ke era reformasi yang ditandai dengan bergantinya presiden RI dalam
waktu relatif singkat. Dari era B.J. Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999),
Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001) kemudian Megawati
Soekarno Putri (23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004) pembangunan ekonomi
berjalan terseok-seok.
Disambut dengan gagap gempita euphoria politik rakyat Indonesia yang
selama masa Orde baru dikekang kemudian menjadi bebas lepas di masa
reformasi. Dalam masa ini, Indonesia masih mencari jati dirinya kembali
dengan mencoba menerapkan sistem demokrasi yang ternyata sangat mahal
biayanya.
Secara politis, kondisi Indonesia memasuki era reformasi semakin
membaik. Demokrasi bisa berjalan dengan baik, seluruh rakyat Indonesia
mendapatkan haknya untuk memilih dan dipilih dengan bebas tanpa tekanan
dari siapapun serta dijamin keamanannya di era reformasi ini.
Setiap warga negara bebas berbicara dan menyampaikan pendapatnya baik
melalui media massa maupun aksi-aksi demonstrasi dengan dibingkai aturan

10
hukum yang berlaku. Selain itu, praktek nepotisme sedikit demi sedikit
berkurang sehingga aktor ekonominya berusaha secara kompetitif.
Era reformasi ini lebih kuat transaksi informasi alokasi sumber daya
diserahkan pada pasar, desentralisasi, internasionalis dan melalui insentif
ekonomi dan kepemilikan individu dijamin.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya politik merupakan pola perilaku dan orientasi masyarakat dalam
kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik
pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh

11
seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik dapat dikatakan
sebagai suatu sistem nilai bersama di dalam masyarakat yang memiliki
kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengarnbilan keputusan kolektif dan
penentuan kebijakan publik untuk masyarakat sebelumnya.

3.2 Saran
Masyarakat diharapkan dapat menjaga ritme dan konsisten terhadap
pemahaman, kesadaran, dan keterlibatan dalam sistem politik. Untuk kalangan
mahasiswa, sebaiknya tidak hanya berkutat dikampus saja namun juga
keterlibatan dan kesadaran dalam sistem politik ketika berada di luar kampus.

12
DAFTAR PUSTAKA
Adam, T. (1996). A New Dictionary of Economics.
Budiarjo, M. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Chaniago, A.A. (2014). Pengantar : Mengenal Ekonomi Politik.
Damanhuri, D. S. (2010). Ekonomi Politik dan Pembangunan Teori, Kritik, dan
Solusi Bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang. PT : Penerbit IPB
Press.
Hidayat, R. M. Istilah dan Pengertian Ekonomi Politik. FISIP Universitas Jember.
J.E.d, Lane. (1994). Ekonomi Politik Komparatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Manurung, M. d. Pengantar Ilmu Ekonomi : Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi.
Jakarta: FEUI.
Rachbini, J. D. (2002). Ekonomi Politik : Paradigma dan Teori Pilihan Publik.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahardjo, M. D. Nalar Ekonomi-Politik Indonesia. PT : Penerbit IPB Press.
Smith, A. (1976). Systems of Political Economy. A, Taylor. 1996, A New
Dictionary of Economics.

Anda mungkin juga menyukai