http://axellasenjatatradisional.blogspot.com/2017/09/1.html?m=1
blogspot.com Menu
Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa setempat disebut Rintjong.
Rencong adalah sebilah pedang pendek dengan gagang atau pegangan yang dibuat
melengkung 90 derajat. Senjata tradisional ini telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh
pada kepemimpinan sultan pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah. Dahulunya
rencong digunakan sebagai alat perlindungan diri bagi para pria bangsawan. Namun, kini ia
lebih berfungsi sebagai pelengkap hiasan pakaian adat Aceh Ulee Balang. Karena
kepopuleran Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan sampai menjuluki Aceh dengan
sebutan "Tanah Rencong".
Masyarakat Melayu Riau memiliki senjata tradisional yang bernama Pedang Jenawi. Pedang
ini adalah sebuah pedang panjang yang bilahnya terbuat dari baja. Bentuk bilahnya sendiri
lurus dan meruncing di bagian ujungnya. Pedang Jenawi dulunya digunakan para panglima
perang Kerajaan Sriwijaya sebagai sarana perlindungan diri dan alat menyerang lawan.
Keberadaannya kini mulai langka, padahal semakin banyak kolektor senjata tradisional
yang selama ini terus memburunya. Selain Pedang Jenawi, sebetulnya ada beberapa senjata
tradisional Riau lainnya yang tak kalah unik. Di antaranya yang tergolong senjata pendek
seperti jembia, beladau, belati, keris, badik, dan sabit; serta senjata panjang seperti kojou,
tombak, seligi, dan sundang.
Dalam budaya masyarakat Kepulauan Riau, dikenal senjata tradisional yang bernama Badik
Tumbuk Lado. Senjata ini berupa sebuah senjata tikam yang berukuran panjang antara 27
sd 29 cm dan lebar antara 3,5 sampai 4,0 cm. Dahulunya, badik tumbuk lado digunakan para
pria sebagai pelengkapan berburu dan alat perlindungan diri. Namun, saat ini fungsinya
telah beralih menjadi pelengkap pakaian adat Kepulauan Riau yang biasa dikenakan
mempelai pria saat upacara pernikahannya.
7. Senjata Tradisional Jambi
Masyarakat Melayu Jambi juga memiliki senjata tradisional yang sama dengan senjata
tradisional masyarakat Kepulauan Riau, yakni Badik Tumbuk Lado. Tak mengherankan,
masyarakat kedua provinsi ini secara historis dan antropologis memang memiliki kedekatan
budaya. Namun, antara badik Tumbuk Lado dari Jambi dan yang dari Kepulauan Riau
terdapat sedikit perbedaan ciri khas. Badik tumbuk lado khas Jambi umumnya cenderung
lebih pendek dan memiliki ukiran yang lebih banyak.
Ada 3 jenis senjata tradisional yang dikenal dalam budaya masyarakat Bengkulu. Ketiganya
adalah Badik, Kuduk, dan Rudus. Badik adalah sebuah pisau kecil bermata satu yang
digunakan sebagai sarana perlindungan diri. Kuduk adalah senjata tusuk tajam dengan
ujung meruncing, ia juga disebut senjata Rambai ayam karena bentuknya seperti taji ayam
Bangkok. Sementara Rudus adalah pedang panjang yang dulunya digunakan sebagai alat
perang.
Masyarakat Sunda di Jawa Barat mengenal beragam perkakas senjata dalam kehidupannya
sehari-hari. Salah satu yang cukup dikenal adalah senjata tradisionalnya yang bernama
Kujang. Kujang diperkirakan mulai ada sejak awal abad 8 M. Ia dibuat dari baja yang
ditempa dan dilengkapi beragam bahan pamor. Panjangnya tidak lebih dari 25 cm dengan
berat sekitar 300 gr. Beberapa ahli meyakini kata “Kujang" sejatinya berasal dari kata
“Kudihyang”, kudi berarti Manusia dan Hyang berarti Tuhan. Kujang sendiri sebetulnya
secara struktur tidak memungkinkan untuk dijadikan sarana perlindungan diri. Ia lebih
menonjolkan sisi estetisnya dibanding sisi praktisnya.
Hingga saat ini, kita bisa melihat kebiasaan masyarakat suku Betawi, utamanya para pria
yang selalu menyelipkan Golok di pinggang ketika memakai pakaian adatnya. Golok
memang memiliki 2 fungsi dalam budaya Betawi, yang pertama sebagai aksesoris yang
mempercantik penampilan saat mengenakan pakaian adat, dan fungsi praktis sebagai
senjata tradisional. Golok khas Betawi memiliki satu bagian mata yang tajam. Sementara
satu bagian lainnya tidak tajam. Ia juga dilengkapi dengan serangka yang dipakai pada saat
golok tidak sedang digunakan. Senjata Tradisional Jawa Tengah
Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Barat memiliki senjata tradisional yang bernama
Dohong. Dohong adalah sebuah mata tombak yang dapat pula digunakan sebagai pisau.
Panjangnya sekitar 8 inch dan dipercaya sebagai senjata tradisional Dayak yang paling tua.
Jika digunakan sebagai pisau, dohong akan dilengkapi dengan gagang bulat dan sebuah
serangka yang terbuat dari kayu. Dahulunya, Dohong digunakan sebagai senjata perang.
Namun kini ia lebih sering dipakai sebagai alat pemotong tali pusar bayi yang baru lahir
dan sebagai alat untuk menyembelih hewan korban. Dengan kegunaan tersebut, Dohong
saat ini umumnya hanya dimiliki oleh Pisur atau Ketua adat Dayak. Senjata Tradisional
Kalimantan Selatan
Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Barat selain mengenal Dohong, mereka juga
mengenal Sumpit sebagai senjata tradisionalnya. Sumpit adalah senjata yang digunakan
dengan cara ditiup. Lebih tepatnya, anak mata sumpit dimasukan ke dalam tangkai
berlubang yang panjangnya sekitar 1 sd 1,5 meter dan penggunaanya akan membidik
sasaran lalu meniup ujungnya hingga mata sumpit meluncur dengan kencang. Anak mata
sumpit biasanya akan dilengkapi dengan racun mematikan, terlebih jika ia digunakan
dalam perburuan. Pada perkembangannya, senjata tradisional ini juga biasa digunakan
dalam perang antar suku di masa silam. Senjata Tradisional Kalimantan Timur
20. Senjata Tradisional Kalimantan Timur
Mandau sebetulnya dikenal dalam budaya masyarakat Dayak, baik yang bermukim di
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Akan
tetapi bagi masyarakat Nusantara, senjata ini telah dikenal sebagai senjata tradisional
Kalimantan Timur. Mandau adalah senjata berupa parang bergagang tanduk rusa dengan
satu sisi bilah tajam. Di bagian bilah yang tumpul, Mandau umumnya dilengkapi dengan
ukiran-ukiran etnik atau lubang-lubang yang ditutup tembaga atau kuningan sebagai
pamornya. Mandau umumnya dilengkapi dengan sarung bilah yang terbuat dari kayu dan
dihiasi ukiran-ukiran etnik. Sarung bilah ini disebut dengan istilah Kumpang. Selain ukiran,
kumpang umumnya juga akan dihiasi dengan anyaman rotan sebagai tali saat dikenakan di
pinggang pemakainya. Senjata Tradisional Kalimantan Utara
Sebagai provinsi pecahan dari Kalimantan Timur, Kalimantan Utara juga mengangkat
Mandau sebagai senjata tradisionalnya. Tak bisa dipungkiri, secara demografis masyarakat
Kalimantan Utara juga didominasi oleh orang-orang suku Dayak sebagai masyarakat
aslinya. Oleh karena itu, semua elemen budaya dari provinsi ini juga tak jauh berbeda
dengan elemen-elemen budaya yang kita dapat temukan dalam kehidupan orang-orang
suku Dayak, baik itu dari rumah adat, pakaian adat, lagu daerah, dan lain sebagainya.
Masyarakat suku Bugis, Makassar, dan Mandar di Provinsi Sulawesi Selatan mengangkat
Badik atau badek sebagai senjata tradisionalnya. Badik adalah pisau bermata tunggal yang
bentuknya asimetris seperti keris dengan bilah berhias pamor. Dahulu, Badik digunakan
para petani untuk berburu atau membunuh hewan hutan yang merusak tanamannya. Pada
perkembangannya, ia juga digunakan sebagai sarana perlindungan diri bagi mereka yang
sering merantau. Seperti diketahui, orang Bugis adalah orang yang dikenal sangat gemar
merantau. Dengan menyematkan badik di pinggangnya, mereka akan merasa terlindungi
meski masuk ke wilayah kampung yang asing. Sebagai senjata tradisional Sulawesi Barat,
Badik sendiri ada beberapa jenis, di antaranya Badik Raja, Badik Lagecong, Badik Luwu, dan
Badik Lompo Battang. Senjata Tradisional Sulawesi Barat
Sulawesi Barat adalah provinsi pecahan Sulawesi Selatan yang terbentuk sejak tahun 2000
silam. Provinsi ini dihuni oleh masyarakat suku Mandar dan Bugis sebagai entitas
terbesarnya. Oleh karena itu, budaya masyarakat provinsi ini juga tidak jauh berbeda
dengan budaya masyarakat Sulawesi Selatan. Salah satu buktinya adalah kepopuleran Badik
sebagai senjata tradisionalnya. Badik Sulawesi Barat dan Badik Sulawesi Selatan tidak
memiliki perbedaan signifikan, baik dari segi bentuk, hiasan, maupun dari nilai fungsi yang
dimilikinya. Senjata Tradisional Sulawesi Tengah
Senjata tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah bernama Pasatimpo. Pasatimpo
adalah senjata tikam sejenis keris dengan bagian tangkai pegangan yang bengkok ke bawah.
Dahulu, Pasatimpo memiliki banyak kegunaan, misalnya untuk memotong hewan buruan,
mencari kayu bakar, atau sebagai sarana perlindungan diri. Selain itu, karena dipercaya
memiliki kekuatan magis, ia juga digunakan sebagai pengusir roh jahat dalam tari-tarian
penyembuh. Kini, seiring kemajuan zaman, Pasatimpo cenderung lebih sering digunakan
sebagai aksesoris pakaian adat. Para penari tradisional menggunakannya dengan
mengikatkan senjata tersebut di pinggang kirinya. Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara
Masyarakat suku Sangihe di Sulawesi Utara mempunyai senjata tradisional yang bernama
pedang Bara Sangihe. Senjata ini terbilang unik karena bentuknya yang menyerupai bentuk
buaya. Bagian ujung bilah pada pedang ini bercabang dengan gerigi-gerigi yang menyerupai
mulut buaya. Ujung yang bercabang juga terdapat di bagian tangkai pegangannya yang
terbuat dari kayu. Pedang Bara Sangihe dulunya adalah senjata yang digunakan salah satu
pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara, yaitu Hengkeng U Nang. Pahlawan yang lahir di
tahun 1590 ini dikenal sebagai seorang yang mahir memainkan pedang. Pedang Bara
Sangihe sendiri diyakini mulai ada pada zamannya. Senjata Tradisional Gorontalo
Senjata tradional Gorontalo bernama Wamilo. Wamilo adalah sebuah senjata yang
bentuknya menyerupai golok, tapi ujung bilahnya agak melengkung sedikit ke arah bawah.
Senjata ini biasanya diselipkan pada pria pada sarung yang dikenakan dipinggangnya. Ia
hanya digunakan sebagai sarana perlindungan diri saat bekerja di kebun atau saat berburu
di hutan. Selain Wamilo, terdapat beberapa senjata tradional lainnya dari masyarakat
Gorontalo yaitu Bitu’o (sejenis keris), Badik, Sabele (sejenis parang), dan Travalla.
Maluku Utara adalah provinsi yang baru memecahkan diri dari Provinsi Maluku pada tahun
2002 silam. Secara demografis, masyarakat Maluku utara memiliki kedekatan budaya
dengan masyarakat provinsi Maluku. Oleh karena itu, senjata tradisional yang diangkat
sebagai ikon budaya provinsi ini juga sama, yaitu Parang Salawaku. Parang Salawaku khas
Maluku Utara tidak memiliki perbedaan yang spesifik dengan Parang Salawaku Maluku,
baik dari segi bentuk, fungsi, maupun penggunaannya. Senjata Tradisional Bali
Masyarakat Provinsi Bali mengenal banyak sekali jenis senjata tradisional, di antaranya
Keris, Tombak, Tiuk, Taji, Kandik, Caluk, Arit, Udud, Gelewang, Trisula, Panah, Penampad,
Garot, Tulud, Kis-Kis, dan lain sebagainya. Namun di antara banyak senjata tersebut, yang
paling unik dan indah adalah Keris Bali. Secara struktur, keris Bali memiliki kesamaan
dengan keris pada umumnya. Hanya saja, pada senjata ini kita dapat menemukan beragam
ukiran baik pada bilah, gagang, maupun pada sarung bilah atau carangkanya. Ukiran-
ukiran tersebut bisa berupa bentuk dewa, raksasa, pedande (pendeta), penari, dan bentuk
pertapa hutan. Bahkan, kita juga dapat menemukan keris Bali dengan tahta emas dan batu
mulia. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat
Orang-orang suku Sasak di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengenal senjata tradisional yang
bernama Tulup. Tulup adalah senjata yang serupa dengan sumpit tapi ukurannya lebih
panjang. Senjata tradisional ini biasa digunakan oleh orang-orang suku Sasak untuk
berburu. Tangkai panjangnya terbuat dari kayu meranti sementara ancar atau pelurunya
terbuat dari lidi pelepah pohon enau yang diruncingi di satu ujungnya. Untuk
mengefektifkan perburuan, pada ujung ancar biasanya akan diolesi racun mematikan yang
diperoleh dari getah pohon tatar. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur
Masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya suku Atoni dan suku Sumba mengenal Sundu
atau Sudu sebagai senjata tradisionalnya. Senjata ini adalah sebuah senjata semacam keris
tapi memiliki lekukan yang sangat sedikit dengan sudut yang tumpul. Sundu termasuk
senjata tikam dan hanya digunakan untuk menyembelih hewan buruan. Selain Sundu,
masyarakat NTT juga mengenal beragam senjata tradisional lainnya yang antara Parang,
Saweo, Kampak, Pisau, dan Senapan Tumbuk. Senjata Tradisional Papua Barat
Senjata tradisional Papua Barat adalah Pisau Belati. Tidak seperti pisau belati yang biasanya
kita kenal, pisau Belati yang menjadi senjata tradisional Papua Barat ini terbilang sangat
unik. Jika biasanya belati terbuat dari tempaan logam, pisau belati Papua Barat ini justru
terbuat dari tulang kaki burung kasuari. Tulang kaki burung kasuari dipilih karena
strukturnya yang kompak dan keras sehingga sangat awet dan tak mudah melapuk. Pisau
belati Papua Barat di bagian pangkal pegangannya umumnya juga dihiasi dengan bulu
burung kasuari. Senjata Tradisional Papua
Dalam perang antar kampung yang hingga kini masih sering berlangsung antar penduduk
Papua, kita bisa menemukan sebuah senjata khas yaitu Panah dan Busur. Anak panah
terbuat dari bambu dengan mata tulang kangguru, sementara busurnya terbuat dari bilah
bambu dengan tali rotan sebagai tali busurnya. Untuk meningkatkan efektifitas serangan,
mata panah biasanya akan dioles dengan racun alami yang diambil dari getah pohon
sembaru. Panah dan Busur adalah sepasang senjata utama yang selain digunakan untuk
berperang, juga dapat dipakai sebagai senjata perburuan.
1 comment:
Home
›
View web version
About Me
Axella Lucretia Syarifah
Powered by Blogger.
Home