Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH EKOLOGI LAHAN KERING

PEMANFAATAN LAHAN KERING UNTUK KEHUTANAN

OLEH
NAMA : MARIA IMELDA D. PAWE (1806050077)
MARTEN UMBU DARUNG TANGGELA (1806050076)
CHRISTIN ECHA SAHID ()
HELSIANA LAY ()
ALOYSIUS Y. WEA BHAE ()
PUTRI ARLIAN I. G. L. ONA ()
VINDOLI C. F. MAUBOY ()
KELAS :B

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem hutan lahan kering (dryland forest ecosystem) di Indonesia mempunyai peranan
sangat strategis bagi pemenuhan fungsi-fungsi lindung, konservasi dan sosial budaya
masyarakat, di samping fungsi ekonomi. Keberadaan dan terpeliharanya ekosistem hutan
tersebut telah terbukti berkontribusi dan berdampak positif bagi peningkatan kualitas
lingkungan hidup dan kualitas hidup masyarakat. Pemenuhan fungsi-fungsi tersebut secara
berkelanjutan sangat ditentukan oleh penerapan sistem pengelolaan hutan yang
memperhatikan daya dukung, daya lenting dan daya pulih ekosistem tersebut.
Pada kenyataannya, kerusakan ekosistem hutan lahan kering sangat cepat dan
mengkhawatirkan. Hal ini terjadi karena tekanan masyarakat yang tinggi untuk pemenuhan
kebutuhan kayu dan lahan pertanian serta kebutuhan di luar sektor kehutanan. Hutan relatif
mudah dijangkau oleh masyarakat yang mendiami sekitar hutan, khususnya lahan hutan
dataran rendah (lowland forest) dan fleksibilitas penggunaan lahan untuk kepentingan di
luar sektor kehutanan. Lebih lanjut lagi, kesalahan dalam pengelolaan (mismanagement)
HPH (sekarang IUPHHK-HA) yang mengabaikan sistem TPTI dan pengawasan
(Tampubolon, 1993), euforia reformasi yang mempercepat fragmentasi hutan,
ketidakhadiran peran Pemerintah Daerah dalam pengelolaan hutan lindung di era otonomi
daerah dan ekspansi perkebunan dan pertambangan semakin memperparah degradasi hutan
dan deforestasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja potensi yang ada pada lahan kering untuk kehutanan

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui potensi lahan kering untuk kehutanan

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pemanfaatan Hutan Lahan Kering

a) Potensi Pemanfaatan

Pemanfaatan kawasan hutan pada KPHL Rinjani Barat sebagian besar merupakan
pengelolaan hutan bersama masyarakat, baik swadaya (seperti HKm Sesaot),
maupun yang didukung program pemerintah seperti Pembangunan Hutan Tanaman
Unggulan Lokal (PHTUL) pada areal eks HPH di Monggal, dan HKm di Santong.
Jenis tanaman pokok yang dikembangkan pada PHTUL dan HKm tersebut meliputi
Sengon, Rajumas, Mahoni, serta tanaman MPTS seperti Gaharu, Durian, Nangka,
Melinjo dan Bambu. Selain itu dikembangkan juga tanaman produktif yang mampu
tumbuh di bawah tegakan hutan seperti Cacao, Vanili, Kopi, Talas dan Empon-
Empon. Jenis pemanfaatan kawasan hutan lainnya meliputi KHDTK (Kawasan
Hutan Dengan Tujuan Khusus) Pusat Penelitian Budidaya Gaharu oleh Fakultas
Pertanian Universitas Mataram di Senaru, serta Ijin Usaha Pembangunan Hutan
Tanaman Industri (IUP-HTI) PT. Sadhana Arif Nusa yang akan mengembangkan
jenis tanaman unggulan lokal yang dikombinasikan dengan tanaman penghasil
energi (kayu bakar) dan tanaman produktif di bawah tegakan hutan. Keberadaan
beberapa jenis vegetasi di hutan alam juga dapat dimanfaatkan, diantaranya sebagai
tumbuhan obat, seperti pulai (Alstonia scholaris) yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Pulau Lombok untuk obat malaria, Kumbi (Ervatamia sphaerocarpa
Burkil) yang digunakan untuk obat kulit. Keberadaan DAS di kawasan hutan
lindung sangat berpengaruh terhadap tata air untuk memenuhi kebutuhan bagi
masyarakat (air minum/PDAM, bendungan irigasi, mikrohydro). Beberapa
penggunaan kawasan tersebut mempunyai prospek untuk dikerjasamakan dalam
pengelolaan hutan.

b) Potensi Keanekaragaman Hayati

Dari hasil pengamatan di 13 lokasi yang tersebar di kawasan KPHL Rinjani Barat
ditemukan 104 jenis (90 jenis teridentifikasi, 14 jenis belum teridentifikasi). Pada
kawasan yang berpenutupan hutan alam didominasi oleh jenis-jenis Premna
tomentosa, Ervatamia sphaerocarpa, Dracontomelon dao, Aglaia tomentosa,
Polyalthia lateriflora, Saurauia nudiflora, Syzygium clavimyrtus, Laportea
stimulans dan Saccopetalum koolsii. Pada kawasan yang dikelola dengan sistem
agroforestri, jenis tanaman pertanian yang dominan ditemukan adalah Coffea sp.,
Musa sp., Theobroma cacao dan Anacardium occidentale, sedangkan tanaman
penghasil buah dan kayu yang dominan adalah Artocarpus heterophyllus,
Mangifera indica, Arenga pinnata, Cocos nucifera dan Durio zibethinus. Beberapa
tanaman penghasil kayu yang sering dikombinasikan dengan tanaman pertanian
yaitu Erythrina variegata, Dalbergia latifolia, Swietenia macrophylla, Falcataria
moluccana dan Ceiba pentandra. Selain itu, ditemukan jenis tanaman asli hutan
alam lahan kering pegunungan di Lombok, seperti Duabanga moluccana,
Engelhardtia spicata, Litsea accedentoides, dan Pterospermum javanicum.

c) Potensi simpanan (stok) karbon hutan

Potensi stok karbon yang tersimpan di kawasan hutan lindung dihitung dari
komponen ekosistem bagian atas tanah, meliputi biomassa pohon (kecuali akar),
tumbuhan bawah, serasah dan kayu mati. Penilaian potensi dilakukan dengan
metode penarikan contoh secara destruktif untuk serasah, tumbuhan bawah dan
kayu mati; sedangkan untuk biomassa pohon dilakukan dengan pendekatan model
alometrik. Hasil penelitian di 13 lokasi pengamatan menunjukkan kondisi
penutupan vegetasi yang beragam, meliputi hutan alam, hutan mahoni, agroforestri
campuran, tanaman coklat-dadap dan semak belukar; dimana hutan alam masih
ditemukan mendominasi di sebagian besar kawasan. Kondisi ini berdampak pada
keberagaman potensi stok karbon yang dimiliki, yaitu rata-rata di hutan alam
(156,48 ton/ha), hutan mahoni (210,41 ton/ha), agroforestri campuran (102,47
ton/ha), coklat-dadap (28,07 ton/ha) dan semak belukar (2,27 ton/ha).

d) Potensi ekowisata

Terdapat beberapa potensi obyek wisata di KPHL Rinjani Barat yang potensial
dikembangkan tetapi belum dikelola dan lokasi obyek wisata yang sudah dikelola
dan dimanfaatkan, yaitu Taman Wisata Pusuk Pass, Hutan Wisata Aik Nyet dan Air
Terjun Timponan di Kabupaten Lombok Barat, dan Air Terjun Kerta Gangga dan
Sendang Gile di Kabupaten Lombok Utara.

 Taman Wisata Pusuk Pass


Pusuk Pass adalah taman wisata yang terletak di perbatasan antara
Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Utara Taman wisata ini didominasi
oleh jenis-jenis pohon mahoni yang masih asri, dilengkapi dengan tempat
singgah dan terdapat pedagang yang menjual makanan tradisional. Taman
Wisata Pusuk Pass menyajikan sebuah keindahan alam yang luar biasa
seperti hijaunya pegunungan yang dihiasi dengan rimbunnya pepohonan,
tebing-tebing curam dan juga keindahan laut Lombok Utara.

 Hutan Wisata Aik Nyet


Hutan Wisata Aik Nyet terletak di Dusun Aik Nyet, Desa Buwun Sejati,
Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. Dusun Aik Nyet sendiri
merupakan salah satu kawasan pedusunan yang masuk dalam kawasan
pinggiran hutan lindung Sesaot yang mayoritas penduduknya berasal dari
Suku Sasak. Di tempat ini terdapat sumber mata air dan aliran sungai yang
jernih, dengan pepohonan hutan yang masih rimbun didominasi oleh jenis
pohon mahoni. Kawasan ini sangat cocok untuk tempat rekreasi bagi
keluarga yang kebetulan hendak mencari suasana tenang di tengah
gemericik aliran air dan juga cocok untuk lokasi berkemah.

BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan

Potensi yang ada pada hutan lahan kering adalah :


1. Potensi pemanfaatan
2. Potensi keanekaragaman hayati
3. Potensi simpanan (stok) karbon hutan
4. Potensi ekowisata

1.4 Saran

Agar kita memperhatikan, merawat lahan dan hutan yang kita miliki dan
menyesuaikan jenis dari tanah dengan tanaman yang akan di tanam, karena dengan
memperhatikan hal tersebut, selain memberi manfaat bagi lahan juga dapat
meningkatkan produktifitas pada tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Abe, K. and R. R. Ziemer, 1991. “Effect of tree roots on shallow-seated land
slides”, USDA forest Service Gen. Tech. Rep. PSW-GT 130, hal : 11-20.

Ali, F. 2010. Use of vegetation for slope protection: Root mechanical properties
of some tropical plants. International Journal of Physical Sciences Vol.5(5), hal :
496-506.

Diniyati, D, E. Fauziyah, dan T. Sulistiyati W. 2007.Strategi Rehabilitasi


Hutan Lindung di Kabupaten Garut.Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. Vol,4.No.2. Juni 2007. Pusat Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai