Oleh
Kelompok 6 :
Dannia Punky Syaharani (1807521020)
Putri Sofiah Sari (1897521041)
Ni Kadek Shinta Paramita (1807521049)
A.A. Ayu Mas Radha Rani Dewi (1807521063)
I Made Katana Wirasatya (1807521099)
Ciri-Ciri HAM:
a. Tidak perlu diberikan diibeli atau diwarisi, karena HAM merupakan
bagian dari setiap manusia yang baru lahir
b. Berlaku untuk setiap manusia
c. Tidak membedakan jenis kelamin, ras, agama, pandangan politik, asal usul
sosial atau bangsa
d. Tidak dapat dilanggar
e. Bersifat umum dan supralegal (tidak tergantung kepada adanya suatu
peraturan suatu Negara).
Tujuan HAM:
a. Melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang-wenangan.
b. Mengenmbangkan rasa saling menghargai antar manusia
c. Mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk
menjamin bahwa hak-hak orang lain tidak dilanggar
2. HAM di Indonesia
Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku tiga
undang-undang dalam 4 periode, yaitu:
a. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945,
b. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku Konstitusi
Republik Indonesia Serikat.
c. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUDS 1950.
d. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945.
Pencantuman pasal-pasal tentang Hak-hak Asasi Manusia dalam tiga UUD
tersebut berbeda satu sama lain. Dalam UUD 1945 butir-butir Hak Asasi Manusia hanya
tercantum beberapa saja. Sementara Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950 hampir bula-
bulat mencantumkan isi Deklarasi HAM dari PBB. Hal demikian ini karna memang
situasinya sangat dekat dengan Deklarasi HAM PBB yang masih aktual. Di samping itu
terdapat pula harapan masyarakat dunia agar deklarasi HAM PBB dimasukkan ke dalam
Undang-Undang Dasar atau perundangan lainnya di negara-negara anggota PBB, agar
secara yuridis formal HAM dapat berlaku di negara masing-masing.
Ketika UUD 1945 berlaku kembali sejak 5 Juli 1959, secara yuridis formal, hak-
hak asasi manusia tidak lagi lengkap seperti Deklarasi HAM PBB, karena yang terdapat
di dalam UUD 1945 hanya berisi beberapa pasal saja, khususnya pasal 27, 28, 29, 30 dan
31. Pada awal Orde baru saja tujuan Pemerintah adalah Melaksanakan hak asasi manusia
yang tercantum dalam UUD 1945 serta berupaya melengkapinya. Tugas untuk
melengkapi HAM ini ditanda tangani oleh sebuahh panitia MPRS yang kemudian
menyusun Rancangan Piagam Hak-hak Asasi Manusia serta hak-hak dan Kewajiban
warganegara yang dibahas dalam sidang MPRS tahun 1968. Dalam pembahasan ini
sidang MPRS menemui jalan buntu, sehingga akhirnya dihentikan. Begitu pila setelah
MPR terbentuk hasil pemilihan umum 1971 persoalan HAM tidak lagi diagendakan,
bahkan dipeti-eskan sampai tumbangnya Orde Baru di tahun 1998 yang berganti dengan
era Reformasi. Pada awal Reformasi itu pula diselenggarakan sidang istimewa MPR
tahun 1998 yang salah satu ketetapannya berisi Piagam HAM.
3. Lembaga Penegak HAM
Hak asasi manusia merupakan hak yang harus dilindungi, baik oleh individu,
masyarakat maupun oleh Negara. Hal ini dikarenakan Hak Asasi Manusia merupakan hak
paling asasi yang dimiliki oleh manusia sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan.
Oleh sebab itu, HAM harus dijaga, dihormati dan ditegakkan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Tidak seorangpun berhak untuk melanggar hak asasi yang
dimiliki oleh manusia dengan alasan apapun.
Upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM tidak hanya dilakukan
dengan mengeluarkan produk hokum yang menjamin HAM. Penegakan HAM
ditindaklanjuti dengan pembentukan lembaga penegakan hak asasi manusia, antara lain
sebagai berikut.
a. Pemerintah (Departemen Hukum dan HAM).
Pemerintah melalui Departemen Hukum dan HAM wajib dan bertanggung
jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi
manusia yang diatur dalam peraturan yang berlaku dan hukum
internasional. Pemerintah memiliki kewajiban untuk melaksanakan
penegakan hak asasi manusia yang diimplementasikan dalam berbagai
bidang.
b. Komisi Nasional HAM.
Komnas HAM dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan kondisi
yang kondusif dalam pelaksanaan HAM di Indonesia. Dalam
melaksanakan tujuan tersebut, Komnas HAM melakukan fungsi
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi tentang
HAM. Komisi ini berdiri sejak tahun 1993 berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 50 Tahun 1993, tentang Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia. Tujuan Komnas HAM adalah:
mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
c. Lembaga Peradilan.
Proses penegakan HAM juga dilakukan oleh lembaga peradilan. Lembaga
peradilan yang khusus menangani pelanggaran HAM adalah Pengadilan
HAM dan Pengadilan Ad Hoc HAM. Pengadilan Ad Hoc HAM adalah
pengadilan khusus untuk kasus HAM yang terjadi sebelum adanya UU
No. 26 Tahun 2000. Pengadilan HAM dibentuk atas dasar UU No. 26
Tahun 2000.
d. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
Komisi ini merupakan komisi yang menyelesaikan kasus HAM di luar
pengadilan HAM. Selain dibentuk beberapa lembaga untuk penegakan
HAM, bangsa Indonesia juga menentukan beberapa langkah atau upaya
penegakan HAM bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Langkah atau upaya penegakan HAM di Indonesia adalah sebagai berikut :
Sosialisasi HAM kepada masyarakat agar menumbuhkan kesadaran rakyat
tentang hak asasi manusia.
Pemberian pendidikan HAM kepada masyarakat, misalnya memasukkan
pendidikan HAM dalam materi pembelajaran di sekolah.
Advokasi HAM, yaitu dukungan, pembelaan, atau upaya dan tindakan
yang terorganisir dengan menggunakan peralatan demokrasi untuk
menegakkan hukum dan HAM.
Pembentukan lembaga-lembaga penegakan HAM, seperti Komnas HAM.
Pemberdayaan hukum dari lembaga-lembaga hokum yang ada.
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan Komisi Nasional
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan adalah lembaga independen yang
didirikan tanggal 15 Oktober 1998, berdasarkan keputusan presiden No.
181/1998. Komnas Perempuan lahir dari tuntutan masyarakat sipil,
terutama kaum perempuan, kepada pemerintah untuk mewujudkan
tanggung jawab Negara dalam menangapi dan menangani persoalan
kekerasan terhadap perempuan.
Fokus perhatian Komnas Perempuan pada saat ini adalah perempuan korban
kekerasan dalam rumah tangga; perempuan pekerja rumah tangga yang bekerja di dalam
negeri maupun di luar negeri sebagai buruh migran; perempuan korban kekerasan seksual
yang menjalankan proses peradilan; perempuan yang hidup di daerah konflik bersenjata;
dan, perempuan kepala keluarga yang hidup di tengah kemiskinan di daerah pedesaan.
Dalam menjalankan tugasnya, Komnas Perempuan mengambil peran sebagai berikut.
menjadi resource center tentang hak asasi perempuan sebagai hak asasi
manusia dan kekerasan terhadap perempuan sebagai pelanggaran HAM.
menjadi negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas
korban dan komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan
menitikberatkan pada kepentingan korban.
menjadi inisiator perubahan serta perumusan kebijakan;
d) menjadi pemantau dan pelapor tentang pelanggaran Ham berbasis
jender dan pemenuhan hak korban.
menjadi fasilitator pengembangan dan penguatan jaringan di tingkat lokal,
nasional dan internasional untuk kepentingan pencegahan, peningkatan
kapasitas penanganan dan penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan.
Di samping lembaga penegakan hak asasi manusia yang dibentuk oleh
pemerintah, masyarakat juga mendirikan berbagai lembaga HAM. Lembaga HAM
bentukan masyarakat terutama dalam bentuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau
NGO (Non-Governmental Organization) yang programnya berfokus pada upaya
pengembangan kehidupan yang demokratis (demokratisasi) dan pengembangan HAM.
LSM ini sering disebut sebagai LSM Prodemokrasi dan HAM.
Yang termasuk LSM ini antara lain YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia), Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), Elsam
(Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat), PBHI (Perhimpunan Bantuan Hukum dan
Hak Asasi Indonesia).
LSM yang menangani berbagai aspek HAM, sesuai dengan minat dan
kemampuannya sendiri pada umumnya terbentuk sebelum didirikannya Komnas HAM.
Dalam pelaksanaan perlindungan dan penegakkan HAM, LSM tampak merupakan mitra
kerja Komnas HAM. Misalnya, LSM mendampingi para korban pelanggaran HAM ke
Komnas HAM.
4. Pelanggaran HAM
Hak asasi manusia bersifat universal, yang artinya berlaku dimana saja, untuk
siapa saja, dan tidak dapat diambil siapapun. Hak-hak tersebut dibutuhkan individu
melindungi diri dam martabat kemanusiaan, juga seagai landasan moral dlam bergaul
dengan sesama manusia. Meskipun demikian bukan berarti manusia dengan hak-haknya
dapat berbuat sesuka hatinya maupun seenak-enaknya.
a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi:
Pembunuhan masal (genosida: setiap perbuatan yang dilakukan
dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa)
Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan
Penyiksaan
Penghilangan orang secara paksa
Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis
b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi:
Pemukulan
Penganiayaan
Pencemaran nama baik
Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
Menghilangkan nyawa orang lain
Penindakan terhadap pelanggaran HAM dilakukan melalui proses peradilan HAM
mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran
yang terjadi harus bersifat nondiskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM
merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Pengadilan Umum.
Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten atau daerah kota yang
daerah hukumnya meliputi daerah hokum Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
Pengadilan HAM bertugas memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi
manusia yang berat. Pengadilan HAM berwewenang juga memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berada dan dilakukan diluar batas territorial
wilayah Negara Republik Indonesia oleh warga Negara Indonesia.
Azra, Azyumardi. “Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani”. ICCE UIN.Jakarta
Chieva,C. 2012. ”Perkembangan dan pemikiran ham di Indonesia”. (diakses melalui internet)
chieva-chiezchua.blogspot.com
https://kliksma.com/2016/09/lembaga-penegakan-ham-nasional.html