Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH KELOMPOK

FISIKA BENCANA ALAM

“ANALISIS KESELAMATAN KAPAL PENAHANAN NUKLIR DIKENAKAN


KUAT GEMPA BUMI DAN TSUNAMI BERIKUTNYA”

Disusun Oleh :
Iis Purnama Sari (17175042)
Yulia (17175050)
Aprili Samra (17175002)

Dosen Pengampu :
Dr. Ahmad Fauzi, M.Si
Syafriani, S.Si, M.Si, Ph.D

MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
ABSTRAK

Pembangkit listrik tenaga nuklir di bawah ekspansi dan sedang dibangun di China sebagian
besar berlokasi di pesisir daerah, yang berarti mereka berisiko mengalami gempa bumi yang
kuat dan tsunami berikutnya. Jurnal ini menyajikan analisis keamanan untuk wadah
penahanan beton bertulang baru di berbagai kegiatan. Terbatas elemen model berbasis
metode dibangun, diverifikasi, dan pertama kali digunakan untuk memahami kinerja seismik
dari bejana penahanan di bawah gempa bumi dengan intensitas yang meningkat. Kemudian,
model itu digunakan untuk menilai kinerja keselamatan kapal kontainmen yang terkena
gempa bumi dengan tanah puncak akselerasi (PGA) sebesar 0,56g dan tsunami berikutnya
dengan peningkatan kedalaman genangan, mirip dengan Gempa dan tsunami Timur Raya
2011 di Jepang. Hasilnya menunjukkan bahwa bejana kontainmen tercapai Batas Negara I
(beton retak) dan Batas Negara II (beton menghancurkan) ketika PGA berada pada rentang
0,8e1,1g dan 1,2e1,7g. Kapal penahanan mencapai Batas Negara I dengan banjir tsunami
kedalaman 10 m setelah menderita gempa bumi dengan PGA 0,56g. Penilaian bahaya khusus
situs dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan sumber-sumber tsunami.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis
Keselamatan Kapal Penahanan Nuklir Dikenakan Kuat Gempa Bumi Dan Tsunami
Berikutnya “. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliah kepada zaman yang berilmu
pengetahuan.
Penulisan makalah ini berguna untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Bencana
Alam dan menambah pengetahuan penulis dalam bidang ilmu pendidikan fisika. Dalam
penulisan makalah ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Ahmad Fauzi, M.Si dan Ibu Syafriani,
S.Si, M.Si, Ph.D, sebagai dosen pembimbing mata kuliah Fisika Bencana Alam, kepada
orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan berupa moril, materil,
do’a serta berbagai macam dukungan lainnya. Dalam penulisan makalah ini penulis
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Padang, April 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................
D. Manfaat Penulisan............................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................................
A. Definisi Tsunami.............................................................................................
B. Sejarah Tsunami .............................................................................................
C. Penyebab dan Tanda-Tanda Tsunami .............................................................
D. Hukum-hukum Fisika yang Mendasari Tsunami ...........................................
E. Karakteristik Fisika dari Tsunami ...................................................................
F. Resiko dan Rawan Tsunami ............................................................................
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................
A. Fisika Tsunami................................................................................................
B. Efek Tsunami...................................................................................................
C. Model Matematika...........................................................................................
D. Analisis Kekuatan Tsunami.............................................................................
E. Hasil Analisis...................................................................................................
F. Tindakan Mitigasi............................................................................................
BAB IV IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA........................................
A. Materi Fisika pada Bencana Tsunami.............................................................
1. Materi Usaha dan Energi.............................................................................
2. Materi Impuls dan Momentum....................................................................
3. Materi Fluida Dinamis................................................................................
4. Materi Gelombang.......................................................................................
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan
demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh
faktor alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam
keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (UU RI No 24 tahun 2007) .
Tsunami adalah gelombang air yang disebabkan oleh perpindahan sejumlah besar
air, di laut dalam atau danau besar, mengikuti gempa bumi, tanah longsor, ledakan
bawah air, dampak meteorit, atau peristiwa geologi kekerasan lainnya. Di garis pantai,
gelombang yang dihasilkan berevolusi dari tidak terduga hingga menghancurkan,
mencapai ketinggian puluhanMeter dan menyebabkan kerusakan harta benda dan
kehilangan nyawa. Lebih dari 225.000 orang terbunuh pada tsunami Samudera Hindia
tahun 2004 saja.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mempelajari tsunami, dan kemajuan
telah dilaporkan secara luas sehubungan dengan penyebab, peramalan, dan pemulihan.
Namun, sepengetahuan kami, tidak ada penelitian yang meratifikasi pendekatan mitigasi
langsung tsunami, kecuali mitigasi yang menggunakan rintangan kapal selam. Dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang “Analisis Keselamatan Kapal Penahanan
Nuklir Dikenakan Kuat Gempa Bumi Dan Tsunami Berikutnya”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah bagaimanakah penerapan konsep-konsep fisika dalam bencana tsunami dan
mitigasinya?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menjelaskan penerapan konsep-konsep fisika dalam mitigasi tsunami
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah diharapkan secara umum makalah ini
dapat menambah pengetahuan tentang konsep-konsep fisika yang dapat diterapkan
dalam mitigasi bencana tsunami untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana
tersebut.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Tsunami
Secara umum pengertian bencana adalah kejadian tiba-tiba atau musibah yang besar
yang mengganggu susunan dasar dan fungsi normal dari suatu masyarakat atau komunitas
(UNDP 2007). Pengertian bencana dalam Kepmen No. 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah
sebagai berikut: Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP mengemukakan bahwa: Bencana
adalah Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang member meningkatkan jumlah korban
dan atau kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau
sarana kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas norma. Sedangkan Heru Sri
Haryanto (2001:35) Mengemukakan bahwa: Bencana adalah Terjadinya kerusakan pada
pola pola kehidupan normal, bersipat merugikan kehidupan manusia, struktur sosial serta
munculnya kebutuhan masyarakat.
Bencana pada dasarnya di bagi dua yaitu yang di akibatkan oleh ulah manusia seperti
kebakaran, kecelakaan laulintas, pencemaran, ledakan Bom, kecelakaan industri. Maupun
dari alam sendiri seperti Gempa Bumi, Tsunami, Longsor lahan, Angin Puting beliung,
terjadinya secara mendadak maupun secara bertahap yang akan mengakibatkan penderitaan
terhadap masyarakat (Sutikno 2001:270). Menurut Heru Sri Haryanto (2001:35)
Berpendapat bahwa karakteristik bencana mempunyai pengertian sebagai berikut :
1. Gangguan terhadap kehidupan normal, yang biasanya merupakan gangguan cukup
besar, mendadak dan tidak terkirakan terjadinya, serta meliputi daerah dengan
jangkauan luas.
2. bersifat merugikan manusia, seperti kehilangan jiwa, luka di badan, kesengsaraan,
gangguan kesehatan, serta kehilangan harta benda.
3. mempengaruhi struktur sosial masyarakat, seperti kerusakan system pemerintahan,
gedung gedung, atau bangunan, sarana komunikasi, dan pelayanan masyarakat.
1. BNPB (2011)
Pengertian tsunami adalah serangkaian peristiwa bersamaan antara gelombang dan
ombak laut sehingga menimbulkan pergeseran lempeng di dasar laut sebagai bentuk
akibat dari gempa bumi yang sebelumnya terjadi. Definsi ini sesuai dengan dasar teori
pembentukan bumi menurut para ahli.
2. Bakornas PB (2007)
Definisi tsunami adalah gelombang lautan dengan periode yang panjang, biasanya hal
tersebut ditimbulkan dari gangguan impulsif dari dasar laut. Kondisi ini melihat zona
laut yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya
3. Puspito (2010)
Pengertian tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan karena gempa dasar laut
sehingga mencapai ketinggian satu meter bahkan hingga puluhan meter di garis dari
pantai. Hal inilah seringkali mengakibatnya bahwa bencana ini lebih banyak
mendaatkan dampak kematian lebih besar di bandingkan dengan bencana lainnya.
4. Musashiazka (2014)
Tsunami adalah gelombang air laut yang tidak wajar dari biasanya, hal ini biasanya
dikarenakan adanya pergeseran lempeng pada belahan bumi, gempa, dan lain sebaginya.
Yang kesemuanya dianggap sebagai akibat kerusakan yang terjadi di alam
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, Tsunami adalah rangkaian
gelombang air laut, gelombang kedua (berikutnya) bisa lebih besar dari gelombang pertama
(sebelumnya). Bahaya tsunami bisa berlangsung beberapa jam, tsunami menjalar ke
daratan / pantai semakin besar, bahkan pada pantai berbentuk corong atau pada muara
sungai volume tsunami bisa naik berlipat-lipat. Tsunami (bahasa Jepang: 津 波 ; secara
harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) adalah sebuah ombak yang terjadi setelah
sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut.
Tenaga setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Dengan itu,
apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya
menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan
efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat ketinggian
hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai. Tsunami bisa menyebabkan
kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan.

B. Sejarah Tsunami
Dalam 200 tahun terakhir setidaknya ada 21 tsunami seluas samudera yang
destruktif. Tsunami seluas pasifik yang paling destruktif dalam sejarah baru-baru ini
ditimbulkan oleh satu gempa bumi yang sangat besar dilepas pantai chili pada 22 mei 1960.
Semua kota-kota di daerah pantai chili rusak berat akibat tsunami dan gempa bumi itu.
Akibatnya 2000 orang tewas dan 3000 orang terluka, 2 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Tinggi gelombang diperkirakan mencapai 20 meter (67 kaki).
Bencana tsunami terburuk dalam sejarah terjadi di samudera hindia pada 26
Desember 2004 dengan gempa berkekuatan 9,3 SR dilepas pantai barat laut sumatera,
Indonesia. Menimbulkan tsunami selua samudera yang juga menghantam Thailand,
Malaysia Ketimur, Srilanka, India, Republik Mala Dewa dan Afrika bagian Barat dalam
perjalanannya melintasi samudera Hindia. Hampir 250000 orang kehilangan jiwa dan lebih
dari sejuta orang terpaksa mengungsi karena kehilangan rumah, harta benda dan mata
pencaharian. Besarnya jumlah korban jiwa dan kerusakan yang diakibatkan oleh tsunami itu
segera menggugah hati para pemimpin Dunia, sehingga diadakanlah system peringatan dan
peringanan dampak tsunami disamudera Hindia tahun 2005.
1. 1 November 1755, setelah gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon, Portugal
dan pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan menggunakan perahu.
Namun Tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa mengerikan secara bersamaan
tersebut membunuh lebih dari 60 ribu orang.
2. 27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami yang
menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat
dan utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong 600 ton blok terumbu karang
menuju tepi pantai.
3. 15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu
pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
4. 1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska,
membunuh 159 orang, kebanyakan berada di Hawaii. Pada tanggal 1 April, 1946
sebuah-besarnya 7,8 (Skala Richter) terjadi gempa dekat Kepulauan Aleutian,
Alaska. Ini menghasilkan tsunami yang menggenangi Hilo di pulau Hawaii dengan
14 meter (46 kaki) gelombang tinggi. Daerah dimana gempa bumi terjadi adalah di
mana lantai Samudera Pasifik merupakan subduksi (atau didorong ke bawah) di
bawah Alaska.
5. 9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern,
Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu
oleh gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena
wilayah tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak
menyebabkan banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan
membunuh dua orang pelaut.
6. 22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar
8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu
kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile
dan Hawaii.
7. 27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan
sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di
Valdez Inlet dengan ketinggian 67 meter, membunuh lebih dari 120 orang. Sepuluh
orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat
menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter.
8. 23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban
gempa bumi.
9. 17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di
Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
10. 26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter
mengguncang Indonesia dan membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar karena
tsunami. Gempa tersebut dinamakan sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami
yang terjadi kemudian dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang
terjadi menimpa banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
11. Tanggal 12 Januari 2006, gempat bumi Haiti yang beresiko memicu  tsunami.
12. Bulan Juli 2006, gempa bumi dan tsunami di Pangandaran.
13. 29 September 2009, gempa bumi dan tsunami di kepulauan Samoa Gempa tersebut
memicu tiga gelombang tsunami secara terpisah, di mana yang terbesar mencapai 1,6
meter di atas permukaan air laut. Peningkatan permukaan air laut setinggi 76 mm
tercatat di dekat episenter, menurut Pacific Tsunami Warning Center (Pusat
Peringatan Tsunami Pasifik) di Ewa Beach, Hawaii
14. 25 Oktober 2010, gempa bumi dan tsunami di pagai selatan sumatera
15. 11 maret 2011, gempa bumi dan tsunami di Jepang Kekuatan 9,0 menjadikan gempa
ini sebagai gempa terbesar yang mengguncang Jepang sepanjang sejarah dan satu
dari empat gempa terbesar di dunia sejak pencatatan gempa modern dimulai. Gempa
ini dianggap sebagai yang terbesar yang mengguncang Jepang dalam 1.200 tahun
terakhir.
Berikut tabel peristiwa tsunami dari tahun 1650-2004 yang pernah terjadi di Indonesia .
No Tahun Tempat Magnetudo Korban
1 1779 Sumatera Barat 8,5 SR Tak tercatat
2 1833 Sumbar,Bengkulu,Lampung 8,8 SR Tak tercatat
3 1883 Gunung Krakatau - 36000
4 1938 Kep. Kai-Banda 8,5 Sr Tak tercata
5 1967 Tinambung - 58
6 1968 Tambu, Sulteng 6 Sr 200
7 1977 Sumbawa 6,1 SR 161
8 1992 Flores 6,8 SR 2080
9 1994 Banyuwangi 7,2 SR 377
10 1996 Toli-toli 7 SR 9
11 1996 Biak 8,2 SR 166
12 2000 Banggai 7,3 SR 50
13 2004 Aceh 9 SR 250000
14 2010 Mentawai-Sumbar 7,7 SR 286

Kejadian Tsunami yang Signifikan di Indonesia


C. Penyebab dan Tanda-Tanda Tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan


sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor
yang jatuh ke bumi. Namun, 90%  tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam
rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika
meletusnya Gunung Krakatau.
Gempa bumi, letusan gunung api dan ledakan bawah air lainnya (ledakan
perangkat nuklir di laut), tanah longsor dan gerakan massa lainnya, dampak bolide, dan
gangguan lainnya di atas atau di bawah air semua memiliki potensi untuk menghasilkan
tsunami. Para sejarawan Yunani Thucydides adalah orang pertama yang berhubungan
tsunami untuk gempa bumi bawah laut, tetapi pemahaman tentang alam tsunami tetap
ramping sampai abad ke-20 dan merupakan subjek penelitian yang sedang berlangsung.
teks awal geologi, geografi, dan oseanografi Banyak lihat tsunami sebagai "gelombang
laut seismik."
Beberapa penyebab terjadinya tsunami akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Longsor lempeng bawah laut (undersea landslides) gerakan yang besar pada kerak
bumi biasanya terjadi diperbatasan antar lempeng tektonik. Celah retakan antar kedua
lempeng tektonik disebut dengan sesar (faull). Contohnya disekeliling tepian
samudera pasifik yang biasa disebut dengan lingkaran api, lempeng samudera yang
lebih padat menunjam masuk kebawah lempeng benua. Proses ini dinamakan
penunjam (subduktion). Gempa subduksi sangat efektif membangkitkan gelombang
tsunami.
2. Gempa bumi bawah laut (undersea earthquake)
Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerrakan
lempeng bumi. Jika gempa ini terjadi dibawah laut, air diatas wilayah lempeng
yang bergerak berpindah dari posisi equilibrium. Gelombang muncul ketika air
bergerak oleh pengaruh grafitasi kembali keposisi eqauilibrium. Apabila wilayah
luas pada dasar laut bergerak naik maupun turun, tsunami akan terjadi. Tidak
semua gempa menghasilkan tsunami, hal ini tergantung beberapa factor utama,
seperti: tipe sesar, kemiringan sudut antar lempeng dan kedalaman pusat gempa.
3. Tumbukan benda luar angkasa (cosmic body impacts)
Tumbukan dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap
air laut yang dating dari arah permukaan. Tsunami yang timbul karena sebab ini
umumnya terjadi sangat cepat dan jarang mempengaruhi wilayah pesisir yang
jauh dari sumber gelombang. Sekalipun begitu, apabila pergerakan lempeng dan
tabrakan benda luar angkasa cukup dahsyat, kedua peristiwa ini dapat
menciptakan megatsunami.
Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa
meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter
karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk
daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan
bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar.
Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera
menelusup ke bawah lempeng benua. Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta
runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat
menghasilkan tsunami.
Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar
laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas.
Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang
tingginya mencapai ratusan meter. Kebanyakan tsunami dihasilkan oleh gempa bumi
bawah laut Tsunami dapat dihasilkan ketika batas lempeng konvergen atau merusak tiba-
tiba bergerak dan secara vertikal menggantikan air di atasnya. Sangat tidak mungkin
bahwa mereka dapat terbentuk di divergen (konstruktif) atau batas lempeng konservatif.
Hal ini karena batas konstruktif atau konservatif umumnya tidak mengganggu
perpindahan vertikal kolom air. gempa bumi zona subduksi terkait menghasilkan
mayoritas tsunami. Tsunami memiliki amplitudo kecil (gelombang tinggi) lepas pantai,
dan panjang gelombang yang sangat panjang (sering ratusan kilometer panjang), itulah
sebabnya mereka biasanya lulus tanpa disadari di laut, membentuk hanya sedikit
membengkak biasanya sekitar 300 mm (12 in) di atas normal permukaan laut. Mereka
tumbuh tinggi ketika mereka mencapai air dangkal, dalam gelombang shoaling proses
yang dijelaskan di bawah ini. Tsunami dapat terjadi dalam keadaan pasang surut dan
bahkan pada air surut masih bisa membanjiri wilayah pesisir.
Tsunami disebabkan oleh mekanisme ini, tidak seperti tsunami trans-samudera,
dapat menghilang dengan cepat dan jarang mempengaruhi garis pantai jauh karena
wilayah laut kecil yang terkena dampak. Kejadian-kejadian ini dapat menimbulkan
gelombang kejut lebih besar lokal (soliton), seperti tanah longsor di kepala Lituya, Bay
tahun 1958, yang menghasilkan gelombang dengan gelombang awal diperkirakan
mencapai 524 meter (1.719 kaki). Namun, sebuah longsor sangat besar dapat
menghasilkan megatsunami yang bisa menempuh jarak trans-samudera, meskipun tidak
ada bukti geologi untuk mendukung hipotesis ini.
Gempa yang menyebabkan tsunami:
 Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km)
 Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
 Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Gejala yang mungkin terjadi jika akan datang gelombang tsunami adalah sebagai
berikut:
1. Biasanya diawali dengan gempa bumi yang sangat kuat.
2. Bila kamu melihat permukaan air laut turun secara tiba-tiba, waspadalah karena itu
tanda gelombang tsunami akan datang.
3. Tsunami adalah rangkaian gelombang. Bukan gelombang pertama yang besar dan
membahayakan. Beberapa saat setelah gelombang pertama akan menyusul gelombang
yang jauh lebih besar.

Tanda-tanda terjadinya tsunami:


 Air laut yang surut secara tiba-tiba
 Bau asin yang sangat menyengat
 Dari kejauhan tampak gelombnag putih dan suara gemuruh yang sangat keras
 Batas horizon antara lautan dan langit tidak terlihat jelas (seperti terlihat mendung)
 Merasakan terjadinya gempa
 Biasanya akan muncul gelembung-gelembung gas pada permukaan air dan membuat
pantai seperti mendidih.

D. Hukum-Hukum Fisika yang Mendasari Tsunami


Gelombang tsunami bisa dijelaskan dari penjalaran gelombang secara transversal.
Energinya adalah fungsi dari ketinggian (amplitude) dan kecepatannya. Ketinggiannya
sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang. Tsunami memiliki panjang gelombang
ratusan km berperilaku seperti gelombang air dangkal. Energy yang dikandung
gelombang tidaklah berkurang banyak. Ini sesuai hubungan laju energi yang hilang
(energy loss rate) pada gelombang berjalan berbanding terbalik dengan panjang
gelombang dengan kata lain semakin besar gelombang makin sedikit energy yang hilang,
sehingga energy yang dikandung tsunami konstan.
Tsunami bergerak keluar dari daerah pembangkitannya dalam bentuk serangkian
gelombang. Kecepatannya bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya gelombang
tersebut mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan bertambah atau
berkurangnya kedalaman dasar laut. Dengan proses ini arah pergerakan gelombang juga
berubah dan energy gelombang bias menjadi terfokus atau juga menyebar.
Pada laut dalam gelombang tsunami mampu bergerak dengan kecepatan 500
-1000 km/jam. Sedangkan dekat pantai kecepatnya melambat menjadi beberapa puluh
km/jam. Ketinggian tsunami bergantung pada kedalaman air. Sebuah gelombang
tsuanami yang hanya memiliki ketinggian 1 meter dilaut dalam bias meninggi hingga
puluhan meter pada garis pantai. Berbeda dengan gelombang laut yang terjadi karena
terpaan angin yang hanya mengganggu permukaan laut, maka energy gelombang
tsunami meluas sampai kedalam lautan. Didekat pantai energi gelombng terkonsentrasi
pada arah vertical karena berkurangnya kedalaman air dan berubah arah menjadi
horizontal ketika memendeknya panjang gelombang yang diakibatkan perlambatan gerak
gelombang.

Kecepatan gerak tsunami :


Velositas gelombang lautan yang panjangnya cukup besar dibandingkan
kedalaman air (25 kali kedalaman atau lebih) didapat dengan rumus berikut:

Dimana :
v = kecepatan gelombang tsunami
g = percepatan gravitasi
h = kedalaman air
Ukuran tsunami berdasarkan pada ukuran gelombang tsunami dari alat pengukur
tinggi permukaan laut serta alat-alat lainnya lida et. Al (1972) menjabarkan magnetudo
(m) sebgai variable dependent dalam basis 2 logaritme pada ketinggian gelombang
maksimum yang terukur dilapangan dan menyerupai bentangan magnetudo dari -1
sampai 4.
Hatori (1979) kemudian memperluas apa yang disebut skala Imamura – Lida
untuk tsunami bermedan jauh dengan memasukkan jarak dalam rumus. Soloviev (1970)
mengatakan ketinggian tsunami rata-rata dapat menjadi indicator lain yang baik untuk
ukuran tsunami dan intensitas maksimum adalah intensitas yang diukur paling dekat
kesumber tsunami. Beberapa magnetudo tsunami serupa pernah diusulkan untuk
menghitung magnetudo gempa bumi. Termasuk didalamnya adalah formula asal yang
diusulkan oleh Abe (1979) untuk magnetudo tsunami, yaitu:

m =  2log ηmax

Dimana :

m     : magnitude tsunami (Imamura)

ηmax : tinggi run-up tsunami (m)

Energi gelombang tsunami


Energi yang dikandung gelombang tidaklah berkurang banyak, sesuai dengan laju
energi yang hilang (energy loss rate) yaitu gelombnag berjalan berbanding terbalik
dengan panjang gelombang. Semakin besar panjang gelombang, semakin sedikit energy
yang hilang, dan sebaliknya. Sehingga energy yang dikandung tsunami bias dianggap
konstan.
E. Karakteristik Fisika dari Tsunami
Gelombang tsunami memiliki beberapa karakteristik Fisikanya, antara lain:
1. Panjang Gelombang
Adalah jarak antara dua titik gelombang (antara puncak gelombang dan lembah
gelombang). Gelombang laut normal mempunyai panjang gelombang sekitar 100
m. Tsunami mempunyai panjang gelombang terpanjang yaitu sampai 500 km.
Penjelasannya pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10. Gambaran Panjang Gelombang Tsunami
Sumber: Nelson (2012: 2)
2. Tinggi gelombang
Menyatakan jarak antara lembah gelombang dengan puncak gelombang.
3. Amplitudo gelombang
Menyatakan tinggi gelombang diukur dari permukaan laut, biasanya besarnya
sebanding dengan ½ tinggi gelombang. Tinggi dan amplitudo gelombang tsunami
bergantung kepada kedalaman laut.
4. Periode dan Frekuensi Gelombang
Periode adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu gelombang
penuh melalui titik keseimbangan. Sementara frekuensi adalah banyaknya
gelombang yang terjadi dalam satu sekon.
5. Kecepatan gelombang
Adalah kecepatan gelombang dalam merambat. Kecepatan gelombang laut secara
normal sekitar 90 km/jam, sedangkan kecepatan tsunami dapat mencapai 950
km/jam. Kecepatan gelombang sebanding dengan panjang gelombang tiap satuan
waktunya, sesuai dengan persamaan:

F. Resiko Tsunami dan Rawan Tsunami


Resiko yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta
menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air
bersih.Kebanyakan kota di sekitar Samudra Pasifik, terutama di Jepang juga di Hawaii,
mempunyai sistem peringatan dan prosedur pengungsian sekiranya tsunami diramalkan
akan terjadi. Tsunami akan diamati oleh berbagai institusi seismologi sekeliling dunia
dan perkembangannya dipantau melalui satelit. Bukti menunjukkan tidak mustahil
terjadinya megatsunami, yang menyebabkan beberapa pulau tenggelam.

Wilayah Rawan Tsunami di Indonesia


Di Indonesia wilayah rawan bencana tsunami meliputi 21 wilayah, yaitu:
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung-
Banten, Jawa Tengah Bagian Selatan, Jawa Timur Bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak-Yapen, Balikpapan, Sekurau, Palu, Talaud,
Kendari.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Fisika Tsunami
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan panjang gelombang yang
sangat panjang dan panjang yang dihasilkan saat dasar laut Tiba-tiba lift mengangkat
seluruh kolom air secara vertikal ke atas.
Saat tsunami melintasi laut dalam, panjang gelombangnya dari puncak ke puncak
mungkin beberapa ratus kilometer namun demikian Tinggi hanya beberapa sentimeter.
Di lautan dalam, ombak ini akan mencapai kecepatan melebihi 970km / jam. Kapan
Tsunami memasuki air shoaling garis pantai, kecepatan ombaknya turun dan tinggi
gelombang meningkat, Terkadang sampai ketinggian 30m, dan menyerang pantai dengan
kekuatan dahsyat. Fitur lain dari tsunami yang Pengaruh ukuran tsunami adalah garis
pantai, konfigurasi batimetrik, kecepatan deformasi dasar laut dan Kedalaman air di
dekat sumber gempa. Tsunami ditandai sebagai gelombang air dangkal dan berbeda dari
Gelombang yang dihasilkan angin.
Tsunami dapat memiliki masa dalam rentang sepuluh menit sampai dua jam dan
panjang gelombang masuk Lebih dari 500km. Kecepatan gelombang air dangkal sama
dengan akar kuadrat produk akselerasi akibat Gravitasi dan kedalaman air. Tingkat di
mana gelombang kehilangan energinya meningkat sebanding dengan panjang
gelombangnya. Oleh karena itu, tsunami bergerak di perairan dalam dengan kecepatan
tinggi dan menempuh jarak transoceanic yang besar dengan kehilangan energi yang
terbatas. Di dekat pantai, saat kedalaman air menurunkan kecepatan tsunami berkurang.
Namun sebagai perubahan total energi Tetap konstan, kecepatan tsunami menurun saat
memasuki perairan dangkal dan tinggi gelombang tumbuh. Karena "efek shoaling" ini,
tsunami yang tak terlihat di perairan dalam bisa tumbuh beberapa meter tinggi. Saat
tsunami tiba di pantai, gelombang pasang naik dan turun dengan cepat, serangkaian
gelombang pecah

B. Model Matematika
Dalam tulisan ini, tiga tipe struktur berikut dipilih untuk dianalisis dan kekuatan
tsunami diberikan Pada struktur ini dikerjakan saat mengalami tsunami dengan
ketinggian yang berbeda.
Tipe A: R.C. Cerobong tinggi 30m dengan perubahan penampang melintang pada
tiga tahap tinggi.
Tipe B: Reservoir layanan overhead enam liter kapasitas lakh dengan tiga
horisontal Perut ditempatkan masing-masing pada interval 4m.
Tipe C: Bangunan sekolah tiga bertingkat dengan dinding pengisi berukuran
32mx15m dalam rencana dan ketinggian 3.5m masing-masing.
Menurut Camfield, jenis kekuatan berikut mungkin terjadi saat serangan tsunami
menyerang bangunan Kecepatan tinggi
 Kekuatan hidrostatis akibat sebagian atau seluruhnya perendaman struktur.
 Gaya hidrodinamik yang disebabkan oleh kecepatan tinggi lonjakan / turbulen air.
 Pasir apung yang disebabkan oleh pengurasan parsial atau penuh.
 Kekuatan dampak yang disebabkan oleh kayu apung, perahu kecil, kayu, bagian struktur
dan bahan puing lainnya Terbawa arus air.
 Tenaga surge yang disebabkan oleh terdepan gelombang yang menimpa struktur.
Dalam analisis, kekuatan hidrodinamik dan benturan diambil untuk
dipertimbangkan karena kekuatan ini dominan Dibandingkan dengan kekuatan lainnya.
Meskipun struktur pantai mengalami tekanan angin, hasil penelitian terakhir
menunjukkan bahwa Dampak tekanan gelombang impulsif jauh lebih tinggi daripada
angin. Biasanya R.C. Bangunan dengan bukaan di batu Panel infill telah menunjukkan
kinerja yang baik bagi mereka yang tidak memiliki bukaan selama tsunami Indonesia
pada tahun 2004. Besar Persentase bukaan dan koridor memungkinkan gelombang
melewatinya, sehingga meminimalkan dampak tsunami terhadap tsunami struktur.
Namun, elemen struktural seperti kolom, balok, penyangga dan pondasi lateral harus
dirancang dan Dibangun untuk menahan ombak.

C. Analisis Kekuatan Tsunami


Kode desain FEMA 55 dan kode rancangan standar Bureau of India
memberikan ungkapan untuk kekuatan yang berbeda yang mungkin Disediakan karena
dampak gelombang tsunami terhadap struktur bangunan. Saat air bergolak menabrak
struktur, Kekuatan hidrodinamik dan benturan dianggap bertindak sesuai struktur
mendekati tsunami. Itu Persamaan yang disarankan oleh Harry Yeh etal (2005)
digunakan. Kedalaman genangan dan kecepatan aliran gelombang tsunami merupakan
parameter penting untuk menghitung kekuatan Disampaikan pada struktur. Kekuatan di
atas dibuat untuk lereng pantai 1in 50 dan 1in 100 seperti yang ditunjukkan pada gambar
1.
Kekuatan hidrodinamik:
Gaya hidrodinamik (drag) dinyatakan sebanding dengan produk kuadrat
kecepatan aliran dan daerah yang diproyeksikan Pada struktur. CD koefisien drag
diambil sebagai 2.0 untuk anggota kolom persegi panjang dan 3.0 untuk anggota dinding
Disarankan oleh Camfield (1994). Untuk lokasi dan lereng pantai yang ditentukan,
parameter ketiadaan (hmaxu2) dihitung dari persamaan 1 dan gaya hidrodinamika, FD
dihitung dari persamaan 2 yang diberikan di bawah ini

Fi= CmUmax√km
Dengan menggunakan persamaan 2 & 3, nilai kekuatan hidrodinamik dan
benturan dihitung untuk struktur tipe A, B & C untuk Kedalaman genangan yang
berbeda dan lereng pantai. Kekuatan total yang dianggap berperan pada struktur
diperoleh oleh Menyimpulkan kekuatan hidrodinamik dan benturan pada tingkat masing-
masing struktur dan disajikan dalam tabel. Itu Representasi grafis Run up height vs total
kekuatan Tsunami untuk struktur di atas disajikan dalam grafik
B. Hasil Analisis
Hasil beban tsunami untuk tiga jenis struktur berbeda pada lereng yang berbeda
yaitu 1:50 dan 1: 100 pada tingkat kemiringan yang berbeda Ketinggian 3m, 6m, 9m dan
12m
C. Tindakan Mitigasi
1. Penilaian Kerentanan:
Bukti historis dan geologi menunjukkan bahwa sabuk pesisir Pacific Northwest
dan Northeast of Indian Ocean memiliki Mengalami banyak gempa yang diinduksi
tsunami di masa lalu dan frekuensi kejadian ini cenderung meningkat di masa depan.
Pelabuhan, pelabuhan, jalan dan struktur non teknik terletak dekat dengan permukaan
laut dan biasanya dibangun struktur Pada tanah yang tidak terkonsolidasi rentan terhadap
bahaya tsunami yang terkait dengan kegagalan seperti runtuhnya bangunan, Pencairan
dan tsunami.
Penilaian kerentanan adalah mengidentifikasi isu-isu yang rentan di tingkat lokal,
yang kemudian menjadi dasar untuk berkembang Langkah-langkah mitigasi dan strategi
kesiapsiagaan yang tepat. Faktor penting dalam menggabungkan konteks komunitas Ke
dalam proses bahaya alam melibatkan seluruh pemangku kepentingan seperti individu,
bisnis, pembangun, pemerintah setempat Dan organisasi non-pemerintah dengan upaya
perencanaan mitigasi dan kesiapsiagaan. Perhatian utama kerentanan Untuk bahaya
tsunami adalah bagaimana memperkuat interaksi produktif antara pemangku kepentingan
dan ahli teknis Mengidentifikasi masalah kerentanan
Tindakan Mitigasi:
Langkah pertama tindakan mitigasi adalah menanamkan pengetahuan mutakhir
dan kemudian menerjemahkan pengetahuan ini ke dalam State-of-art dari praktek.
Perlindungan terhadap hilangnya nyawa dan kerusakan harta benda terutama bergantung
pada buatan manusia
Tindakan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, mengembangkan sistem
peringatan tele-tsunami, memberikan signage evakuasi Dan memperbaiki logistik
evakuasi. Negara maju menerapkan sistem peringatan tsunami sebagai mitigasi
Langkah-langkah dan berhasil meminimalkan jumlah korban tewas dan kerusakan
struktural selama kejadian tsunami besar.
Peringatan tsunami yang akan datang lebih efektif daripada masalah mendeteksi bahwa
gempa terjadi di bawah Atau dekat laut. Pada tahun 2004 gempa Sumatra dan tsunami
berikutnya, terjadi kelambatan sekitar dua setengah jam Antara terjadinya gempa dan
tsunami yang sampai ke pantai India. Kelambatan waktu ini bisa dimanfaatkan untuk
mengeluarkan peringatan kepada masyarakat pesisir sehingga masyarakat bisa
dievakuasi ke zona yang lebih aman. Pada tahun 1965, pemerintah Inter Komisi
Oseanografi (IOC) UNESCO, mendirikan Pusat Informasi Tsunami Internasional di
Hawali. Di 1968, IOC membentuk sistem peringatan tsunami kelompok Koordinasi
Internasional di Pasifik dengan 26 negara di dan Sekitar sabuk pacific sebagai
anggotanya. Di PTWC, Hawaii sistem komputer terus memantau data dari Stasiun
seismik dan orang-orang yang waspada saat tsunami signifikan telah terdeteksi.
Akibatnya, National Oceanic dan Atmospheric Administration (NOAA)
mengembangkan pengukuran Deep Ocean Assessment and Reporting Tsunami (DART).
Itu Data dari alat pengukur DART dapat ditransmisikan secara akustik ke pelampung
permukaan dan kemudian mengirimkannya melalui satelit ke peringatan tersebut pusat.
Mengalami fenomena dahsyat yang sangat dahsyat saat terjadi tsunami di Indonesia,
India memulai usahanya sendiri Pusat peringatan tsunami sementara pada tahun 2007 di
Pusat Informasi Laut untuk Informasi India (INCOIS) Hyderabad, di bawah Earth
Systems Sciences Organization (ESSO), Pemerintah India Prediksi kemungkinan
peristiwa tsunami bergantung pada pemahaman deformasi lokal dan proses geologi
Terjadi di wilayah tertentu serta evolusi tektonik global secara keseluruhan yang
mendorong mereka.
BAB IV
IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

A. Materi Fisika pada Bencana Tsunami


Materi-materi yang terintegrasi dengan bencana tsunami adalah sebagai berikut;
1. Materi Usaha dan Energi
Berdasarkan KD 3.3 Menganalisis konsep energi, usaha, hubungan usaha dan
perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyelesaikan permasalahan
gerak dalam kejadian sehari-hari, diharapkan peserta didik setelah mempelajari materi
ini pada kompetensi sikap dapat menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
memberikan kemampuan kepada manusia untuk melakukan usaha, menciptakan benda
dengan energi kinetik dan energi potensial, dan memberikan kemampuan untuk
mengubah energi menjadi teknologi terbarukan. Selain itu, kompetensi yang diharapkan
dari peserta didik adalah sikap siaga terhadap bencana tsunami. Selanjutnya, dari
kompetensi keterampilan diharapkan peserta didik dapat memecahkan persoalan terkait
penerapan hukum kekekalan energi mekanik pada bencana tsunami.
Sedangkan kompetensi yang diharapkan dari kompetensi pengetahuan adalah
peserta didik dapat menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya. Pengetahuan itu dapat dijabarkan sebagai berikut;
1) Usaha
Sejumlah orang yang sedang mendorong sebuah mobil (Gambar 6). Orang tersebut
masing-masing memberikan gaya melalui suatu dorongan kepada mobil sehingga mobil
bergerak (berpindah) sejauh . Adanya gaya yang bekerja pada mobil menyebabkan mobil
tersebut berpindah. Hal ini menunjukkan adanya usaha W yang telah dilakukan oleh
orang itu terhadap mobil.
Gambar 6. Sejumlah Orang yang Sedang Mendorong Mobil
Sumber : Sri Handayani (2009: 56)
Selanjutnya, sebuah balok ditarik dengan gaya sehingga balok mengalami
perpindahan sejauh . Benda tersebut dikatakan menerima usaha W karena selama gaya
bekerja pada benda tersebut menyebabkan benda berpindah sejauh , serta gaya dan
perpindahan berada pada satu garis (Gambar 7).

Gambar 7. Sebuah Balok Mengalami Perpindahan s Akibat Adanya Gaya F


Sumber : Sri Handayani (2009: 56)
Pada Gambar 8, seorang anak yang sedang mendorong tembok. Anak tersebut
mengerjakan sejumlah gaya kepada tembok, namun tembok tersebut tetap di tempatnya
(tidak bergerak atau berpindah). Adanya gaya yang diberikan oleh anak tersebut kepada
tembok tetapi tembok tidak berpindah menunjukkan bahwa anak tersebut tidak
melakukan usaha W terhadap tembok.
Gambar 8. Seorang Anak yang Sedang Mendorong Tembok
Sumber : (Setya, 2009: 103)
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada dua syarat terjadinya
usaha, yaitu: a) adanya gaya yang bekerja pada suatu benda, b) adanya perpindahan
yang dialami oleh benda tersebut. Dengan demikian usaha didefenisikan sebagai
sejumlah gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga menyebabkan benda berpindah
sejauh garis lurus dan searah dengan arah gaya.
Menurut Giancolli (2014: 173) usaha (work) yang dilakukan pada sebuah benda
oleh suatu gaya konstan (tetap dalam hal magnitudonya maupun arahnya) didefenisikan
sebagai hasil kali magnitudo perpindahan dan komponen gaya yang sejajar dengan
arah perpindahan itu. Sehingga usaha yang diterima benda tersebut adalah
W = Fs (1)
Dimana W adalah usaha, F adalah gaya, dan s adalah perpindahan.
Berikut ini disajikan sebuah ilustrasi benda yang ditarik dengan gaya F yang
membentuk sudut terhadap arah perpindahan. Karena F membentuk sudut maka perlu
dilakukan penguraian dalam bentuk Fx dan Fy, uraian gaya yang digunakan adalah gaya
yang searah dengan perpindahan. Untuk Gambar 9. digunakan Fx = F cos .

Gambar 9. Sebuah Balok Mengalami Perpindahan s Akibat adanya Gaya Fx


Sumber : (Setya, 2009: 101)
Usaha yang dilakukan benda tersebut adalah
W = F s cos α (2)
dimana α adalah sudut yang dibentuk oleh gaya dan perpindahan.
Berdasarkan beberapa ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa benda dikatakan
menerima usaha ketika pada benda tersebut diberi gaya, dan benda tersebut mengalami
perpindahan, serta gaya dan perpindahan berada pada garis yang sama (sejajar). Hal ini
sejalan dengan pendapat beberapa ahli yang menjabarkan mengenai konsep usaha.
Menurut Vulley (2007: 90) ‘’usaha terjadi jika suatu objek dipindahkan melalui beberapa
pergantian jarak ketika suatu gaya bekerja pada benda tersebut, jika gaya dan
perpindahan digandakan maka usaha juga digandakan. Menurut Bueche (2000) ‘’the
work done by a force is defined the product of that force times the parallel distance over
which it acts, usaha yang terjadi digambarkan dengan perkalian gaya dengan
perpindahan benda dimana gaya itu bekerja’’.

2) Energi
a) Pengertian Energi
Seorang atlet yang sedang berlari terjadi perubahan energi dari energi kimia tubuh
atlet tersebut menjadi energi kinetik. Sebuah energi dapat berubah bentuk menjadi
bentuk lainnya, tetapi energy tersebut tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Menurut
Renenson (2000: 65) ‘’energy is a quantity that depends on the choice of the system of
reference, it can be specified only with respect to the reference system’’, energi adalah
sebuah kuantitas yang bergantung pada sistem. Hal senada juga disampaikan oleh
Bueche (2000: 69) ‘’energy is measure of the change imparted to a system, It is given to
an object whwn does work on the object, the amount of energy transferred to the object
equals the work done’’, energi yang dimiliki oleh sebuah benda ketika pada sebuah
benda bekerja gaya. Energi tidak memiliki massa, tidak dapat diamati, dan tidak dapat
diukur secara langsung. Energi dapat menyebabkan perubahan pada benda atau
lingkungan. Perubahan energi yang dimaksud dapat terjadi dengan berbagai cara.
b) Bentuk- Bentuk Energi
(1) Energi Kinetik
Misalkan ada sebuah benda bermassa m bergerak dengan kecepatan v tertentu.
Maka benda tersebut memiliki energi yang besarnya dapat dihitung dengan:
Ek = ½ mv2 (3)
dimana adalah energi kinetik (Joule), m = massa (kg), dan v adalah kecepatan (m/s).
Berdasarkan Persamaan 3 terlihat energi kinetik sebanding dengan kuadrat kecepatan
sebuah benda. Hal ini sejalan dengan keterangan beberapa ahli mengenai energi kinetik.
Menurut Renenson (2000: 66) ‘’kinetic energy, energy of motion, the energy of motion
supplied to the body by the work done during acceleration’’, energi kinetik merupakan
energi yang dimiliki benda karena geraknya, energi gerak benda didapat dari usaha
selama adanya percepatan. Selanjutnya Myers (2006: 69) ‘’kinetic energy is the energy
of motion, anything that moves possesses kinetic energy, translational kinetic energy is
equal to one half times the product of mass anda the magnitude of velocity squared’’,
energi kinetik merupakan energi gerak, semua benda yang bergerak memiliki energi
kinetik, energi kinetik dirumuskan menjadi setengah dari perkalian massa dengan
kuadrat kecepatan’’. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda bergerak yang besarnya setara
dengan separuh dari nilai perkalian massa dengan kuadrat kecepatan. Agar benda
dipercepat beraturan sampai bergerak dengan laju v maka pada benda tersebut harus
diberikan gaya total yang konstan dan searah dengan arah gerak benda sejauh s. Untuk
itu dilakukan usaha atau kerja pada benda tersebut sebesar , dengan

Gambar 10. Akibat Ditarik Gaya F Balok Mengalami Perubahan Kecepatan


Sumber : (Setya, 2009: 115)
½ m1v12 = ½ m2v22 (4)
W = Ek2 – Ek1 (4a)
Persamaan 4 menjelaskan hubungan usaha dengan energi kinetik. Dari persamaan
tersebut dapat dilihat usaha yang diterima benda tersebut digunakan untuk mengubah
kecepatan benda.
(2)Energi Potensial
Misalkan ada sebuah benda bermassa m yang diam berada pada kettinggian h dari
suatu acuan, maka benda tersebut memiliki energi potensial yang besarnya:
Ep = m g h (5)
dimana m adalah massa (kg), g adalah percepatan gravitasi (m/s 2), h adalah ketinggian
(m).
Berdasarkan Persamaan 5 terlihat bahwa energi potensial suatu benda bergantung
pada kedudukannya. Menurut Renenson (2000: 67) ‘’the energy that depends only on the
position of the body, but not on its velocity is reffered to as potential energy’’, energi
potensial merupakan energy yang dimiliki benda karena posisi atau kedudukannya.
Menurut Myers (2006) ‘’ potential energy can be considered stored energy that result
from the position or configuration of the system’’, energi potensial merupakan energi
yang didapatkan dari kedudukan atau konfigurasi sitem. Berdasarkan beberapa
pengertian di atas dapat didimpulkan bahwa energi potensial adalah energi yang dimiliki
oleh benda karena kedudukan atau posisi akibat interaksi dengan percepatan gravitasi.
Sama halnya dengan energi kinetik, energi potensial juga memiliki hubungan
dengan usaha. Berikut ini disajikan ilustrasi sebuah benda yang awalnya berada posisi h 1
pindah ke posisi h2, maka hubungan antara perubahan posisi dengan usaha yang
disajikan Persamaan 6.

Gambar 11. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial


Sumber : (Setya: 2009, 111)
W = Ep2 – Ep1 (6)
dimana Ep adalah energi potensial
(3) Energi Mekanik
Energi di alam ini tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat diciptakan, tetapi dapat
berubah bentuk dari suatu bentuk energi ke bentuk lainnya. Contoh energi gerak bisa
diubah menjadi energi listrik atau sebaliknya energi listrik dapat diubah menjadi energi
gerak. Energi mekanik merupakan penjumlahan antara energi kinetik dengan energi
potensial, jika ada dua kedaan A dan B maka:
EMA = EMB (7)
EkA + EpA = EkB + EpB (7a)

Gambar 12. Hukum Kekekalan Energi


Sumber : (Setya: 2009: 118)
Misalkan di titik A benda dilepaskan ke bawah tanpa kecepatan awal, berarti pada
titik tersebut Ek = 0, Ep = maksimum. Sampai di titik B (tanah), Ep = 0,
Ek = maksimum. Jadi, ketika benda bergerak ke bawah energi potensial semakin kecil
dan energi kinetik semakin besar dan jumlah keduanya tetap.
Pada Gambar 13 menampilkan gelombang tsunami yang mencapai daratan. Ketika
gelombang tsunami terbentuk, energi dari gelombang tsunami akan diteruskan sebagai
energi kinetik dan energi potensial.
Ketika kecepatan gelombang tsunami tinggi, maka energi kinetik dari gelombang
tsunami menjadi besar. Ketika gelombang tsunami mencapai daratan, kecepatan
gelombangnya akan menurun sehingga energi kinetiknya juga mengecil. Jadi ketika
mencapai daratan ada energi kinetik yang hilang.
Gambar 13. Gelombang Tsunami
Sumber: http://kompasiana.com
Dari hukum kekekalan energi:

dapat diketahui bahwa energi kinetik yang hilang akan berubah menjadi energi potensial.
Sehingga ketika mencapai daratan energi potensial akan meningkat dengan
meningkatnya ketinggian gelombang. Hantaman gelombang tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena
tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran
gelombang tsunami.
Materi usaha dan energi di atas dapat dikelompokkan seperti terangkum pada
Tabel 1.

Tabel 1. Materi Usaha dan Energi


Fakta  Seorang petani sedang melakukan usaha ketika membajak tanah di
sawah.
 Buah kelapa yang mula-mula diam di atas pohon kemudian jatuh.
 Bila ditarik pegas cendrung kembali ke posisi seimbangnya.
 Buah apel cendrung jatuh dari pohonnya.
 Energi yang dibawa oleh gelombang tsunami dapat merusak
daerah yang dilaluinya.
Konsep  Usaha diartikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu benda
sehingga benda tersebut mengalami perpindahan.
 Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha.
 Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya
(atau kecepatannya).
 Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh benda karena
kedudukannya,
 Energi mekanik adalah penjumlahan energi potensial dengan
energi kinetik.
 Daya didefenisikan sebagai laju usaha dilakukan atau persatuan
waktu.
Prinsip 1. Usaha
W = Fs
dimana W = usaha, = gaya, perpindahan, = sudut yang dibentuk oleh
gaya dan perpindahan
2. Energi kinetik,
Ek = ½ mv2
dimana adalah energi kinetik (Joule), m = massa (kg), dan v adalah
kecepatan (m/s).
3. Hubungan Usaha dengan Energi Kinetik
W = Ek2 – Ek1
4. Energi Potensial, Ep = m g h
dimana Ep adalah energi potensial, m adalah massa (kg), g adalah
percepatan gravitasi (m/s2), h adalah ketinggian (m).
5. Hubungan usaha dengan energi potensial
W = Ep2 – Ep1
6. Hukum kekekalan energi mekanik : energi mekanika bersifat kekal.
Energi mekanik merupakan penjumlahan energi kinetik dan energi
potensial, jika ada dua keadaan A dan B, maka:
EMA = EMB
EkA + EpA = EkB + EpB
7. Daya , P = W/t dimana W adalah usaha (Joule), t adalah waktu
(sekon)
Prosedur  Mengenali masalah
 Mendefenisikan dan representasi masalah
 Mengembangkan solusi strategi pemecahan masalah
 Mengorganisir pengetahuan tentang masalah
 Mengalokasikan sumber daya mental untuk memecahkan masalah
 Memantau perkembangan ketercapaian tujuan
 Evaluasi solusi pemecahan masalah
Metakognit Menggunakan model pembelajaran complex problem solving untuk
if memecahkan masalah penerapan hukum kekekalan energi mekanik.

2. Materi Impuls dan Momentum


Berdasarkan KD 3.5 Mendeskripsikan momentum dan impuls, hukum kekekalan
momentum, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari diharapkan peserta didik
setelah mempelajari materi ini pada kompetensi sikap dapat bertambah keimanannya
dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap
kebesaran Tuhan yang menciptakannya serta mempunyai sikap siaga bencana tsunami
yang telah menjadi ketetapan-Nya, selanjutnya pada kompetensi keterampilan, peserta
didik diharapkan terampil dalam membuat alat sederhana atau merancang percobaan
dengan menerapkan konsep momentum dan impuls serta hukum kekekalan momentum.
Sedangkan untuk kompetensi pengetahuan, peserta didik diharapkan mengetahui
dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya. Pengetahuan itu dapat dijabarkan sebagai berikut;

1) Konsep Impuls dan Momentum


a) Konsep Impuls
Impuls didefenisikan sebagai hasil kali antara gaya yang bekerja F (vektor) dengan
selang waktu singkat ((skalar). Menurut Giancolli (2014: 220) konsep impuls sangat
berguna, terutama bila kita berhadapan dengan gaya-gaya yang bekerja dalam waktu
yang amat singkat. Untuk membuat suatu benda yang diam menjadi bergerak diperlukan
sebuah gaya yang bekerja pada benda tersebut selama interval waktu tertentu. Gaya yang
diperlukan untuk membuat sebuah benda tersebut bergerak dalam interval waktu tertentu
disebut impuls. Impuls merupakan besaran vektor yang arahnya searah dengan gaya
yang diberikan pada benda. Secara matematis dituliskan:
I=F.Δt (9)
dimana adalah gaya impulsif rata-rata (N), adalah selang waktu singkat (s) dan adalah
impuls (Ns).
a) Konsep Momentum
Momentum dimiliki oleh benda yang bergerak. Momentum adalah kecenderungan
benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan yang konstan.
Semakin besar kecepatan suatu benda bergerak, maka semakin besar momentum benda
tersebut untuk dihentikan. Momentum merupakan besaran vektor yang searah dengan
kecepatan benda. Momentum dapat dirumuskan sebagai hasil perkalian massa dengan
kecepatan. Secara matematis dituliskan:
P = m.v (10)
dimana: adalah momentum (kgm/s) , m adalah massa benda (kg) dan adalah kecepatan
benda (m/s).
Menurut Persamaan 10, sebuah mobil yang bergerak cepat memiliki momentum
yang lebih besar daripada sebuah mobil lain yang bermassa sama namun bergerak
lambat. Giancolli (2014: 213) menyatakan bahwa ‘’Semakin besar momentum yang
dimiliki sebuah benda , semakin sulit untuk menghentikan geraknya, dan semakin besar
dampak yang ditimbulkannya bila benda itu berhenti akibat bertumbukan dengan benda
lain’’. Sebuah truk yang melaju cepat dapat menimbulkan kerusakan yang lebih besar
daripada sebuah sepeda motor yang bergerak lambat.
b) Hubungan Impuls dengan Momentum
Misalnya sebuah mobil A sedang bergerak dengan kecepatan tetap v0. Tiba-tiba ia
ditabrak oleh mobil B sehingga kecepatannya menjadi v. Anggap gaya rata-rata yang
diterima oleh mobil A adalah sebesar . Menurut hukum Newton II jika benda menerima gaya
maka benda akan dipercepat.
Tsunami terjadi akibat adanya perpatahan lempeng atau pergeseran lempeng bumi
sehingga yang pada awalnya permukaan laut relatif tenang, dengan adanya pergeseran
lempeng tersebut maka permukaan laut menjadi naik akibat terdapat gangguan.
Gangguan yang diakibatkan oleh perpatahan lempeng bumi berupa energi. Adapun
energi yang dihasilkan tersebut berbentuk impuls. Impuls adalah gaya yang terjadi secara
tiba-tiba dalam kurun waktu tertentu. Perpatahan lempeng atau pergeseran lempeng bumi
terjadi dalam kurun waktu tertentu. Perpatahan atau pergeseran lempeng bumi tersebut
menghasilkan gaya yang sangat besar, sehingga gangguan tersebut menghasilkan impuls.
Dengan adanya gangguan impuls, maka terjadi perubahan momentum. Perubahan
momentum dapat dilihat ketika air laut mengalir dengan tenang, dengan massa dan
kecepatan tertentu. Namun ketika terjadi patahan atau pergeseran lempeng, maka
kecepatan air akan berubah menjadi lebih cepat. Hal itulah yang menyebabkan tsunami
begitu dahsyat.

2) Hukum Kekekalan Momentum


Suatu tumbukan selalu melibatkan sedikitnya dua benda. Misalnya pada permainan
pukul bola pada Gambar 14.

Gambar 14. Permainan Pukul Bola


Sesaat sebelum tumbukan, bola kuning bergerak mendekati pemukul di tangan
anak kecil dengan momentum dan pemukul anak dalam keadaan diam dengan
momentum . Sehingga momentum sistem sebelum tumbukan adalah:
p = p’ (13)
Momentum sistem partikel sesudah tumbukan adalah

(14)
p = p’ dikenal sebagai hukum konservasi momentum yang berbunyi ‘’ Dalam
peristiwa tumbukan, momentum benda sebelum tumbukan akan sama dengan momentum
bola setelah tumbukan asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem’’.
Formulasi hukum konservasi momentum dinyatakan
psebelum = psesudah

(15)

dimana : adalah massa benda A (kg), adalah massa benda B (kg), adalah kecepatan
benda A sebelum tumbukan (m/s), adalah kecepatan benda B sebelum tumbukan (m/s),
adalah kecepatan benda A sesudah tumbukan (m/s), dan adalah kecepatan benda B
sesudah tumbukan (m/s).

3) Tumbukan dan Jenisnya


Setiap dua benda yang bertumbukan akan memiliki tingkat kelentingan atau
elastisitas. Tingkat elastisitas ini dinyatakan dengan koefisien restitusi (e). Koefisien
restitusi didefinisikan sebagai nilai negatif dari perbandingan kecepatan relatif sesudah
tumbukan dengan kecepatan relatif sebelumnya. Rasio disebut koefisien restitusi.
a) Tumbukan Lenting Sempurna
Perhatikan dua benda bermassa dan yang sedang bergerak saling mendekat dengan
kecepatan dan sepanjang suatu garis lurus, seperti ditunjukkan pada Gambar 14a.
keduanya bertumbukan lenting sempurna dan kecepatan masing-masing sesudah
tumbukan adalah dan (Gambar 14b). Perhatikan, kecepatan dapat positif atau negatif
bergantung pada apakah benda-benda bergerak ke kanan atau ke kiri. Hukum kekekalan
momentum memberikan

Untuk tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan energi kinetik, yaitu energi
kinetik sistem sesaat sebelum dan sesudah tumbukan sama besar, yang ditunjukkan oleh
persamaan
(**)

Gambar 14. Tumbukan Lenting Sempurna Antara Dua Bola Keras


Sumber : (Sri Handayani, 2009: 78)

b) Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali


Seperti yang telah kita nyatakan sebelumnya bahwa pada jenis tumbukan tidak
lenting sama sekali, sesaat sesudah tumbukan kedua benda bersatu dan bergerak bersama
dengan kecepatan yang sama. Contoh dari tumbukan tidak lenting sama sekali adalah
segumpal tanah liat yang masih lembek kita lemparkan dalam arah mendatar menuju ke
sebuah bola biliar yang diam di atas lantai licin (Gambar 16).

Gambar 16. Contoh Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali


Sumber: (Sri Handayani, 2009: 79)
Sesaat sesudah tumbukan, tanah liat menempel pada bola biliar dan keduanya
kemudian bergerak bersama dengan kecepatan sama. Karena pada tumbukan tak lenting
sama sekali kedua benda bersatu sesudah tumbukan.
c) Tumbukan Lenting Sebagian
Sebagian besar tumbukan yang berada diantara tumbukan lenting sempurna dan
tumbukan tidak lenting sama sekali, disebut tumbukan lenting sebagian. Contoh
tumbukan sebagian yaitu bola tennis atau bola kasti yang dilepas dari ketinggian di atas
lantai akan terpental setinggi , dimana selalu lebih kecil dari . Gambar 17
memperlihatkan ilustrasi tumbukan lenting sebagian.

Gambar 17. Ilustrasi Tumbukan Lenting Sebagian


Sumber: (Setya, 2009: 143)
Berdasarkan Gambar 17. kecepatan bola sesaat sebelum tumbukan adalah v1 dan sesaat
setelah tumbukan v'1 . Berdasarkan persamaan gerak jatuh bebas, besar kecepatan bola
memenuhi persamaan . Untuk kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan sama
dengan nol (v₂ = v'₂ = 0).
Materi impuls dan momentum di atas dapat seperti terangkum pada Tabel 2.
Tabel 2. Impuls dan Momentum
Fakta  Bola yang ditendang oleh pemain sepak bola
 Sepeda motor yang berkecepatan tinggi akan sulit untuk dihentikan
 Mobil yang berkecepatan tinggi akan lebih parah kerusakannya jika
bertabrakan
 Kelereng yang saling bertumbukan
 Seorang pemain golf yang memukul bolanya sehingga bola terpental
jauh
 Bola biliard melanting ketika menumbuk bola yg lain
 Peluru pistol bersarang kedalam tubuh pencopet
Konsep  Momentum adalah kecenderungan benda yang bergerak untuk
melanjutkan gerakannya pada kelajuan yang konstan.
 Impuls adalah gaya yang diperlukan untuk membuat sebuah benda
tersebut bergerak dalam interval waktu tertentu.
 Tsunami terjadi karena adanya perpatahan atau pergeseran lempeng
bumi menyebabkan permukaan laut menjadi naik akibat gangguan
yang berbentuk impuls sehingga terjadi perubahan momentum.
 Koefisien restitusi didefinisikan sebagai nilai negatif dari perbandingan
kecepatan relatif sesudah tumbukan dengan kecepatan relatif
sebelumnya
Prinsip Impuls : I = F. Δt
dimana F adalah gaya impulsif rata-rata (N), t adalah selang waktu
singkat (s) dan I adalah impuls (Ns).
 Momentum: p = m.v
dimana: p adalah momentum (kgm/s) , m adalah massa benda (kg) dan
v adalah kecepatan benda (m/s).
 Hubungan Impuls dan Momentum :
I = Δp (v2-v1)
dimana: I adalah Impuls (N), m adalah massa benda (kg), v2 =
kecepatan akhir benda (m/s), v1 adalah kecepatan awal benda (m/s), dan
Δp adalah perubahan momentum (Ns).
 Hukum Konservasi Momentum :
‘’Dalam peristiwa tumbukan, momentum benda sebelum tumbukan
akan sama dengan momentum bola setelah tumbukan asalkan tidak ada
gaya luar yang bekerja pada sistem’’. Formulasi hukum konservasi
momentum dinyatakan
psebelum = psesudah
Prosedu  Mengenali masalah
r  Mendefenisikan dan representasi masalah
 Mengembangkan solusi strategi pemecahan masalah
 Mengorganisir pengetahuan tentang masalah
 Mengalokasikan sumber daya mental untuk memecahkan masalah
 Memantau perkembangan ketercapaian tujuan
 Evaluasi solusi pemecahan masalah
Metako Menggunakan model pembelajaran complex problem solving untuk
gnitif memecahkan masalah penerapan hukum konvervasi momentum.

3. Materi Fluida Dinamis


Berdasarkan KD 3.4 menerapkan prinsip fluida dinamik dalam teknologi
diharapkan peserta didik setelah mempelajari materi ini pada kompetensi sikap dapat
menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemampuan kepada
manusia untuk menciptakan fluida dinamik atau bergerak sehingga memudahkan
manusia dan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menciptakan teknologi
terbarukan serta sikap siaga bencana tsunami yang telah menjadi ketetapan-Nya.
Selanjutnya pada kompetensi keterampilan, peserta didik diharapkan terampil
dalam membuat alat sederhana atau merancang percobaan dengan menerapkan prinsip
fluida dinamik dalam teknologi. Sedangkan kompetensi yang diharapkan dari
kompetensi pengetahuan adalah peserta didik dapat mengetahui dan menerapkan
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya. Pengetahuan
itu dapat dijabarkan sebagai berikut;
Tsunami menyebabkan sebagian air laut bergerak. Pergerakan tsunami bukan
sekadar gerakan air, tetapi dipengaruhi pula oleh pergerakan gempa di dasar bumi, yang
bergerak sangat cepet dengan jarak antar gelombang yang cukup jauh. Air laut hanya
mengikuti pola gelombang gempa yang terjadi yaitu gerakan naik dan turun,  maju dan
mundur, yaitu gerakan mendorong dan kembali ke posisi semula. Saat di lautan lepas,
sangat sulit membedakan antara gelombang tsunami atau gelombang biasa,
karena gelombangnya sangat panjang bisa mencapai 100 km, dengan ketinggian hanya 1
meter. 
Fluida dinamis adalah fluida yang mengalir. Suatu fluida dikatakan mengalir
apabila fluida tersebut bergerak terus menerus terhadap sekitarnya. Partikel-partikel
dalam fluida pada saat mengalir memiliki lintasan tertentu. Lintasan yang ditempuh oleh
suatu partikel dalam fluida yang mengalir dinamakan garis alir. Garis alir pada fluida
mengalir ada dua jenis , aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran fluida yang mengikuti
suatu garis lurus atau melengkung yang jelas ujung dan pangkalnya serta tidak ada garis
arus yang bersilangan disebut aliran laminar. Sedangkan aliran fluida yang ditandai
dengan adanya aliran berputar dan arah gerak partikelnya berbeda, bahkan berlawanan
dengan arah gerak keseluruhan fluida disebut aliran turbulen.
(1)Persamaan Kontinuita
Pada saat akan menyemprotkan air dengan menggunakan selang, kita melihat fenomena
fisika yang aneh tapi nyata. Ketika lubang selang dipencet, maka air yang keluar akan
menempuh lintasan yang cukup jauh. Sebaliknya ketika selang dikembalikan seperti semula
maka jarak pancaran air akan berkurang. Fenomena fisika tersebut dapat dijelaskan dengan
mempelajari bahasan tentang persamaan kontinuitas. Persamaan kontinuitas menghubungkan
kecepatan fluida di suatu tempat dengan tempat lain. Perhatikan Gambar 18.

Gambar 18. Debit Fluida yang Masuk sama dengan yang Keluar
Sumber: (Setya, 2009: 216)
Misalkan terdapat suatu tabung alir seperti tampak pada Gambar 18. Air masuk
dari ujung kiri dengan kecepatan dan keluar di ujung kanan dengan kecepatan . Jika
kecepatan fluida konstan, maka dalam interval waktu fluida telah menempuh jarak . Jika
luas penampang tabung kiri , maka massa pada daerah yang diarsir , Demikian juga
untuk fluida yang terletak di ujung kanan tabung, massanya pada daerah yang diarsir
adalah , Karena alirannya lunak (steady) dan massa konstan, maka massa yang masuk
penampang harus sama dengan massa yang masuk penampang . Oleh karena itu,
persamannya menjadi Persamaan ini dikenal dengan nama persamaan kontinuitas.
Karena fluida inkonpresibel (massa jenisnya tidak berubah), maka persamaan menjadi
seperti berikut.
(20)
Menurut persamaan kontinuitas, perkalian luas penampang dan kecepatan fluida pada
setiap titik sepanjang suatu tabung alir adalah konstan. Persamaan di atas menunjukkan
bahwa kecepatan fluida berkurang ketika melewati pipa lebar dan bertambah ketika
melewati pipa sempit. Perkalian antara luas penampang dan volume fluida (A)
dinamakan laju aliran atau fluks volume (dimensinya volume/waktu). Banyak orang
menyebut ini dengan debit (Q = jumlah fluida yang mengalir lewat suatu penampang tiap
detik). Jika V merupakan volume fluida yang mengalir dalam waktu t, maka secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut.
(21)
dimana: A adalah luas penampang (m2), adalah kecepatan aliran fluida (m/s), V adalah
volume fluida yang mengalir (m3), t adalah waktu (s) dan Q adalah debit aliran fluida
(m3/s).
(2) Persamaan Bernoulli
Dari konsep fluida statis diperoleh bahwa tekanan fluida sama pada setiap titik
yang memiliki ketinggian yang sama. Kemudian dari konsep fluida dinamis diperoleh
bahwa banyaknya fluida yang mengalir melalui pipa kecil maupun besar adalah sama.
Selanjutnya dari kedua konsep diatas, diperoleh bahwa aliran fluida pada pipa kecil
kecepatannya lebih besar dibanding aliran fluida pada pipa besar. Tekanan fluida paling
besar terletak pada bagian yang kecepatan alirannya paling kecil, dan tekanan paling
kecil terletak pada bagian yang kelajuannya paling besar. Pernyataan ini dikenal dengan
Asas Bernoulli. Asas Bernoulli ini dapat dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk
persamaan yang disebut Persamaan Bernoulli.
Tinjau ilustrasi pada Gambar 19, maka berdasarkan konsep: usaha–energi
mekanik yang melibatkan besaran tekanan p (usaha), besaran kecepatan aliran fluida v
(mewakili energi kinetik), dan besaran ketinggian h (mewakili energi potensial),
Gambar 19. Aliran Fluida dalam Pipa
Sumber : (Sri Handayani: 2009: 120)
Bernoulli menurunkan persamaan matematis, yang dikenal dengan Persamaan Bernoulli,
sebagai berikut:
(22)
atau,
(23)
dimana : dan adalah tekanan di titik 1 dan 2, dan adalah kecepatan di titik 1 dan 2,
dan adalah ketinggian tempat 1 dan 2.
Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah total antara besaran‐besaran dalam persamaan
mempunyai nilai yang sama sepanjang tabung alir.
Materi fluida dinamis di atas dapat dikelompokkan seperti terangkum pada Tabel
3.
Tabel 3. Fluida Dinamis
Fakta  Aliran air pada selang
 Pesawat dapat terbang
 Tsunami menyebabkan sebagian air laut bergerak
Konsep  Fluida dinamis adalah fluida yang mengalir , bergerak terus
menerus terhadap sekitarnya.
 Aliran laminar adalah aliran fluida yang mengikuti suatu garis lurus
atau melengkung yang jelas ujung dan pangkalanya serta tidak ada
garis arus yang bersilangan.
 Aliran turbulen adalah aliran berputar dan arah gerak partikelnya
berbeda, bahkan berlawanan dengan arah gerak keseluruhan fluida.
Prinsip 1. Persamaan Kontinuitas: perkalian luas penampang dan kecepatan
fluida pada setiap titik sepanjang suatu tabung alir adalah konstan.
2. Debit aliran fluida:
dimana: A adalah luas penampang (m2), adalah kecepatan aliran
fluida (m/s), V adalah volume fluida yang mengalir (m3), t adalah
waktu (s) dan Q adalah debit aliran fluida (m3/s).
3. Persamaan Bernoulli:

dimana : dan adalah tekanan di titik 1 dan 2, dan adalah kecepatan


di titik 1 dan 2, dan adalah ketinggian tempat 1 dan 2.
Prosedur  Mengenali masalah
 Mendefenisikan dan representasi masalah
 Mengembangkan solusi strategi pemecahan masalah
 Mengorganisir pengetahuan tentang masalah
 Mengalokasikan sumber daya mental untuk memecahkan masalah
 Memantau perkembangan ketercapaian tujuan
 Evaluasi solusi pemecahan masalah
Metakogn Menggunakan model pembelajaran complex problem solving untuk
itif memecahkan masalah penerapan persamaan Bernoulli.

4. Materi Gelombang
Berdasarkan KD 3.8 menganalisis gejala dan cici-ciri gelombang secara umum dan
KD 3.9 menganalisis besaran-besaran fisis gelombang berjalan dan gelombang tegak
pada berbagai kasus nyata diharapkan peserta didik setelah mempelajari materi ini pada
kompetensi sikap dapat bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan
keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya, serta sikap siaga bencana tsunami yang telah menjadi ketetapan-Nya.
Selanjutnya pada kompetensi keterampilan, peserta didik diharapkan dapat
memecahkan persoalan dengan menganalisis besaran-besaran fisis gelombang terkait
bencana tsunami . Sedangkan kompetensi yang diharapkan dari kompetensi pengetahuan
adalah peserta didik dapat menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya. Pengetahuan itu dapat dijabarkan sebagai berikut;
1) Gejala Gelombang
a. Defenisi gelombang
Konsep gelombang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Gelombang
bunyi, gelombang cahaya, gelombang radio, dan gelombang air merupakan beberapa
contoh bentuk gelombang. Ketika melihat fenomena gelombang laut, ternyata air
gelombang tidak bergerak maju, melainkan melingkar. Air hanya bergerak naik-turun
begitu gelombang melintas. Tepi pantai menahan dasar gelombang, sehingga puncak
gelombang bergerak lebih cepat untuk memecah di tepi pantai.
Saripudin (2009: 2) menyatakan bahwa gelombang bergerak melintasi jarak yang
jauh, tetapi medium (cair, padat, atau gas) hanya bisa bergerak terbatas. Dengan
demikian, walaupun gelombang bukan merupakan materi, pola gelombang dapat
merambat pada materi. Selanjutnya berdasarkan pendapat Budiyanto (2009: 2) juga
mengungkapkan bahwa sebuah gelombang terdiri dari osilasi yang bergerak tanpa
membawa materi bersamanya. Gelombang membawa energi dari satu tempat ke tempat
lain. Pada kasus gelombang laut, energi diberikan ke gelombang air, misalnya oleh angin
di laut lepas. Kemudian energi dibawa oleh gelombang ke pantai.
b. Jenis-jenis gelombang
Giancolli (2014: 382) membagi gelombang berdasarkan sifat kemiripannya yang
dimilikinya. Pertama, berdasarkan arah rambat dan arah getarnya, gelombang dapat
dibedakan menjadi gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang
transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya.
Contohnya gelombang air, tali dan cahaya. Sedangkan gelombang longitudinal adalah
gelombang yang arah rambat dan arah getarnya sejajar. Contohnya gelombang pegas dan
bunyi. Perbedaan kedua gelombang dapat kita lihat pada Gambar 20.

a. Gelombang Transversal b. Gelombang Longitudinal


Gambar 20. Gelombang Berdasarkan Arah Rambat dan Arah Getar
Sumber : (Giancolli: 386)
Selain itu, gelombang juga dapat dibedakan berdasarkan mediumnya, yaitu
gelombang mekanik yaitu gelombang yang membutuhkan medium dalam merambat
seperti, gelombang tali dan bunyi lalu gelombang elektromagnetik yang tidak
membutuhkan medium di dalam perambatannya, contohnya adalah gelombang cahaya,
gelombang radio, dan sinar-X. Sedangkan berdasarkan amplitudonya, gelombang dapat
dibedakan menjadi yaitu gelombang berjalan dan gelombang berdiri (stasioner).
Gelombang berjalan adalah gelombang yang bergerak dengan amplitudo tetap.
Gelombang berdiri (stasioner) adalah gelombang yang bergerak dengan amplitudo
berubah (tidak sama) terhadap posisi.
Gelombang tsunami adalah gelombang air yang memiliki ciri khusus. Gelombang
tsunami memiliki beberapa karakteristik antara lain;
1) Panjang Gelombang
Panjang gelombang adalah jarak antara dua titik gelombang (antara puncak
gelombang dan lembah gelombang). Gelombang laut normal mempunyai panjang
gelombang sekitar 100 m. Tsunami mempunyai panjang gelombang terpanjang yaitu
sampai 500 km. Gambaran panjang gelombang tsunami dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Gambaran Panjang Gelombang Tsunami


Sumber: Nelson (2012: 2)
2) Amplitudo Gelombang
Amplitudo gelombang menyatakan tinggi gelombang diukur dari permukaan laut,
biasanya besarnya sebanding dengan ½ tinggi gelombang. Tinggi dan amplitudo
gelombang tsunami tergantung kepada kedalaman laut. Amplitudo gelombang
tsunami biasanya berkisar 5 meter.
3) Periode Gelombang
Periode adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan satu gelombang
penuh melalui titik keseimbangan. Periode gelombang tsunami berkisar antara 10-60
menit.

4) Kecepatan Gelombang
Kecepatan gelombang laut secara normal sekitar 90 km/jam. Gelombang ombak
yang terjadi dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang
tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500 sampai dengan 1000 km per
jam, kecepatan yang setara dengan kecepatan pesawat terbang, sedangkan ketinggian
gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak
terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan
gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah
meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gelombang tsunami sangat
dipengaruhi oleh kedalaman laut (h) dan percepatan gravitasi (g). Cepat rambat
gelombang tsunami (v) dapat dihitung dengan Persamaan 24.
(24)
Semua gelombang akan merambat dari sumber ke tujuannya. Gelombang inilah
yang dinamakan gelombang berjalan. Gelombang berjalan memiliki sifat pada setiap
titik yang dilalui akan memiliki amplitudo yang sama. Gelombang berjalan dari sumber
O ke titik P yang berjarak x diperlihatkan pada Gambar 22.

Gambar 22. Gelombang Berjalan


Sumber : (Giancolli: 399)
Besarnya simpangan sumber gelombang yang amplitudonya A, periodenya T dan
cepat rambat getarannya v selama t detik dinyatakan oleh Persamaan 25.
(25)
Persamaan simpangan gelombang berjalan yang amplitudonya A, periodenya T,
pada titik berjarak x dan cepat rambat getarannya v selama t detik dinyatakan oleh
Persamaan 24.
(26)
Pada gelombang berdiri (stasioner) terdapat titik-titik yang bergetar dengan
amplitudo maksimum. Titik ini dinamakan perut gelombang. Sedangkan titik-titik yang
bergetar dengan amplitudo minimum disebut simpul gelombang. Gelombang stasioner
dapat dihasilkan oleh seutas tali, baik dengan ujung terikat (Gambar 23) maupun ujung
bebas (Gambar 24).

Gambar 23. Gelombang Stasioner Ujung Terikat


Sumber : (Sri Handayani: 2009: 9)
Persamaan gelombang stasioner dengan ujung terikat dinyatakan oleh Persamaan
25.
(27)

Gambar 24. Gelombang Stasioner Ujung Bebas


Sumber : (Sri Handayani: 2009: 10)
Persamaan gelombang stasioner dengan ujung bebas dinyatakan oleh Persamaan
28.
(28)
Suatu gelombang memiliki beberapa sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi),
dibiaskan (refraksi), dipadukan (interferensi) dapat dilenturkan (difraksi) dan dapat
dipolarisasikan (diserap arah getarnya).
Materi gelombang di atas dapat dikelompokkan seperti terangkum pada Tabel 4.
Tabel 4. Gelombang
Fakta  Gelombang bisa terbentuk ketika melemparkan batu ke dalam air.
 Gelombang bisa terbentuk ketika tali digetarkan.
 Air laut beriak membentuk gelombang
 Gelombang tsunami merusak daerah yang dilaluinya
Konsep  Gelombang adalah getaran yang merambat yang dalam
perambatannya membawa energi.
 Panjang gelombang ( adalah jarak yang ditempuh getaran dalam satu
periode.
 Periode gelombang adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh
satu panjang gelombang.
 Frekuensi gelombang adalah jumlah gelombang yang melewati suatu
titik setiap detik.
 Cepat rambat gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh gelombang
dalam satuan waktu.
 Gelombang tsunami diakibatkan oleh perubahan struktur bumi
dikedalaman laut.
Prinsip 1. Gelombang berdasarkan arah rambat dan arah getarnya, yaitu
gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang
transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan
arah getarnya. Sedangkan gelombang longitudinal adalah gelombang
yang arah rambat dan arah getarnya sejajar.
2. Gelombang juga dapat dibedakan berdasarkan mediumnya, yaitu
gelombang mekanik yaitu gelombang yang membutuhkan medium
dalam merambat, gelombang elektromagnetik tidak membutuhkan
medium di dalam perambatannya.
3. Gelombang berdasarkan amplitudonya, gelombang dapat dibedakan
menjadi yaitu gelombang berjalan dan gelombang berdiri (stasioner).
Gelombang berjalan adalah gelombang yang bergerak dengan
amplitudo tetap. Gelombang berdiri (stasioner) adalah gelombang yang
bergerak dengan amplitudo berubah (tidak sama) terhadap posisi.
4. Sifat-sifat gelombang antara lain; dapat dipantulkan (refleksi), dapat
dibiaskan (refraksi), dapat dipadukan (interferensi), dapat dilenturkan
(defraksi), dan dapat dipolarisasikan (diserap arah getarnya).
5. Persamaan simpangan gelombang berjalan yang amplitudonya A,
periodenya T, pada titik berjarak x dan cepat rambat getarannya v
selama t detik dinyatakan oleh Persamaan

6. Persamaan gelombang stasioner dengan ujung terikat dinyatakan oleh


Persamaan.

7. Persamaan gelombang stasioner dengan ujung bebas dinyatakan oleh


Persamaan.

8. Cepat rambat gelombang tsunami dapat dihitung dengan persamaan

Prosedur  Mengenali masalah


 Mendefenisikan dan representasi masalah
 Mengembangkan solusi strategi pemecahan masalah
 Mengorganisir pengetahuan tentang masalah
 Mengalokasikan sumber daya mental untuk memecahkan masalah
 Memantau perkembangan ketercapaian tujuan
 Evaluasi solusi pemecahan masalah
Metakog Menggunakan model pembelajaran complex problem solving untuk
nitif memecahkan masalah energi gelombang.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tsunami merupakan sebuah gelombang besar di laut yang mempunyai panjang
gelombang yang besar, perioda, frekuensi, cepat rambat gelombang dan energi yang
disebabkan oleh kejadian-kejadian seismik ataupun non-seismik dengan membawa
energi dalam perambatannya menuju ke pantai.
Tsunami dapat terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu, disebabkan
oleh gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor, dan kejatuhan benda-benda
langit. Kejadian bencana tsunami yang terjadi di bumi ini diketahui telah terjadi
sejak ribuan tahun lalu, mulai dari zaman Yunani kuno sampai terakhir bencana
tsunami yang terjadi di Jepang tahun 2011 yang lalu.
Tsunami memiliki panjang gelombang (λ) yang sangat panjang dan periode.
Nilai λ biasanya berkisar dari beberapa kilometer hingga ratusan kilometer, sehingga
gelombang tersebut jauh lebih panjang beberapa ratus meter dari gelombang angin
yang dihasilkan di dekat pantai.
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Usaha yang dapat dilakukan adalah sebelum
terjadinya tsunami, saat terjadiya tsunami, dan setelah terjadinya tsunami.

B. Saran
Sebaiknya setiap kita menyadari akan terjadinya bencana tsunami ini. Oleh
karena itu, sangat diperlukan pengetahuan terkait dengan cara menghadapi ancaman
tsunami yang akan datang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan
pendidikan bencana, menjalin kerja sama dengan semua organisasi sosial dan
masyarakat, dsb. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengurangi dampak akibat dari
tsunami yang terjadi kemudian.

DAFTAR PUSTAKA

Abe, I., & Imamura, F (2010): ‚Structural and nonstructural countermeasures in tsunami-
threatened areas of sanriku’, Guide book for Sanriku field trip, the 3rd ITFS
Sendai.
Pusat informasi tsunami Jakarta (JTIC) UNESCO HOUSE.2007
Diposaptono S & Budiman (2008): Hidup akrab dengangempa dan tsunami, Sarana
komunikasi utama, Bogor. http://nctr.pmel.noaa.gov/okushiri_devastation.html
Sugawara, D., & Imamura, F (2010): ‘Geological and historical traces of the 869 Jogan
tsunami’, Field guide of Half-day field trip in Sendai, the 3rd ITFS Sendai.
JMA (2006): tsunami warning system in Japan,
http://media.hotnews.ro/media_server1/document-2011-03-11-8380811-0-
sistemul-japonez-avertizare-caz-tsunami.pdf
http://www.icharm.pwri.go.jp/publication/newsletter/newsletter6_oct07_e.html
http://pantai-kelautan.blogspot.com/2011/03/jepang-dan-mitigasi-tsunami-1.html
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/208934-sejarah-tsunami-mematikan
http://www.jombangkab.go.id/e-gov/satkorlak/tsunami.htm
http://yangood.wordpress.com/2009/03/19/catatan-sejarah-tsunami-di-dunia/
http://ielmy.wordpress.com/2011/03/13/tsunami-terbesar-yang-pernah-terjadi-dalam-
sejarah-dunia/
0960-0779/$ - see front matter _2007 Elsevier Ltd. All rights reserved.
doi:10.1016/j.chaos.2007.08.044 (jurnal International)
National Tsunami Hazard Mitigation Program NOAA, USGS, FEMA, NSF, Alaska,
California, Hawaii, Oregon, and Washington
By Walter Craig Department of Mathematics and Statistics McMaster University
Hamilton, Ontario L8S 4K1, Canada http://www.math.mcmaster.ca/ craig
Data collected by institutions should not be reproduced without the consent of
Department of Ocean Development. For details contact: icmam@icmam.gov.in

Anda mungkin juga menyukai