Anda di halaman 1dari 32

Hari / Tanggal : Kamis / 11 Oktober 2018

Tugas :6
MAKALAH

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

“Pentingnya Pedagogi dan Andragogi dalam Pembelajaran“

OLEH :

YULIA

NIM.17175050

KELOMPOK 2

PENDIDIKAN FISIKA B

DOSEN PEMBIMBING:

Prof. Dr. Hj. FESTIYED, M.S

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Landasan Ilmu Pendidikan dengan judul“Pentingnya Pedagogi dan Andragogi
dalam Pembelajaran”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun berkat
bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya
dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini. Maka kritik
dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka penyempurnaan makalah ini sangat
dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

D. Manfaat Penulisan........................................................................................2

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Ayat Al-Qur’an yang BerhubungandenganIlmuMendidik..........................4

B. Pedagogi.......................................................................................................6

C. Andragogi...................................................................................................11

D. Perbedaan Asumsi Pedagogi dan Andragogi ............................... .............16

E. Pedagogi dan Andragogi dalam Pandangan Islam, Indonesia, dan Barat..18

F. Pentingnya Pedagogi dan Andragodi dalamPembelajaran ..................... 21

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Matriks Perbedaan Asumsi Pedagogi dan Andragogi............................... 24

B. Matriks Perbedaan Pedagogi dan Andragogi dalam Komponen

Pembelajaran............................................................................................. 25

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................29

B. Saran...........................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kebutuhan
mutlak bagi suatu bangsa atau negara, jika ingin ikut berpartisipasi aktif dalam
pembangunan di era globalisasi ini. Tidak jarang kualitas sumber daya manusia
suatu bangsa dijadikan ukuran kemajuan dan peradaban bangsa itu. Dalam
kerangka peningkatan sumber daya manusia pemerintah melaksanakan berbagai
upaya, salah satunya adalah pembangunan pendidikan, karena pendidikan
merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor yang paling strategis
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Amandemen Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan pentingnya
pendidikan nasional. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan,dan pada Pasal 31 ayat (2) berbunyi bahwa setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Pendidikan merupakan hal utama yang perlu didukung oleh
kesadaran kolektif dan implementasi yang konkret dalam mewujudkan tujuan
pendidikan. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
Seorang guru memiliki peranan dan tugas yang sangat penting di dalam
proses warga negara memperoleh pendidikan yang bermutu. Dalam hal ini, selain
harus mengajar dan mendidik, guru juga harus menunjukkan kewibawaannya
kepada peserta didiknya. Guru tidak hanya dijadikan contoh ketika berada di
dalam kelas, tetapi segala yang dilakukan guru diluar itu merupakan gambaran
dari kewibawaan dan ilmu yang dimiliki seorang guru. Sehingga, menjadi seorang
guru harus memiliki kesadaran terhadap posisi di dalam lingkup pendidikan
maupun masyarakat karena pada umumnya guru selalu dijadikan sorotan dalam
lingkup manapun.
Keberhasilan pendidikan suatu bangsa sangat ditentukan oleh
pendekatan yang dipergunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dewasa

1
ini telah banyak pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli, baik dengan
sasaran anak-anak maupun orang dewasa. Pendekatan yang dimaksud disini
adalah pedagogi dan andragogi. Masing-masing pendekatan tersebut akan
dijelaskan dengan rinci dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa ayat Al-Quran yang berhubungan dengan ilmu mendidik?
2. Apa yang dimaksud dengan pedagogi?
3. Apa yang dimaksud dengan andragogi?
4. Bagaimana perbedaan asumsi pedagogi dan andragogi?
5. Bagaimana pedagogi dan andragogi dalam pandangan Islam, Indonesia, dan
Barat?
6. Bagaimana pentingnya pedagogi dan andragogi dalam pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari makalah ini
sebagai berikut:
1. Mengetahui ayat Al-Quran yang berhubungan dengan ilmu mendidik
2. Mengetahui tentang pedagogi
3. Mengetahui tentang andragogi
4. Mengetahui perbedaan asumsi pedagogi dan andragogi
5. Mengetahui pedagogi dan andragogi dalam pandangan Islam, Indonesia, dan
Barat
6. Mengetahui pentingnya pedagogi dan andragogi dalam pembelajaran.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya untuk tenaga pendidik kedepannya

2
2. Membantu mahasiswa memahami tentang pentingnya pedagodi dan andragogi
serta implementasinya dalam pembelajaran
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan program studi Pendidikan Fisika fakultas pascasarjana Universitas
Negeri Padang

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. AYAT AL-QUR’AN YANG BERHUBUNGAN DENGAN ILMU


MENDIDIK
Dalam mewujudkan tujuan Pendidikan, Indonesia harus menyiapkan
penerus bangsa yang siap bersaing secara lokal, regional, maupun global. Peserta
didik sebagai penerus bangsa juga penerus agama harus selalu dibekali dengan
ilmu pengetahuan. Hal ini tidak terlepas dari peran seorang pendidik sebagai
fasilitator dalam pembelajaran.
Ada beberapa ayat – ayat yag menjelaskan mengenai pendidik, berikut
adalah ayat – ayat tentang pendidik / guru:
1. Al –Qur’an Surah Al-‘Alaq ayat 1-5

Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2. Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan
perantara kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Makna dari Surah al-‘Alaq ayat 1-5 yaitu:
Pertama, seorang guru mestilah memiliki ilmu dan wawasan yang luas.
Sebab, bagaimana mungkin kita akan mencapai hasil yang maksimal dalam
mendidik dan mengajar, jika kualitas dan sumber daya gurunya sangat minim dan
terbatas. Itulah sebabnya, Allah yang menyebutkan Dzat-Nya sebagai pengajar
manusia yang mengajarkan apa yang belum diketahuinya. Oleh karena itu,
idealnya seorang guru adalah orang yang dituntut untuk selalu mampu

4
menciptakan sesuatu yang baru. Baik dalam hal materi pembelajaran maupun
metode dan pendekatannya. Sehingga, pengajaran tidak bersifat statis dan selalu
bergerak ke arah kemajuan. Tentu para guru dalam hal ini dituntut untuk selalu
menambah wawasannya, yang bisa saja dilakukan melalui berbagai cara, seperti
pendidikan formal, pelatihan, banyak membaca, banyak mendengar berdiskusi
dan sebagainya. Memang begitulah pesan Allah kepada setiap manusia yang
berada dalam dunia pendidikan, supaya mereka menjadi Insan Rababni.
2. Al –Qur’an Surah ‘Ali Imran(3) ayat 79:

Artinya: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al
Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:
"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan
penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu
menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al
Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”
Makna yang terkandung dalam surat Ali-Imran ayat 79
Kata “rabbani”, mengandung pengertian orang yang sempurna ilmu dan
takwanya kepada Allah S.W,T. Rabbani adalah orang-orang yang memiliki ilmu
pengetahuan yang sempurna yang terpanggil untuk mengajarkan ilmu dan
kemampuan wawasan pengetahuan untuk disebarkan kepada masyarakat, dalam
makna sederhana kata “rabbani” dapat diartikan sebagai pengajar atau pendidik.
Dalam proses pembelajaran khususnya Fisika pendidik mestilah mampu
menciptakan pembelajaran yang kontekstual. Artinya, pendidik mampu
mengaitkan materi pelajaran dengan fenomena alam yang diciptakan oleh Allah
dan mengakui kebesaran-Nya. Sehingga terciptanya generasi yang selalu berada
di barisan terdepan dalam meneggakkan kalimatullah dan syari’at islam.

5
3. Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2) ayat 201

Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka".
Makna yang terkandung dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2) ayat 201
Begitu pentingnya islam memberikan ruang kepada setiap manusia untuk
mendapatkan pendidikan, karena dengan ilmu dan pendidikan yang baik, manusia
dapat mengelola alam dan menciptakan teknologi yang tidak dapat diciptakan
oleh makhluk lain dan dengan ilmu pengetahuan, manusia menjadi makhluk yang
paling sempurna. Sejalan dengan tujuan hidup manusia, tujuan pendidikan
menurut Al - Ghazali adalah menjadi insan purna yang mendekatkan diri kepada
Allah S.W.T. dan menjadi insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Upaya yang dilakukan untuk memberikan pendidikan
terhadap setiap manusia diharapkan dapat memberikan kebahagiaan dan
ketenangan yang dapat dirasakan setiap manusia serta dapat memberikan nilai
positif yang tertanam dalam diri manusia.

B. PEDAGOGI
1. Landasan Agama Pedagogi
Dalam literatur Islami sebenarnya istilah pedagogik tidaklah ditemukan.
Hanya saja esensi dari pedagogik itu sudah ada sejak masa Rasulullah Saw.
sampai juga pada perkembangan berikutnya, misalnya saja al-Imam al-Ghaazali
yang menegaskan bahwa guru perlu mendalami ilmu tentang cara menyampaikan
ilmu kepada peserta didiknya. Salah satu penuturannya beliau menyebutkan
bahwa, “kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan relasi psikologis yang
baik antara guru dan muridnya”.
Memang pada dasarnya secara tidak langsung al-Qur’an dan Hadits,
berbicara mengenai tiap indikator kompetensi pedagogik. Pembicaraan ini biasa

6
disebut dengan istilah ‘isyarat ilmiah’. Isyarat-isyarat inilah yang banyak sekali
muncul dalam al-Qur’an dan Hadis, terkadang isyarat itu hadir berupa perintah,
anjuran, ikhtibar, maupun ancaman.Misalnya saja hadis tentang perintah menuntut
ilmu dan menyandarkan sesuatu hal pada ahlinya. Hadis ini berbentuk peringatan
bagi kaum muslim. Namun dalam hadis ini terkandung isyarat ilmiah, adapun
bunyi hadis itu ialah:

Artinya: “Dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wassalam berasbda: ‘Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan
orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang
mengalungkan mutiara, intan, dan emas ke leher babi’.” (H.R. Ibnu Majah)
Dari hadits di atas tampak memang, rasul memperingati umat Islam agar
tidak meletakkan sesuatu urusan (termasuk mengajar) kepada yang bukan ahlinya.
Mengajar adalah sebuah profesi yang tidak sama dengan profesi lainnya seorang
pengajar yang baik haruslah selain bisa mengajarkan ilmu tetapi juga harus
memahami peserta didiknya, hal ini isyarat mengenai ini adalah peristiwa yang
terjadi pada sahabat Rasulullah, yakni:

7
Artinya: “Dari Muawiyah bin al-Hakam as-Sulami dia berkata, "Ketika
akusedang shalat bersama-sama Rasulullah Saw., tiba-tiba ada seoranglaki-laki
dari suatu kaum bersin. Lalu aku mengucapkan, 'Yarhamukallah (semoga Allah
memberi Anda rahmat) '. Maka seluruhjamaah menujukan pandangannya
kepadaku." Aku berkata, "Aduh,celakalah ibuku! Mengapa Anda semua
memelototiku?" Merekabahkan menepukkan tangan mereka pada paha mereka.
Setelah itubarulah aku tahu bahwa mereka menyuruhku diam. Tetapi aku
telahdiam. Tatkala Rasulullah Saw. selesai shalat, Ayah dan ibuku
sebagaitebusanmu (ungkapan sumpah Arab), aku belum pernah bertemu seorang
pendidik sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada
beliau. Demi Allah! Beliau tidak menghardikku, tidak memukul dan tidak
memakiku. Beliau bersabda, 'Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di dalamnya
ada percakapan manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir dan membaca
al-Qur'an.' (H.R. Muslim).
Dari peristiwa tersebut tampaklah bahwa Rasulullah adalah guru sekaligus
pendidik. Tidak ada maki dan caci yang keluar dari lisan seorang guru. Itulah
salah satu sub kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Selain dalil di atas
al-Qur’an juga mengisyaratkan tentang pembelajaran dengan metode mendidik
dan dialogis, yaitu:

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah


danpelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapayang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orangyang
mendapat petunjuk. (Q.S. an-Nahl [16]: 125).

2. DefinisiPedagogi
Pedagogi berasal dari bahasa Yunani paedagogeo, dimana terdiri dari
paedos dan agogo. Paidos artinya anak dan agogos berarti memimpin, sehingga

8
secara harfiah pedagogi, berarti memimpin anak. Dalam bahasa Yunani kuno, kata
pedagogi bermakna seorang budak (pengawas rumah tangga) yang mengawasi
pengajaran putra tuannya, ketika itu anak perempuan tidak diberi pengajaran
khusus, pembantu rumah tangga ini mengantar, menunggu dan menemani pulang
putra tuannya pada saat di sekolah dan dari sekolah. Kata pedagogi juga
diturunkan dari bahasa latin yang bermakna mengajari anak, sementara dalam
bahasa Inggris istilah pedagogi (pedagogy) digunakan untuk merujuk kepada teori
pengajaran, dimana guru berusaha memahami bahan ajar, mengenal siswa dan
menentukkan cara mengajarnya.
Berikut ini pengertian pedagogi menurut para ahli:
a. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda), pedagogi adalah ilmu yang
mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya
kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.
b. Langeveld (1980), membedakan istilah “pedagogic” dengan istilah
“pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu mendidik, lebih menitik
beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran
bagaimana kita membimbing anak, dan mendidik anak. Sedangkan istilah
pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktik,
menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.
c. Ana Maria Gonzalez Soca mendefinisikan proses paedagogis sebagai sebuah
proses pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran,
dan pembelajaran yang bertujuan utnuk mengembangkan kepribadian siswa
agar mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan. Beliau juga
memperhitungkan hubungan antara semua proses dan pendidikan sebagai
target pencapaian sekolah, namun proses paedagogis tidak melampaui batas-
batas institusi pendidikan. Beliau tidak mempertimbangkan bahwa keluarga
dan masyarakat juga terlibat dalam pendidikan generasi sekarang dan
mendatang.
d. Alberto Garcia et al (2005) berpendapat bahwa pedagogis merupakan
tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah, dimana interaksi
itu dilakukan berdasarkan teori pedagogis tertentu, berteoritis pada tujuan

9
instruksional, dan dikembangkan dalam interaksi yang dekat dengan keluarga
dan masyarakat untuk mencapai pembentukan siswa secara sehat.

Jadi pedagogi telah didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengajar


anak. Pedagogi tidak hanya berkutat pada ilmu mengajar dan seni mengajar,
melainkan ada hubungannya dengan pembentukan generasi baru, yaitu
pengaruh pendidikan sebagai sistem yang bermuara pada pengembangan
individu atau peserta didik.

3. Prinsip Pedagogi

Pedagogimemilikiprinsip-
prinsipsehinggadapatditerapkandalampembelajaran.PrinsipPedagogiMenurut
Addine (2001), adalah:
a. Kesatuan karakteristik ilmiah dan ideologi dari proses pedagogis.
b. Prinsip hubungan sekolah dan kehidupan didasarkan pada dua aspek penting,
yaitu: kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik
manusia.
c. Berorientasi pada proses salah satu yang mengibinasikan karakter dan
individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa.
d. Prinsip yang merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan dan
perkembangan proses, karena didasarkan pada kesetuan dialektis antara
pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan
pada umum.
e. Domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering,

f. Masing-masing Subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling


terkait satu sama lain.
4. Tujuan Pedagogi
Tujuanpedagogiditerapkandalampembelajaranialah:
a. Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan
dalam menjalani kehidupan.

10
b. Agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan
kelak dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna,
dan dapat turut memuliakan kehidupan.
c. Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat.

5. Ciri-Ciri Pedagogi

Menurut Malcolm S. Knowles (1970), pedagogi memiliki ciri sebagai


berikut:

a. Pembelajar disebut siswa atau anak didik.


b. Gaya belajar dependen.
c. Tujuan ditentukan sbelumnya.
d. Diasumsikan bahwa siswa tidak berpengalamn dan/atau kurang informasi.
e. Metode pelatihan pasif, seperti metode kuliah/ceramah.
f. Guru mengontrol waktu dan kecepatan.
g. Peserta berkontribusi sedikit penglaman.
h. Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoritis.
i. Guru sebagai sumber utama yang memberikn ide-ide dan contoh 
C. ANDRAGOGI
1. Landasan Agama Andragogi
Dalam ajaran Islam, pendidikan oramg dewasa diarahkan untuk
memaksimalkan potensi ‘aql (akal) dan qalb (kalbu) secara bersamaan untuk
memahami ayat-ayat kauniah dan qauliyah Allah. Potensi akal untuk berfikir
sedangkan potensi kalbu untuk berzikir. Orang-orang dewasa yang mampu
memahami memahami secara mendetail tentang ayat-ayat Allah dengan
memaksimalkan daya pikir dan zikir disebut dengan istilah ulul albab dalam
firman-Nya (QS. Ali Imran (3): 190-191):

11
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal; (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): “ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan sesuatu dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka.”

Dari ayat tersebut bahwa obyek telaah pikir dan zikir ulul albaab adalah
proses penciptaan langit dan bumi dan proses pertukaran siang dan malam. Orang-
orang dewasa yang mampu menghubungkan antara aql dan qalb dalam
menemukan kebenaran diistilahkan al-Qur’an dengan ulul albab, yaitu orang-
orang yang mampu memikirkan dan memahami seluk-beluk sesuatu sampai pada
hakikat dan esensinya.
Orang-orang dewasa yang menggunakan potensi pikir, zikir, dan
kebersihan jiwa dalam kehidupannya, tentu saja memiliki motivasi yang kuat
untuk menguasai ilmu dan memandang pendidikan sangat bermanfaat dalam
mencapai kesejahteraan lahir-batin, sehingga senantiasa membutuhkan pendidikan
dan gemar belajar secara berkesinambungan selagi kehidupan dunia masih
dijalaninya. Sikap pembelajaran orang dewasa seperti inilah yang mendukung
terlaksananya asas pendidikan seumur hidup (life long education) untuk tumbuh
subur dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Disamping itu,

12
dalam Islam merekomendasikan education for human being forever (pendidikan
manusia selamanya).
2. DefinisiAndragogi
Andragogi berasal dari Bahasa Yunani. Terdiri dari dua kata yaitu Andra
dan Agogy. Andra berarti manusia dewasa, bukan anak-anak, dan agogy berarti
memimpin atau membimbing. Menurut istilah, andragogi berarti ilmu tentang cara
membimbing orang dewasa dalam proses belajar atau sering diartikan sebagai seni
dan ilmu yang membantu orang dewasa untuk belajar (the art and science of
helping adult learn).
Beberapa pengertian andragogi menurut para ahli:
a. Knowles
Knowles dalam Srinivasan (1977) menyatakan bahwa andragogy as the
art and science to helping adult a learner.
b. Dewey
Dewey berpendapat bahwa andragogi adalah kerjasama kooperatif non-
otoriter yang bertujuan pokok mengetahui makna pengalaman. Teknik belajar
untuk orang dewasa, seharusnya berkesinambungan dengan kehidupan dan
meningkatkan kehidupan itu sendiri ke tingkat eksperimen. Dengan pendapat
tersebut, Dewey menganggap pengalaman berperan penting dalam andragogi.
c. Eduard Lindeman
Lindeman berpendapat sebagaimana Dewey yaitu menilai pendidikan
dewasa sebagai kerjasama non-otoriter yang bertujuan pokok mengetahui
makna pengalaman. Lindeman lebih menitikberatkan kepada perspektif
sosiologi, dan mencari teknik pengetahuan yang mampu menghubungkan
pengetahuan dengan kehidupan. Bagi Lindeman, peran andragogi tidak untuk
meningkatkan dunia kerja, tetapi memasukkan dunia kerja kedalam
kehidupan.
d. Peter Jarvish
Kontribusi intelektual Jarvish dalam teori andragogi pada dasarnya
adalah penerjemahan interaksionisme simboliknya menjadi pengetahuan
orang dewasa, dengan menggabungkan pendapat sosiologis pelajar dewasa

13
dengan mekanisme pendidikan pragmatis. Andragogi bagi Jarvish adalah
sama dengan pengembangan identitas diri. sMenurutnya, fungsi andragogi
membantu orang-orang untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat, juga
membuat mereka merasa lebih individual.

3. Prinsip Andragogi
Dalam menggunakan pembelajaran berbasis andragogi perlu
memperhatikan prinsip-prinsip dan strategi pembelajaran orang dewasa. Prinsip-
prinsip belajar orang dewasa menurut Anwar (2017: 38-39) sebagai berikut:

a. Kesiapan untuk belajar


Peserta didik mencapai hasil belajar yang baik, apabila sebelumnya pendidik
menyiapkan kondisi peserta didik baik secara fisik maupun mental,
penyediaan kondisi fisik dapat diwujudkan dengan penyediaan sarana yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran, sedangkan persiapan seara mental dapat
dilakukan dengan ice breaking (mencairkan suasana) sebelum masuk meteri
pembelajaran.
b. Participation (peran serta)
Belajar dapat terjadi bila ada peran serta peserta didik yang aktif baik secara
fisik maupun mental, oleh karena itu ruang kelas peserta didik perlu di atur
agar dapat memberikan keleluasaan dalam pembelajaran, seperti tempat
duduk mudah dipindahkan, adanya LCD dan lain-lain.
c. Application (Penerapan)
Belajar akan lebih mudah jika peserta melihat relevansinya yang dapat
diterapkan pada lapangan kerja. Aplikasi merupakan salah satu hal yang harus
terjadi dalam pembelajran setelah sebelumnya didahului dengan pengertian
dan pemahaman dasarnya. Oleh karenanya perlu diciptakan metode
pembelajran yang menarik.
d. Transfer of Learning (alih belajar)
Melalui tahap aplikasi, dimungkinkan dapat sampai pada tahap gineralisasi
yaitu pemampaatan hasil belajar untuk dapat belajar dalam keadaan lain.

14
Berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar orang dewasa tersebut maka
pendidik sangat penting memiliki sikap sebagai berikut:
1) Empaty
Empaty adalah sikap dalam diri seseorang yang mampu menghargai dan
menyelami perasaan orang lain, mampu merasakan apa yang dirasakan
orang lain.
2) Kewajaran
Bersikap jujur, apa adanya, membuka diri, serta memberikan respon yang
tulus. Hal ini memliki arti bahwa pendidik harus mengedepankan sikap
untuk dapat menerima peserta didik dengan tulus.
3) Respek
Pandangan positif terhadap peserta didik, dengan penuh pengertian, tidak
segan memberikan penghargaan dengan kemampuan peserta, dalam
konteks ini adalah keramah-tamahan terhadap peserta didik, sehingga
pembelajran berjalan tanpa ada tekanan-tekanan apapun.
4) Komitmen dan kehadiran
Pendidik terlibat penuh dengan peserta didik dalam segala keadaan,
artinya pendidik menghadirkan dirinya secara utuh ditengah-tengah
peserta didik.
5) Membuka diri
Menerima orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan
pengalaman diri-sendiri, memperkenalkan diri pada orang lain dengan
terbuka, artinya pendidik menghargai peserta didik dengan kemampuan
masing-masing.
6) Tidak menggurui, tidak menjadi ahli, tidak memutus bicara, tidak
diskriminatif, dan harus berpenampilan menarik.
Dalam konteks ini pendidik dituntut untuk dewasa dalam berpendapat,
ataupun merespon peserta didik sehingga tidak menggurui apalagi
menjadi ahli, dalam mengajar upaya memotivasi peserta didik merupakan
sikap yang mendidik. Dalam teori pendidikan perbuatn tersebut
merupakan metode pembelajaran.

15
4. Tujuan Andragogi

Tujuan umum andragogi sangat bervariasi, tergantung pada visi dan misi
lembaga yang menyelenggarakannya. Sebagai gambaran tujuan umum penulis
akan mengikuti tujuan pendidikan nasional Indonesia yang dirumuskan oleh
MPR, yaitu meningkatkan ketakwaan terhadap tuhan yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan
mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

5. Ciri-Ciri Andragogi
Beberapa ciri-ciri andragogi, yaitu :
a. Memungkinkan timbul pertukaran pendapat.
b. Memumgkinkan komunikasi timbal balik.
c. Suasana belajar yang diharapkan adalah suasana belajar yang
menyenangkandanmenantang.
d. Orang dewasa akan belajar jika pendapatnya dihormati.
e. Mengutamakan peran peserta didik.
f. Orang dewasa belajar ingin mengetahui kekurangan dan kelebihannya.

D. Perbedaan Asumsi Pedagogi dan Andragogi


Dugan Laird (1981) mengatakan bahwa andragogi mempelajari bagaimana
orang dewasa belajar. Laird yakin bahwa orang dewasa belajar dengan cara yang
secara signifikan berbeda dengan cara-cara anak dalam memperoleh tingkah laku
baru. Pedagogi dan andragogi mempunyai asumsi yang berbeda (1) konsep
tentang subjek didik, (2) konsep tentang pengalaman subjek didik, (3) konsep
tentang kesiapan untuk belajar, dan (4) konsep tentang orientasi terhadap belajar
(Knowles, 1980).
Konsep tentang Subjek Didik. Pedagogi memandang subjek didik sebagai
pribadi yang bergantung atau dependent. Segala sesuatunya masih ditentukan oleh
pihak lain, yaitu orang tua (di rumah), guru (di sekolah), dan tokoh atau lembaga

16
masyarakat di masyarakat). Andragogi berasumsi sebaliknya, yaitu menganggap
bahwa subjek didik adalah pribadi yang sudah dapat mengarahkan dirinya sendiri.
Subjek didik adalah orang dewasa yang sudah memahami kebutuhannya dan apa
yang bermanfaat bagi dirinya. Belajar dilakukan atas pengarahan dirinya sendiri.
Fasilitator berfungsi mempermudah dan mendorong belajar karena kemandirian
inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai
manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (self determination) dan
mampu mengarahkan dirinya sendiri (self direction).
Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan
kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu
pelatihan maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang
menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam
agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi
ada ketergantungan yang sifatnya sementara. Hal ini menimbulkan implikasi yang
berkaitan dengan proses pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses
perencanaan pembelajarannya.
Konsep Peranan Pengalaman Subjek Didik. Pedagogi berasumsi bahwa
pengalaman subjek didik merupakan sesuatu yang dibentuk sehingga belum layak
sebagai sumber belajar. Andragogi berasumsi bahwa subjek didik telah memiliki
pengalaman. Pengalaman itu dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi dirinya
dan bagi orang lain. Dalam perjalanannya, seorang individu memiliki berbagai
pengalaman, di mana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar
yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan, individu tersebut
memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru.
Teknik pembelajaran yang dapat diterapkan oleh tutor pada pembelajaran
keaksaraan adalah diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, dan
simulasi, dengan melibatkan peran serta peserta didik. Oleh sebab itu, dalam
teknologi pembelajaran orang dewasa, lebih mengembangkan strategi
pembelajaran yang bertumpu pada pengalaman.
Konsep Kesiapan untuk Belajar. Menurut pendekatan pedagogi bahwa
kesiapan anak untuk belajar perlu diseragamkan sesuai dengan tingkat usia dan

17
kurikulum. Subjek didik belajar dalam urutan jenjang-jenjang program yang
sudah ditentukan sebelumnya oleh pihak lain di luar diri subjek didik.Kesiapan
belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun
biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan
perubahan tugas dan peranan sosialnya Sedangkan, pendekatan andragogi
memandang kesiapan subjek didik ditentukan oleh tugas-tugas kehidupan dan
masalah-masalah yang dihadapinya. Subjek didik siap belajar jika pengalamannya
sesuai dengan kebutuhan hidup dan masalah hidup. Tugas-tugas kehidupan
contohnya adalah tugas dalam pekerjaan dan tugas sehari-hari dalam masyarakat
dan keluarga. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran
keaksaraan perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan
sosialnya.

Konsep Orientasi terhadap Belajar. Pedagogi berasumsi, anak orientasi


belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki
orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (subject matter centered
orientation). Sedangkan, pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki
orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi
(problem centered orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa
merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial
orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya
perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat
dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Hal ini menimbulkan
implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa,
yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera
diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.

E. PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI DALAM PANDANGAN ISLAM,


INDONESIA, DAN BARAT
1. Pandangan Islam

18
Pada awalnya, kontekstualisasi andragogi ditujukan untuk mengajak
manusia untuk belajar tanpa melihat unsur-unsur situasi, kondisi, jangkauan, umur
dan lain sebagainya, karena dalam Islam belajar merupakan ibadah yang wajib
dituntut sepanjang masa (life long education), hal ini bisa tercermin dalam sebuah
hadis yang menyatakan bahwa "tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat".
Begitu juga dalam ayat Alquran yang menyatakan bahwa ilmu yang kita dapatkan
hanyalah sedikit saja, maka untuk mendapatkan ilmu tersebut, manusia di
haruskan untuk mengikuti proses pendidikan.
Proses pendidikan tentunya tidak akan terlepas dari posisi manusia sebagai
khalifah, A’bdullah dan juga syahid. Manusia merupakan sosok unik yang
memiliki dimensi jasmaniah dan rohaniah yang diberikan bekal untuk dapat
dididik dan belajar. Jika konsep pendidikan andragogi sebagaimana dijelaskan di
atas dikaitkan dengan pendidikan yang ada dalam Alquran, maka dapat kita
temukan dalam beberapa ayat Alquran yang menceritakan tentang perjalanan nabi
Musa dan Khidlir sebagai subjek dan objek pendidikan andragogi yang tertuang
dalam surat al-Kahfi mulai ayat ke 70 sampai 82.
Pada ayat-ayat tersebut, Teuku Muhammad Hasbi Ashiddiqie menjelaskan
bahwa sekalipun nabi Musa itu seorang nabi yang diutus kepada bani Israil dan
memiliki kecerdasan dan kepandaian yang luar biasa, namun Allah masih
memerintahkan nabi Musa untuk belajar kepada Khidlir.Sebagaimana prinsip
pada andragogi adalah citra diri yang diartikan sebagai sikap sadar dan merasa
bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri dan perubahan dari citra
ketergantungan kepada orang lain menjadi citra mandiri, maka citra diri yang ada
dalam diri nabi Musa adalah sebagai orang yang pandai dan cerdas. Namun
perintah Allah agar nabi Musa belajar itu dimaksudkan untuk mengupayakan
sikap rendah diri dan tidak sombong.
Maka kisah nabi Musa dan Khidlir merupakan fragmentasi yang sangat
menarik jika dikaitkan dengan konsep pendidikan andragogi tersebut. Dalam
kisah di surat al-Kahfi ayat 70 sampai 82, sosok nabi Musa dalam hal ini telah
mencapai tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Namun
berdasarkan pengalaman dan citra dirinya sebagai orang yang pandai dan cerdas

19
dia merasa sudah hebat. Sebagai orang dewasa, nabi Musa yang telah mencapai
masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak.
Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk
mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus
berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus
melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah
dalam hal hubungan antara guru dan murid haruslah didasari dengan penuh
kesabaran. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling
membantu.

2. Pandangan Indonesia
Penyelenggaraan andragogi di Indonesia pada saat ini banyak dijabarkan
dalam program-progam yang memfasilitasinya. Penyelengaraan andragogi secara
umum diartikan sebagai suatu kegiatan belajar (kurikulum) yang dirancang oleh
suatu lembaga (institusi) yang digunakan  bagi pesrta didik untuk mengikuti
program untuk memasuki kegiatan belajar sesuai dengan tujuan pendidikan
(pembelajaran) yang ditetapkan.
Institusi yang menyusun program pendidikan andragogi saat ini di
Indonesia, antara lain:
a. Lembaga Kursus
b. Pusat Pendidikan & Pelatihan (Balai Latihan Tenaga Kerjaatau BLK)
c. Pusat Kegiatan Belajar (SKB)
d. BPKB (Badan Pengembangan Kegiatan Belajar)
e. BPPNFI (Badan Pengembangan Pendidikan Non Formal danformal)
f. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
g. Perguruan Tinggi (Program Pendidikan Ekstension)
h. Pendidikan dan Pelatihan di Perusahaan atau Perkantoran

Berikut tugas-tugas yang dilakukan oleh guru dalam pendidikan


andragogi, diantaranya :
a. Tugas sebagai guru (fasilitator)

20
b. Tugas sebagai pengembang program (program developer)
c. Tugas sebagai pengelola (administration)
d. Tugas sebagai konselor (conselor)
3. Pandangan Barat

Sebagai bahan perbandingan tujuan pendidikan andragogi pada beberapa


negara dapat dikemukakan seperti terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Tujuan Pendidikan Andragogidi Beberapa Negara Barat
No Negara Tujuan
1 Australia Menekankan tujuan pendidikan andragogi pada usaha-
usaha pengasimilasian para pendatang dengan para
penduduk yang telah lama tinggal di Australia
2 Swedia Ditujukan kepada pendemokratisan dan menciptakan
norma-norma kehidupan masyarakt yang lebih baik
3 Swiss Ditujukan untuk menciptakan kehidupan masyarakat
lebih berbahagia dan penuh aktivitas
4 Perancis Menekankan kepada pendidikan populer bagi
masyarakat yang dijalankan secara luas
5 Israel Ditujukan untuk mengurangi tantangan antar bangsa-
bangsa dan ras dan memerangi atominisasi serta
memberikan kehidupan baru kepada masyarakat
6 Kanada Meningkatkan kebanggaan dan mengembangkan
pengetahuan yang diciptakan oleh bangsa Kanada
7 Amerika Bersemboyankan kepada pendidikan itu dari, oleh dan
Serikat untuk masyarakat
8 India Perbaikan moral, penambahan pengetahuan,
meningkatkan efisiensi dalam bekerja, dan
meningkatkan tingkat hidup masyarakat
9 Thailand Ketahuhurufan, pemeliharaan hidup sehat, kontak
sosial dan kebudayaan
Sumber: Ahmuddipura (1986: hal. 1.16)

F. PENTINGNYA PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI DALAM


PEMBELAJARAN

21
Pendidikan secara tradisional selalu dilihat sebagai hubungan
pedagogis antara guru dan pelajar. Guru yang selalu memutuskan apa yang
peserta didik harus ketahui dan bagaimana pengetahuan dan keterampilan yang
harus diajarkan. Peningkatan kompetensi pedagogik guru akan menghindarkan
kegiatan pembelajaran bersifat monoton,tidak disukai siswa dan membuat siswa
kehilangan minat serta daya serap dan konsentrasi belajarnya. Pedagogi
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik dan
pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Hal ini berhubungan erat
dengan keputusan peserta didik untuk belajar lebih giat dan bermakna kepada
guru bersangkutan lantaran pengalaman belajar yang berkesan.
Hasil penelitian puluhan tahun terakhir memang telah cukup untuk
melahirkan sebuah revolusi dalam pendidikan mengenai bagaimana orang
belajar dan hasil dari itu membuat guru dapat bekerja lebih lanjut tentang cara
pengajaran dan hasil yang diperoleh (Sudarwan Danim, (2010: 144).
Konsep Andragogi sebagaimana dikemukakan oleh Malcolm Knowles
dalam Sharan B Marriam (2001 : 4) merupakan label baru atau teknologi baru dari
belajar orang dewasa, yang konsep ini di Eropa didefinisikan sebagai seni
atau ilmu membantu orang dewasa belajar.Permasalahan yang paling sering
muncul dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah adalah hasil belajar, output dan
outcomenya. Ketidakmampuan peserta didik memahami dengan baik materi
dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan indikasi kurang
berhasilnya kegiatan pendidikan di sekolah.
Rendahnya hasil belajar sebagai indikator dari ketidakberhasilan
pembelajaran, dimana peserta didik tidak mampu menerima dengan baik bahan
belajar yang diajarkan oleh guru. Secara jelas Knowles (1979: 11-27 )
menyatakan apabila peserta didik telah berumur 17 tahun, penerapan prinsip
andragogi dalam kegiatan pembelajarannya telah menjadi suatu kelayakan. Usia
peserta didik pada kelompok belajar rata-rata di atas 17 tahun, sehingga dengan
sendirinya penerapan prinsip andragogi pada kegiatan pembelajarannya
semestinya diterapkan. Perlunya penerapan prinsip andragogi dalam pendekatan
pembelajaran orang dewasa dikarenakan upaya membelajarkan orang dewasa

22
berbeda dengan upaya membelajarkan anak. Membelajarkan anak (pedagogi)
lebih banyak merupakan upaya mentransmisikan sejumlah pengalaman dan
keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan di
masa datang.
Apa yang di transmisikan didasarkan pada pertimbangan peserta didik
sendiri, apakah hal tersebut akan bermanfaat bagi peserta didik di masa datang.
Sebaliknya, pembelajaran orang dewasa (andragogi) lebih menekankan pada
membimbing dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan, masalah-masalah kehidupan
yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan
suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Teori belajar orang dewasa tidak hanya diketahui, tetapi harus dapat
diaplikasikan dalam setiap kegiatan belajar dan membelajarkan agar proses atau
interaksi belajar yang dikelolanya dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan adanya perubahan dalam
masyarakat yang sangat pesat atau dikenal dengan era ledakan informasi,
maka diperlukan adanya sebuah pendekatan pendidikan dalam belajar dimana
peserta didik sendiri yang menentukan apa dan bagaimana belajar itu
dilakukan.

23
BAB III
PEMBAHASAN

Tabel 2. Matriks Perbedaan Pedagogi dan Andragogi


Komponen Pedagogi Andragogi
Konsep tentang Pribadi yang bergantung Pribadi yang sudah dapat mengarahkan diri sendiri (self-
subjek didik directing)
Peranan pengalaman Merupakan sesuatu yang dibentuk dan Merupakan sumber yang kaya untuk belajar bagi diri sendiri
subjek didik bukan sebagai sumber belajar maupun orang lain
Kesiapan untuk Individu yang belum siap dan minta Individu yang siap dan perlu difasilitasi orang lain
belajar bimbingan orang lain
Orientasi terhadap Seragam atas dasar tingkat umur dan Dikembangkan dari tugas-tugas kehidupan dan masalah-
belajar kurikulum masalah lainnya

Tabel 3. Matriks Perbedaan Pedagogi dan Andragogi


Pembeda Pedagogi Andragogi

24
Pembeda Pedagogi Andragogi
Prinsip Menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik mengajar Prinsip-prinsip layanan bagi pembelajar dewasa:
anak-anak 1) Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan
evaluasi dari pengajaran mereka. 
2) Pengalaman, termasuk kesalahan, menjadi fondasi dasar
untuk belajar. Orang dewasa banyak belajar dari
pengalaman. 
3) Orang dewasa paling tertarik untuk mempelajari mata
pelajaran yang memiliki relevansi langsung dengan
pekerjaannya atau kehidupan pribadi. 
4) Belajar orang dewasa lebih berorientasi pada tujuan
praktis ketimbang konten.
Fokus Fokus pembelajaran: Fokus yang harus diperhatikan pada strategi pembelajaran
Pembelajara 1) Bidang kognitifmeliputi fungsi memproses orang dewasa:
n informasi, pengetahuan 1) Metakognisi maksudnya siswa dewasa lebih memilih
2) Bidang afektif berkenaan dengan sikap. untuk belajar melalui penilaian diri dan koreksi diri. 
3) Bidang psikomotormenekankan aspek 2) Refleksi maksudnya siswa dewasa melakukan refleksi atas
keterampilan apa yang dipelajari dan perolehan belajarnya. 
3) Pengalaman sebelumnya maksudnya siswa dewasa banyak
belajar dari dan menggunakan pengalaman sebelumnya

25
Pembeda Pedagogi Andragogi
sebagai bekal belajar. 
4) Percakapan atau dialogis maksudnya siswa dewasa lebih
menyukai pendekatan dialogis dalam pembelajaran,
ketimbang monologis. 
5) Pengalaman otentik maksudnya siswa dewasa lebih
tertarikdengan pengalaman otentik ketimbang yang
abstrak. 
6) Motivasi maksudnya siswa dewasa lebih mengandalkan
motivasi diri atau motivasi internal ketimbang eksternal. 
7) Strategi pembelajaran generatif maksudnya kegiatan yang
membantu membangun pengetahuan siswa dewasa oleh
mereka sendiri.
Model asumsi Model pedagogi adalah suatu isi (content plan) Andragogi lebih bersifat proses (process design), dimana
yang yang menuntut pendidik untuk menjawab tutor atau pendidik memiliki peranan rangkap yakni sebagai :
melandasi empat pertanyaan saja, yakni 1) perancang dan pengelola proses,
1) apa isi yang perlu dicakup, 2) dan sumber belajar.
2) bagaimana isi tersebut dapat diorganisasikan
kedalam satuan yang terkelola,
3) bagaimana urutan yang paling logis untuk

26
Pembeda Pedagogi Andragogi
menyajikan satuan-satuan tersebut dan
4) alat apakah yang paling efesien untuk
menyampaikan isi tersebut (Knowles, 1985,
dalam Mustafa Kamil (2007:299)
Motivasi Atas dasar hadiah atau ganjaran dan hukuman dari Dari dalam diri kepuasan, keingintahuan, dan terpecahkan
belajar luar diri subjek didik masalah
Perencanaan Terutama oleh pendidik Bersama-sama kedua belah pihak; pendidik dan peserta didik
Diagnosa Terutama oleh pendidik Oleh kedua belah pihak
kebutuhan
Perumusan Terutama oleh pendidik Dirundingkan bersama (pendidik dan peserta didik)
tujuan
Penentuan Bahan dan isi ditentukan pendidik, silabus Bahan disesuaikan kesiapan peserta didik
bahan dan pelajaran urut secara logis
pembelajaran
Sarana Dirancang oleh pendidik Dicari sendiri oleh peerta didik atas bantuan fasilitator
pembelajaran
Metode Ceramah, tugas, baca dan diskusi Tugas mencari sendiri, belajar mandiri, teknik pengalaman
Evaluasi Oleh pendidik, acuannya norma Oleh peserta didik sendiri, validasi teman, fasilitator dan ahli.
Acuan kriteria.

27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pedagogi adalah seni dan ilmu mengajar anak
2. Andragogi adalah seni dan ilmu mengajar orang dewasa.
3. Pedagogi dan andragogi ini secara signifikan sangat berjauhan, baik dalam
konsep subjek, objek, materi dan lain sebagainya. Salah satu contoh adalah,
menurut pedagogi, pedagogi adalah objek yang "kosong" dan guru adalah
"penuh" sedangkan dalam andragogi guru dan peserta didik saling memberi
dan menerima, guru berfungsi sebagai fasilitator dan bukan menggurui.

B. Saran
Jika dilihat dari pentingnya pedagogi, andragogi dan Heutagogi dalam
pembelajaran, ada baiknya kita mempelajari dan lebih memahami serta
mendalami kajian dari pentingnya pedagogi, andragogi dan Heutagogi dalam
pembelajarantersebut.

28
DAFTAR PUSTAKA

Freire, Paulo. (1972). Pedagogy of the Oppressed. Alih bahasa Myra


Bergman Ramos. London: Sheed and Ward.

Sudarwan Danim. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Langeveld, MJ. (1980). Pedagogik Teoritis. Bandung: Bapemsi.

Sudjana, Nana. (2004).Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar


Baru Algensido Offset.

Sudjana, Djudju. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah Untuk


Pendidikan Non-Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Lisa, Marie Blaschke. (2012). Heutagogy and lifelong learning: a review of


heutagogical practice and selfditermined learning. The International
Review of Research open and distance Learning. Vol 13. No.1 Januari
2012.

Ambar, TeguhSulistiyani. (2004).Kemitraan dan Model-model


Pemberdayaan.Yogyakarta: Gava Media.

Suharto, Edi. (2014). Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, Kajian


Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Sosial.Bandung: Refika Aditama.

Jim Ife. (2002). Community Development, Community based alternative in an


age of Globalisation. 2ed edition. Australia: Person Education.

John Dewey. (1961). Democracy and Education. London: Heineman.

29

Anda mungkin juga menyukai