Anda di halaman 1dari 112

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Celah Timor merupakan salah satu kawasan yang terletak di laut timor

menyimpan deposit minyak dan gas alam. Kawasan celah timor juga merupakan

sebuah blok perairan yang terletak di Laut Timor sepanjang garis batas pulau

Timor Australia. Celah itu di bagi kedalam tiga blok yaitu,( A, B, dan C). potensi

kandungan minyak mentah/petroleum yang terdapat di celah tersebut diperkirakan

bisa mencapai angka minimal 5 milliar barel dan di taksir termasuk salah satu

dari 23 lapangan minyak terbesar di dunia. Angka 5 milyar barel minyak mentah

ini hanya di wilayah celah Timor belum di seluruh Laut Timor yang diperkirakan

potensinya mencapai lebih dari 10 milyar barel minyak mentah.

Minyak dan gas alam yang terletak di celah timor di kelilingi oleh laut Timor

yang merupakan perpanjangan dari samudra Hindia yang terletak di antara pulau

Timor yang kini terbagi antara Indonesia di bagian barat, Timor Timur di bagian

Timur dan Australia Utara (Northern Territory) di sebelah utara. Di bagian

Timur, laut Timor berbatasan dengan laut Arafura yang secara teknis merupakan

perpanjangan dari samudra Pasifik. Laut Timor memiki dua teluk kecil di pesisir

utara Australia, yakni Teluk Joseph Bonaparte dan Teluk Van Diemen. Kota

Darwin yang terletak di Australia berada di tepian laut yang berbatasan langsung

dengan Laut Timor.

1
Laut Timor memiliki luas sekitar 480 km persegi, meliputi wilayah sekitar

610.000 km, dengan titik terdalam adalah palung Timor. Di bagian utara,

kedalaman Laut Timor mencapai sekitar 3.300 m dan bagian yang lebih dangkal

rata-rata mempunyai kedalaman kurang dari 200 m. wilayah ini merupakan

tempat utama munculnya badai tropis dan topan.

Pasca Timor-Timur sebagai Propinsi Republik Indonesia yang ke-27 menjadi

negara merdeka dan berdaulat terlepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan hasil jajak pendapat, celah Timor menjadi masalah baru. Perjanjian

Celah Timor atau disebut pula “Timor Gap Treaty” antara Indonesia dan Australia

yang di anggap sebagai perjanjian landas kontinen di Laut Timor antara kedua

negara. Penetapan garis batas landas kontinen di Laut Arafura dan daerah utara

irian jaya tahun 1971, dan kemudian disusul lagi dengan persetujuan Republik

Indonesia dan Australia mengenai batas landas kontinen di selatan pulau

Tanimbar dan Pulau Timor yang ditandatangani tahun 1973.1

Perjanjian Celah Timor bukanlah merupakan perjanjian garis batas landas

kontinen, melainkan suatu perjanjian yang bersifat sementara yang mengatur

kerjasama pengelolaan sumber daya alam minyak dan gas bumi yang terdapat

disebagian dasar laut dan tanah di bawahnya di laut timor. Pengaturan kerjasama

pengelolaan antara kedua negara bersifat sementara karena kedua negara belum

berhasil mencapai kesepakatan mengenai garis batas landas kontinen yang

tumpang tindih di sebagian laut timor pada tahun 1971 sehingga untuk

1
Marcel Hendrapati, Majalah Ilmiah Hukum Amanna Gappa No.13/tahunXI/Januari-
Maret 2003, hal.416

2
menghindari timbulnya konflik kedua negara mencari jalan keluar dengan

menyepakati perjanjian yang bersifat sementara.2

Australia mengklaim luas wilayahnya sampai ke sumbu bathymetric (garis

kedalamam punggung laut terbesar) si palung Timor. Klaim Australia ini tidak

pernah di setujui oleh Timor Portugis karena tetap berpendirian bahwa batas dasar

Laut Timor dan Australia harus ditentukan dengan menggunakan garis tengah

(median line) untuk membagi kedua wilayah tersebut. 3

Namun Indonesia dan Australia menyepakati sebuah perjanjian penetapan

batas-batas dasar laut tertentu pada tahun 1971 dan dilanjutkan pada tahun 1972

dimana indonesia mengakui klaim Australia tersebut. Pada tahun 1976, Timor-

Timor secara resmi menjadi bagian dari Negara kesatuan Republik Indonesia

sehingga memungkinkan Australia memperkuat posisi klaimmya yang

dilegitimasi melalui penandatanganan perjanjian kerjasama Indonesia-Australia di

Celah Timor pada tahun 1989.4

Pada masa penjajahan dulu, Pulau Timor di bagi menjadi dua wilayah jajahan

yakni Pulau Timor bagian barat (yang sekarang adalah bagian dari negara

kesatuan republik indonesia) merupakan wilayah jajahan Belanda. Sementara

Pulau Timort bagiaN Timur/Timor Timur (sekarang menjadi negara berdaulat

dengan nama Republik Democratik Timor Leste) merupakan wilayah jajahan

2
Ibid,.
3
Ferdy Tanoni, Skandal Laut Timor”Sebuah Barter Politik-Ekonomi Canberra-Jakarta,
Yayasan Peduli Timor Barat, Kupang, 2008, Hal.2
4
Ibid,.

3
Portugal selama 400 tahuh lamanya.5 Dengan lepasnya wilayah Timor Leste

dengan sendirinya mengugurkan perjanjian Celah Timor yang disepakati Antara

Indonesia-Australia ketika Timor Leste masih berada dalam wilayah Kesatuan

Republik indonesia.

Menteri Luar Negeri Australia, William McMahon pada bulan oktober 1970

menjelaskan tentang Palung Timor sebagai suatu Celah besar yang dalam dan

memanjang dari arah timur sampai barat dan relatif lebih dekat dengan pesisir

Austarlia Utara. Panjangnya lebih dari 550 mil kelaut dan lebarnya rata-rata 40

mil, dasar laut pada kedua permukaan yang berhadapan miring hingga mencapai

kedalaman lebih dari 10.000 kaki.6

Pentingnya Celah Timor bagi interpretasi kedua ini tersimpan dalam

pengembangan dari apa yang di sebut oleh McMahon sebagai “batas alam

(Unmitakeably Morphological)” yang menjadi dasar klaim Australia atas daerah

ini yakni Celah Timor memisahkan landas kontinen antara Australia dan Timor.

Tegasnya ada dua landas kontinen yang jelas berbeda memisahkan kedua pesisir

yang berhadapan.7 Bagi pemerintah Australia, Celah Timor menjadi pemisah

kedua Landas Kontinen yang sempit memanjang dari Timor dan sebuah Landas

Kontinen yang lebih lebar memanjang dari garis pantai Australia ke dasar Celah

Timor.8 Pada kenyataanya, pendapat di atas tidak ada yang benar sama sekali

karena Celah Timor tidak memisahkan dua Landas Kontinen. Yang benar, Timor

5
Ibid, Hal, 2-3
6
Op.cit, Hal.34
7
Op.cit
8
Ibid

4
dan Australia berada dalam satu Landas Kontinen yang disebut Landasan

Kontinen Australia.9

Mengingat Konvensi Jenewa pada tahun 1985 tidak secara eksplisit

menetapkan suatu situasi dimana ada dua Landas Kontinen, maka pemerintah

Australia berpendapat bahwa keadaan khusus seperti disebutkan pada pasal 6.1

yang digunakan, sedangkan ketentuan garis tengah (median line) yang jatuh di

belakang Celah Timor bisa dipakai untuk menentukan batas antara dua pesisir

negara. Tidak adanya persetujuan negara antara mereka dianggap tidak tepat

kerena tidak ada wilayah yang sama untuk menentukan batas-batasnya.10

Pandangan ini dikemas pada Garis Mackay atau Garis Hijau. Garis ini

dinamakan sesuai dengan nama salah satu pejabat pada Departemen

Pembangunan Nasional Australia. Garis itu mengikuti kemiringan kaki Landas

Kontinen Australia dan meskipun lokasinya yang persis sulit ditunjukk, akan

tetapi diyakini mengikuti Celah Timor yang terletak antara 11” lintang Selatan

dan 8” Lintang Selatan. Australia melihat madalah penetapan batas-batas dasar

laut sebagai masalah yang bersifat sangat segera dan mendesak.11

Hal ini didasari dugaan awal bahwa terdapat cadangan hidrokarbon yang

sangat besar di Laut berbagai klaim tentang Landas Kontinen. Australia terus

berusaha untuk menguasai dasar Laut Timor seluas mungkin guna memperoleh

penetapan batas-batas wilayah di Laut Timor sesuai keinginannya, maka sebagai

9
ibid
10
Loc.cit,Hal.34-35
11
Ibid.,

5
langkah awal Pemerintah Australia mengambil sikap untuk merundingkan

penetapan wilayah yang menguntungkannya dengan pemerintahan indonesia.12

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas maka penulis tertarik membahas

masalah tersebut dengan judul “Pengaruh Geostrategi Celah Timor terhadap

Hubungan Kerjasama Timor Leste Australia”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Pasca lepasnya Timor Leste dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, Celah

Timor menjadi salah satu masalah yang harus segera diselesaikan oleh Negara

baru tersebut. Celah Timor menjadi kawasan minyak yang dilirik oleh Australia.

Sebelum ada perjanjian baru yang menetapkan eksploitasi dan eksplorasi Celah

Timor yang akan dilakukan oleh Australia dan Timor Leste maka Australia

menaati hukum laut internasional yang berlaku yakni garis tengah (median line).

Celah Timor yang terletak di Laut Timor merupakan garis batas antara Timor

Timur dan Australia dinyatakan sebagai kawasan “abu-abu” (gray

area) .belakangan ini muncul saling klaim atas kawasan tersebut antara Timor

Timur dan Australia. Kini kedua Negara tersebut terus bernegosiasi dan

menyepakati mengenai pengelolaan kawasan yang kaya minyak tersebut. 13

Gugusan pulau pasir, garis tengah perairan Laut Timor, dan berdirinya Negara

Timor Timur adalah tiga faktor terpisah, tetapi ketiganya secara bersama maupun

12
Ibid
13
Ibid, Hal.54

6
masing-masing menjadi dasar untuk mengkaji kembali garis batas permanen

Indonesia-Australia dan Timor Timur sesuai hukum internasional.14

Pada awal tahun 1970-an,saat akhir Portugis berkuasa telah dilaporkan

sejumlah perusahaan minyak telah melakukan eksplorasi skala kecil di lepas

pantai bagian selatan Timor Portugis. Setelah Timor Timur menjadi bagian dari

wilayah Indonesia, Australia dan Indonesia mengadakan negosiasi batas-batas

dasar laut tanpa mengindahkan penolakan Portugis. Portugis saat itu berpendirian

bahwa dasar laut hendaknya sesuai dasar garis tengah antara pulau Timor dan

Australia. Namun Australia dan Iandonesia menandatangani kesepakatan tersebut

dengan menetapkan batas-batas tertentu di dasar laut pada tahun 1972. Dasar

perjanjian itu adalah prinsip Landas Kontinen yang menurut Indonesia dan

Australia bahwa sebagian besar wilayah Laut Timor adalah terusan alamiah

daratan Australia. Padahal argumentasi yang dikemukakan tersebut tidak dapat

dibuktikan secara teknis dari segi ilmiah.15

Isi dari Perjanjian Celah Timor Indonesia-Australia antara lain menegaskan;

“Perjanjian Celah Timor (Timor Gap Treaty) yang telah disepakati Indonesia-
Australia tersebut hanyalah merupakan pengaturan sementara yang bersifat
praktis yang memungkinkan dimanfaatkan potensi sumber daya minyak dan
gas bumi tanpa harus menunggu tercapainya kesepakatan mengenai batas
landas Kontinen yang akan terus diupayakan. Dengan demikian perjanjian ini
bukan merupakan perjanjian untuk menetapkan batas Landas Kontinen kedua
Negara. Akan tetapi dalam prakteknya Canberra selalu saja bertindak
semaunya di Laut Timor dan Jakarta hanya membisu saja” 16

14
Loc cit.
15
Ibid, Hal.55
16
Ibid, Hal.58

7
Australia mengembangkan dua interpretasi terhadap Konvensi jenewa tahun 1958

tentang hukum laut. Pasal 6.1 konvensi itu menyatakan;

“Penentuan batas-batas internasional, wilayah dari dua, atau lebih negara


yang berdekatan berada di landas kontinen yang sama, pesisirnya
berhadapan satu sama lain, maka batas-batas pada landas kontinen yang
menjadi bagian dari negara-negara itu ditentukan melalui persetujuan
antara mereka jika tidak ada persetujuan maka kecuali kalau batas lain bisa
dijustifikasi oleh keadaan-keadaan tertentu, garis perbatasan adalah garis
median, setiap titik pada garis itu sama jauhnya dari titik terdekat pada
garis dasar dari mana lebar laut wilayah dari setiap negara diukur”17

Landas kontinen yang terdapat di Laut Timor yang terletak di sebelah selatan

wilayah Timor Timur adalah merupakan Landas Kontinen yang sama yang

terletak di sebelah utara wilayah Australia sehingga bagaimanapun menurut

Indonesia penentuan batas-batas yurisdiksi masing-masing Negara harus

didasarkan pada penggunaan median line karena hal ini dapat menjamin rasa

keadilan dalam hubungan antara Negara. Sebaliknya Australia beranggapan

bahwa Landas kontinennya di sebagian Laut Timor mencapai batas yang

dinamakan “bathymetric axis”, yaitu di Timor Trench (jurang Timor) yang

terletak di sebelah selatan pantai Timor Timur. 18Perkembangan terkini mengenai

Celah Timor dengan Australia telah ditanda tangani Timor Lorosae dan hanya 10

persen saja untuk Australia. Perjanjian tersebut di tanda tangani pada tanggal 5

juli 2001 antara Australia, PBB, dan Timor Lorosae.19

Dari isi perjanjian tersebut Australia seharusnya sadar dengan posisinya dalam

melihat batas-batas yang telah ditentukan oleh kedua Negara. Dari beberapa klaim
17
Ibid, Hal 33
18
Marcel Hendrapati, Majalah Ilmiah Hukum Amanna Gappa No.13/tahunXI/Januari-
Maret 2003, hal.420
19
Ibid, Hal.428

8
yang dilakukan oleh Australia tentunya sangat merugikan Timor Leste yang

memiliki celah timor. yang menjadi permasalahan adalah Indonesia yang pada

saat itu ikut andil dalam melegalkan klaim yang dilakukan oleh Australia. Setelah

timor lepas dari Negara kesatuan republik indonesia tentunya akan menimbulkan

kebingungan di Timor Leste. Sebelum melakukan perjanjian Australia dengan

bebasnya memasuki kawasan tersebut untuk mel;akukan eksploitasi dan

eksplorasi di celah timor. Austaralia, Timor Leste, dan Indonesia tentunya harus

bersama-sama menyelesaikan masalah kawasan celah timor di laut timor agar

tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan dan tidak mengganggu

hubungan trilateral yang telah dibangun sejak lama.

Berdasarkan masalah tersebut di atas, penulis hanya membatasi pertanyaan -

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak eksploitasi dan eksplorasi Laut Timor

terhadap hubungan kerjasama Timor Australia?

2. Bagaimana perananan geostrategi Celah Timor terhadap

hubungan kerjasama Timor Leste Australia?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk:

a. Menjelaskan apa yang menjadi faktor pendorong eksplorasi dan

eksploitasi minyak dan gas alam di Celah Timor

9
b. Menjelaskan bagaimana pengaruh geostrategi Celah Timor

terhadap hubungan kerjasama Timor Leste Australia

2) Kegunaan Penelitian

Apabila tujuan tersebut dapat tercapai, maka penelitian ini diharapkan:

a. Dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak-pihak ataupun praktisi

Ilmu Hubungan Internasional yang berminat dalam mengkaji

Negara-negara di Asia Tenggara dengan segala permasalannya

khusunya menyangkut pengelolaan minyak dan gas Alam di Celah

Timor yang terdapat di dasar Laut Timor.

b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para penentu atau

pembuat kebijakan yang terkait, khusunya pemerintah Timor

Leste-Australia dalam menyikapi dan mengkaji lebih jauh

perjanjian Celah Timor (Timor Gap Treaty), demi kesejahtraan

serta mengangkat harkat dan martabat masyarakat dari negeri yang

baru Sembilan tahun merdeka.

D. Kerangka Konseptual

Seperempat abad yang lalu, pertumbuhan ekonomi dunia dianggap dapat terus

berlangsung tanpa batas. Hampir tidak ada pemimpin dunia yang memperkirakan

habisnya kekayaan alam . guna melanggengkan kekuasaannya, mereka bahkan

lebih memikirkan aspek geopolitik lokasi sumber-sumber alam daripada

kemungkinan habisnya sumber-sumber tersebut. Tetapi embargo minyak di tahun

10
1973-1974 yang diikuti politik minyak dunia telah mengubah pikiran itu untuk

selamanya.20

Saat ini, pemanfaatan sumber mineral telah sampai pada puncaknya, padahal

produktivitas sempat menurun dan kegiatan ekonomi barat berkurang. Bahwa

persediaan minyak dunia berkurang adalah yang sangat wajar karena masyarakat

begitu tergantung pada minyak untuk mengisi tangki mobil mereka,

menghangatkan udara rumah mereka, dan menjalankan industri-industri yang

mempekerjakan mereka. Namun penyusutan minyak , seperti halnya metal-metal

lainya kecuali besi, telah mencapai titik kritis. Dalam jangka panjang penyusutan

bahan bakar fosil (minyak, batu bara) itu mungkin bisa digantikan dengan

kombinasi energy nuklir, tenaga surya, bahan bakar sintetis, dan energi thermal

laut. Namun, banyak elemen dasar dalam proses manufaktur dan proses lainya

yang secara sosial penting, tidak bisa digantikan. 21

Perlu ditekankan bahwa penyusutan persediaan mineral dunia tidak hanya

mengancam perekonomian nasional dan internasional. Persediaan mineral-energi,

termasuk minyak tidak merata penyebarannya. Bila Amerika serikat, Cina, dan

Uni Soviet kini Rusia yang kaya akan batu bara dan minyak bumi (walaupun

hanya Cina yang masih banyak memiliki persediaan minyak), inggris dan Negara-

negara Eropa Barat kontinental hanya kaya akan batu bara ( sampai saat

ditemukannya minyak di laut utara). Sebaliknya, Jepang sampai era tenaga nuklir

sangat tergantung pada sumber-sumber minyak luar negeri. Persediaan logam juga
20
Walter S. Jones, Logika Hubungan Internasional:Kekuasaan,Ekonomi-Politik
Internasioanal, dan Tatanan Dunia 2, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hal. 484
21
Ibid.,

11
tidak merata di planet ini. Sebagian besar persediaan yang belum terpakai pada

saat ini ada di wilayah Negara-negara dunia ketiga. Peningkatan ekspor logam

tersebut memang menunjang pembangunan ekonomi mereka. Tapi bila mereka

terlalu tergantung padanya, begitu persediaan mereka menipis, ekspor mereka

akan lumpuh.22

Dari konsekuensi-konsekuensi potensial di atas maka setiap Negara-negara di

dunia tentunya harus memperkuat basis kekuatan nasionalnya (National Power)

yang dimiliki suatu Negara atau suatu bangsa, baik yang nyata dan jelas terlihat

walaupun yang tersimpan sebagai potensi tetapi siap-siaga untuk digunakan atau

diberdayakan. 23

Kepentingan Nasional (Nasional Interests) adalah tujuan –tujuan yang ingin

dicapai sehubungan dengan kebutuhan bangsa/negara sehubungan dengan hal

yang dicita-citakan . dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif dan sama di

antara semua negara/bangsa adalah keamanan (mencakup kelansungan hidup

rakyatnya dan kebutuhan wilayah) serta kesejahtraan. Kedua hal pokok ini, yaitu

keamanan(security) dan kesejahtraan(prosperity), pasti terdapat serta meruupakan

dasar dalam merumuskan atau menetapkan kepentingan nasional setiap negara.24

Salah seorang pemikir studi Ilmu Hubungan Internasional, Hans J.

Morgenthau menyatakan:

22
Ibid
23
Teuku May Rudy, Studi Strategis:Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca
Perang Dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002, hal. 114
24
Ibid, Hal.116

12
Strategi diplomasi harus didasarkan kepada kepentingan nasional,
bukan pada alasan- alasan moral, legal, ideology yang utopis dan
bahkan sangat berbahaya. Kepentingan nasional setiap Negara adalah
mengejar kekuasaan, yaitu apa saja yang bisa membentuk dan
mempertahankan pengendalian suatu Negara atas Negara lain.25
Morgenthau menyamakan kepentingan Nasional dengan usaha Negara untuk

mengejar Power, dimana power adalah Segala sesuatu yang bisa mengembangkan

dan memelihara kontrol suatu Negara terhadap Negara lain. Hubungan power dan

kontrol bisa dicapai melalui teknik-teknik pemaksaan dan teknik kooperatif. 26

Hans J. Morgenthau dalam bukunya Politics Among Nation menyebutkan

bahwa power atau kekuatan Negara mempunyai Sembilan unsur, yaitu, geografi,

sumber pendapatan alami untuk makanan dan bahan mentah, kemampuan

industry, military preperedness yaitu teknologi, kepemimpinan, kuantitas dan

kualitas angkatan perang, populasi yang terdiri dari persebaran dan kualitasnya,

karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, dan kualitas pemerintahan.27

Kepentingan nasional dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor

penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu Negara

merumuskan kebijakan politik luar negerinya. Kepentingan nasional suatu Negara

secara khas merupakan unsu-unsur yang membentuk kebutuhan Negara yang

paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahtraan ekonomi.

Dalam pandangan Morgenthau, kepentingan nasional yakni:

25
Andi Nurditha E 131 06 620, Skripsi: Peranan PBB Dalam Penyelesaian Status
Kewarganegaraan Rakyat Timor Timur Dari Negara Indonesia, 2001, Hal. 6
26
Theodore A. Couloumbis, James H. Wolfe, Pengantar Hubungan
Internasional:Keadilan dan Power, edisi ketiga, Percetakan Abardin, Bandung, 1990, Hal. 114
27
Sri Hayati, Ahmad Yani, Geografi Politik, Refika Aditama, Bandung, 2007, Hal. 64

13
Kemampuan minimum yang inheren dalam konsep kepentingan
nasional adalah kelangsungan hidup (survival). Kemampuan
minimum Negara bangsa ini, yakni melindungi identitas fisik,
politik, dan kulturalnya dari ganguan Negara bangsa lain. Dalam
pengertian lebih spesifik, Negara bangsa harus bias
mempertahankan integritas teritorialnya, rezim ekonomi-
politiknya, serta memelihara norma-norma etnis, religious,
linguistik, dan sejarahnya.28
Ratzel menyendirikan tiga fakta geografis yang asasi yang menurut

pendapatnya mengaba atau menetukan sifat-sifat pertumbuhan suatu Negara.

Pertama, suatu negara bersifat territorial, artinya meliputi suatu teritorial tertentu;

karena itu negara sebagai suatu organisme spatial memilki lokasinya tertentu,

yang dapat ditaksir secara fisis maupun geografi politik dalam hubungannya

dengan Negara-negara lainnya, sebagai pusat-pusat kekuatan politik.

Kedua, negara itu mencerminkan suatu kelompok pendududuk atau bangsa

yang merasakan dirinya tak terpisahkan dari wilayah geografis negaranya, dan

yang bertambah jumlahnya terus-menerus mengikuti proses partumbuhan

negaranya.

Ketiga, negara acapkali berkembang didalam batas-batas kerangka alami

(natural framework); dari pusatnya yang sempit, negara meluas ke arah luarnya,

yang dalam gagasan kemudian melahirkan istilah perbatasan dalam sebutan

natural frontiers.29 Ratzel kemudian mempertegas bahwa, kekuatan Negara

banyak ditentukan oleh faktor geografis (letak, luas, bentuk, sumber daya alam,

sumber daya manusia, dan hubungan internalnya). Faktor geografis merupakan

indikator tumbuh dan berkembangnya kekuatan Negara. Negara merupakan


28
Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan metodologi, cetakan
kedua, LP3ES, Jakarta, hal. 141
29
N. Daldjoeni, Dasar-Dasar Geografi Politik, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991,Hal.53

14
Organic State yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan seperti halnya

makhluk hidup yang tergantung dari faktor-faktor geografis, karena setiap

makhluk hidup membutuhkan ruang hidup dan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya itu ia harus berjuang untuk mendapatkan dan memperluas

ruang hidupnya.30

Dari tiga fakta yang diungkapkan oleh Ratzel, maka secara geostrategi,

geopolitik, dan geoekonomi celah timor menjadi salah satu ladang minyak yang

dapat dijadikan sumber energi bagi negara-negara yang membutuhkan energi

untuk mendukung kepentingan nasionalnya, Australia secara geografis memiliki

kesempatan untuk menguasai celah timor tersebut. Konsep geoekonomi yang

perlu dipahami menurut Alexander, Economic Geography is the study of areal

variation or the earth’s surface in man’s activities related producing, exchanging,

and consuming wealth. yang berarti bahwa geoekonomi adalah studi tentang

variasi daerah atau permukaan bumi dalam kegiatan manusia yang berkaitan

dengan produksi, pertukaran, dan konsumsi kekayaan.31

Penulis juga menggunaka konsep bilateral untuk melihat bagaimana hubung

kersama antara Timor Leste dan Australia yang saling menguntung kedua Negara

tersebut. Dalam hal ini pengaruh minyak dan gas alam yang berada di Celah

Timor menarik investor asing untuk melakukan eksplorasi terhadap kilang-kilang

minyak yang berada di Timor Leste.

Sri Hayati, Ahmad Yani, Geografi Politik, Refika Aditama, Bandung, 2007, Hal. 10
30

Skripsi Nurjannah Adullah, E13107059, 2011. Analisis Kebijakan Ekonomi China di


31

Greater Mekong sub-region (GMS), hal. 18

15
E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini bersifat analisis eksplanatif. Analisis eksplanatif

digunakan untuk menjelaskan “bagaimana dampak eksploitasi dan eksplorasi

minyak dan gas alam di laut timor ? serta menjelaskan “Bagaimana pengaruh

geostrategi Celah Timor terhadap hubungan kerjasama Timor Leste Australia?

2. Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan oleh penulis, yaitu data teoritis yang berasal dari

berbagai sumber literatur. Penulis kemudian menganalisis hubungan satu variabel

dengan variabel yang lain. Sumber data yang diolah banyak diperoleh melalui

telaah pustaka serta internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang penulis gunakan adalah telaah pustaka

(Library Research), yaitu pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur

yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, baik berupa buku-buku, jurnal,

artikel-artikel dari majalah dan surat kabar, serta dari situs-situs internet. Data

diperoleh dari beberapa tempat seperti perpustakaan maupun wadah-wadah yang

terkait, yaitu:

a. Perpustakaan Fisip UNHAS Makassar.

b. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin Makassar.

c. Perpustakaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional.

4. Teknik Analisis data

16
Data yang berhasil didapat, lalu dikumpulkan dan dianalis dengan

menggunakan teknik analisis kualitatif dengan tidak mengesampingkan

penyertaan data-data yang bersifat angka-angka atau grafik untuk lebih

memperjelas substansinya.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

17
A. Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional merupakan konsep suatu Negara dalam melakukan

hubungan kerjasama dengan Negara-negara di dunia.kepentingan nasional adalah

merupakan pilar utama tentang politik luar negeri dan politik internasional yang

realistis karena kepentingan nasional menetukan tindakan politik suatu Negara.

Kalau menggunakan pendekatan realis atau neorealis maka kepentingan nasional

diartikan sebagai kepentingan Negara, unitary actor yang penekanannya pada

peningkatan national power (kekuasaan nasional) untuk mempertahankan

keamanan nasional dan survival dari negara tersebut. Konsep kepentingan

nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu

Negara. Para penganut realis menyamakan kepentingan nasional sebagain upaya

Negara untuk mengejar power dimana power adalah segala sesuatu yang dapat

mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu Negara terhadap Negara lain.

Menurut Wolfers, konsep kepentingan nasional dapat didefenisikan

sebagai berikut :

Secara minimum, kepentingan nasional mencakup keutuhan


wilayah suatu bangsa, kemerdekaan dan kelangsungan hidup
nasional. Namun kelangsungan hidup nasional itu sendiri diberi
bermacam-macam interpretasi oleh bermacam-macam negara yang
menghadapi kondisi yang berlain-lainan tersebut.32 Menurut Holsti,
kepentingan nasional itu dapat diklasifikasikan kedalam tiga
klasifikasi. Pertama,core values, sesuatu yang dianggap paling vital
bagi negara dan menyangkut eksistensi suatu negara. Kedua,
middle range objectives, biasanya menyangkut tentang peningkatan
derajat perekonomian suatu negara, dan yang ketiga long range

32
Arnolds Wolfers, dalam Robert L. Pfatzgraff, Jr dan James E. Dougherty : Contending
Theories in International Relations, JB. Lippncot CO, New York : 1971

18
goals yaitu yang bersifat ideal misalnya, keinginan untuk
mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia.33
Kepentingan nasional kerapkali juga dikatakan sebagai tujuan utama suatu

negara dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Dalam penjalinan hubungan

dengan negara lain tentu saja banyak mengusung berbagai macam entry point

yang secara umum menjadi tujuan-tujuan dari kerja sama atau hubungan yang

dijalin. Maka dari hubungan tersebut kepentingan nasional muncul sebagai target

dari hubungan kerja sama, baik secara bilateral maupun multilateral secara garis

besarnya, tetapi secara khusus dari tujuan-tujuan tadi pada akhirnya inti dari

hubungan itu adalah Kepentingan Nasional. Wolfers, mengungkapkan

kepentingan nasional:

Mencakup keutuhan wilayah suatu bangsa, kemerdekaan, dan


kelangsungan hidup nasional. Namun, kelangsungan hidup
nasional itu sendiri diberi bermacam-macam interprestasi oleh
bermacam -macam negara yang menghadapi kondisi yang berlain-
lain. (Dougherty,1971)
Sedangkan, Paul Seabury yang menyatakan bahwa :

Ide kepentingan nasional mungkin menyatu pada serangkaian


tujuan ideal yang seharusnya diusahakan untuk diwujudkan oleh
suatu bangsa dalam tindakan hubungan luar negerinya,
kepentingan nasional dapat dianggap sebagai tujuan yang ingin
dicapai melalui kepemimpinan dengan perjuangan yang gigih
(Holsti, 1998:138)
Pandangan di atas menunjukkan bahwa hubungan antar negara yang

tercipta dimaksudkan untuk mencapai tujuan – tujuan nasional dari negara

tersebut yang menjadi wujud dari kepentingan nasionalnya. Rudi (2003:118)

mengartikan kepentingan nasional (national interest) sebagai: “tujuan-tujuan yang

33
K.J. Holsti, dalam Umar Suryadi Bakry, Pengantar Hubungan Internasional, Jayabaya
University Press, Jakarta : 1999, Hal. 63

19
ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan negara yang dicita-citakan.” Hal ini

dipertegas Mappa Nasrun yang mendefinisikan kepentingan nasional:

Meliputi kepentingan - kepentingan yang berkaitan dengan


kebutuhan bangsa dan wilayah, kehidupan ideology politik,
kehidupan ekonomi, kehidupan sosial budaya, kehidupan
pertahanan keamanan, serta kemampuan politik luar negeri dan
diplomasi. Dari situ jelas bahwa kepentingan nasional bersifat
multidimensional, dan masing-masing dimensi saling berkaitan
secara sistematis dalam aplikasinya(Nasrun, 1990:6)
Dalam menganalisis hubungan antar negara, konsep kepentingan nasional

adalah sebuah konsep yang sangat lazim dan juga popular digunakan. Konsep ini

digunakan sebagai barometer keberhasilan suatu politik luar negeri yang

dijalankan oleh suatu negara, seperti apa yang dikemukakan oleh Morgenthau

(1990) bahwa :

Kepentingan yang sebenarnya dari suatu bangsa merupakan


kenyataan obyektif yang bisa digambarkan dan bahwa dengan
membuat outline tentang kenyataan itu, analisis-analisis bisa
menggunakan konsep kepentingan nasional sebagai pengukur
sesuai atau tidaknya, benar atau tidaknya berbagai politik luar
negeri yang dijalankan.
Menurut Hans J. Morgenthau didalam “The Concept of Interest defined in

Terms of power”, konsep kepentingan nasional (interest) yang didefenisikan

dalam istilah “power” menurut Morgenthau berada diantara nalar, akal, atau

“reason” yang berusaha untuk memahami politik internasional dengan fakta-fakta

yang harus dimengerti dan dipahami. Dengan kata lain, power merupakan

intstrumen penting untuk mencapai kepentingan nasional.34

34
Aleksius jemadu, Politik Global Dalam Teori dan Politik, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008, hal.
67

20
Konsep kepentingan nasional juga mempunyai indikasi dimana Negara

atau state berperan sebagai aktor utama di dalam formusi politik yang merdeka

berdaulat. Selanjutnya di dalam mekanisme interaksinya masing-masing Negara

atau actor berupaya untuk mengejar kepentingan nasionalnya. Kepentingan inilah

yang akhirnya diformulasikan ke dalam konsep “power” kepentingan “interest” di

defenisikan kea lam terminologi power.35

Ada kepentingan nasional yang bersifat vital bagi suatu Negara karena

terkait dengan eksistensinya. Untuk tetap berdiri sebagai Negara berdaulat suatu

Negara harus mempertahankan kedaulatan atau yurisdiksinya dari campur tangan

asing. Selain itu Negara itu berkepentingan untuk mempertahankan keutuhan

wilayah (territorial integrity) sebagai wadah bagi entitas politik tersebut.

Kepentingan nasional yang bersifat vital biasanya berkaitan dengan kelangsungan

hidup negara tersebut serta nilai-nilai inti (core values) yang menjadi identitas

kebijakan luar negerinya. Kalau kepentingan vital atau strategis suatu negara

menjadi taruhan dalam interaksinya dengan aktor lain, maka negara tersebut akan

menggunakan segala instrument yang dimilikinya termasuk kekuatan minyak

untuk mempertahankannya.

Kepentingan nasional merupakan konsep kunci dalam segala kebijakan

yang dilakukan oleh sebuah negara terhadap negara lain dan merupakan tujuan

umum yang akan terus berkesinambungan agar suatu negara dapat bertindak. Oleh

karenanya dapat disebutkan bahwa kepentingan nasional itu merupakan aspirasi

sebuah negara dan dari kepentingan tersebuat dapat diambil langkah-langkah

35
Antonius sitepu, Teori Realisme Politik Hans. J. Morgenthau Dalam studi
Politik dan HI, hal. 56

21
kebijaksanaan terhadap lingkungan tempat berinteraksinya negara tersebut.

Pengertian Kepentingan nasional itu sendiri seperti yang diungkapkan oleh

Nasrun :

Kepentingan nasional biasanya meliputi kepentingan-kepentingan


yang berkaitan dengan keutuhan bangsa dan wilayah, kehidupan
ideology politik, kehidupan ekonomi, kehidupan social budaya,
kehidupan pertahanan keamanan, dan kemampuan politik luar negeri
dan diplomasi. Dari hal ini sangat jelas bahwa kepentingan nasional
bersifat dimensional dan masing-masing dimensi berkaitan secara
sistematik dalam aplikasinya.36
Para ilmuwan realis mengatakan bahwa meskipun negara dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri, akan tetapi itu sangat bergantung pada tindak tanduk negara

itu. Karena Kepentingan Nasional seperti layaknya rasa lapar pada manusia

merupakan kepentingan secara alamiyah suatu negara, yang dengan semampunya

akan diusahakan oleh negara.Sebagaimana yang dijelaskan oleh Paul Seabury

bahwa :

Istilah Kepentingan Nasional berkaitan dengan beberapa kumpulan


cita-cita tujuan suatu bangsa…..yang berusaha dicapainya melalui
hubungan dengan Negara lain dengan kata lain, Gejala tersebut
merupakan suatu normatif, atau konsep umum Kepentingan
Nasional….arti kedua yang sama pentingnya biasa bersifat
deksriptif, dalam pengertian deskriptif, Kepentingan Nasional
dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara
tetap melalui kepemimpinan pemerintah. Kepentingan Nasional
dalam pengertian dekskriptif, berarti memindahkan metafisika
kedalam fakta (kenyataan)….dengan kata lain Kepentingan
Nasional serupa dengan para perumus Politik Luar Negeri. (Holsti,
1987:168-169).37

Nasrun Mappa, 1990, Hubungan Indonesia dengan Negara-negara Pasifik Selatan,


36

Masalah dan Prospek, Ujung Pandang : Universitas Hasanuddin, hal. 3


37
T.May Rudy, S.H., MIR,. M.sc. ,2003, Hubungan Internasional kontemporer dan
Masalah-masalah Global, hal. 92

22
Timor Leste memiliki ladang minyak di laut timor tepatnya di Celah Timor

yang berbatasan langsung dengan Australia. Secara geostrategi posisi Australia

dalam hal ini Darwin yang yang berada ditepian laut yang berbatasan langsung

dengan laut timor tentunya sangat berpengaruh bagi hubungan bilateral kedua

negara tersebut.faktor geografi juga lebih menekankan kepada letak geografis

suatu negara. bagaimana besarnya pengaruh letak geografis terhadap posisi kedua

negara tersebut khusunya dalam hal kekuatan atau power, baik kekuatan kedalam

atau keluar.38 tentunya kondisi tersebut bisa menghadirkan konflik antar kedua

negara. Hal ini bisa diihat dari potensi kandungan minyak mentah/petroleum yang

terdapat di celah timor saja diperkirakan bisa mencapai angka minimal 5 miliar

barel dan ditaksir termasuk salah satu dari 23 lapangan minyak terbesar di dunia.39

Kembali lagi kepada salah satu substansi konsep kepentingan nasionalnya,

dimana dalam mencapai kepentingan nasional suatu negara harus mempunyai apa

yang disebut sebagai “power”. Jika ada power, pasti ada kepentingan nasional.

Begitu juga sebaliknya. Timor Leste yang mempunyai kepentingan nasional untuk

mempertahankan negaranya dari eksplorasi dan eksploitasi minyak yang terjadi di

negaranya sebelum adanya perjanjian celah timor. Maka Timor Leste punya

“power”, yaitu sebagai negara yang merdeka, memiliki minyak dan gas di celaht

timor.

38
Sri Hayati, Ahmad Yani,Geografi Politik, refika aditama,Bandung:2007, Hal.64
39
Ferdi Tanoni, skandal laut timor:sebuah barter politik-ekonomi Canberra-
jakarta?,yayasan peduli timor barat,kupang:2008, Hal.51-52

23
Suatu negara harus bertindak secara nyata ketika memutuskan atau

mendeklarasikan kepentingan nasionalnya. Pada dasaranya kepentingan nasional

adalah hal yang bersifat abstrak, tetapi sarana yang dilaluinya adalah sesuatu yang

nyata. konsep kunci yang dipergunakan pembuat kebijakan dalam memakai

pertimbangan nilai pada realitas tindakan politik adalah kepentingan nasional.

Pernyataan tersebut masih kabur dan sukar dijabarkan. Ia dapat dianggap bersifat

umum, jangka panjang, yang menjadi tujuan abadi dari negara, bangsa, dan

pemerintah, serta mencakup segala gagasan mengenai “kebaikan”. Dalam

prakteknya ia disintesiskan dan diberi bentuk oleh para pembuat kebijakan

sendiri.40

Dengan demikian kepentingan nasional itu bersumber dari pemakaian

sintesis yang digeneralisasikan pada keseluruhan situasi, dimana negara

mengambil tempat dalam politik dunia. Kepentingan nasional memberikan ukuran

konsistensi yang diperlukan dalam kebijakan nasional. Suatu negara yang sadar

memperhatikan kepentingan nasionalnya dalam situasi yang berubah cepat, akan

lebih cenderung untuk memperhatikan keseimbangannya dan melanjutkan usaha

ke arah tujuannya daripada mengubah kepentingannya dalam menyesuaikan diri

dengan situasi baru.

Kepentingan nasional menurut yusuf adalah sebagai berikut:

“Kepentingan nasional termasuk dalam visium dan diperjuangkan oleh


suatu bangsa atau Negara untuk dipergunakan dalam rangka ketertiban
nasional. Konsep ini adalah buatan manusia dan dirumuskan oleh
40
Nasution, Dahlan. Politik Internasional: Konsep dan Teori. Erlangga. Jakarta: 1991.
hal. 6-7

24
pemimpin-pemimpin negara dan para ahli teori politik dan dipatuhi oleh
masyarakat, karena disangkutkan pada situasi sosial dan mencerminkan
adanya nilai-nilai, ide-ide, kepentingan golongan dan juga kepentingan
pada perumusnya”.41

Pandangan tersebut menekankan bahwa kepentingan nasional negara-

negara, selain merupakan cerminan kondisi dalam negeri, juga

mencerminkan keterkaitan internasional dalam keberadaan suatu negara.

Pada satu sisi, kepentingan nasioanal merupakan pernyataan mengenai

kebutuhan- kebutuhan dalam negeri yang diharapkan terpenuhi dengan

melakukan hubungan ke luar negeri, baik bilateral maupun multilateral.

Sementara pada sisi lain, konsep ini juga diharapkan pada tanggung jawab

inetrnasional dari setiap Negara di dunia, yakni menciptakan ketertiban dan

perdamaian internasional.

Berdasarkan asumsi seperti itu, maka kepentingan nasional dapat

diklasifikasi menjadi enam variable yang dikemukakan oleh Robinson,

sebagaimana dikutip oleh J. Salusu,42 membagi kepentingan nasional

sebagai berikut:

1. Primary Interest, yakni kepentingan yang meliputi perlindungan atas

wilayah negara dan identitas politik dan kebudayaan serta kelanjutan hidup

bangsa terhadap ganguan yang berasal dari luar, kepentingan ini tidak akan

pernah dikompromi. Semua Negara mempunyai kepentingan serupa dan

sering dipertahankan dengan pengorbanan yang lebih besar.

41
Safri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Sebuah Analisis
Teoritis dan Uraian Tentang Pelaksanaannya, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, hal. 77
42
J, Salusu, Makalah Untuk Dialog Perdamaian Dunia, HIMAHI, Ujung Pandang, 25
Oktober 1988, hal. 7

25
2. Secondary Interest, yakni kepentingan yang berada diluar kepentingan

primer, tetapi cukup member konstribusi pada kepentingan itu, misalnya

melindungi warga Negara di luar negeri dan mempertahankan kekebalan

diplomatic atas para diplomatic di luar negeri.

3. Permenent Interest, yakni kepentingan yang relative konstan untuk jangka

waktu yang lama. Seperti kepentingan Inggris untuk mempengaruhi lautan

selama berabad-abad.

4. Variabel Interest, yakni kepentingan yang berubah-ubah yang oleh Negara

dianggap sebagai kepantingan nasional pada saat tertentu, biasanya lahir

dari pernyataan-pernyataan perorangan, kepentingan kelompok dan lain-

lain.

5. General Interest, yakni kepentingan yang bersifat umum yang dapat

diberlakukan untuk banyak Negara dan untuk wilayah geografis yang luas,

atau untuk beberapa bidang khusus, seperti dalam bidang perdagangan,

investasi, dan lain-lain.

6. Specific Interest, yakni kepentingan khusus tidak termasuk dalam

kepentingan umum, namun biasanya ditentukan dari sana, lebih berkaitan

dengan satu daerah tertentu atau saat tertentu.

Berdasarkan pandangan yang dikemukan diatas maka dapat dijelaskan

bahwa kepentingan nasional merupakan salah satu elemen yang berperan penting

dalam melakukan hubungan kerjasama dengan negara lain. negara memegang

26
peranan penting dalam mengontrol kepentingan nasionalnya dalam hal ini

menjaga dan bertanggung jawab penuh untuk mengatasi berbagai masalah di

dunia yang dianggap sebagai kepentingan global dari suatu negara.

Kepedulian terhadap masalah-masala global mungkin akan berlanjut terus

pada tingkat organisasi nasional dan internasional dan diatara golongan

cendekiawan dan orang-orang bisnis. Masalah global seperti perang nuklir,

ketidakseimbangan ekologis, sumber alam yang semakin menipis, polusi

lingkungan dan pertumbuhan penduduk, mendorong dibentuknya suatu institusi

baru yang berorientasi global dan bukan nasional.

Dalam mengatasi kepentingan suatu negara yang meyentuh wilayah negara

lain, misalanya secara geostartegi, geopolitik, dan geoekonomi tentunya negara

memainkan peranan lebih dalam melihat peluang dan tantangan dari wilayah yang

memiliki sumber daya alam dalam memenuhi dan membantu terwujudnya

kepentingan nasional. Dalam kerangka eksternal, dalam artian pemenuhan

kepentingan nasional dengan melakukan hubungan atau melibatkan Negara lain.

Setiap negara dalam kepentingan nasionalnya adanya kebebasan,

kemerdekaan, kedaulatan, keadilan, kemakmuran, kesejahtraan, kebahagiaan,

ketertiban, serta keamanan. Sejauh mana sasaran ini dapat dicapai tergantung pada

seberapa penting sasaran tersebut bagi suatu negara. menurut K.J. Holsti,

kepentingan dapat dibagi kedalam tiga klasifikasi, yaitu: pertama, Core Values

atau sesuatau yang dianggap paling vital bagi Negara dan menyangkut eksistensi

suatu Negara. kedua, middle range objectives, biasanya menyangkut tentang

27
peningkatan derajat perekonomian suatu Negara. dan yang ketiga, long range

goals yaitu sesuatu yang bersifat ideal misalnya, keinginan untuk mewujudkan

perdamaian dan ketertiban dunia.43

B. Geostrategi, Geopolitik, dan Geoekonomi

Geopolitik merupakan suatu kajian yang melihat fenomene Hubungan

Internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Geopolitik berasal

dari dua kata, yaitu “geo” dan “politik”. Maka, membicarakan pengertian

geopolitik, tidak terlepas dari pembahasan mengenai masalah geogarfi dan

politik. “Geo” artinya Bumi/Planet Bumi. Menurut Preston E.James,

geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sistem dalam hal menempati

suatu ruang di permukaan bumi. Dengan demikian geografi berhubungan

dengan interrelasi antara manusia dengan lingkunagn tempat hidupnya.

Sedangkan politik, selalu berhubungan dengan kekuasaan atau

pemerintahan.

Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang

berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata

polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri atau negara;

dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna kepentingan umum warga

negara suatu bangsa (Sunarso, 2006:195). Sebagai acuan bersama,

geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap

kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau


43
Santhi Septiani Arifin. E13103021. Dampak Pembanguan Militer CINA Terhadap
Stabilitas Kawasan Asia Tenggara. 2007

28
tempat tinggal suatu bangsa. Frederich Ratzel mengenalkan istilah ilmu

bumi politik (political geography), Rudolf Kjellen menyebut

geographical politic dan disingkat geopolitik.44

Berdasarkan defenisi di atas maka ada beberapa unsur utama Geopolitik

yaitu:

1. Konsepsi ruang diperkenalkan Karl Houshofer menyimpulkan bahwa ruang

merupakan wadah dinamika politik dan militer, teori ini disebut pula teori

kombinasi ruang dan kekuatan.

2. Konsepsi frontier (batas imajiner dari dua negara).

3. Konsepsi politik kekuatan yang terkait dengan kepentingan nasional.

4. Konsepsi keamanan negara dan bangsa sama dengan konsep ketahanan nasional.

Hal ini berkaitan langsung dengan peranan-peranan geopolitik. Adapun

peranan-peranan tersebut adalah:

1. Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang

tersedia;

2. Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan

kondisi alam;

3. Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri;

Skripsi Nurjannah Adullah, E13107059, 2011. Analisis Kebijakan Ekonomi China di


44

Greater Mekong sub-region (GMS)

29
4. Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan;

5. Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara

berdasarkan teori negara sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik

lainnya;

6. Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu

negara.

Dengan demikian Geopolitik adalah studi tentang pengaruh faktor

geografis pada perilaku negara atau studi yang mempelajari relasi antara

kehidupan dan aktivitas politik dengan kondisi-kondisi alam dari suatu negara.

Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh John Mackinder bahwa posisi

geografi suatu negara menentukan politik luar negerinya.

Dengan kata lain, geopolitik meneliti unsur-unsur untuk memperoleh

data yang akan memberikan konsep strategi nasional (geostrategis) sebagai suatu

realisasi dari suatu kebijakan suatu bangsa. Unsur yang diperlukan dalam aspek

geopolitik suatu negara menyangkut lingkunagn alam, transportasi dan

komunikasi, sumber-sumber ekonomi baik yang telah ada maupun yang masih

bersifat potensial, keadaan penduduk, lembaga-lembaga politik dan aktifitas

politiknya, serta yang menyangkut ruang seperti lokasi dan batas-batas negara.

Letak geografis celah timor yang berbatasan langsung dengan Australia

memberikan peluang yang bagi hubungan kerjasama antara Timor Leste dan

Australia yang dalam hal pengelolaan minyak dan gas alam yang berada di celah

30
timor tersebut. Hubungan yang telah dibangun oleh Indonesia dengan Australia

memberikan peluang bagi negara baru Timor Leste yang pernah berintegrasi

dengan Indonesia.

konsep geopolitik bagi suatu negara atau bangsa yaitu sistem dalam hal

menempati suatu ruang di permukaan bumi. penting jika sesuai dengan kadarnya

yang sesuai. Dalam dunia yang didukung oleh teknologi yang canggih sebenarnya

tidak ada yang cocok lagi. Membangun kekuatan dari darat, di laut, maupun udara

tidaklah cukup efektif jika perang antarmanusia dalam skala”perang bintang”.

Membangun konsepsi geopolitik di zaman perang dunia II sudah tidak popular

lagi. Pemetaan politik yang akan menggusur lagi kepada Pan-re-gion adalah

Huntington dengan teori benturan peradabannya.

Berdasarkan asumsi seperti itu, maka untuk membangun konsepsi geopolitik

dimasa yang akan datang, dibutuhkan beberapa dimensi untuk mendukungnya,

menurut Huntington,45 antara lain:

1. Dimensi ruang, yakni ruang sebagai ruang hidup seluas negara. Batas

Negara di lautan dan daratan akan berbeda jika dilihat dari dimensi ruang.

Ruang adalah inti dari geopolitik. Menurut Haushofer ruang adalah

dinamika dari politik dan militer. Dengan demikian geopolitik merupakan

cabang ilmu pengetahuan yang mengaitkan ruang dengan kekuatan poltik

dan keksuasaan fisik militer dan ekonomi. Kekuatan politik selalu

menginginkan penguasaan ruang dalam arti pengaruh, jika ruang pengaruh

45
Sri Hayati, Ahmad Yani,Geografi Politik, refika aditama,Bandung:2007, Hal.165

31
diperluas maka akan ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan dan

kerugian akan lebih besar apabila hal itu terjadi melalui perang.

2. Dimensi perbatasan negara, yakni batas negara dalam zaman sekarang

sebenarnya terletak jauh diluar batas negaranya sendiri. batas negara

dalam konteks globalisasi tidak memiliki makna yang pasti karena

masyarakat dunia sudah sangat dinamis dan terus bergerak. Frointer pada

zaman sekarang ini menjangkau batas imajiner sejauh mana kepentingan

nasional terjamin perwujudan atau pemenuhan. pada masa lalu, batas

negara adalah sesuatau yang sangat penting dan masuk dalam strategi

pertahanan negara dengan wajah kekuatan militer. Keadaan ini memaksa

negara-negara di suatu kawasan melakukan kerjasama untuk menghadapi

persaingan global guna meningkatkan bargaining power bukan saja soal

harga, tetapi juga penting adalah keamanan. Membangun konsepsi

geopolitik di zaman sekarang sebaiknya memiliki dua sisi, yaitu

memahami batas negara dalam dimensi fisik dan dalam dimensi imajiner.

batas fisik boleh sangat stabiltetapi batas imajiner sebaiknya dikendalikan

dan atau diwaspadai secara baik. negara-negara barat yang sudah maju

memiliki batas fisik yang tetap tetapi batas imajinerya sangat luas

menembus batas-batas fisik negara lain. pengaruh batas imajiner perlu

disadari oleh setiap warga negara, karena itu mereka harus terdidik.

Perilaku warga negara pada dasarnya merupakan hasil

perpaduan”perintah” dari berbagai negara yang memiliki batas imajiner

yang sangat luas dan beririsan satu dengan yang lain. Contoh konkret

32
adanya batas imajiner telah mempenagruhi kita, misalnya perilaku kita

yang terpaksa tunduk kepada Jepang, Australia, dan Amerika Serikat

secara sekaligus.

3. Dimensi kekuatan, yakni utuk memenuhi tujuan nasional dan cita-cita

bangsa diperlukan kekuatan politik, ekonomi dan militer secara parallel

dalam bingkai kekuatan nasional. Oleh karena itu politik kekuatan menjadi

masalah salah satu faktor dalam geopolitik. contoh geopolitik jepang

misalnya menggunakan kekuatan ekonomi ditambah sedikit kekuatan

politik. negara Eropa dengan kekuatan politik dan kekuatan hampir

seimbang. Amerika Serikat menggunakan ketiganya, yaitu dengan

menggunakan kekuatan politik, ekonomi dan militer. Membangun

geopolitik dari aspek kekuatan dalam arti kekuatan militer adalah sesutau

yang tidak akan pernah berhenti. Kekuatan suatau bangsa hanya dapat

dibangun dengan keberanian untuk hidup. Sejumlah negara kecilyang

paling sederhana adalah iran.

4. Dimensi keamanan negara, yakni, geopolitik ditujukan untuk menetukan

keamana negara dan bangsa. Ketahanan nasional tidak cukup menjamin

keamanan dalam negeri. ruang yang diartikan rill secara geografi dapat

diartikan secara semu atau maya dari sudut pandang keaamanan, yaitu

semangat persatuan dan kesatuan.

Dari dimensi geopolitik yang yang dikemukan di atas, dapat ditelaah bahwa

geopolitik bertalian dengan kebutuhan negara akan ruang, kekuatan, dan

33
keamanan yang tentunya sangat berpengaruh bagi geopolitik suatu negara. celah

timor merupakan ruang, kekuatan bagi timor leste untuk mempertahankan

eksistensinya. begitu pula secara geografi dan geostrategi Celah Timor

merupakan salah satu potensi besar dalam melakukan hubungan kerjasama dengan

Negara tetangga, seperti Austarlia yang secara geografi dan geostrategi sangat

berdekatan dengan timor leste. Begitupula secara geoekonomi, celah timor

merupakan sumber minyak yang sangat bernilai ekonomis bagi hubungan

kerjasama kedua negara tetangga tersebut.

C. Hubungan Bilateral

Sudah menjadi bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

bahwa setiap bangsa-bangsa di dunia ini akan melakukan interaksi global yang

mana terselenggaranya suatu hubungan internasional baik melalui berbagai

criteria seperti terselengaranya suatu hubungan yang bersifat bilateral,

regional, maupun multilateral. Namun pembahasan dalam penulisan skripsi ini

lebih diarahkan pada seperti apa hubungan bilateral yang terselenggara antara

timor leste dengan australia dari dimensi politik, ekonomi, dan sosial budaya

yang lebih dikhususkan lagi pada intensitas hubungan bilateral tersebut

terhadap perkembangan kerjasama ekonomi timor leste-australia.

Hubungan bilateral dimaksudkan adalah hubungan yang terjadi antara

timor leste dan australia yang mana membawa kepentingan nasionalnya

masing-masing kedalam suatu komitmen yang sama-sama saling

menguntungkan.

34
Terselenggaranya hubungan bilateral juga tidak terlepas dari

tercapainya beberapa kesepahaman antara dua negara yang melakukan

hubungan yang mana mereka mengabdi pada kepentingan nasionalnya dalam

usaha untuk menyelenggarakan politik luar negerinya masing-masing. Dengan

tujuan nasional yang ingin dicapai suatu bangsa dapat terlihat dari kepentingan

nasional yang dirumuskan oleh elit suatu negara. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Plano dan Olton bahwa :

Hubungan kerjasama yang terjadi antara dua negara didunia ini


pada dasarnya tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-
masing negara. Kepentingan nasional merupakan unsur yang
sangat vital yang mencakup kelangsungan hidup bangsa dan
negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan, militer, dan
kesejahteraan ekonomi.
Kemudian selanjutnya dalam kamus politik internasional, Didi Krisna

mendefinisikan konsep tentang hubungan bilateral adalah sebagai berikut,

bahwa “hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya

hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadi hubungan timbale balik

antara dua belah pihak (dua negara)”.

Hubungan bilateral yang dimaksud adalah kerjasama dibidang

ideology, politik, ekonomi, hukum, keamanan. Namun dalam penulisan ini

yang akan dibahas adalah hubungan bilateral yang difokuskan pada kerjasama

ekonomi. Adapun menurut Holsty dan Azhary tentang Variabel-Variabel yang

harus diperhitungkan dalam kerjasama bilateral adalah:

1. Kualitas dan kuantitas kapabilitas yang dimiliki suatu negara.

2. Keterampilan mengerahkan kapabilitas tersebut untuk mendukung berbagai

35
tujuan.

3. Kredibilitas ancaman serta gangguan.

4. Derajat kebutuhan dan ketergantungan

5. Responsivitas di kalangan pembuat keputusan.

Hubungan bilateral mengandung dua unsur pemaknaan, yakni: konflik

dan kerjasama. antara keduanya memiliki arti yang saling bergantian

tergantung dari konssep apa yang ditawaarkan antaara kedua negara menurut

motivasi-motivasi internal dan opini yang melingkupinya. Setiap terbinanya

hubungan bilateral yang diupayakan oleh suatu negara dengan negara lain

dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan diantara keduanya. Seperti yang

dikemukakan oleh Coplin bahwa:

Melalui kerjasama internasional, negara-negara berusaha


memecahkan masalah sosial, ekonomi dan politik. Tipe yang pertama
menyangkut kondisi-kondisi di lingkungan internasional yang apabila
tidak diatur akan mengancam negara-negara yang terlibat… Tipe
kedua mencakup keadaan sosial, ekonomi dan politik domestic
tertentu yang dianggap membawa konsekuensi luas terhadap
system internasional sehingga dipersepsi sebagai masalah
internasional bersama.
Selanjutnya dalam konsepsi ideal pengambilan keputusan politik luar

negeri senatiasa memperhatikan nilai-nilai ideal, yaitu membentuk system

yang lebih menawarkan pola dan tata cara hidup politik dalam arti yang seluas-

luasnya, bebas dari kekurangan materil serta bebas untuk mengembangkan

nilai-nilai dan martabat kemanusiaan (Sudarsono, 1988, 607).

Dalam kaitannya dengan rationality and foreign policy, bahwa

perwujudan atau penentu sasaran, obyek atau mitra hubungan merupakan

36
pillihan yang rasional dengan memperhitungkan sirkumstansi internasional dan

kondisi domestik demi meminimalisasi kerugian politik serta mempertahankan

posisi politik dipentas internasional. Oleh karena itu hal ini sangat penting

untuk diperhatikan dari efisiensi dan tujuan yang ingin dicapai. Adapun sisi

lain yang dapat ditimbulkan dari adanya hubungan bilateral adalah bisa jadi

mengandung makna konflik dan kerjasama.46

46
Andi Muh. Hamka, E131 09 038, “Dampak Kebijakan Pakistan Tentang Terorisme
Pasca 11 September 2001 Terhadap Politik Luar Negeri Amerika di Kawasan Asia Selatan”, 2004

37
BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI LETAK GEOSTARTEGI CELAH


TIMOR DAN HUBUNGAN KERJASAMA TIMOR LESTE- AUSTRALIA

A. Celah Timor

1. Potensi Minyak dan Gas Alam di Laut Timor

Celah Timor yang terletak di kawasan laut timor merupakan salah satu

kekayaan sumber daya alam berupa kandungan minyak dan gas bumi yang

menunjang perekonomian suatu Negara bila dikelola dengan baik. Sejak Timor

Leste bergabung dengan wilayah Negara republik indonesia pada tahun 1975.

Dari data yang didapatkan oleh penulis bahwa minyak yang terdapat di

Celah Timor merupakan salah aset atau cadangan terbesar yang dimiliki oleh

Timor Leste. Lima tahun dari sekarang Timor Leste di prediksi akan sangat

tergantung pada pendapatan minyak dan gas alam yang berada di Laut Timor,

khususnya di Celah Timor. 89% ekonomi (GDP) dan 94% dari pendapatan

pemerintah Timor Leste berasal berasal dari penjualan minyak dan gas.

Data yang menguatkan mengenai pendapatan tersebut dapat kita lihat pada

grafik ini berasal dari Departemen RDTL Perencanaan dan kertas Keuangan latar

belakang untuk Pertemuan Mitra Pembangunan pada bulan April 2005,

dikombinasikan dengan Juli 2005 proyeksi IMF tentang non-minyak pertumbuhan

38
ekonomi. La’o Hamutuk47 telah disesuaikan untuk kenaikan harga minyak

diprediksi.

Gambar 1

Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011

Garis biru solid merupakan bagian timor-leste dari produksi Bayu-Undan

sebagai persentase dari total perekonomian timor-leste (PDB). Jika Greater

Sunrise atau bidang lain yang dikembangkan, timor-este akan menjadi lebih

tergantung pada minyak.

Garis putus-putus mewakili coklat pendapatan minyak (keduanya dari

produksi minyak bumi dan dari bunga Dana Perminyakan) sebagai persentase dari

pendapatan pemerintah. Ini mengasumsikan bahwa pemerintah tidak akan

menghabiskan semua pendapatan setiap tahun, tetapi akan mengikuti kebijakan


47
Institut Pemantau dan Analisis Pembangunan di Timor Leste

39
yang dinyatakannya hanya menghabiskan jumlah yang berkelanjutan. Akibatnya,

pemerintah masih akan tergantung pada pendapatan minyak (dari Dana) bahkan

setelah produksi minyak telah berhenti. Minyak dan gas di Bayu-Undan akan

digunakan oleh 2023, jika bidang lain, seperti Greater Sunrise, dikembangkan

lama mereka mungkin akan habis tahun 2050 atau lebih cepat.

Alasan utama Timor-Leste sangat tergantung pada minyak bukan bahwa

mereka memiliki begitu banyak minyak dan gas, tetapi sektor lain perekonomian

kita sangat kecil, dengan pertumbuhan yang diharapkan sedikit pada dekade

berikutnya.

Saat ini, ada sangat sedikit non-migas kegiatan ekspor. Pada tahun 2004,

Timor-Leste hanya mengekspor produk senilai $ 7.000.000, hampir semua ini

adalah kopi. Selama periode yang sama, negara mengimpor $ 113.000.000 senilai

barang. Hampir sepertiga dari impor bahan bakar fosil, dan 53% dari seluruh

impor berasal dari Indonesia.

Berikut adalah beberapa statistik dasar dan proyeksi. Semua angka uang dalam

jutaan dolar Amerika Serikat.

40
Gambar 2.

2005 2010 2025


Tertinggi tingkat
pertumbuhan
alami di dunia
Populasi 947,000 1,216,500 1,938,000 saat ini, tingkat
kesuburan
delapan anak per
perempuan.

Hanya mencakup
minyak Bayu-
Undan dan ladang
gas. Kolom
lainnya dapat
melipatduakan
Minyak PDB $ 925 3.800 $ 0
pendapatan
minyak Timor-
Leste, dan / atau
memperpanjang
periode produksi
minyak.

2025 tergantung
pada seberapa
baik sektor-sektor
lain dari ekonomi
GDP non-minyak $ 349 $ 452 $ 714?
dikembangkan.
Melalui 2010
berdasarkan
proyeksi IMF.

Mengasumsikan
pertumbuhan
Minyak% ekspor 99,0% 99,6% 0%
tahunan 5% pada
ekspor non-migas.

Minyak% dari PDB 73% 89% 0% Ini tidak termasuk


bunga dari
investasi
pendapatan
kelebihan minyak
di Dana
Perminyakan,
yang akan
menjadi semakin
signifikan dari
waktu ke waktu,
dan dapat
membantu
mengganti
pendapatan

41
minyak setelah
minyak habis.

Termasuk bunga
Dana
Perminyakan.
Tidak semua
Minyak% dari pendapatan
65% 94% 79% pendapatan akan
pemerintah dihabiskan,
surplus
diinvestasikan di
luar negeri.

Sumber: : http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011

Pendapatan minyak dan gas akan menjadi sebagian besar perekonomian

Timor-Leste dan pendapatan pemerintah untuk generasi, tetapi deposito akan

segera habis. Sejak Bayu-Undan adalah lepas pantai dan hilir (pencairan gas)

pengolahan dilakukan di Australia, hampir tidak ada spin-off pendapatan akan

masuk ke Timor-Leste, dengan sedikit keuntungan ekonomi sekunder. Timor

Leste sudah memiliki melihat fenomena ini - lebih dari $ 2 miliar dihabiskan di

Timor-Leste oleh PBB dan badan-badan bantuan selama enam tahun terakhir

hampir tidak ada dampak ekonomi yang berlangsung, meskipun hampir dua kali

lipat GDP non-minyak seluruh dari 2000 sampai 2003.

Negara-negara lain sangat tergantung pada hasil minyak dan gas di Timor

Leste, bisa dilihat pada grafik ketergantungan minyak Negara-negara tersebut.

Gambar 3.

42
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011

Grafik ini menunjukkan informasi dasar untuk beberapa tergantung pada

minyak sebagian besar negara [ Catatan 3 ]. Mereka dari kiri ke kanan sesuai

dengan Indeks Pembangunan Manusia mereka (HDI) [ Catatan 2 ], dengan orang-

orang ke arah kiri memberikan kehidupan terbaik bagi rakyatnya. Nomor

berikutnya untuk setiap nama negara adalah peringkat, dari 1 sampai 177, dari

yang HDI dibandingkan dengan semua negara-negara lain.

Semua minyak bumi, populasi dan data ekonomi untuk tahun 2004,

kecuali untuk Timor-Leste, yang merupakan proyeksi untuk 2010 ketika Bayu-

Undan akan berada di puncak produksi. Timor-Leste 2005 HDI 140, apakah itu

naik atau turun pada tahun 2010 tergantung pada seberapa bijaksana uang dari

ekspor minyak digunakan.

Setiap negara memiliki tiga batang:

1. Bar kiri (merah) menunjukkan berapa banyak minyak bumi (minyak dan

gas) yang dihasilkan negara, dibagi dengan penduduk. Ini menunjukkan

43
kemungkinan bahwa pendapatan minyak bumi bisa meningkatkan

kehidupan masyarakat.

2. Bar kedua (hitam) mengindikasikan berapa banyak minyak yang diekspor

untuk setiap orang. Jika itu adalah sama tingginya dengan bar pertama,

negara ekspor hampir semua minyak dan gas.

3. Bar kanan (kuning) menunjukkan jumlah minyak yang diekspor negara,

dibagi dengan Produk Domestik Bruto (GDP). Semakin tinggi bar ini,

semakin perekonomian negara tergantung pada ekspor minyak dan gas.

Data untuk Guinea Khatulistiwa tidak bisa diandalkan, maka

ketidakpastian di bar, meskipun sangat tinggi.

Beberapa negara yang tergantung pada minyak di Celah Timor antara lain,

Norwegia, Oman, Anggola, Libya, Arab Saudia, Nigeria, Kanada, Amerika

Serikat, dan Australia. tapi karena Australia secara geostrategi lebih dekat dengan

Australia maka minyak dan gas alam tersebut sangat mudah di akses.

Bagaimana minyak dan gas alam di Celah Timor dapat mempengaruhi

perekonomian di Timor Leste, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

B. Sumbangsih Celah Timor Terhadap APBN Timor Leste

Gambar 4.

44
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011

Untuk 2010, Timor-Leste yang dioperasikan di bawah dua anggaran

negara. Pada bulan Juli, $ 660.000.000 dialokasikan untuk pengeluaran di akhir

tahun 2009 meningkat sebesar 27%, untuk $ 838.000.000, pada perbaikan

pertengahan tahun Juli, yang juga meningkatkan jumlah yang akan ditarik dari

Dana Minyak selama 2010 untuk $ 811.000.000, $ 309.000.000 lebih dari

Pendapatan berkelanjutan Estimasi untuk tahun ini.

Pemerintah juga punya masalah yang signifikan melaksanakan program-

programnya. Seperti dijelaskan dalam Laporan Pelaksanaan Anggaran untuk

semester pertama tahun 2010, Pemerintah telah menghabiskan hanya 30% dari

alokasi anggaran asli selama enam bulan. Dalam rangka untuk mengeksekusi

anggaran keseluruhan diperbaiki pada akhir tahun 2010, Pemerintah akan harus

menghabiskan uang tiga kali lebih cepat yang telah. Dengan kata lain, setelah

45
menghabiskan $ 1.100.000 / hari dari Januari sampai Juni, pengeluaran dari bulan

Juli sampai Desember akan memiliki rata-rata $ 3.500.000 / hari untuk

menjalankan anggaran. (Untuk referensi, rata-rata pengeluaran selama 2009

1660000 $ / hari, termasuk Referendum Pakote tidak efektif.)

Berikut adalah beberapa statistik dasar. Semua angka uang dalam jutaan

dolar Amerika Serikat, mata uang hukum Timor-Leste :

Gambar 5.

2005 2010 2050 Komentar

Populasi 947,000 1,216,00 3,265,00 Tingkat


0 0 pertumbuhan
tertinggi di dunia,
tingkat kesuburan
delapan anak per
perempuan.

Luas 7% dari lahan irigasi.


15.007
Wilayah laut di
sq km
bawah sengketa.

Minyak $ 703 3135 $ 0 Angka-angka ini


PDB mengikuti asumsi
pemerintah hanya
termasuk minyak
Bayu-Undan dan
ladang gas. Bidang
aktual dan potensial
lainnya dapat
meningkatkan
pendapatan minyak
Timor-Leste dengan
faktor tiga atau lebih.
Bidang Bayu-Undan
akan habis pada
2023.

46
GDP non- $ 341 $ 391 ? 2050 tergantung
minyak pada seberapa baik
sektor-sektor lain
dari ekonomi
dikembangkan.

Minyak 67% 89% 0% Ini tidak termasuk


persentase bunga dari investasi
dari GDP pendapatan
kelebihan minyak di
Dana Perminyakan,
yang akan menjadi
semakin signifikan
dari waktu ke waktu,
dan mungkin
mengganti
pendapatan minyak
ketika minyak habis.

Domestik 18,5% 6,1% Tidak termasuk


non- kontribusi donor.
minyak Tidak semua
persentase pendapatan akan
dari dihabiskan, surplus
pendapata diinvestasikan di luar
n negeri dalam Dana
pemerintah Perminyakan. Dana
Perminyakan bunga
tidak disertakan.
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011

Setelah melihat daftar gross domestic produc maka kita akan melihat bagaimana struktur

perminyakan dan dan gas di celah timor. Dapat kita dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.

47
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 6 agustus 2011

Pemerintah timor leste telah melakukan terobosan baru dalam hal

perminyakan celah timor dengan membentuk strukur perminyakan untuk menjaga

potensi minyak dan gas di laut timor. Hal tersebut menunjukan keseriusan

pemerintah timor leste untuk membangun kembali perekonomian melalui potensi

minyak di laut timor. Mengenai palung timor yang yang berada di tengah (median

line) antara Timor Leste dan Australia adalah salah satu garis yang membatasinya.

Dapat dilihat pada peta berikut ini:

Gambar 6.

48
Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 6 agustus 2011

Pasca konflik yang terjadi 30 agustus 1999 di Timor Leste, banyak negara-

negara pendonor yang yang membantu perekonomian. Salah satu negara terseut

adalah Australia yang merupakan negara tetangga. dapat dilihat pada grafik

berikut ini:

Gambar 7.

49
50
Selama masih menjadi bagian dari Indonesia, di Provinsi Timor Timur

belum mempunyai kesepakatan Landas Kontinen dengan Australia. Padahal di

Celah Timor banyak mengandung sumber daya minyak dan gas bumi. Sesuai

dengan alasan dikemukakan oleh Indonesia dan Australia pada waktu itu agar

hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia tidak terganggu dan tidak

tertundanya pemnanfaatan potensi sumber daya minyak dan gas bumi di Celah

Timor, maka pertemuan padda tanggal 11 desember 1989 berhasil membuat

perjanjian antara Republik Indonesia dan Australia mengenai Zona Kerjasama

diantara Provinsi Timor Timur Indonesia dan Australia bagian utara, yang

kemudian dikenal dengan sebutan “Perjanjian Kerjasama Celah Timor”.48

Perjanjian kerjasama ini merupakan pengaturan semenatara yang bersifat

praktis untuk memungkinkan dimanfaatkananya potensi sumber daya minyak dan

gas bumi tanpa harus menunggu tercapainya kesepakatan batas Landas Kontinen

antara Indonesia dan Australia. Dengan demikian, perjanjian kerjasama ini bukan

merupakan perjanjian untuk menetapkan batas landas Kontinen kedua Negara

melainkan hanya sebatas pengaturan zona pegembangan bersama (joint

development zone) di daerah “tumpang tindih klaim”.

Kesepakatan yang diatur dalam perjanjian kerjasama ini adalah pembagaian

daerah di dalam zona kerjasama menjadi tiga daerah, dengan kekuasaan hukum

48
Ferdi Tanoni, skandal laut timor: sebuah barter politik-ekonomi Canberra-
jakarta?,yayasan peduli timor barat,kupang:2008. Hal.124

51
(legal regim) yang berbeda-beda sesuai dengan status hukum dari masing-masing

daerah tersebut yaitu:49

1. Daerah A

Daerah A merupakan sebagian dari daerah tumpang tindih klaim (daerah

tumpang tindih yang sebenarnya adalah daerah yang dalam perjanjian ini disebut

daerah A dan daerah C). daerah A akan dimanfaatkaan bersama oleh kedua pihak

dengan pembagian hasil masing-masing 50%. Untuk mengelola daerah A akan

dibentuk Dewan Menteri dan Otorita Bersama serta diberlakukan kontrak bagi

hasil.

2. Daerah B

Daerah B merupakan daerah di sebelah selatan garis tengah yang terletak di

luar daerah-daerah tumpang tindih klaim dan di selatan dibatasi oleh batas 200 mil

laut dari garis-garis pangkal laut wilayah Indonesia. Daerah B ini akan dikelola

oleh Australia seperti ysng berlaku selama ini, tetapi Australia akan memberikan

kepada Indonesia 16% dari penghasilan pajak bersih atau “Net Resource Rent

Tax” (Net RRT) atau 10% dari penghasilan pajak kotor (groos RRT). Selain itu

Australia akan memberikan informasi kepada Indonesia tentang kegiatan

eksplorasi dan eksploitasi di daerah B sebelum kegiatan tersebut dimulai.

Ferdi Tanoni, skandal laut timor: sebuah barter politik-ekonomi Canberra-


49

jakarta?,yayasan peduli timor barat,kupang:2008. Hal.124-125

52
3. Daerah C

Daerah ini sebenarnya merupakan bagian dari daerah tumpang tindih

tuntutan yurisdiksi masing-masing pihak. Daerah C akan dikelola oleh Indonesia

dengan ketentuan bahwa Indonesia akan memberikan 10% dari pajak pendapatan

kontraktor. Selain itu, Indonesia juga akan memberitahukan Australia tentang

kegiatan tersebut. Oleh pemerintah Indonesia perjanjian kerjasama ini diratifikasi

pada tanggal 7 januari 1991 melalui Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1991.

Berdasarkan hasil pembagian tiga daerah tersebut dapat dikatakan bahwa

Australia memiliki andil besar untuk menguasai hasil minyak yang ada di daerah

celah timor. Australia telah memiliki data yang banyak mengenai total cadangan

minyak dan gas bumi (migas) di Laut Timor diperkirakan mencapai lebih dari

10.000 juta (10 miliarl) barel. Yang telah dan sedang di ekspoitasi hingga

mencapai diatas 5.000 juta (5 milliar) barel, termasuk di Celah Timor dan yang

ditemukan di sekitar gugusan pulau pasir. Cadagan minyak dan gas alam tersebut

bertebaran antara lain, Ladang Evans Shoal, Petrel-Tern Blacktip 1.540 juta barel,

Elang-Kakatua, Bayu-Undan, Chudditch-Kuda-Tasi Jahal sebanyak 1,110 juta

barel. Cadangan minyak ini termasuk juga dengan 30 juta barel minyak yang

telah diekspoitasi serta lading Greater Sunrise yang diperkirakan mencapai 1.920

juta barel. Data- data ini telah di kumpulkan oleh Australia dari bebagai sumber

termasuk dari sejumlah perusahaan minyak dan gas alam yang kini beroperasi di

Laut Timor jauh sebelum Timor Timur merdeka.

53
Analisa dan perkiraan dari sejumlah ahli perminyakan di Australia

mengatakan bahwa total cadangan minyak dan gas alam Laut Timor sesungghnya

jauh lebih besar dari data awal yang dikemukakan ini. oleh karena itu, cadangan

minyak dan gas alam yang diperoleh ini masih terus akan berubah-ubah seiring

dengan eksplorasi dan ekspoitasi terhadap lading minyak dan gas alam di Laut

Timor. Sementara, perminyakan di dunia diperkirakan bahwa sudah sejak awal

tahun 1990-an, tiap harinya ratusan ribu barel minyak dan gas alam di Laut Timor

di sedot, dan yang paling beruntung adalah Australia. kini angka yang fantastis itu

hanya di kuasai Australia saja.

Australia melihat potensi kekayaan alam berupa minyak dan gas alam yang

terletak di Laut Timor adalah salah satu kekayaan yang membantu

membangkitkan perekonomiannya setelah lepas dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Celah Timor yang terletak di Laut Timor telah di invasi/ dicaplok oleh

Australia yang merupakan tetangganya yang paling kaya. Hal ini dipertegas oleh

Perdana Menteri Howard:

“atas nama perusahaan-perusahaan minyak menelpon perdana Menteri


Timor Timur, Dr Alkatiri lalu mengatakan, menurut laporan The Age
( Harian yang terbit di Melbourn), jika anda tidak menandatangani
kesepakatan pembangunan Ladang Greater Sunrise yang merupakan lading
terbesar yang menjadi milik Timor Timur dan menyerahkan kekayaan alam
tersebut dalam jumlah besar kepada Australia, maka kami tidak akan
menyampaikan legislasi ini kepada senat hari ini, dan membolehkan
pembangunan lading lainya yang lebih kecil yang diharapkan oleh
pemerintah Timor Timur agar dieksplorasikan. Ini yang dikatakan oleh
Perdana Menteri,Lakukan seperti yang kami kehendaki atau kami
membatalkan kontrak yang menguntungkan dengan Jepang untuk eksplorasi
ladang minyyak Bayu-Undan” .50
50
Ferdi Tanoni, skandal laut timor: sebuah barter politik-ekonomi Canberra-
jakarta?,yayasan peduli timor barat,kupang:2008. Hal .88

54
Dari peryataan yang dipertegas oleh Howard dapat dikatakan bahwa

Australia sangat menginginkan Celah Tmor yang berada di Laut Timor tersebut.

Cadangan minyak dan gas alam yang telah dieksplorasi lebih dari 40 tahun. Ada

beberapa ladang-ladang minyak dan alam yang berada di Timor Leste, seperti

tertera dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Ladang-ladang minyak dan gas lepas pantai yang lebih dekat ke Timor Leste
dibandingkan ke negara-negara lain
Nama Lokasi %TL Status Total Total Minyak Gas
ladang sesuai cadang cadang yang yang
perjanjia an gas an gas diprodu diprodu
n (perkir (perkir ksi ksi
an aan hingga hingga
P50) P50) septem septem
Hulu/hili ber ber
Oprator r proyek 2007 2007
gas; Juta Triliun
minyak barel kaki Juta
untuk kubik barel Triluan
hulu saja kaki
kubik
Greater 20% 50% Produksi 300 8,3 0 0
sunrise dalam belum akan
JPDA, diputuska dimulai
dibagi n setelah
sesuai rencana
CMATS pengemba
ngan
disepakati
oleh semua
pihak
mungkin
sebelum
2012
Woodsid
e
Bayu- JPDA 90% / 0 Memulai 400 3,4 81 0,2
Undan produksi ref.(92) ref.(92)
minyak
tahun 2004
dan gas
tahun
2006.
Ladang

55
ini
menyediak
an hampir
seluruh
Conoco pendapata
Philips n Timor
Leste saat
ini.
Buffalo* JPDA 90% Pada masa 16 0 16 0
produksi
1999-
2004,
sekarang
sudah
Nexen ditutup
(sebelum
nya
BHP)
Elang JPDA 90% Pada masa 32, 7 0 31,3 0
kakatua* produksi Ref. Ref.
dari 1998- (102) (102)
juli 2007,
Conoco TSDA,
Philips sedang
(sampai mencari
juli oprator
2007) baru
karena
Conocophi
lips tidak
lagi
tertarik
Laminari Tept diluar 0% Memulai 210 0 183 0
a JPDA, produksi Ref.
Corallina disengketa tahun (124)
kan hingga 1999.
Woodsid 2006 Australia
e ketika telah
timor leste menerima
menyerahk US$ 1,5
annya ke miliar
Australia pendapata
dalam n.
CMATS.
TOTAL 61% 959 11,7 311 0,2
 Ladang- ladang ini memulai produksi selama pendudukan Indonesia.
Kepemilikannya telah berubah sebanyak dua kali sejak tahun 1999.
Sumber: Buletin La’o Hamutuk
Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor-Leste, 2008, hal. 90

56
Pada tahun 1991, Indonesia dan Australia mengeluarkan kontrak eksplorasi

pertama bagi sumber daya Timor Leste, kedua Negara tersebut membagi

menurut perjanjia Celah Timor (Timor Gap Treaty) yang illegal, perusahaan-

perusahaan yang sangat berminat terhadap minyak hasil curian ini adalah

Royal Dutch Shell, Woodside Petroleum Ltd. (kemudian menjadi Woodside

Australian Energy), Santos, dan Philips Petroleum (berubah menjadi

conocoPhilips), yang semuanya masih mengeksplorasi dan mengeksploitasi

sumber-sumber minyak lepas pantai Timor Leste. Ladang Minyak Elang-

kakatua yang dikerjakan ConocoPhilips adalah yang pertama ditemukan pada

tahun 1994, ladang ini mulai menghasilkan uang bagi Indonesia dan Australia

pada bulan Juli 1998, dan ketika nyaris terkuras habis, oprasi terhenti

sembilan tahun kemudian. Adapun kronologi dari peristiwa tersebut antara

lain:

1970-1998

1970-1973 Australia dan Indonesia memulai negosiasi batas-batas dasar laut,

mengabaikan keberatan

Portugis, bahwa dasar laut seharusnya berada tepat separuh jarak antara

pantai-pantai

Timor dan Australia. Australia menandatangani beberapa perjanjian

“Penentuan batas-batas

Dasar Laut Tertentu” (“Establishing Certain Seabed Boundaries”) pada

tanggal 18 Mei 1971 dan

9 Oktober 1972, yang mulai berlaku pada bulan November 1973.

57
Perjanjian-perjanjian

tersebut didasarkan pada prinsip landas kontinen, yang lebih

menguntungkan Australia.

Karena Portugis tidak berpartisipasi, kedua negara tidak dapat

menyelesaikan garis antara

Timor Portugis dan Australia, yang menciptakan Celah Timor (Timor

Gap).
1974 Ladang minyak dan gas Troubadour dan Sunrise, secara kolektif

dinamakan Greater Sunrise.

Woodside mengebor sebuah sumur uji Troubadour-1, dengan sumur-

sumur tambahan di

Sunrise pada tahun 1975.

7 Desember Indonesia mengnvasi Timor Portugis (Timor-Leste).

1975
1979 Australia memberikan pengakuan de jure legal terhadap pencaplokan

Indonesia, sehingga ia

dapat melakukan negosiasi dengan Jakarta tentang batas laut untuk

mengamankan Celah

Timor.

Lebih dari 10 tahun berikutnya, Australia dan Indonesia mengadakan

lebih dari

selusin putaran negosiasi.

Meskipun negara-negara ini tidak bersepakat tentang batas dasar

laut,akhirnya mereka berhasil membuat perjanjian menyangkut

58
pembagian pendapatan

minyak
11 Australia dan Indonesia

Desember menandatangani Perjanjian Celah

Timor (Timor Gap Treaty). Perjanjian ini


1989
menghasilkan zona kerja sama (ZOC),.

Timor-Leste dan Australia (belakangan

dinamakan JPDA), di sebelah utara dari

garis tengah. Ini memungkinkan

Indonesia dan Austrlia melakukan

eksplorasi bersama atas teritori yang

dikuasai secara ilegal, dengan

pendapatan yang dibagi 50/50.

Perjanjian ini diratifikasi dan

diberlakukan pada tanggal 9 Februari

1991.
11 Australia dan Indonesia menganugrahi

Desember kontrak bagi Phillips Petroleum

(berubah menjadi ConocoPhillips),


1991
Royal Dutch Shell, Woodside Australian Energy (berubah menjadi

Woodside Petroleum),

dan perusahaan-perusahaan lain untuk mengeksplorasi dan

mengeksploitasi sumberdaya

alam di Kawasan Kerjasama Celah Timor


1995-1996 Australia dan Indonesia mengeluarkan Kontrak Pembagian

Produksi No. 95-19 dan 96-20

sebagai bagian dari Greater Sunrise di dalam Daerah Kerjasama

59
(JPDA) kepada the

Northern Australia Gas Venture (Woodside dan Shell). Australia

juga mengeluarkan

kontrak NT/P55 dan NT/RL2 sebagai bagian dari Greater Sunrise

di bagian timur JPDA.


Agustus Evakuasi Sumur Sunrise yang dibor di Laxton Shoals, dengan

1995 jumlah total tujuh buah sumur yang dibor sebelum 2007.

1999-2001

21 Maret 2002 Secara rahasia Australia menarik diri dari proses-proses

internasional unutk menyelesaikan sengketa perbatasan maritime

sesuai Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) dan Mahkamah

Internasional (Internasional court of justice). Dan tindakan

menunjukkan bahwa Canberra mengetahui lemahnya argument-

argumen yang digunakan. Langkah ini mencegah Timor Leste

untuk membawa sengketa ini ke pengadilan pihak ke tiga yang

tidak memihak, memaksanya bersandar pada negosiasi-negosiasi

yang tidak seimbang.


19 Mei 2002 Kelompok-Kelompok masyarakat sipil Timor Leste dan partai-

partai politik oposisi memprotes rencana penandatangan

perjanjian Laut Timor antara PM Timor Leste, Mari Alkatiri dan

PM Australia John Howard. Perjanjian CMAT tahun 2006

menggunakan ketentuan hukum Timor Leste (yang belum

60
tersedia) dan perundang-undangan Australia mulai tanggal

penandatangan guna member legitimasi atas eksploitasi Australia

di daerah yang sedang disengketakan.


19-20 Mei Republik Demokratik Timor-Leste merdeka.

2002 (tengah

malam)
20 mei 2002 Perdana menteri Timor Leste dan Australia menandatangani

perjanjian laut timor (Timor Sea Treaty/TST) untuk

menggantikan perjanjian tahun 2001. Substansi perjanjian

tersebut masih dipertahankan, “tanpa menaruh prasangka” pada

penyelesaian batas laut di masa mendatang yang nantinya akan

menyelesaikan kesepakatan penyatuan sunrise (sunrise

unitization agreement) sebelum tahun 2002.


19 juli 2002 Putaran pertama negosiasi antara timor leste dan Australia

tentang kesepakatan penyatuan internasioanal sunrise berakhir

dengan ikrar kedua pihak untuk mencapai kesepakatan sebelum

akhir 2002. Kesepakatan penyatuan internasioanl ini akan

mengatur bagaimana lading greater sunrise, yang mengandung 9

triliun kaki kubik gas alam akan dibagi. Australia(belakangan ini

berharap dapat memperoleh 82% pebdapatan hulu sunrise)

member prioritas tinggi pada penyelesaian kesepakatan sehingga

proyek sunrise dapat berlanjut.


24 agustus Timor leste meloloskan hukum batas maritime berdasarkan

2002 prinsip-prinsip UNCLOS, dengan mengklaim Zona Ekonomi

Ekslusif selebar 200 mill dari garis pantai Timor Leste. Undang-

61
undang ini bersifat retroaktif hingga 20 Mei 2002.
20 September Australia menganugrahi kontak eksplorasi untuk suatu daerah

2002 disengketakan yang sebagiannya berada pada sisi garis median

Timor Leste. Kontrak-kontrak yang serupa, yang diprotes oleh

Timor Leste, juga dikeluarkan pada bulan April 2003 dan

Februari 2004.
3 Oktober PM Timor Leste Mari Alkatiri mengusulkan pembahasan awal

2002 mengenai batas-batas maritim kepada Australia John Howard.

Sebulan kemudian, Howard memberikan jawaban dengan

menyatakan bahwa Australia”berkeinginan untuk memulai

diskusi” setelah Perjanjian Laut Timor diberlakukan dan IUA

sunrise”telah diselesaikan”. Pada tanggal 18 november, Alkatiri

menulis jawaban bahwa ia tidak melihat alasan

mengapa”penyelesaian perjanjian-perjanjian yang bersifat

sementara ini”diperlukan sebelum pembicaraan batas dimulai,

dan member sebuah “jadwal kilat” untuk membahas persoalan

perbatasan.
0ktober 2002 Pembicaraan tentang kesepakatan penyatuan sunrise berlanjut.

Australia dan Woodside ingin mengaitkan kesepakatan ini

dengan ratifikasi perjanjian Laut Timor, sehingga membuat

proyek Bayu-Undan menjadi sandera Australia bagi konsesi

Timor Leste atas sebagian besar pendapatan Negara ini dari

proyek sunrise yang lebih besar.


27 November Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer, setelah

2002 pertemuan yang cukup keras dengan Mari Alkatiri di Dili,

62
menyatakan bahwa Australia mungkin tidak akan meratifikasi

Perjanjian Laut Timor hingga Februari 2003 atau sesudahnya,

yang sebenarnya melanggar komitmen kedua pemerintahan

untuk menyelesaikan ratifikasi dalam tahun 2002. Perusahaan

tersebut menyatakan bahwa penundaan tersebut dapat

membahayakan perjanjian penjualan gas dari Bayu-Undan dan

Sunrise, yang dapat menambah tekanan pada pemerintah Timor

Leste untuk secara tegas menerima syarat-syarat penyatuan

sunrise, yang secara tidak adil menguntungkan Australia, dan

bukannya menekankan agar batas-batas maritime dinegosiasikan.


6 Desember Mitra- mitra sunrise; Woodside, Conocophilips, shell dan Osaka

2002 Gas mengumumkan penundaan tidak terbatas atas proyek

sunrise, dengan mengklaim bahwa tak ada satu pun dari kilang

pengolahan LNG mengambang atau jaringan pipa ke Darwin

layak secara ekonomi. Banyak pihak melihat hal ini sekedar

taktik untuk menekan Timor Leste agar menerima harapan-

harapan Australia pada Sunrise.


17 Desember Parlemen Timor Leste meratifikasi Perjanjian Laut Timor.

2002

2003

26 Januari 2003 East Timor Action Network/ETAN berdemonstrasi di

Washington menutnut agar Australia patuh pada hukum

63
internasional. Ini adalah pertama dari banyak demonstrasi

serupa di seluruh dunia dalam kurun waktu 2 ½ tahun berikut.


1 Februari 2003 Auatralia, dengan menolak ketidak-setujuan Timor Leste untuk

menyerahkan kedaulatan bagian dari Greater Sunrise yang

berada diluar JPDA, menyatakan bahwa parlemen Negara

tersebut tidak akan meratifikasi Perjanjian Laut Timor hingga

Timor Leste menyerah adan menandatangani versi usulan

Australia tentang perjanjian penyatuan Internasional Sunrise

tersebut.
4 Maret 2003 Tanpa ada jawaban atas suratnya bertanggal 18 November

2002 yang menunut diadakannya negosiasi perbatasan, Mari

Alkatiri mengirim surat kepada John Howard bahwa TST

segera diberlakukan, dan saat ini perjanjian penyatuan

internasional (IUA) sedang dikirim ke Dewan Menteri RDTL.

Ia minta sebuah “perkiraan waktu” kapan pembahasan batas-

batas permanent”akan di mulai, dan sebuah tanggal diskusi

yang anda anggap dapat menghasilkan garis batas yang

permanent. “Howard memberi jawaban lima bulan kemudian,

dengan mengindikasikan keingianan untuk memulai

pembicaraan tentang masalah perbatasan, tanpa jadwal pasti.


6 Maret 2003 Australia dan Timor Leste menandatangani IUA untuk greater

sunrise.

Parlemen Australia meratifikasi Perjanjian Laut Timor. Senator

Partai Hijau Bob Brown dikeluarkan dari parlemen Australia

64
karena menuduh John Howard blackmail dengan menunda

ratifikasi sampai setelah Timor Leste menandatangani IUA.


2 April 2003 Perjanjian Laut Timor memasuki masa pemberlakuan, dengan

membentuk otoritas Khusus untuk Laut Timor dua Negara

(TSDA) untuk mengelola proyek-proyek di daerah

pengembanngan bersama. Otoritas akan usai dalam 30 tahun ,

atau ketika batas-batas maritime telah dipastikan, tergantung

yang mana yang datang lebih dahulu.


Mei 2003 Kontrak-kontrak pembagian produksi ditandatangani antara

TSDA dan Sunrise Joint Ventur untuk menggantikan kontrak-

kontrak yang ditandatangani selama pendudukan Indonesia.

Kontrak-kontrak JPDA No. 03-19 dan JPDA No.03-20

melanjutkan persyaratan kontrak-kontrak tahun 1995-96,

seperti yang dapat dilihat pada Annex F perjanjian Laut Timor,

dan retroaktif hingga tanggal 20 Mei 2002. The Sunrise joint

Venture ssat ini terdiri dari Woodside (oprator, dengan saham

33,44%), ConocoPhilips (30%), Shell(26%), dan Osaka

Gas(10%).
12 November Para perunding dari Timor Leste dan Australia bertemu di

2003 Darwin untuk mengadakan ‘sesi pengamatan” yang pertama

dari negosiasi-negosiasi batas maritime. Pemerintah Timor

Leste mengungkapkan ketidaksukaannya setelah pembicaraan.

2004

65
Januari 2004 Pemerintah Timor Leste melobi Woodside dan Australia untuk

mengalirkan Gas Sunrise ke Timor Leste, dengan mengajak

Woodside untuk membuat studi kelayakan opsi ini. Woodside

menangani studi(lihat pada Agustus 2004 di bawah), sambil

melnjutkan ancamanya bahwa “peluang pasar” untik LNG sunrise

akan tertutup, kecuali jika pembangunan segera dimulai.


29 Maret Australia meratifikasi Perjanjian Penyatuan Internasional (IUA)

2004 Sunrise.
April 2004 Beberapa kampanye baru yang memperotes pencurian kekayaan

alam Timor Leste oleh Australia diluncurkan pada kedua pihak laut

Timor. Kampanye keadilan laut timor (timor sea justice campaign/

TSJC) di Australia dan gerakan menentang pendudukan laut timor

(movimentu kontra okupasaun tasi timor/ MKOTT) di timor leste.

Protes besar-besaran berlangsung di dilli


19-22 april Putaran pembicaraan penting yang pertama diadakan di dilli,

2004 dengan hasil yang kurang berarti.


11 agustus Woodside menyerahkan “laporan tentang studi kelayakan jaringan

2004 pipa” kepada TSDA dan pemerintah timor leste, dan

menyimpulkan bahwa jaringan pipa dari sunrise ke timor leste

secara financial kurang menarik dibandingkan dengan jika ditarik

ke Darwin. Timor leste menyewa seorang ahli independen untuk

mengkaji ulang studi tersebut, dan woodside menyertakan

beberapa saran mereka. Tetapi, pada januari 2005, kajian akhir ahli

tersebut menyatakan bahwa studi tersebut masih belum bisa

dianggap sebagai sebuah perbandingan yang objektif atas biaya

66
proyek tersebut.
17 Woodside menunda aktivitasnya di greater sunrise disebabkan oleh

november kegagalan kedua pemerintah dalam menyediakan aturan dan dasar

2004 hukum yang pasti.

2005

Para perunding Australia dan RDTL, bertemu di Canberra. Bulan

berikutnya mereka bertemu di Dili, yang diwarnai dengan unjuk


7-9 Maret
rasa di berbagai tempat di Australia. pertemuan ketiga berlangsung
2005
di Sidney.

September Timor leste dan Australia menyepakati rincian ketentuan

2005 penambangan minyak (petroleum mining code) untuk JPDA, yang

harus disahkan secara resmi sebelum putaran pemberian izin bari

JPDA baru, yang pelaksanaannya dijadwalkan pada awal 2006.

29 Delegasi teknis auustralia dan timor leste bertemu di Darwin,

november berhasil mencapai sebuah kesepakatan yang tertutup untuk umum

2005

2006

12 januari 2006 Australia dan RDTL menandatangani perjanjian tentang

67
ketentuan khusus maritime di timor leste (CMATS) di Sidney.

Australia menyetujui ketentuan penambangan minyak JPDA,

yang memungkinkan proses lelang TSDA berlanjut.


28 februari 2006

Mei 2006 Otoritas khusus laut timor memegang satu putaran lelang untuk

eksplorasi kawasan-kawasan baru di daerah pengembangan

bersama di laut timor. Empat buah kontrak dikeluarkan pada 16

agustus

12 oktober 2006 Australia dan timor leste menandatangani ketentuan-ketentuan

di Daerah Minyak bersama.

2007

7 februari 2007 Australia membahas perjanjian CMATS di parlemen

20 februari 2007 Parlemen timor leste meratifikasi perjanjian CMATS dan IUA

sunrise

22 februari 2007 Menteri luar negeri Australia Alexander Downer meramaikan

isu “pengecualian demi kepentingan bangsa” untuk membuat

perjanjian CMATS diberlakukan hari berikutnya tanpa

68
menunggu periode ratifikasi.

Februari 2007 Woodside melanjutkan pekerjaan teknik di greater sunrise,

sampai hari ini mengolah ulang data seismik, membuka kantor di dilli,

membuka diskusi dengan kedua pemerintahan, mencerai

pelanggaran, dan mengkaji konsep-konsep pengembangan.

Mereka berharap dapat memiliki konsep pengembangan yang

disetujui pemerintah dalam tahun 2008

Agustus 2007 Pemerintah baru di timor leste mempertahankan sasaran-

sasaran pemerintah sebelumnya untuk mengalirkan gas sunrise

ke daratan timor leste dan terus mengumpulkan informasi

November 2007 Australia memilih pemerintahan baru, tetapi posisi mereka

tentang LNG Sunrise masih belum jelas.

2008

Juni 2008 Woodside menyerahkan beberapa saran bagi opsi-opsi

pengembangan fasilitas LNG sunrise kepada TSDA dan pemerintah

timor leste.

69
Sumber: Buletin La’o Hamutuk Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor-Leste,
2008, hal. 91-98

Gambar 8. Ladang-ladang minyak dan gas di Timor Leste.

Sumber: http:// www.laohamutuk.org, di Akses tanggal 4 agustus 2011

Keterangan:

 Merah : minyak dan gas.


 Coklat muda dan kuning : kawasan dibawah kontrak.
 Hijau: kawasan yang saat ini
 Merah muda: kawasan sebelumya yang tersedia untuk lelang di
dan di sekitar kawasan Timor Leste.

Peta ini adalah perluasan /penetapan sepihak zona ekonomi eksklusif

(ZEE) Timor Leste (garis biru disamping kiri kanan JPDA) yang diukur sejauh

70
200 mil dari bibir pantai. Dalam peta ini menjelaskan beberapa kilang minyak

yang berada di Laut Timor.

Perjanjian “Timor Gap” yang nama lengkapnya adalah “a Treaty the Zone

of Cooperation in Area between the Indonesia Province of East Timor and

Northen Australia” yang ditandatangaini diatas pesawat Angkatan Udara Australia

yang terbang diatas kawasan yang dipersengketakan tidak berlaku lagi bagi

Indonesia dan Australia setelah Menlu Indonesia Dr. Alwi Syihab mengirim surat

kepada mitranya Menlu Australia Alexander Downer pada tanggal 25 Mei 2000.

Dalam suratnya itu Menlu Alwi Syihab merujuk pada “the 1989 Timor

Gap Treaty” serta pada butir-butir kesepakatan pada pertemuan tingkat teknis

antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia tentang status

“The Timor Gap Treaty” yang diadakan di Jakarta pada tanggal 1-3 februari 2000.

Beliau menyatakan bahwa perjanjianTimor Gap tahun 1989 sudah tidak berlaku

lagi ketika otoritas Indonesia atas Timor Leste beralih kepada Perserikatan

Bangsa-Bangsa. Juga dinyatakan bahwa konsekuensi-konsekuensi oprasional

yang timbul akibat berakhirnya perjanjian itu akan diselesaikan dan

diimplementasikan menurut ketentuan-ketentuan praktis yang disepakati bersama.

Diharapkan bahwa apa yang dikemukakan dalam surat itu dapat dipahami oleh

Pemerintah Australia atas surat tersebut akan menimbulkan saling pengertian

antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia mengenai status

perjanjian tersebut maupun konsekuensi-konsekuensi oprasionalnya . demikian

peryataan Menteri Luar Negeri Indonesia, Alwi Syihab mengenai status perjanjian

71
Timor Gap sebagaimana tertuang dalam suratnya kepada Menteri Luar Negeri

Australia, Alexander Downer 25 Mei 2000.51

Pada tanggal 1 juni 2000 Menteri Luar Negeri Australia membalas surat

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia yang pada intinya menerima peryataan

dari Menteri Luar Negeri Indonesia, Alwi Syihab. Perkembangan terkini

mengenai kawasan laut timor adalah ditandatanganinya di Dili pada tanggal 5 juli

2001. Perjanjian bagi hasil minyak dan gas bumi laut timor dengan Basis 90:10

untuk timor leste. Perjanjian yang disebut nota kesepakatan pengaturan laut timor,

ditandatangani oleh menteri luar negeri Australia, Alexander Downer, pejabat

menteri urusan politik pada pemerintahan sementara PBB di timor leste, peter

Gairaith dan Menteri Ekonomi Timor Leste Mari Alkatiri.

51
Majalah Ilmiah Hukum Amanna Gappa No.13/Tahun XI/Januari-Maret 2003, hal.425

72
Penandatanaganan perjanjian itu diwarnai oleh adanya protes dari anggota

parlemen sementara Timor Leste, Angela de Freitas, yang begitu marah dan

berteriak dengan mengatakan jangan menjual negara sendiri kepada negara asing.

Walaupun perempuan ini kemudian digiring keluar ruangan upacara oleh petugas

keamanan, berbagai kalangan baik di timor leste maupun diluar negeri termasuk

Indonesia menaruh simpati atas sikapnya dalam mengantisipasi akibat dari

perjanjian bagi hasil minyak laut timor yang telah ditandatangani. Walaupun

kemudian masih harus diratifikasi oleh pemerintah timor leste.

Sepanjang tahun 2006 kontrak-kontrak eksplorasi baru untuk kawasan-

kawasan dalam daerah pengembangan minyak bersama (joint pertoleum

Developmen Areal/JPDA) dan di dalam daerah maritim exclusif Timor Leste.

Negara ini juga memiliki cadangan dibawah daratannya, termasuk rembetan gas

dan minyak yang dikumpulkan selama era portugis, tetapi tak satupun dari

rembesan tersebut yang berproduksi. Gas alam daratan juga dapat diolah dari di

kilang LNG yang dibanhun untuk Greater Sunrise, tetapi ini mungkin jauh lebih

sedikit daripada yang diperoleh dari ladang –ladang lepas pantai.

Gambar 8. Celah timor yang di apit oleh dua ladang cadangan minyak

terbesar di Timor Leste

73
Sumber: Buletin La’o Hamutuk

Peta ini menjelaskan mengenai dua ladang terbesar yakni, Bayu-Undan

dan Greater Sunrise yang disedot hasil minyak dan gas alamnya melalui pipa gas

yang dipasang oleh Australia melaui bawah laut untuk dialirkan ke Darwin.

Gambar 9. Pengembangan Wilayah bersama (JPDA)

74
Sumber: Buletin La’o Hamutuk

Dari tabel dan gambar diatas dijelaskan megenai ladang-ladang minyak

dan gas di sekitar Timor Leste yang sebagian besar di kuasai oleh Australia yang

menggunakan kekuaatan menekan negara baru tersebut. terbesar adang dan gas

yang secara keseluruhan merupakan yang terbesar dalam JPDA adalah Ladang

Minyak dan Gas Bayu-Undan-400 juta barel kondensat (cairan) dan 3,4 triliun

kaki kubik gas. ConocoPhilips dan mitra-mitranya mulai mengembangkan ladang

ini pada akhir tahun 1990-an, ketika masi merupakan teritori curian.

Pengembangan lepas pantai Bayu-Undan berlangsung terus tanpa gangguan

selama jajak pendapat di Timor Leste, tanpa kerusakan yang mengikutinya, dan

selama pemerintah transisi PBB. Sejak 2006, gas alam dialirkan melalui jaringan

pipa ke darwin, memberi australia sebagian besar pekerjaan dan semua

75
pendapatan hilir. gas tersebut dicairkan di sana dan dikapalkan ke Jepang.

produksi akan mencapai puncaknya pada tahun 2010, dan ladang ini akan terkuras

habis sebelum 2024. Proyek ini menghasilkan 58% pendapatan nasional bruto

(Gross National Income/NGI) dan memasok lebih dari 90% pendapatan

pemerintah Timor Leste.52

Sejak 1999 hingga september 2007, australia telah mengambil lebih dari

U$$1,5 milliar dari Laminaria-Corallina, sebuah ladang minyak yang jauh lebih

dekat ke timor leste. ladang yang tepat berada diluar JPDA dan di klaim oleh

kedua Negara ini hampir terkuras habis. timor leste telah memperotes pencurian

kekayaan miliknya, tetapi Australia bersikukuh dan pada tahun 2006 timor leste

menelorkan Treaty on Certain Maritime Arrangements in the Timor Sea

(CMATS).

Greater Sunrise, termasuk ladang-ladang Sunrise dan Troubadour,

merupakan cadangan terbesar ai wilayah tersebut. Sesuai dengan perjanjian Laut

Timor, 20, 1% dari Greter Sunrise terletak didalam wilayah JPDA dan 79%nya

berada diluarnya, dalam perairan yang dipersengketakan dimana Timor Leste

memberikan ijin bagi Australia untuk mengontrolnya melalui CMTAS. Wodside

telah lama memeiliki kontrak untuk mengembangkan Sunrise, tetapi ia menunda

pekerjaan pada tahun 2004, dan melanjutkan kembali pada tahun 2007, setelah

australia dan timor leste menyepakati kepemilikan dan pembagian pendapatan

untuk ladang ini. pendapatan hulu (ekstraksi) akan dibagi secara 50/50 antar

52
Ibid, 2008, hal.91-92

76
kedua negara, tetapi pembagian-pembagian dari proyek hilir akan bergantung

pada di mana LNG tersebut di bangun.

Timor leste, Australia dan Indonesia masing-masing berharap agar sebuah

kilang LNG didalam teritori mereka dapat menjadi pusat yang mengelola gas dari

beberapa ladang. disamping Bayu-Undan dan Sunrise, empat ladang lepas pantai

lain mungkin akan dikembangkan dalam kurun 5-10 tahun.perusahaan Australia

Santos memegang lisensi dan sedang melakukan pengeboran sumur-sumur

eksplorasi di Evans Shoal diperkirakan mengandung 6,6 tcf gas), Caldita and

barossa di teritori Australia, sedangkan perusahaan Jepang Inpes memegang

lisensi untuk abadi (5,0 tcf), tepat diseberang di perbatasan Indonesia. Beberapa

atau semua Ladang tersebut dapat mendatangkan keuntungan jika mengolah gas-

gasnya di suatu kilang LNG di Timor Leste, asalkan perusahaan dan negara-

negara dimana ladang tersebut terletak diyakinkan bahwa ini adalah opsi yang

atraktif secara ekonomi politik.53

Urgensi dibuatnya perjanjian garis- garis batas maritime, khususnya garis

batas landas kontinen di antara instalasi pertambangan tersebut berlokasi di lepas

pantai Negara kepulauan Indonesia. Demikian pula dengan dampak negative yang

mungkin terjadi akibat kegiatan pertambangan di celah timor yang dapat

dikatakan sepenuhnya dijalankan oleh pihak Australia, yang dampaknya

53
di hitung oleh La’o Hamutuk berasarkan informasi penjualan dan pajak dalam
laporan Woodside pada bursa saham Australia (Australian Stock Exchange). Lihat
http://www.laohamutuk.org/Oil/Boundari/laminaria revenues.htm

77
membahayakan perairan kita harus dapat mendorong percakapan penyelesaian

garis-garis batas maritim.

Perkembangan terkini mengenai soal Celah Timor dengan Australia telah

ditandatangani perjanjian bagi hasil minyak di laut Timor dengan basis pembagian

90% untuk Timor Lorosae dan hanya 10% untuk Australia. namun demikian oleh

banyak kalangan baik dari dalam negeri Timor Leste maupun dari kalangan

Internasional perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 5 juli 2001 antara

Australia, PBB dan Timor Leste dikhawatirkan tidak akan mampu mengangkat

harkat dan martabat masyarakat dari negeri yang baru saja merdeka.

2. Celah Timor Pasca Timor Timur berdaulat

Setelah dikeluarkannya TAP MPR V/MPR 1999 yang menerima hasil jajak

pendapat di Timor- Timur pada tanggal 30 Agustus 1999 sekaligus mencabut

TAP MPR VI/MPR/1978 tentang integrasi Timor-Timur ke dalam wilayah

Negara Republik Indonesia dan berdasarkan pada resolusi Dewan Keamanan PBB

Nomor 1272 tanggal 25 Oktober 1999, maka Timor Timur berada dibawah

administrative PBB (United Nation Transnational Administration on East Timor-

UNTAET) sehingga secara yuridis kedaulatan dan kewenangan Republik

Indonesia atas Timor timur dianggap telah berakhir.

Pasca lepasnya Timor Leste dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada

tahun 1999, persoalan Celah Timor (Timor Gap) dilupakan begitu saja oleh

Indonesia. Padahal bila Indonesia menyadari batapa pentingnya Celah Timor

78
tersebut bagi kepentingan sebuah negara dalam melakukan hubungan kerjasama

dengan Negara lain. Indonesia malah memberikan peluang besar bagi Australia

untuk mengekspoitasi dan mengeksplorasi lebih banyak lagi hasil minyak dan gas

alam selama lebih dari 40 tahun dan malahan sekarang bertambah tingkat untuk

melakukan eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas yang berada di Celah

Timor.

Pengolahan minyak dan Gas alam di Laut Timor dalam hal ini Celah Timor

kini menjadi tanggung jawab RDTL (Republik Demokratik Timor Leste), TAP

MPR V /MPR/1999 dijadikan sebagai dasar oleh Departemen Luar Negeri

Republik Indonesia untuk melakukan pertukaran nota diplomatic (Exchange of

Letters) dengan Australia tentang berakhirnya Traktat Celah Timor.

Menurut Departemen Luar Negeri Indonesia, pertukaran nota diplomatic

efektif berlaku sejak tanggal 1 juni 2000 sehingga telah menggurkan seluruh hak

dan kepentingan masyarakat Indonesia di Celah Timor.

Padahal dalam TAP MPR tersebut tidak ada satu katapun yang menyinggung

mengenai status perjanjian Celah Timor. Dengan berlakunya pertukaran nota

diplomatic tersebut, menurut Departemen Luar Negeri Republik Indonesia ,

Traktat Celah Timor telah secara resmi dinyatakan idak berlaku lagi, dan posisi

Indonesia dalam perjanjian Celah Timor telah diberikan kepada/digantikan

dengan Timor Timur sama artinya dengan menghibahkan atau mewariskan Celah

Timor kepada Timor Timur secara utuh.

79
Menurut Departemen Luar Negeri Republik Indonesia lagi, atas dasar inilah

maka pihaknya telah menyerahkan sepenuhnya pengelolaan Celah Timor kepada

Australia dan Timor Leste untuk dirudingkan lebih lanjut tanpa harus melibatkan

Indonesia. Mungkinkah pemerintah Indonesia tidak pernah tahu meegenai

sengketa yang dikenal dengan nama “North Sea Continental Shel Case” tahun

1969 yaitu suatunpenyelesaian sengketa landas kontinen di Laut Utara antara

Jerman dan Belanda di satu sisi dan Jerman dengan Denmark di sisi lain?,

sehingga dengan begitu mudahnya Indonesia menyerah terhadap kepentingan

Australia.

Untuk kesekian kalinya, tidak pernah diketahui secara pasti pula, mengapa

tindakan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia terkesan sangat tergesa-

gesa untuk menggantikan posisinya dengan Timor Leste dalam Traktat Celah

Timor yang sangat penting dan strategis tersebut. Sekalipu mungin ada celah

dalam hukum internasiona yang bisa membenarkan tindakan Indonesia yang telah

digantikan posisinya dengan Timor Leste, namun adalah hak Indonesia pula untuk

tidak harus merasa terpaksa dan tergesa-gesa menggantikan posisinya dengan

Timor Leste.

Bukankah jauh lebih baik dan menguntungkan bila Indonesia memilih untuk

merundingkan kembali perjanjian Celah Timor yang kaya akan deposit bahan

bakar fosil itu secara trilateral bersama Australia dan Timor Leste?. Bukankah

sebagian sisi dari Celah Timor yang berbatasan langsung dengan Timor Barat

adalah milik bangsa Indonesia?. Bukannkah Indonesia juga memiliki hak dan

80
kepentingan yang sama besarnya dengan Timor Leste dan Australia di Ladang

minyak dan gas tersebut?.

Sangat disayangkan pula ketika Departemen Luar Negeri Republik Indonesia

menetapkan harga mati bahwa masalah Laut Timor yang didalamnya tercakup

Celah Timor dan Gugusan Pulau Pasir merupakan sesuatu yang tidak layak untuk

dibicarakan kembali atau “ditabuhkan”. Padahal Celah Timor dan Gugusan Pulau

Pasir ini berada didalam pekarangan depan (wilayah) kedaulatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Wajar saja bila mantan rektor Universitas Gajah Mada (Prof.DR. Herman

Johannes,Alm) menuai protes sebelum dan sesudah Perjanjian Celah Timor

ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Indonesia waktu itu Ali Alatas dan

Gareth Evans dari Australia, mengecam keras dan menuntut agar perjanjian

tersebut ditinjau kembali atau dibatalkan karena sangat merugikan rakyat

Indonesia yang mendiami wilyah Nusa Tenggara Timur.

Tim perunding Indonesia dinilainya terlalu bersedia melayani kepentingan

Australia dengan mengabaikan kepentingan nasional dalam perjajian tersebut.

Selanjutnya, Prof. DR. Herman Johannes (Alm) menyatakan bahwa Indonesia

telah kebobolan dengan Agreed Seabed Boundary tahun 1971-1972 yang

menyepakati argumentasi Australia tentang perpanjangan daratan alamiah

dibawah Laut Timor dengan mengadopsi Konvensi Hukum Laut PBB 1958,

dimana garis batas laut antara Indonesia dan Australia ditentukan jauh kesebelah

81
barat jauh mendekati pantai Pulau Timor. Padahal argumentasi Australia tentang

perpanjangan daratan alamiah tersebut tidak benar sama sekali (lihat peta….)

Dilain pihak dengan berlakunya Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS)

tahun 1982 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia maupun Pemerintah

Australia yang mengatur antara lain tentang 200 mill Zona Ekonomi Eksklusif

(ZEE) dan penggunaan garis tengah (median line) maka seyogyanya di Laut

Timor teridentifikasi daerah konflik antara 3 (tiga) Negara yaitu Indonesia, Timor

Leste dan Australia.

Oleh sebab itu, ketiga Negara tersebut selalu memiliki kepentingan yang sama

dalam setiap kegiatan di Laut Timor termasuk Celah Timor dan Gugusan Pulau

Pasir. Persoalan mendasar saat ini adalah bagaimana untuk bisa melakukan

negosiasi kembali semua perjanjian Indonesia dan Australia di Laut Timor yang

sebelumnya merupakan perjanjian bilateral, namun sekarang ini sudah menjadi

trilateral.

Hal ini penting dilakuakan agar lebih adil dan berimbang serta tidak

merugikan hak dan kepentingan bangsa Indonesia termasuk hak-hak tradisional

masyarakat adat Timor Barat, Rote Ndao, Sabu dan Alor di Laut Timor. Melalui

beberapa hasil kajian yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa ada banyak

sekali peluang bagi Indonesia untuk melakukan negosiasi ulang dengan Australia,

seandainya ada “political will” yang kuat dari Jakarta.

82
Seyogyanya dengan hadirnya Negara Timor Leste di kawasan Laut Timor,

perundingan trilateral antara Indonesia, Timor Leste dan Australia untuk

menetukan garis batas territorial maritim yang permanen sudah saatnya dilakukan

dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Penetapan suatu batas Landas Kontinen

Indonesia –Australia dan Timor Leste yang baru, permanen dan benar-benar

objektif sesuai dengan keadaan geologi dan geomorfologi di Laut Timor harus

menggunakan pendekatan prinsip “median Line” sesuai Konvensi Hukum Laut

PBB merupakan satu-satunya solusi yang tepat, adil, dan berimbang.

Penetapan batas landas kontinen yang baru setelah Timor Leste menjadi

sebuah negara berdaulat dengan asas yang adil, berimbang dan saling

menguntungkan dan melengkapi antara Indonesia Australia dan Timor Leste di

Laut Timor demi kepentingan nasional masing-masing negara sudah merupakan

hal yang sangat mendesak untuk dilakukan. Berangkat dari pemikiran-pemikiran

diatas, melalui rapat Paripurna Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) provinsi NTT

tanggal 23 Maret 2001 telah disepakati untuk membentuk suatu kelompok kerja

yang dikukuhkan dengan keputusan Gubernur NTT No.54/SKEP/HK/2001

tanggal 18 mei 2001tantang Pembentukan Tim Kelompok Kerja Pengkajian dan

Perumusan Berbagai Aspek Strategis di Celah Timor Provinsi NTT, yang

beranggotakan unsure eksekutif, legislative, LSM, akademisi dan Lembaga Pers

yang kemudian dikenal dengan Kelompok Kerja Celah Timor (Pokja Celah

Timor).

83
Berdasarkan kajian sementara yang dilakukan Pikja Celah Timor dan telah

disampaikan pula kepada berbagai pigak terkait di pusat maupun di daerah

sebagai hal pokok yang sangat mendesak untuk dilaksanakan sebagai berikut:

1. Agar DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI

dan MPR-RI meminta Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah

Australia untuk meninjaun kembali perjanjian atau penetapan Batas

Landas Kontinen Indonesia dan Australia yang dibuat pada tahun 1971-

1972. Kemudian dirundingkan lagi secara trilateral bersama Timor Leste

sesuai dengan keadaan geologi dan geomorfologi di Laut Timor dengan

menggunakan prinsip “median Line” dari Konvensi Hukum Laut PBB

yang berlaku.

2. Agar DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI

dan MPR-RI meminta Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah

Australia untuk membatalkan Memorandum of Understanding tahun 1974

yang sangat merugian Indonesia dan Perjanjian RI Australia tentang Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan batas-batas dasar laut tertentu tahun 1997

yang dibuat pada saat Timor Leste masih merupkan bagian integral dari

Indonesia.

3. Agar DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI

dan MPR-RI meminta dunia Internasional untuk menghormati dan

mengembalikan hak tradisional masyarakat adat Timor Barat, Rote Ndao,

Sabu dan Alor di Laut Timor dan Gugusan Pulau Pasir.

84
4. Agar lebih transparan , kredibel dan objektif dalam penetapan batas

maritime Indonesia dan Australia di Laut Timor, maka seluruh titik

pangkal yang telah ditetapkan di Laut Timor sebelumnya harus ditinjau

kembali. Untuk tujuan dimaksud DPRD Provinsi NTT, kabupaten/ kota

se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan MPR-RI segera merekomendasikan kepada

pemerintah republik Indonesia untuk melibatkan berbagai pakar

independen dalam bidang geologi, sejarah, hukum, politik, lingkungan,

dan lain-lain, termasuk masyarakat dan pemerintah daerah provinsi NTT

dalam penetapan garis batas maritim yang baru dan permanen di laut timor

yang dirasa lebih adil dan berimbang bagi kepentingan nasional Indonesia,

Australia, dan timor leste.

5. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan

MPR-RI merekomendasikan kepada pemerintah Indonesia segera

melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber migas di laut timor,

Indonesia, sehingga dapat mengembangkan perekonomian NTT dari

potensi sumber daya laut yang terkandung di laut timor

6. Agar DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI

dan MPR-RI merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk mengklaim

hak rakyat Indonesia terhadap hasil eksploitasi minyak dan gas bumi di

laut timor yang dilakukan oleh Australia secara tidak transparan dan

mengabaikan berbagai hak dan kepentingan masyarakat NTT di laut timor

selama ini

85
7. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan

MPR-RI menyatakan bahwa perjanjian kerja sama eksplorasi dan

eksploitasi minyak dan gas di laut timor termasuk di celah timor antara

Australia dan timor leste adalah tindakan illegal karena tidak menyertakan

Indonesia sebagai salah satu stakeholder laut timor yang secara ekologis

pasti akan menerima dampak pencemaran lingkungan akibat eksplorasi

dan eksploitasi yang dilakukan.

8. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan

MPR-RI mendukung pemerintah republik Indonesia melalui departemen

kelautan dan perikanan dalam program pengelolaan pulau-pulau kecil

termasuk di wilayah NTT yang berbatasan langsung dengan Australia dan

timor leste

9. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan

MPR-RI mendesak pemerintah Indonesia mempercepat pembangunan

basis perdagangan internasional melalui pembangunan kupang sebagai

pintu gerbang perdagangan asia pasifik dengan menjadikan kupang

sebagai “Free port” atau” special economy zona”.

10. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan

MPR-RI meminta pemerintah Indonesia secepatnya merampungkan

pemetaan seluruh pulau di NTT dalam rangka pengamanan wilayah yang

berwawasan nusantara

86
11. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan

MPR-RI bersama pemerintah Indonesia menghimpun berbagai dokumen

dalam rangka memposisikan kembali siapa sesungguhnya yang paling

berhak mengelola dan memiliki gugusan pulau pasir

12. DPRD Provinsi NTT/Kabupaten/Kota se-NTT, DPD-RI, DPR-RI dan

MPR-RI menyatakan bahwa seluruh perjanjian Indonesia dan Australia di

laut timor tidak sesuai dengan ketentuan hukum internasional yang

berlaku. Pertukaran nota diplomatik yang dilakukan departemen luar

negeri Indonesia dan Australia pada tanggal 1 juni 2000 tanpa terlebih

dahulu meminta persetujuan lembaga rakyat Indonesia dinyatakan batal

demi hukum.

Sikap pemerintah Timor Leste pasca berdaulat, pada dasarnya menginginkan

agar rakyat Indonesia khususnya di Timor Barat ikut menikmati kekayaan minyak

dan gas bumi di Celah Timor. Hal ini ditegaskan Wakil Menteri Luar Negeri

Timor Leste pada Kabinet Transisi (ETTA) II, Fernando Lasama de Araujo di

Kupang. Menurut Fernando, “dalam masalah Celah Timor, pandangan Xanana

dan Alkatiri sama yakni ingin agar Indonesia khusunya rakyat Timor Barat ikut

menikmati kekayaan alam di sana.54 Presiden pertama Timor Leste, Kayrala

Xanana Gusmao (saat ini menjabat Perdana Menteri) pernah menawarkan secara

resmi soal kerjasama di Celah Timor kepada sejumlah Menteri di era Presiden

Megawati Soekarnoputri yang berkunjung ke Dili pada tahun 2003 silam. Namun

tidak ditanggapi oleh Jakarta.


54
Sinar harapan, 8 Mei 2002

87
3. Pencemaran Laut Timor

A. Laut Timor : Satu Laut Tiga Negara

Perairan Laut Timor adalah salah satu perairan yang memiliki sumber daya

alam yang melimpah, seperti perikanan, pertambangan minyak, dan gas lepas

pantai dan pulau-pulau kecil yang berpotensi untuk pengembangan pariwisata

bahari.

Berdiriya Negara Timor Leste pada tahun 2002, melalui jajak pendapat yang

difasilitasi PBB berimplikasi pada pengelolaan sumber daya kelautan di perairan

Laut Timor. Perairan Laut Timor pasca berdirinya Negara Timor Leste, akhirnya

dimiliki oleh tiga Negara yaitu Indonesia, Australia, dan Timor Leste. Bagi

Indonesia perairan Laut Timor berbatasan langsung dengan Provinsi Nusa

Tenggara Timur. Luas perairan laut provinsi Nusa Tenggara Timur adalah

199.529 km2 Luas perairan tersebut tidak termasuk Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia (ZEEI). Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki garis pantai sepanjang

5.700 km. secara administrasi di bagian utara daerah ini berbatasan dengan Laut

Flores, di bagian timur berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste; di

bagian selatan berbatasan dengan Laut Timor dan Samudra Hindia; serta di bagian

bara berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pulau terluar yang menjadi perbatasan antara Indonesia dengan Pemerintahan

Timor Leste adalah pulau batek. Secara geografis pulau batek terletak pada posisi

88
90 15’ 30” Lintang Selatan-1230 59’ 30” Bujur Timur. Pulau yang oleh masyarakat

setempat menyebutnya sebagai Fatu Sinai berada di lepas pantai Laut Sawu dan

berada di perbatasan antara wilayah Kabupaten Kupang dengan enclave (wilayah

kantong) oekusi ( Oecusse/Ambeno), Timor Leste. Pulau dengan luas 25 hektar

ini memiliki panjang garis pantai 1.680 meter dan kedalaman rata-rata 72 meter.

Pulau ini berada pada jarak 5 mill dari Tanjung Batuanyo, Oepoli yang secara

administrative masuk di Desa Netemnanu Utara, Kecamatan Amfoang Utara,

Kabupaten Kupang.

Pulau ini berbatasan langsung dengan Negara tetangga Timor Leste yang

sudah memiliki titik refrensi(TR). Di pulau ini juga terdapat tiga rumah yang

dugunakan oleh penjaga menara suar dan TNI yang dirugaskan untuk menjaga

keamanan di wilayah perbatasan serta instalasi menara suar Pulau Batek

(Romimohtarto et all.,2005 ). Status hukum Pulau Batek sudah jelas yakni milik

Indonesia, termasuk dalam wilayah Kabupaten Kupang.

Perjanjian Belanda dan Portugis pada tangga 20 April 1859, menyangkut

keberadaan pulau Batek. Dalam perjanjian tersebut menyatakan bahwa pulau

Batek tidak masuk bagian isi perjanjian. Hal ini dapat diartikan bahwa pulau Batej

tetap merupakan wilayah Hindia Belanda berdasarkan sejarah pendududukan

Pulau Timor oleh Hindia Belanda. Dalam Staatsblad 1916 No.331 tanggal 13

April 1916 tentang Binnelandsch Bestuur Gezaghebbers Huishuurindemnteiten

Tolken Timor en Onderhoorigheden disebutkan bahwa Wilayah Assisten Resident

89
(Kabupaten) West-Midden Timor meliputi juga wilayah Pulau Batek atau Pulau

Gala Bata.

Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus 1945, pulau timor dibag

menjadi tiga bagian, yaitu Pulau Timor bagian Barat mrupakan wilayah Republik

Indonesia, Pulau Timor bagian Timur dan Pulau Atauro menjadi wilayah koloni

Portugis dan terdapat kantong Oecusi yang terletak di Timor bagian Barat

merupakan enclave (bagian dari) wilayah koloni Inggris. Peta Laut Hindia

Belanda nomor 117, Nusa Tenggara (kleine soenda einlenden enaanggrezende

vaarwater bald V) terbitan 1925 tentang kepemilikan pulau-pulau di wilayah

sekitar pulau Timor menggambarkan bahwa wilayah milik Portugis adalah

Oecusi, Timor-Portugis, Pulau Jako dan Pulau Atauro sedangkan Pulau Batek

tidak termasuk didalamnya. Setelah Timor Leste merdeka pada tahun 2002, secara

yuridis formal wilayah bekas Timor Portugis menjadi wilayah Timor Leste.

Dengan demikian Pulau Batek tidak masuk wilayah Timor Leste (Romimohtarto

et all., 2005). Sementara Australia dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur dibatasi

oleh pulau terluar yang berbatasan dengan Australia yaitu Gugusan Pulau Pasir

yang du klaim sebagai teritori Australia.

Gugusan Pulau ini pernah diregulasikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda

sehingga jelas merupakan bagian integral dari Wilayah Nusantara. Namun

kerajaan Inggris Raya menganeksasi wilayah gugusan pulau pasir pada tahun

1878, dan baru pada tahun 1974 Indonesia seolah mengakuinya sebagai teritori

90
Australia melalui sebuah Nota Kesepahaman (MoU) yang dibuat bersama pada

tanggal 7 November 1974.

Tetapi rakyat Indonesia di Timor Barat tetap menganngap bahwa Gugusan

Pulau Pasir merupakan warisan nenek moyang mereka. Nelayan-nelayan dari

Nusa Tenggara Timur tetap saja melakukan aktivitas penangkapan ikan di

perairan tersebut seperti pengumpulan teripang, belut laut, dan ikan hiu, banyak

diantara mereka yang ditangkap oleh Angkatan Laut Australia dan dituduh

melanggar dan masuk wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Australia.

Akibat belum tuntasnya batas wilayah Negara di Laut Timor, maka muncul

banyak tuduhan pelanggaran di wilayah perbatasan antara Indonesia dan Australia

oleh pihak Otoritas Manajemen Perikanan Australia (AFMA). Nelayan tradisonal

Indonessia dituduh telah melewati batas wilayah Australia dan mencuri ikan serta

biota laut lainnya di perairan Australia. masalah lainnya adalah ketidaktegasan

sikap Indonesia sehingga Australia merasa seperti yang paling benardan bertindak

sendiri dalam memberangus para nelayan tradisional Indonesia tanpa ampun.

Gambar 10. Peta Laut Timor

91
Sumber: Buletin La’o Hamutuk

Laut Timor memilki luas sekitar 480 km persegi, meliputi wilayah sekitar

610.000 km, dengan titik terdalam adalah Palung Timor. Di bagian utara,

kedalaman Laut Timor mencapai sekitar 3.300 m dan bagian yang lebih dangkal

rata-rata mempunyai kedalaman kurang dari 200 m. wiyah ini merupakan tempat

utama munculnya badai tropis dan topan.

Sejumlah pulau dan gugusan pulau terletak di Laut Timor termasuk Pulau

Malville yang belum lama ini telah ditemukan bebatuan yang mengandung berlian

yang terlepas di lepas pantai Australia. di dasar Laut Timor terdapat cadangan

minyak dan gas bumi dalam jumlah yang besar. Australia dan Timor Portugis atau

saat ini Republik Demokratik Timor Leste, telah melakukan perdebatan panjang

atas hal eksploitasi kekayaan minyak dan gas di daerah yang dikenal sebagai

Celah Timor.

92
Australia mengklaim luas wilayahnya sampai ke sumbu bathymetric (garis

kedalaman punggung laut terbesar) di Palung Timor. Klaim Australia ini tidak

pernah disetujui oleh Timor Portugis karena tetap berpendirian tetap berpendirian

bahwa batas dasar Laut Timor dan Australia harus ditentukan dengan

menggunakan garis tengah (median line) unutk membagi kedua wilayah tersebut.

Namun Indonesia dan Australia menyepakati sebuah perjanjian petetapan

batas-batas dasar laut tertentu pada tahun 1971 dan dilanjutkan pada tahun 1972

dimana Indonesia mengakui klaim Australia tersebut. Pada tahun 1976, Timor

Leste secara resmi menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

sehingga memungkinkan Australia memperkuat posisi klaimnya yang dilegitimasi

melalui penandatangan perjanjian kerjasama Indonesia Australia di Celah Timor

tahun 1989.

Dalam sebuah dokumen di majalah Belanda (Elseviers) terbitan tahun 1979

dilaporkan pendapat ahli geologi dunia yang menyatakan bahwa masih ada 5

daerah yang memiliki potensi minyak yang jumlahnya hampir sebanding dengan

potensi minyak yang ada di Timur Tengah (Negara-negara Arab). Kelima daerah

tersebut adalah Mexico, Venuzuela, Argentina, Madagaskar dan Pulau Timor

(Timor Barat dan Timor Leste).55

Keberadaan milyaran barel minyak di Laut Timor juga diakui oleh berbagai

pihak, antar lainkalangan analis industry perminyakan Australia, Menteri

Perdagangan dan Masalah Luar Negeri Auatralia, serta Asosiasi Eksplorasi

55
Loc. Cit hal. 16

93
Perminyakan Australia (Woodside News Release, 1996). Dari sikap dan kejelian

Australia memperjuangkan wilayah yang luas di Laut Timor dapatlah dimaklumi

karena kandungan minyak dan gas buminya. Australia juga telah berhasil

meyakinkan Indonesia untuk mengakui bahwa gugusan Pulau Pasir yang letaknya

hanya 170 kilo meter dari pulau Rote itu adalah milik Australia yang

sesungguhnya merupakan ladang garapan nelayan tradisional Indonesia yang

berbasis dipulau Rote sejak 450 tahun lalu.

B. Tumpahan Minyak Montara

Pada tahun 2010 laut timor positif tercemar minyak mentah Sabtu,24 Oktober

2009 10:21 WIB, Tumpahan minyak Montara yang mencemari perairan Laut

Timor Indonesia pertama kali dibuktikan berdasarkan hasil analisis sampel

minyak dan air dari Laut Timor oleh Leeders Consulting Australia yang meneliti

atas permintaan Komisi penyelidikan tumpahan minyak montara. hasilnya

kandungan minyak tersebut tela mencemari perairan Indonesia serupa dengan

tumpahan minyak yang dimuntahkan dari ladang montara. Hal tersebut di

pertegas oleh Ferdi Tanoni.Senator dari Partai Hijau di parlemen Australia,

Rachel Siewert, juga mengkonfirmasi hal itu. Kepada pers ia menyatakan hasil uji

laboratorium atas sampel minyak yang dikirim oleh Ferdi Tanoni dari Timor

Barat menunjukkan bahwa perairan Indonesia telah tercemar tumpahan minyak

Montara.

94
“Tidak ada keraguan, pencemaran yang mempengaruhi perairan wilayah
perairan Indonesia di Laut Timor berasal dari Montara," katanya sebagaimana
dikutip Ferdi Tanoni. Hasil analisis Laboratorium Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia menunjukkan pencemaran
minyak di Laut Timor sudah mencapai 38,15 persen. Kandungan zat timah
hitam dan zat berbahaya lainnya juga mencapai lebih dari 100 kali dari kadar
normal, lalu contoh rumput laut mati yang diambil dari pesisir Pulau Rote
menunjukkan bahwa tumbuhan itu mati akibat pencemaran minyak mentah.
Sejumlah sampel diambil dari wilayah perairan Laut Timor pada Oktober dan
Nopember 2009”.
Menurut mantan agen imigrasi kedutaan besar Australia,meski kebakaran

sudah ditangani, ternyata minyak terus mengalir. hingga saat ini diperkirakan

tidak kurang dari 40 juta liter minyak mentah yang tumpah di laut. gas, kondensat,

zat timah hitam, serta zat-zat kimia berbahaya lainnya pun ikut masuk lautan.

Ferdi Tanoni mengutip pernyataan Yeti Darmayati, peneliti dari Pusat

Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengatakan tumpahan

minyak di perairan sangat berbahaya bagi kehidupan biota laut dan manusia,

gumpalan minyak akan mengurangi kandungan oksigen dalam air laut dan secara

langsung mempengaruhi satwa yang bergantung pada lautan. Gas, alkana, aspal,

zat aromatik, timbel, nikel, aspal resin, dan lainnya yang terbawa minyak juga

berbahaya. salah satu yang paling berbahaya tapi justru tidak terlalu terlihat

adalah polycyclic aromatic hydrocarbon. "zat ini amat karsinogenik,

menyebabkan kanker jika masuk ke tubuh manusia,".

PTTEP Australia memang telah berupaya mengatasi tumpahan minyak

dan mengurangi dampaknya. Mereka menggunakan metode boom dan skimmer

untuk melokalisasi dan menyedot minyak mentah. Minyak yang telanjur mengalir

disemprot bahan kimia dispersant. Upaya ini dilakukan di bawah pengawasan

Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA),akan tetapi tidak menghentikan

95
pencemarn yang telah terjadi kata Ferdi Tanoni. Ferdi Tanoni mengatakan bahwa

paparan Yeti sama seperti yang dipaparkan juga oleh DR.Felix Rebhung dari

Universitas Nusa Cendana dan para pakar lingkungan di Australia bahwa metode

boom dan skimmer merupakan perlakuan standar saat terjadi tumpahan minyak ke

lautan. Minyak mentah dilokalisasi supaya tidak menyebar, kemudian disedot

menggunakan skimmer untuk dimasukkan lagi ke tangki atau dibawa ke darat dan

dipisahkan antara air dan minyak. Jika masih tersisa, minyak akan dihilangkan

secara kimiawi, yaitu menyemprotnya dengan bahan dispersant.

Bahan kimia disemprotkan dengan kapal atau helikopter ke gumpalan

minyak. Dalam proses ini, minyak dicacah secara kimiawi sehingga

permukaannya mengecil. Dispersant yang mempunyai berat jenis tinggi kemudian

mengikat minyak sehingga minyak tenggelam dan menjadi sedimen. Minyak tak

hilang begitu saja dan justru mengendap sehingga lebih lama terdegradasi. Ini

akan membahayakan biota laut dan terumbu karang. "Cara ini memang lebih cepat

untuk menghilangkan gumpalan minyak, orang lebih cepat tidak melihat. Tapi

dampak tersembunyi muncul belakangan," kata Ferdi Tanoni.Sebenarnya ada satu

metode yang relatif lebih aman, yaitu dengan memanfaatkan bakteri yang ada di

perairan. Cara ini disebut bioremediasi, yaitu proses remediasi atau pemulihan

lingkungan yang tercemar dengan menggunakan bakteri atau mikroba.

Pada prinsipnya, mengatakan alam sanggup memperbaiki diri sendiri.

Tumpahan minyak secara alamiah dapat dibersihkan oleh bakteri pengurai, tenaga

matahari, dan gerakan air. namun, jika dalam jumlah yang sangat besar, seperti

96
saat kilang bocor atau terjadi ledakan sumur minyak, bakteri yang tersedia tidak

akan cukup untuk mengurai minyak yang berlimpah.

Maka salah satu caranya dengan meningkatkan aktivitas bakteri serta

menambah jumlahnya. Mikroba endemik di perairan Indonesia banyak yang bisa

dimanfaatkan untuk proses ini, di antaranya Marinobacter, Oceanobacter,

Alcanivorax, Thalassospira, Stappia, Bacillus, Novospingobium, Pseudomonas,

Spingobium, dan Rhodobacter. Setelah terurai, minyak akan menjadi senyawa

CO2 dan H20 yang sudah tidak berbahaya lagi. Meski lebih murah dan aman,

proses itu membutuhkan waktu yang lama. Sejauh ini metode bioremediasi juga

baru dilakukan di skala laboratorium di Indonesia. Di luar negeri, metode ini

sudah banyak digunakan untuk mengatasi pencemaran akibat minyak di Jepang,

Kanada, dan Amerika.

Untuk itu sudah seharusnya Pemerintah Daerah menjadi lokomotif untuk

mengatasi pencemaran ini dengan mendorong Pemerintah Pemerintah pusat

dengan Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat Tumpahan Minyak Laut

Timor yang selama ini tidak pernah melakukan penelitian dan investigasi secara

ilmiah di Laut Timor itu,untuk segera melakukan sesuatu sekarang,kata pemerhati

masalah laut Timor Ferdi Tanoni. Tim Nasional yang hanya bisa menduga-duga

angka kerugian 510 miliar rupiah kemudian cepat-cepat sodorkan kepada

Australia untuk dilakukan ganti rugi itu adalah merupakan sebuah tindakan yang

sangat tidak profesional dan tidak berdasar sama sekali ini patut dipertanyakan

motif dan latar belakangnya.Jangan hanya mau menghitung uang saja dengan

mengorbankan kita yang terkena dampak di daerah ini.Saya beripikir jernih dan

97
positif saja bahwa sekiranya uang tuntutan ganti rugi 510 miliar itu bukan untuk

dijadikan sebuah proyek baru lagi disini,kata Ferdi Tanoni.

Pemerintah Provinsi NTT diminta untuk tidak harus mengikuti kesalahan

dan kecerobohan yang dipertontonkan oleh Tim Nasional ini dan menolak

hitungan angka ganti rugi yang diumumkan Tim Nasional tersebut karena tidak

berdasar sama sekali,akan tetapi mulai melakukan sesuatu yang jauh lebih penting

demi masa depan laut Timor dan seluruh perairan di NTT yang sudah tercemar

akibat semburan minyak Montara yang sangat dahsyat ini.

Berikut beberapa kasus yang terjadi di beberapa Negara akibat dari bocornya

kilang minyak dan menimbulkan dampak bagi lingkungan di sekitarnya.

1944 Cleveland Ohio, Amerika Serikat Di kilang peak-showing, sebuah tangki

bocor dan menumpahkan isinya ke jalan

raya dan masuk kedalam saluran

pembuangan. Ledakan dan kebakaran

yang dihasilkan membunuh 128 orang.

Tanki tersebut terbuat dari alloy baja

yang memiliki kandungan nikel rendah,

yang membuat alloy tersebut gampang

pecah (getas) jika bersentuhan dengan

LNG yang teramat dingin.


1964 Arzew, Aljazair Ketika melakukan pemuatan LNG, kilat

menyambar pengatur ventilasi dari

Methane progress dan menayalakan uap

98
yang secara rutin dialirkan melalui

system ventilasi dikapal. Hal ini serupa

terjadi juga pada awal 1965 ketika kapal

baru saja bergerak meninggalkan

Arzew. Dalam dua kasus tersebut,

kobaran api dapat segera dipadamkan

dengan mengalirkan nitrogen melalui

sebuah saluran ke pengatur ventilasi.


1965 Tumpahan Jules, Verne, Arzew, Cairan LNG tumpah karena tangki

Aljazair kargo yang terlalu penuh, sehingga

menyebabkan timbulnya retakan pada

lapisan penutup tangki dan dek di

sekitarnya.
1965 Tumpahan Methane Princess Lengan penguras LNG putus hubungan

secara prematur sebelum selang-selang

dikeringkan secara sempurna, yang

menyebabkan cairan LNG lolos melalui

sebuah katup yang setengah terbuka dan

melewati penadah tetesan, yang terbuat

dari bahan stainless steel, yang

diletakkan tepat dibawah lengan. Hal ini

menyebabkan retakan beebentuk

bintang muncul diatas lapisan dek

meskipun sudah disiram air laut


1969 portland, Oregon, Amerika Sebuah ledakan terjadi didalam tangki

99
Serikat LNG yang sedang dibangun. Belum ada

LNG yang pernah dimasukan kedalam

tangki tersebut. Penyebab kecelakaan

adalah pembuangan saringan dari pipa-

pipagas alam yang dihubungkan ke

tangki tersebut. Ini menyebabkan gas

alam mengalir ke tangki ketika proses

konstruksi sedang berjalan.


1971 La Spezia, Italia Kecelakaan ini disebabkan oleh adanya

pembebasan gas secara mendadak

dimana dua lapis LNG yang memiliki

kepadatan, dan kapasitas panas berbeda

tercampur. Percampuran yang

mendadak dua lapisan LNG ini

menyebabkan terbebasnya uap dalam

volume sangat besar. Dalam kasus ini,

2.000 ton uap LNG dikuras dari katup

pengaman tangki dan ventilasi dalam

waktu beberapa jam, yang merusakan

atap tangki.
1972 Montreal, Quebec, Kanada Suatu aliran balik gas alam dari

kompresor ke pipa saluran nitrogen

terjadi ketika kegitan menghilangkan

atau mencairkan bekuan pada fasilitas

100
LNG dan kilang di Montreal East.

Katup-katup saluran nitrogen tidak

tertutup setelah kegiatan selesai. Hal ini

menyebabkan kompresor bekerja

dengan tekanan yang terlalu kuat dan

berlebihan dan gas alam masuk keruang

kontrol (dimana para oprator diijinkan

merokok) melalui suatu terminal

nitrogen ledakan pun terjadi ketika

seorang oprator menyalan korek untuk

merokok.
1973 staten Island, NY, AS Pada bulan ebruari 1973, kebakaran

terjadi ketika melakukan perbaikan

bagian dalam tangki penyimpanan yang

kosong di Staten Island. Akibatnya

tekanan didalam tangki naik dengan

sangat cepat sehinnga kubah baja di

tangki terangkat dan kemudian runtuh

kedalan tangki, sekaligus membunuh 37

tenaga konstruksi yang berada

didalamnya.
1974 Tumpahan Tongkang Setelah gagal memperoleh pasok tenaga

Massachusetts, AS dan penonaktifan otomatis katup-katup

pipa cairan utam, 40 galon LNG bocor

101
ketika sedang dimuatkan ke sebuah

tongkang. Bocoran LNG berasal dari

katup bulat pembersih nitrogen yang

berukuran satu inci pada header cairan

di kapal, yang menyebabkan beberapa

retakan pada lapisan dek.


1977 Tumpahan Aquarius, Bontang Selama pengisian sebuah tangki kargo,

Indonesia LNG mengalir hingga ujung ventilasi

yang mengisikan LNG ke tangki.

Kecelakaan ini mungkin ini disebabkan

oleh munculnya persoalan pada sistem

pengukur volume cairan. Alarm untuk

Volume cairan yang terlalu besar

berada pada posisi yang pas untuk

menghalangi alarm gangguan.


1978 Das Island, UEA. Sebuah kecelakaan terjadi karena

kegagalan dalam menyambung pipa

bagian bawah dari tangki LNG. Tangki

tersebut memilki dinding ganda (baja

nikel 9% pada dinding bagian dalam

dan baja karbon untuk dinding luar),

uap dari lapisan luar tangki membentuk

sebuah awan besar yang “lebih berat

dari udara” yang tidak menyala.


1979 Tumpahan Mostafa Ben Bouliad, Ketika menguras kargo di Cove Point,

102
AS Maryland, sebuah katup perikasa dalam

sistem pipa kapal gagal mengalirkan

sejumlah kecil LNG yang

mengakibatkan timbulnya retakan-

retakan kecil pada pelapis dek.


1983 Bontang, Indonesia Sebua kebocoran kilang LNG terjadi

karena tekanan yang lebih dari piranti

penukar panas yang disebabkan oleh

katup yang tertutup pada saluran dorong

bagian bawah. Penukar panas tersebut

dirancang untuk beroprasi pada 25,5

psig. Ketika tekanan gas mencapai 500

psig, piranti ini gagal dan ledakan pun

terjadi.
1987 Mercury, Nevada, AS Pada bulan Agustus 1987, kebakaran

awan uap LNG terjadi dilapangan uji

milik departemen Energi AS di Nevada

ketika dilakukan percobaan berskala

besar menyangkut tumpahan LNG.

Awan tersebut secara tidak sengaja

menyala dan merusak sekaligus

melontarkan isolasi pipa poliuretan

keluar dari pagar.


2003 Bintulu, Malaysia Kebakaran besar terjadi dalam sitem

penyedot dari turbin gas propane di

103
train pertama (tarain nomor 7) proyek

MNLG Tiga di kompleks LNG

petronas.
2004 Skikda, Aljazair Sebuah pendidih uap yang merupakan

bagian dari kilang produksi LNG

meledak, dan selanjutnya memicu

ledakan awan uap besar yang disertai

kebakaran. Ledakan dan kebakaran

tersebut menghancurkan sebagian

fasilitas LNG dan menyebabkan 27

kematian, 74 luka berat, dan kerugian

material di kawasan yang berada diluar

batas kilang.
2004 Ghislenghien, Belgia Saluran pipa yang membawa gas alam

dari pelabuhan Zeebrugge, Belgia ke

bagian utara Prancis meledak, dan

menyebabkan 23 orang meninggal

dunia. Penyebab kecelakaan tersebut

masih dalam penyelidikan, tetapi

kemungkinan adalah bahwa kontraktor

secara tidak sengaja merusakan pipa.


2004 Trinidad dan Tobago Pada bulan juni 2004, para pekerja

dievakuasi setelah sebuah turbin gas di

Train 3 fasilitas LNG Atlantic (Trinidad

dan Tobago) meledak.

104
2005 Distric Heights, Maryland, AS Sebuah kajian atas sponsor Washington

Gas Company yang diluncurkan pada

bulan juli 2005 menyebutkan bahwa

perbedaan kecil ditingkat molecular

dalam LNG yang diimpor, mulai

digunakan pelayanannya pada Agustus

2003, sebagai penyebab timbulnya

ledakan sebuah rumah pada bulan maret

2003.
2005 Nigeria Saluran pipa LNG bawah tanah

berukuran 28 inci meledak di Nigeria

dan mengakibatkan kebakaran yang

menyebar hingga 27 kilometer persegi.

Sumber: bulletin La’o Hamutuk hal.109-11

BAB IV

DAMPAK GEOSTRATEGI CELAH TIMOR TERHADAP

HUBUNGAN KERJASAMA TIMOR LESTE-AUSTRALIA

A. Dampak Ekspoitasi dan Eksplorasi di Celah Timor

105
Celah timor yang berada di kawasan laut timor merupakan salah satu aset

Negara bagi kemajuan perekonomian Negara tersebut. Secara geostrategi celah

timor yang berdekatan dengan Australia memberikan kesempatan bagi kedua

Negara untuk melakukan hubungan kerjasama dalam bidang perekonomian.

Minyak dan gas alam yang berada di celah timor dalam perjanjian sementara yang

di sepakati oleh Indonesia dan Australia pada saat itu dibagi kedalam tiga bagian

atau zona, yaitu zona A, zona B, dan C. dalam pembagian tiga kawasan tersebut

Indonesia dan Australia menyebutnya sebagai kawasan yang diolah bersama.

B. Peranan Geostrategi Celah Timor terhadap Hubungan Kerjasama

Timor Leste- Australia

Letak geostrategi suatu wilayah mempengaruhi interaksi atau hubungan

kerjasama antara negara yang satu dengan negara lain yang berdekatan dan

tentunya memiliki potensi untuk melakukan hubungan bilateral. Timor Leste

secara geostrategi memililiki wilayah yang sangat strategis untuk melakukan

hubungan kerjasama dengan Australia.

106
Penemuan minyak dan gas alam atau emas seringkali dianggap sebagai

akhir dari persoalan ekonomi. Kenyataannya bagi banyak negara minyak, gas dan

kekayaan mineral justru menjadi kutukan daripada rahmat. Banyak studi

membuktikan bahwa dibandingkan dengan Negara-negara serupa yang memiliki

sedikit sumber daya alam, negara-negara kaya sumber daya alam justru banyak

menghadapi masalah, seperti: rendahnya pertumbuhan ekonomi, kurang

demokratis, dan rawan terhadap konflik kekerasan. Disamping itu sector ekonomi

non-sumber daya alam biasanya tidak berkembang seiring dengan sector sumber

daya alam, sehingga ketika sumber daya alam terkuras habis, kekayaan yang

dihasilkannya juga berhenti.

Ada sejumlah alasan untuk “paradox kelimpahan”ini satu hal adalah

dengan sector sumber daya alam besar, maka sumber daya yang minim

difokuskan untuk ekstraksi sumber daya alam itu, dan derasnya pemasukan devisa

justru mendorong kenaikan harga-harga. dampaknya sektor ekspor lain seperti

manufaktur menjadi kurang kompetitif. Alasan lain yang menyebabkan Negara-

negara kaya sumber daya alam tertinggal bahwa “uang gratis” telah menciptakan

insentif yang berkebalikan (perverse incentives).

Orang-orang yang punya kesempatan untuk mengamankan bagin dari uang

tersebut akan berupaya mengejarnya ketimbang bekerja keras untuk menciptakan

sumber uang yang sebenarnya lebih produktif dan mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat. Terlebih dalam birokrasi yang kurang berpengalaman dan

kekurangan personil, arus masuk uang dalam jumlah besar dan control yang

107
minim justru akan mendorong korupsi, menghilangkan tekanan bagi perlunya

manejeman yang sehat untuk dana-dana public, dan menciptakan imbalan bagi

pelanggaran aturan hukum.

Sumber daya minyak dan gas serta mineral juga menyebabkan konflik dan

perang. Kita keduanya dari terjadi di atau negara (aceh, Indonesia atau

bougainville, papua nugini) dan masuknya pendudukan asing (seperti timor leste

pada tahun 1975, papua barat sejak 1963, atau irak). “kutukan sumber daya alam”

juga mewujud dalam instabilitas politik dalam negeri, korupsi, dan konflik antar

masyarakat atau ketimpangan ekonomi.56

Hingga sekarang timor leste belum menderita konsekuensi pendapatan

minyak dan gas alam seperti terjadi di Negara-negara lain. Harapanya, pendapatan

minyak akan mendatangkan manfaat bagi generasi bangsa timor leste di masa

depan, sepanjang hasil minyak itu tidak dicuri dan diselewengkan. Namun

pendapatan minyak ini juga belum memberikan perbaikan pada kehidupan Negara

sekarang.

Pengalaman Negara-negara lain yang terkena “kutukan sumber daya alam”

seharusnya memberikan peringatan pada kita, agar tidak berfikir bahwa minyak

akan secara ajaib memecahkan masalah tantangan pembangunan. Timor Leste

tidak boleh berpuas diri hanya dengan menerima pembayaran atas sumber daya

alam yang dikuras dari tanah kita. Seluruh kebijakan pembangunan, dan

teristimewa kebijakan yang terkait dengan ekspoitasi minyak, haruslah


56
CD-ROM Oil/Web La’o Hamutuk berisi banyak artikel, analisis dan riwayat kasus
tentang contoh-contoh berbeda, serta manfestasi dari kutukan sumberdaya Alam.

108
ditunjukkan untuk mengembangkan ekonomi dalam negeri dengan basis produktif

yang lebih terdiversifikasi. Sejalan dengan tujuan untuk mencapai sasaran

pembangunan yang lebih luas seperti sudah dijelaskan sebelumnya.

Meskipun hampir semua politisi dan warga Negara timor leste

menginginkan kilang Sunrise LNG ditempatkan di daratan , tampaknya keinginan

itu tak akan menjadi kenyataan. gas akan tetap dialirkan melalui pipa ke Australia

atau diproses dilaut. Bahkan kalau ini yang terjadi, hampir semua rekomendasi

yang dan informasi yang di bahas dalam laporan ini masih tetap penting dan

relevan. Hasil laporan ini bisa diterapkan di proyek industry besar, dan ditiap

aktivitas perminyakan di daratan. Timor Leste masih memerlukan kebijakan yang

praktis, realistis, dan berpandangan ke depan. Termasuk membtuhkan mekanisme

untuk membangun ekonomi, mengamankan lingkungan, dan melindungi hak-hak

rakyat kita dari proyek atau industri, serta apapun yang membawa peluang dan

resiko yang di bahas laporan ini dalam kaitannya dengan gas alam Sunrise.

Greater Sunrise merupakan sumber daya minyak dan gas di Laut Timor

telah menjadi sengketa lebih dari tiga dekade, sejak masa penjajahan Portugis.

Banyak pihak turut memainkan peran dalam proses Laut Timor, seperti

perusahaan-prusahaan minyak internasional dan Negara-negara asing.

Greater Sunrise yang mencakup Ladang Sunrise dan Troubadour,

ditemukan pada tahun 1974. Ia merupakan ladang terbesar didaerah yang diklaim

oleh Timor Leste maupun Australia, diperkirakan mengandung 300 juta barel

light oil (kondensat dan LPG) dan 8,3 triliun kaki kubik (tcf) , sekitar seperlima

109
wilayah Greater Sunrise berada dalam daerah pengembangan Minyak Bersama

yang dibentuk melalui perjanjian Laut Timor pada tahun 2002 dan dibawah

administrasi Timor Leste/Australia, otoritas khusus untuk Laut Timor (Timor Sea

designated Authority/TSDA), sementara sisanya berada di wilayah yang

dikalimoleh kedua Negara dan dikuasai oleh Australia, meskipun semuanya lebih

dekat ke wilayah Timor Leste.

Woodside Petroleum telah mengeksplorasi ladang Greater Sunrise sejak

sebelum Indonesia mencaplok Timor Leste pada tahun 1975. Persyaratan kontark

mereka dengan Australia dan TSDA dinegosiasikan dengan Australia dan

Indonesia pada pertengahan 1990-an, tanpa keterlibatan Timor Leste. Dalam

Annex F perjanjian Laut Timor tahun 2002, Timor Leste sepakat untuk

melanjutkan persyaratan-persyaratan tersebut, dan perjanjian-perjajian CMTAS

dan IUA yang diratifikasi pada tahun 2006 menyediakan kepastian hukumdan

fiscal bahwa Woodside dan mitra-mitranya wajib melanjutkan pengembangan.

Meskipun Woodside merupakan oprator ladang Greater Sunrise, ia hanya memilki

33,4% proyek yang disatukan, sedangkan saham lainnya dipegang oleh

ConocoPhilips (30%), Shell (25, 56%) and Osaka Gas (10%).

Sesuai dengan perjannjian Laut Timor tahun 2002, International

Unitization Agreement (IUA) tahun 2003 dan perjanjian atas kesepakatan Maritim

Khusus (Treaty on Certain Maritime Arrangements in the Timor Sea/CMTAS)

tahun 2006, Timor Leste dan Autralia masing-masing akan menerima 50 %

110
pendapatan hilir dari ladang Greaater Sunrise, tetapi kemana gas akan dialirkan

untuk pengolahan hilir (pencairan/liquefaction) yang masih belum diputuskan.

Harga minyak dalam jangka panjang sulit diramal, tetapi diperkirakan

bahwa pemerintah Timor Leste dapat menerima U$$10-16 miliar secara

keseluruhan dari gas alam ladang Greater Sunrise dalam 40 tahun mendatang.

Australia akan menerima jumlah yang sama atau lebih. Meskipun ladang Sunrise

telah ditemukan beberapa dekade silam, penegembangannya baru dimulai

beberapa tahun belakangan ini karena sengketa perbatasan.

Dari pembahasan di atas dapat di lihat bagaimana peranan geostrategi

Celah Timor terhadap hubungan kerjasama Timor Leste-Australia melalui hasil

minyak dan Gas alam yang berada di Celah Timor.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. KESIMPULAN

111
Celah Timor yang merupakan salah kawasan minyak dan gas alam yang

berada di Laut Timor memiliki potensi untuk membangun kembali perekonomian

Timor Leste pasca lepasnya dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun

1999. Setelah mengalami masa transisi dalam kontrol Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) Timor Leste akhirnya memperoleh kemerdekaan secara penuh dan

mendapatkan pengakuan secara internasional.

Dalam kaitannya dengan hubungan kerjasama Timor Leste dengan

Australia pasca lepasnya dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tentunya

merupakan salah satu aset besar untuk memperbaiki perekonomianya. Perjanjian

Celah Timor pun telah diratifikasi oleh kedua Negara pada tahun 2008 yang sudah

membahas mengenai bagi hasi dari beberapa kilang minyak yang besar di Timor

Leste dan sedang beroprasi. Kilang minyak tersebut antara lain, Graeter sunrise

dan Bayu-Undan serta Woodside yang dalam satu kali produksi bisa

menghasilkan bertriliuan minyak dan gas bumi.

Adapun kawasan daerah pengembangan perminyakan bersama (JPDA)

yang berada di wilayah Laut Timor antara Timor Leste dan Australia yang

pertama kali pada tahun 1989 dalam perjanjian Celah Timor (Timor Gap Treaty)

sebagai Zona kerjasama Areal A, dan dikukuhkan ulang dengan perjanjian Laut

Timor (Timor Sea Treaty) pada tahun 2002. wilayah ini sekarang dikembangkan

secara bersama-sama oleh timor leste dan Australia, dengan timor leste menerima

90% untuk pendapatan Pemerintah dari produk Hulu. JPDA ini meliputi ladang

112

Anda mungkin juga menyukai