Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PERPINDAHAN PANAS

Disusun oleh

KELOMPOK III

- AAN DWI PRAYOGO


- EDI MUFRODI
- HERIYANTO
- RICKY MIERZAT
- RUDIHEN

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Perpindahan panas ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna
dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
UTS mata kuliah Perpindahan Panasini. Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini
berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Serang, 7 November 2017


 

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................... ii
BAB I. DASAR TEORI ............................................................................................ 1
I.I. Transfer Panas Pada Tubuh Manusia ........................................................ 1
I.I.I. Asal Panas Pada Tubuh Manusia ............................................................. 1
I.1.2 Metabolisme Tubuh manusia ................................................................... 1
I.1.3 Aliran energi pada tubuh Manusia ........................................................... 3
I.1.4 Heat Loss .................................................................................................. 3
I.2 Heat Transfer Pada ujung Pitot tube Pesawat ............................................... 5
I.2.1 Teori Heat Transfer Pada ujung Pitot tube Pesawat .................................. 5
BAB II. PERSAMAAN .............................................................................................. 9
2.1 Analisa Aliran Panas Pada Tubuh manusia ................................................. 9
2.1.2 Analisa Aliran Pada Pesawat .................................................................... 12
2.2 Identifikasi Masalah dan Perhitungan .......................................................... 14
BAB III. KESIMPULAN …………………………………………………………… 21

Referensi

ii
Daftar Gambar dan Tabel

Gambar 1. Reaksi Anabolisme dan Katabolisme …………………………………. 2

Gambar 2. Aliran energy dalam tubuh …………………………………………… 3

Gambar 3. Pitot tube ……………………………………………………………… 5

Gambar 4. Aliran udara pada pitot tube ………………………………………….. 5

Gambar 5. Perpindahan panas konveksi ………………………………………….. 8

Gambar 6. Penampang pitot tube …………………………………………………. 12

Gambar 7. Aliran fluida pada plat datar …………………………………………. 13


Gambar 8. Ilustrasi perpindahan panas ………………………………………….. 14

Gambar 9 Jarak transisi vs T ……………………………………………………. 19

Gambar 10 h laminar vs h total …………………………………………………. 19

Gambar 11. T ambient vs T elemen ……………………………………………… 20

Tabel 1. Metabolic Rate beberapa aktifitas manusia. …………………………. 2

Tabel 2. Hasil Perhitungan ………………………………………………………. 18

iii
BAB I

DASAR TEORI

1.1 Transfer Panas Pada Tubuh Manusia

1.1.1 Asal Panas Pada Tubuh Manusia

Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas


secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia
memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan,
mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan.
Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses
metabolisme yang utama.

Produksi Panas : Pengeluaran Panas :

-Metabolisme basal -Konduksi

-Aktifitas Otot -Konveksi

-Tiroksin dan epineprin -Radiasi

-Efek suhu terhadap sel -Evaporasi

1.1.2 Metabolisma Tubuh Manusia

Metabolisma merupakan proses yang melibatkan terbentuknya energy


dan pemanfaatannya oleh tubuh manusia. Dengan kata lain, metabolism
merupakan energy yang digunakan oleh tubuh dan semua reaksi sel untuk
menjaga tubuh agar tetap hidup.

1
Tabel 1. Metabolic Rate beberapa aktifitas manusia.

Proses metabolisma dibagi menjadi dua :

A.) Anabolisme : Reaksi anabolisme bertanggung jawab atas proses sintesis seluruh
senyawa yang dibutuhkan dalam pemeliharaan sel, pertumbuhan
dan reproduksi.
B.) Katabolisme : Reaksi katabolisme mengubah molekul besar atau kompleks
menjadi molekul yang lebih kecil atau sederhana serta
menghasilkan energi

Gambar 1. Reaksi Anabolisme dan Katabolisme

2
1.1.3 Aliran Energi Pada Tubuh Manusia

Mengapa tubuh kita memerlukan makanan?


o Untuk suplai energy ke dalam tubuh kita.
o Untuk melakukan kerja
o Menjaga agar temperature tubuh tetap konstan dengan menggunakan kalor
yang dihasilkan dari fungsi organ.

Gambar 2. Aliran energy dalam tubuh

1.1.4 Heat Loss

1. Melalui Kulit (75%)


Mekanisme kehilangan panas melaui kulit dapat terjadi melalui proses
Konduksi, Konveksi, Radiasi dan Evaporasi. Proses ini berperan sebesar 75%
dari total heat loss pada tubuh manusia.

A.) Konduksi
Panas pada tubuh manusia terdapat pada bagian tubuh yang dalam.

Untuk mengeliminasikannya, maka harus di konduksikan melalui kulit.

Agar proses konduksi tersebut terjadi, maka harus terdapat perbedaan


temperature antara kulit bagian luar dengan sumber panas yang ada
didalam tubuh kita. Dalam keadaan normal (Tidak demam dll) Temperatur
kulit kita sekitar 35°C pada temperature lingkungan 27°C

3
B.) Konveksi
Perpindahan panas dengan adanya gerakan molekul. Misalnya
ketika udara luar dingin, (25°C) dan temperature rata-rata kulit 33°C
maka akan terjadi proses transfer panas, proses ini hanya berpengaruh
sedikit terhadap heat loss.
C.) Radiasi
Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke seluruh tubuh
melalui proses radiasi. Proses ini marupakan mekanisme kehilangan
panas paling besar pada kulit (60 %) atau 15 % dari keseluruhan.
D.) Penguapan (Evaporasi)
Tubuh manusia yang berkeringat menghasilkan perpindahan panas
karena adanya perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit
dengan udara ambient, adanya gerakan angin dan kelembapan udara.
Pada prosesnya keringat yang membawa panas tubuh akan diuapkan
melalui proses tersebut.

2. Melalui Paru-Paru (20%)


Proses evaporasi tidak hanya terjadi di kulit manusia, tetapi juga
terjadi dalam paru-paru, karena adanya proses pernafasan. Pada proses
ini, udara yang lebih dingin yang dihisap ke saluran pernafasan akan
masuk ke dalam rongga paru-paru dan mengambil panas dari dalam
tubuh manusia, panas dikeluarkan kembali ke atmosfer melalui proses
yang berkesinambungan.

3. Melalui Faeces dan Urine (5%)


Setelah makanan yang dimakan menghasilkan energy panas dalam
tubuh manusia, panas tersebut sebagian dikeluarkan melalui proses
pencernaan yang menghasilkan faeces dan urine yang membawa panas
tersebut.

4
1.2 Heat Transfer pada ujung pitot tube pesawat terbang
Bongkahan es akan terbentuk pada ujung pitot tube pesawat terbang.
Diperlukan panas tertentu untuk dapat mencegah terbentuknya bongkahan es agar
pitot tube tetap berfungsi. Panas yang diperlukan dapat berubah sesuai yang
diperlukan agar tidak merusak struktur pesawat. Diperlukan perhitungan secara
konveksi dan konduksi untuk mengetahui rata-rata perpindahan panas dan temperatur
pemanas pitot tube.

Gambar 3. Pitot tube

1.2.1 Dasar teori


Terdapat beberapa fenomena ketika pesawat terbang pada ketinggian tertentu
dan kecepatan tertentu yaitu dengan suhu yang sangat dingin sangat mudah
terbentuknya es pada ujung leading pesawat, salah satunnya yaitu pitot tube, untuk
mencegah terjadinya hal tersebut biaasanya pesawat dipasang sebuah system yang
dikenal dengan istilah anti icing system, prinsip kerja dari system ini yaitu dengan
cara memberikan pemanas pada pitot tube, pemanas akan memberikan perlawanan
suhu yang berasal dari lingkungan ( ambient)

Gambar 4. Aliran udara pada pitot tube


5
Sistem perpindahan panas dibagi menjadi 3 jenis, yaitu konduksi, konveksi
dan radiasi Secara umum, ketiga jenis tersebut di bedakan berdasarkan media
dalam upaya memindahkan energy panas koduksi menggunakan media padat
konveksi menggunakan media fluida sedangkan radiasi menggunakan gelombang
eletromagnetik pada kasus ini metode yang digunakan secara konduksi dan konveksi

Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik


merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang
energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang
lebih tinggi.
Sebelum dipanaskan atom dan elektron dari logam bergetar pada posisi
setimbang. Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini atom dan elektron
bergetar dengan amplitudi yang makin membesar. Selanjutnya bertumbukan dengan
atom dan elektron disekitarnya dan memindahkan sebagian energinya. Kejadian ini
berlanjut hingga pada atom dan elektron di ujung logam yang satunya. Konduksi
terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas.
Kecepatan kalor berpindah dengan cara konduksi disebut laju kalor konduksi.
Laju kalor konduksi melalui sebuah dinding bergantung pada lima faktor (besaran)
yaitu :
1.  Beda suhu (∆T = T panas – T dingin) di antara kedua permukaan,
satuannya  ºC atau Kelvin.
2.  Ketebalan dinding (d)/ panjang potongan (l) satuannya meter.
3.  Luas permukaan (A) satuannya meter.
4.  Konduktivitas termal zat (k) yaitu ukuran kemampuan zat menghantarkan
kalor (tergantung pad jenis batang) satuannya W/m.K.
` 5. Sebanding dengan selang waktu lamanya kalor mengalir (∆t) satuannya
sekon.

6
Besarnya konveksi tergantung pada :
a.         Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
b.       Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida
c.         Koefisien konveksi (h),
yang tergantung pada :
1.) viscositas fluida
2.) kecepatan fluida
3.) perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
4.) kapasitas panas fluida
5.) rapat massa fluida
6.) bentuk permukaan kontak.

Laju perpindahan kalor dihubungkan dengan beda suhu menyeluruh antara


dinding dan fluida, dan kuas permukaan A. Besar h disebut koefisien perpindahan-
kalor konveksi (convection heat-transfer coefficient). Rumus dasar yang digunakan
adalah

Keterangan:
H= h A (Tw-T ) H : Perpindahan panas
h : Koefisien konveksi
=hA T
A : Luas permukaan

T : Perpindahan suhu

Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan


dipindahkan ke sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena
pengaliran fluida melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran
fluida bersentuhan dengan permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan
naik. Gerakan fluida melibatkan kecepatan yang seterusnya akan
menghasilkan aliran momentum.

7
Jadi masa fluida yang mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan
mempunyai momentum yang juga tinggi. Peningkatan momentum ini bukan
disebabkan masanya akan bertambah.
Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini fluida menerima
energi kalor. Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan
akan naik ke atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi
pula oleh masa fluida yang bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima
energi kalor dari permukan bahan yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke
atas permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh
masa fluida bersuhu renah yang lain.

Gambar 5. Perpindahan panas konveksi


(a) konveksi paksa, (b) konveksi alamiah,
(c) pendidihan, (d) kondensasi

8
BAB II

PERSAMAAN
2.1 Analisa Aliran Panas pada tubuh manusia

Hukum Pertama termodinamika  “energi tidak bisa diciptakan dan


tidak pula bisa dimusnahkan dalam sebuah proses; ia hanya bisa berubah
bentuk.”

∆U = Q-W …………….. (1)

∆U = Perubahan energy yang tersimpan dalam tubuh

Q = Perpindahan kalor dalam tubuh manusia

W = Kerja yang dihasilkan oleh tubuh

Ketika energy yang tersimpan berkurang, ∆U <0 kalor akan berpindah dari
tubuh Q <0 dan tubuh menghasilkan kerja W>0

Perpindahan kalor dalam tubuh manusia terdiri dari kalor yang


diproduksi dari proses metabolisma tubuh dan kalor yang hilang akibat proses
konduksi , konveksi, radiasi dan evaporasi.

Secara umum perpindahan kalor pada tubuh manusia dapat ditulis :

Q = Qmet + Qloss ………….. (2)


Qmet = Kalor yang diproduksi dari metabolisme tubuh (metabolic rate)

Qloss = Kalor yang dilepas oleh tubuh

Maka :

∆U = Qmet + Qloss – W ………. (3)


Energi yang dibutuhkan manusia bergantung pada berat dan tinggi manusia
tersebut, secara empiric luas tubuh manusia dapat dihitung :

Luas = 0.202x W0.425 x H 0.725 …….. (4)


W dan H menyatakan Berat dan Tinggi badan.

Contoh : Luas tubuh seorang manusia dengan berat 70kg dan tinggi 1.55 m
adalah 1.70 m2 metabolic rate nya dalam keadaan istirahat adalah 40
Cal/m2 jam x 1.70 m2 = 68 Cal/jam

9
Kapasitas kalor ( C ) adalah energy (kalor) yang diperlukan untuk menaikkan
temperature suatu objek sebesar 1°C.

C = mc ……………….. (5)

C = Kapasitas Kalor

C = Kalor spesifik

m = Massa zat

Kenaikan temperature sebesar ∆T dari suatu objek dengan kalor yang masuk
kedalam tubuh manusia Q dinyatakan dengan persamaan :

Q
∆T = …………….. (6)
mc

Untuk air c = 1.0 cal/g°C = 1.0 Kcal/kg°C

Untuk tubuh manusia c = 0.83 Cal/g°C = 0.83 Kcal/kg°C , artinya adalah


diperlukan 83 Kcal (Kalori makanan) untuk menaikkan temperature tubuh
manusia dengan berat 100 kg sebesar 1 °C.

Konduksi dalam tubuh manusia :

………… (7)

Contoh : Jika tebal jaringan antara tubuh manusia bagian luar dan bagian
dalam adalah 3cm , dengan luas permukaan rata-rata untuk terjadi konduksi
adalah 1.5m2 .

Kemudian perbedaan temperature antara tubuh bagian dalam dan kulit sebesar
2°C maka kalor yang mengalir per jam nya adalah (konduktivitas termal
jaringan) = 8 Cal cm / m2 jam °C

10
Konveksi pada tubuh manusia :

Hc = Kalor yang dipindah melalui konveksi

Kc = Koefisien konveksi

Ts = Temperatur kulit

Ta = Temperatur udara

Radiasi :

Hr = Kalor yang dipindahkan melalui radiasi.

Kr = Koefisien radiasi (6.0 cal /m2 jam °C)

Ts = Temperatur kulit

Tr = Temperatur permukaan radiasi

Ar = Luas permukaan radiasi

e = Emisivitas permukaan kulit.

11
2.1 Analisa aliran panas pada pesawat

Pada kali ini akan dilakukan perhitungan mengenai perpindahan panas yang terjadi
pada beberapa ketinggian pesawat pada saat terbang, yaitu pada ketinggian 10000 ft sampai
25000 ft dengan skala kenaikan tiap 1000 ft. Material yang digunakan pitot tube 0856MG
tidak diketahui, maka pada analisa ini material yang digunakan diasumsikan menggunakan
tembaga murni (Copper Pure) dengan nilai konduktivitas panasnya 224 Btu/hr ft F (pada
suhu 32 F).

Gambar 6. Penampang pitot tube

Pada gambar 4 diatas diperlihatkan penampang pitot tube secara sederhana. Panjang
pitot tube (L) dari pemanas ke ujung pitot tube diketahui sebesar 0,65 ft. Jari-jari dalam (r)
sebesar 0,0295 ft dan jari-jari luar (R) sebesar 0,0328 ft. Pada analisa ini juga dapat dilihat
besar suhu yang diperlukan pemanas untuk mencegah terbentuknya es pada ujung pitot tube.
Pada kasus ini, metode yang digunakan adalah secara konduksi dan konveksi.
Panas Konduksi :

………… (1)
Panas Konveksi :

………….. (2)

Aliran fluida pada plat datar dapat digambarkan seperti pada gambar 5. Terdapat dua
jenis aliran yang mengalir pada plat datar yaitu laminar dan turbulen. Kedua jenis aliran ini
berpengaruh terhadap besar perpindahan panas yang terjadi

12
Gambar 7. Aliran fluida pada plat datar

Untuk mengetahui perpindahan panas pada aliran laminar, harus diketahui


panjang aliran laminar terlebih dahulu, dimana panjang aliran laminar tersebut
dipengaruhi oleh nilai kinematik viskositas (v), Reynold number dan kecepatan aliran
udara. Nilai Reynold number pada aliran laminar bernilai sekitar 2x105.

Panjang Aliran Laminar :

………………… (3)

Maka besar koefisien perpindahan panas secara konveksi untuk sepanjang aliran
laminar atau lokal adalah:

………. (4)

Untuk menghitung perpindahan panas keseluruhan atau sepanjang L, maka


harus ditentukan dulu nilai Reynold number sepanjang plat (ReL) dan koefisien
perpindahan panas konveksi keseluruhan .

…………..…… (5)

13
Koefisien perpindahan panas rata-rata sepanjang plat dengan mengabaikan
koreksi viskositas menurut “Withaker” dan untuk mempertahankan ketergantungan
sifat-sifat fluida terhadap suhu, maka nilai koefsien perpindahan panas dapat
diperoleh:

……………. (6)

2.2 Identifikasi Masalah dan perhitungan

Pada analisa ini, pesawat dianggap diam dan udara mengalir dengan kecepatan
pesawat. Pada pitot tube, udara didalam lubang pitot tube tidak mengalir, maka
perhitungan perpindahan panas dalam lubang diabaikan, dan udara yang mengalir
dipermukaan luar pitot tube diasumsikan seperti udara yang mengalir pada plat
datar. Kecepatan aliran udara yang terjadi diperkirakan sebesar 260 knots atau
sebesar 0,4 Mach, maka dari itu, perhitungan perpindahan panas yang terjadi tidak
menggunakan perhitungan pada aliran kecepatan tinggi, dikarenakan perhitungan
pada aliran kecepatan tinggi untuk aliran dengan kecepatan lebih dari 0,5 Mach.

Perpindahan yang terjadi pada pitot tube, dapat digambarkan seperti pada
gambar 5. Suhu ambient berpengaruh terhadap ujung pitot tube dan suhu dari
pemanas juga berpengaruh terhadap pitot tube.

Gambar 8. Ilustrasi perpindahan panas

14
Untuk menjaga suhu pada ujung pitot tube dari pengaruh suhu ambient dan suhu
pemanas, besar rata-rata perpindahan panas secara konveksi sama dengan besar
perpindahan panas yang terjadi secara konduksi atau bisa di gambarkan secara
matematik menjadi:

……………. (7)

Untuk menghitung rata-rata perpindahan panas secara konveksi, harus


ditentukan dulu panjang aliran laminar atau letak terjadinya transisi aliran. Dengan
menggunakan persa-maan (3), bisa diketahui panjang aliran laminar dengan nilai
kinematik viskositas didapat dari tabel sifat fisik udara berda-sarkan temperatur.
Agar lebih akurat, parameter temperatur yang digunakan adalah temperatur film.
Contoh perhitungan akan dilakukan pada ketinggian 10000 ft.

Untuk mengatahui temperatur pada ketinggian tertentu bisa diketahui dari


tabel International Standard Atmosphere (ISA), berdasarkan tabel ISA, pada
ketinggian 10000 ft, suhu udara sekitar 23 F, maka untuk menjaga suhu ujung pitot
minimal 32 F, besar suhu filmnya yaitu sebesar:

Dari tabel sifat fisik udara, pada suhu 28 F, beberapa nilai koefisien yang didapat
yaitu:

15
Maka panjang aliran laminar adalah:

Maka jarak tempat terjadinya transisi dari ujung plat sejauh 0,065 ft. Nilai
ini akan berubah tergantung dari nilai kinematik viskositasnya.

Menentukan besar koefisien perpindahan panas secara konveksi disepanjang


aliran laminar. Dengan persamaan (4), maka didapat nilai koefisien perpindahan
panasnya sebesar:

Koefisien perpindahan panas sepanjang aliran laminar sebesar 56,79


Btu/hr.ft2.F. nilai ini akan berubah dipengaruhi oleh besarnya konduktivitas
thermal dan prandtl number.

Panjang pitot tube adalah 0,65 ft. Sedangkan bagian yang terkena aliran
laminar adalah sebesar 0,065 ft. Maka sebagian besar atau sekitar 90% bagian
pitot tube terkena aliran turbulent. Maka nilai Reynold number disepanjang
pitot tube (0,65 ft) adalah dengan menggunakan persamaan (5).

16
Dari persamaan (6). Maka koefisien rata-rata perpindahan panas disepanjang
pitot tube adalah :

Untuk menentukan besar rata-rata perpindahan panas secara konveksi, dari


persamaan (2), maka harus ditentukan dulu lebar dari benda yang dialiri.
Karena pitot tube ini berbentuk lingkaran, maka lebar benda yang dialiri sama
dengan keliling luar dari pitot tube tersebut.

Maka :

Dari perhitungan diatas, besar rata-rata perpindahan panas konveksi yang terjadi
antara aliran udara bebas dengan pitot tube sebesar 77,86 Btu/hr. Berdasarkan
persamaan (7), besar rata-rata perpindahan secara konveksi sama dengan besar
rata-rata perpindahan secara konduksi.

Dimana :

17
Pada perhitungan rata-rata perpindahan panas secara konduksi pada pitot tube,
nilai konduktivitas thermal yang digunakan ada-lah konduktivitas thermal dari
material yang digunakan, bukan konduktivitas thermal udara. Maka temperatur
yang dibutuhkan pemanas pitot tube untuk menjaga suhu pitot tube minimal 32 F
adalah:

Analisa hasil perhitungan

Tabel 2. Hasil Perhitungan

18
Gambar 9 Jarak transisi vs T

Pada grafik tersebut diperlihatkan bahwa terjadinya penambahan jarak tempat


terjadinya transisi aliran. Semakin tinggi temperatur, maka tempat terjadinya transisi aliran
semakin jauh. Analisa ini pada aliran dengan kecepatan tetap.

Gambar 10 h laminar vs h total

Ket : Merah : h total


Biru : h laminar
19
Garis miring / gradient kedua garis tersebut hampir sama. Hal tersebut
memperlihatkan penambahan/ perubahan koefisien perpindahan panas secara
konveksi baik pada aliran laminar maupun total cenderung konstant.

Gambar 11. T ambient vs T elemen

Temperatur heat element meningkat dengan tajam seiring perubahan


ketinggian. Perubahan temperatur heat element sangat dipengaruhi rata-rata
perpindahan panas yang terjadi

20
BAB III

KESIMPULAN

Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam Kehidupan
sekitar. Pada kebanyakan proses atau permasalahan, diperlukan pemasukan atau
pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan
sewaktu proses berlangsung, seperti perpindahan kalor yang terjadi pada tubuh
manusia dan analisi terbentuknya es pada ujung pitot pesawat terbang yang
merupakan dasar dari sifat dari perpindahan panas. Berdasarkan isi makalah yang
telah kami buat maka di peroleh kesimpulan sebagai berikut;

 Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang suhunya
berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini disebut
sebagai perpindahan panas (Heat Transfer).
 Kepustakaan perpindahan panas pada umumnya mengenal tiga cara perpindahan
panas yaitu, konduksi (conduction, juga dikenal dengan istilah hantaran), konveksi
(convection, juga dikenal dengan istilah aliran), radiasi (radiartion).
 Persamaan umum yang biasa digunakan dalam perpindahan panas dengan cara
konduksi adalah

Keterangan:
H : Panas
k : Konduktivitas termal
∂T : Perbedaan suhu
∂x : Perbedaan panjang/ jarak
A : Luas permukaan >

21
 perpindahan-kalor konveksi (convection heat-transfer coefficient). Rumus dasar yang
digunakan adalah

H= h A (Tw-T )
Keterangan:

=hA T H : Perpindahan panas


h : Koefisien konveksi
A : Luas permukaan
∆T : Perpindahan suhu
 untuk mencegah terjadinya pembekuan pada pesawat terbang, biaasanya pesawat
dipasang sebuah system yang dikenal dengan istilah anti icing system, prinsip kerja
dari system ini yaitu dengan cara memberikan pemanas pada pitot tube
 insulation sytem sering dipakai dalam mempertahankan suhu dan mengatur kondisi
suhu contohnya pada tubuh pada tabuh manusia fungsi pakaian dapat mengatur
petukaran energy panas tubuh terhadap lingkungan, serta kondisi metabolimse
didalam tubuh manusia itu sendiri membutuhkan asupan energy yang baik untuk
mejaganya tetap baik.
 Pada tubuh manusia, Produksi panas berasal dari metabolisme tubuh dan kehilangan
panas terjadi pada kulit (75%), paru-paru (20%) dan melalui faeces dan urine (5%).

22
Refererensi

 Jurnal ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TUBE 0856MG oleh

Roy Indra Lesmana Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Jenderal
Achmad Yani,

 Kern, D.Q., Process Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1950.
 Jurnal analisa PERBEDAAN EFEK FISIOLOGIS PADA PEKERJA SEBELUM
DAN SESUDAH BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PANAS oleh Tedy Dian
Pradana, Rochmawati, Sumiati Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Pontianak,
 Jurnal metabolisme tubuh manusia oleh Irwan ary darmawan, universitas padjajaran
 Jurnal pengaturan panas tubuh oleh DR. ZAIRUL ARIFIN, SpA, DAFK Departemen
fisika kedokteran Universitas USU Medan.

Anda mungkin juga menyukai