Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI PULP DAN KERTAS

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Dosen Pengampu :
Jailani Aron, S.Si, M.Si

Disusun oleh :
BRIGITTA STELLA SALIM
NIM : 1907035984

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNOLOGI PULP DAN KERTAS


UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
“Pengendalian Pencemaran Air” untuk tugas dari mata kuliah Pengelolaan Limbah Industri Pulp
dan Kertas ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa juga saya mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 20 Desember 2020

Brigitta Stella Salim


Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3. Tujuan Pembahasan..........................................................................................................5
BAB 2..............................................................................................................................................6
ISI....................................................................................................................................................6
2.1. Kualitas Air.......................................................................................................................6
2.2. Parameter Kualitas Air......................................................................................................7
2.3. Pencemaran Air.................................................................................................................9
2.4. Penyebab dan Akibat Pencemaran Air............................................................................11
2.4.1 Penyebab Pencemaran Air.......................................................................................11
2.4.2 Akibat Pencemaran Air............................................................................................13
2.5. Usaha Mengatasi Pencemaran Air bagi Kehidupan Manusia.........................................14
2.6. Proses Pengolahan Air Buangan untuk Mengatasi Pencemaran.....................................16
2.7. Pengolahan Limbah Cair Pada Industri..........................................................................17
2.8. Pengendalian Pencemaran Air........................................................................................22
BAB 3............................................................................................................................................23
PENUTUP.....................................................................................................................................23
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................23
3.2. Saran................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................24
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga
perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan pengendalian.
Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap
pada kondisi alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian
pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku
mutu (Azwir, 2006).
Pencemaran air merupakan salah satu pencemaran berat yang ada di Indonesia dan
limbah sektor perindustrian merupakan sumber pencemaran air yang dominan. Disamping sektor
perindustrian, pencemaran air ini juga ditimbulkan di sektor-sektor yang lain seperti
pertambangan, pertanian dan rumah tangga. Akibat dari pencemaran air tersebut adalah
menurunnya kadar kualitas air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang aktif. Manusia dapat secara aktif
mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang di kehendaki. Kegiatan ini dapat
menimbulkan berbagai macam gejala yang bersifat negatif, diantaranya adalah masuknya energi
dan juga limbah bahan atau senyawa lain ke dalam lingkungan yang menimbulkan pencemaran
air, udara dan tanah yang akan menurunkan kualitas lingkungan hidup.Air merupakan kebutuhan
pokok kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air
minum, mandi, mencuci, untuk pengairan pertanian, transportasi, baik di sungai maupun di laut.
Kegunaan air tersebut termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional (kesepakatan untuk
tujuan bersama).
Pencemaran air terjadi karena ada sebagian pabrik yang tidak memperdulikan bahan sisa
proses produksi yang berupa limbah untuk diolah secara sempurna pada Unit Pengelolaan
Limbah (UPL), sehingga bahan buangan masih mengandung senyawa yang bersifat toksik
(senyawa beracun) dan penyebab kematian. Dengan adanya industrialisasi yang pesat maka
permasalahan pencemaran air telah mencapai tingkat yang mengelisahkan. Pencemaran air telah
menimbulkan kerugian yang sangat besar,sudah sering adanya kematian disebabkan oleh air
yang tercemar. Air limbah harus mengalami proses daur ulang sehingga dapat dipergunakan lagi
atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran.
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung yaitu bahan yang menimbulkan pencemaran tersebut langsung berdampak meracuni
sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu
keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat
kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran. Pencemaran
memiliki dampak secara langsung bagi kesehatan misalnya keracunan (diare, muntah), dll dan
memiliki efek tidak langsung (efek jangka panjang) bagi kesehatan misalnya kanker. Alam
memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam
memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemaran akan berada di alam
secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan,
tumbuhan dan ekosistem.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang dikemukakan oleh penulis dalam penulisan makalah ini, yaitu
sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan pengendalian pencemaran air?
2. Apa saja sumber-sumber pencemaran air yang sangat mempengaruhi kondisi perairan di
Indonesia ataupun di dunia?
3. Dampak apakah yang dapat disebabkan oleh pencemaran air ini, dan apa saja dampak
yang ada apabila pengendalian pencemaran air ini dilakukan dengan baik dan buruk?
4. Apa metode-metode pengelolaan air yang tercemar maupun limbah cair mulai dari skala
kecil sampai skala industri?
1.3. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu pengendalian pencemaran air.
2. Untuk mengetahui apa saja sumber dari pencemaran air yang mempengaruhi kondisi
perairan di Indonesia dan juga di dunia.
3. Untuk mengetahui apa dampak dari sumber-sumber pencemaran air terhadap lingkungan,
dan mengetahui dampak dari apabila pengendalian pencemaran air dilakukan dengan
baik, maupun dengan buruk.
4. Untuk memahami metode pengelolaan air yang tercemar maupun limbah cari mulai dari
skala kecil seperti rumah tangga sampai dengan skala besar seperti industri pulp dan
kertas.
BAB 2

ISI
2.1. Kualitas Air
Menurut Yuliastuti (2011), kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat,
energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air juga merupakan istilah yang
menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum,
perikanan, perairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Meningkatnya aktivitas domestik,
pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas
air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar ke
badan sungai (priyambada, 2008).
Daerah hulu dengan pola pemanfaatan lahan yang relatif seragam, mempunyai kualitas
air yang lebih baik dari daerah hilir dengan pola penggunaan lahan yang beragam. Semakin kecil
tutupan hutan dalam sub DAS serta semakin beragamnya jenis penggunaan lahan dalam sub
DAS menyebabkan kondisi kualitas air sungai yang semakin buruk, terutama akibat adanya
aktivitas pertanian dan pemukiman (Supangat, 2008).
Menurut Effendi (2003), Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi mahluk
hidup, sehingga komunitas tempat tinggal dimanapun baik di desa maupun kota selalu ditemukan
dekat dengan sumber air yaitu sungai, danau dan pantai. Semakin bertambah jumlah penduduk,
kebutuhan air menjadi semakin banyak. Dari seluruh air yang berada dipermukaan bumi, 97,3%
adalah air laut dan sisanya 2.7% adalah air tawar dan dari komposisi wujud air tawar tersebut
hanya kurang dari 1% yang dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia. Dilain pihak jumlah
penduduk dimuka bumi semakin bertambah, sehingga kebutuhan air menjadi semakin banyak.
Bersamaan dengan bertambahnya jumlah penduduk, akan bertambah pula kegiatan
pembangunan yang akan mempunyai dampak terhadap keberadaan air yang ada, sehingga
kuantitas dan kualitas semakin menurun, yaitu masuknya bahan organik dan anorganik ke dalam
air.
Agar perairan dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya maka diperlukan batas atau
kadar maksimum pencemar yang dapat ditenggang keberadaannya dalam perairan tersebut. Batas
atau kadar maksimum itu disebut baku mutu air. Baku mutu air dibedakan menjadi 2 jenis
dimana dapat menentukan tindakan pengendalian yang berbeda Effendi (2003):
- Baku mutu badan air : untuk kadar air sesuai dengan peruntukannya dalam upaya
pengendalian pencemaran.
- Baku mutu limbah cair : untuk membatasi beban limbah dari sumber pencemar.
Menurut Effendi (2003), karakteristik limbah cair sangat dipengaruhi oleh sifat
substansinya yang terbagi menjadi 2 golongan berdasarkan sifatnya:
- Sifat konservatif : substansi yang relatif tidak berubah di alam, mis: logam berat,
pestisida yang waktu tinggal di alam sangat lama.
- Sifat non konservatif : substansi yang dapat berubah di alam, mis: bahanbahan
organik yang mudah terurai, nitrogen dll.
Parameter-parameter kualitas air sungai dapat berubah berdasarkan kondisi alami
maupun adanya aktivitas antropogenik. Aktivitas antropogenik yang mempengaruhi kualitas air
sungai berasal dari perubahan pola pemanfaatan lahan, kegiatan pertanian, permukiman serta
industri. Kegiatan pertanian dan permukiman pada dasarnya merubah bentang alam melalui
pengolahan tanah, sehingga akan mempengaruhi kualitas air sungai (Asdak, 2010).
2.2. Parameter Kualitas Air
Temperatur
Menurut Effendi (2003), suhu dari suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitute),
ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran
serta kedalaman. Kenaikan temperature atau suhu di dalam badan air, dapat menyebabkan
penurunan kadar oksigen terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) air. (Suriawira, 2005).
Menurut Kristanto (2002), Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:
1) Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air,
2) Meningkatkan kecepatan reaksi kimia,
3) Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya,
4) Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan
mati.
Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid merupakan zat-zat padat yang ada dalam suspensi, dapat dibedakan
menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid), partikel tersuspensi
biasa (partikel tersuspensi). Total Suspended Solid (TSS) yaitu jumlah berat dalam mg/l kering
lumpur yang berada dalam air limbah setelah mengalami proses penyaringan dengan membrane
ukuran 0,45 µm. adanya padatan-padatan ini menyebabkan kekeruhan air, padatan ini tidak
terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-
partikel yang berat dan ukurannya yang lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-bahan
organik tertentu, tanah liat, kikisan tanah yang ditimbulkan oleh erosi tanah (Agus, 2011).
Padatan tersuspensi bisa berasal dari aliran air atau masukan kedalam massa air oleh
sedimen didasar dengan pelarutan kembali (Connell, 1995). Banyaknya padatan tersuspensi
dalam perairan dapat menghalangi cahaya matahari yang mencapai dasar perairan yang
menyebabkan turunnya laju fotosintesa. Menurunnya fotosintesa akan berdampak pada turunnya
jumlah oksigen terlarut yang diproduksi tanaman dalam air (Nasution, 2008).
pH atau Derajat keasaman
pH atau yang disebut dengan derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun
bahan pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat di dalam air. Air
normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan
bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air
tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air
limbah dan bahan buangan akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan
biota akuatik (Warlina, 2004).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Oksigen terlarut Dalam air sangat penting agar mikroorganisme dapat hidup. Oksigen ini
dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa oleh algae. Kelarutan Oksigen jenuh dalam
air pada 25oC dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L. Menurut Yang Hon Jung (2007)
konsentrasi DO yang rendah akan menurunkan tingkat nitrifikasi sehingga nilai NO 3 - N pada
air sungai menjadi rendah dengan TN dan NH4+-N yang tinggi. Hal ini dapat menghalangi self
purifikasi (pemurnian diri) pada permukaan air, dengan mengurangi laju proses transformasi
nitrifikasi– denitrifikasi pada air. Menurut Holdgate (1979), DO merupakan gas yang tercampur
dengan air sedemikian rupa sehingga bagian yang terkecil molekuler. Daya larut oksigen lebih
rendah dalam air laut dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar, daya larut O2 dalam
air limbah kurang dari 95% dibandingkan dengan daya larut dalam air tawar (Setiaji, 1995).
Biochemiycal Oxygen Demand (BOD)
BOD5 Adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air
untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi
karbondioksida dan air. Proses oksidasi bio-kimia ini berjalan sangat lambat dan dianggap
lengkap (95-96%) selama 20 hari. Tetapi penentuan BOD5 selama 20 hari dianggap masih cukup
lama sehingga penentuan BOD5 ditetapkan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5.
Dengan mengukur BOD5 akan memperpendek waktu dan meminimumkan pengaruh oksidasi
ammonia yang juga menggunakan oksigen. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70%-
80% bahan organik telah mengalami oksidasi (Effendi, 2003).
BOD5 tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
relatif jumlah O2 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika
konsumsi O2 tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya O2 terlarut, maka berarti
kandungan bahan–bahan buangan yang membutuhkan O2 tinggi (Fardiaz, 1992). Semakin besar
kadar BOD5, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar. Kadar
maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan
organisme akuatik adalah 3,0–6,0 mg/L.
Chemical Oxygen Demand (COD).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi. COD dinyatakan sebagai mg O2/1000 mL larutan sampel. Bahan buangan organik
tersebut dioksidasi oleh kalium bichromat dalam suasana asam yang digunakan sebagai sumber
oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion chrom.
Reaksi yang terjadi pada metoda refluks sebagai berikut :
CaHbOc + Cr2 O72- + H+ → CO2 + H2O + Cr3+
Bahan organik katalisator
Dalam pengukuran, nilai COD selalu lebih besar dari BOD karena senyawa anorganik juga bisa
ikut teroksidasi selama proses. Kenyataannya hampir semua zat organik (95-100%) dapat
dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam. Makin tinggi
nilai COD berarti makin banyak O2 dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik pencemar.
Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya <20 mg/L. Kelebihan pengukuran COD
dibandingkan dengan BOD adalah dapat menguji air limbah yang beracun, yang tidak dapat diuji
oleh BOD karena bakteri akan mati serta membutuhkan waktu pengujian lebih singkat yaitu 3
jam (Yuliastuti, 2011).
Fosfor (P)
Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam
bentuk senyawa anorganik terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa
partiikulat. Fosfor total menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat maupun
terlarut, anorganik maupun organik (Yuliastuti, 2011). Kandungan phosphat yang tinggi dalam
perairan menyebabkan suburnya algae dan organisme lainnya atau yang dikenal dengan
eutrofikasi. Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut (Ginting, 2007).
Chromium (Cr)
Chromium (Cr) merupakan salah satu logam berat yang beracun. Jika keberadaannya melebihi
ambang batas yang diperbolehkan dapat membahayakan lingkungan, termasuk manusia.
Akumulasi Chromium dapat menyebabkan kerusakan terhadap organ respirasi, dan dapat juga
menyebabkan timbulnya kanker pada manusia (Suprapti, 2008 dalam Agus 2011).
Menurut Halija (2012), logam Cr dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan, apakah itu
pada strata perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer). Kromium yang masuk kedalam
strata lingkungan dapat datang dari bermacam-macam sumber. Tetapi sumber–sumber masukan
logam Cr kedalam strata lingkungan yang umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-
kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilitas bahan-bahan
bakar.

2.3. Pencemaran Air


Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan keadaan tersebut dapat
terjadi karena masuknya zat, energi, atau komponen lain ke dalam air sehingga kualitas air turun
hingga batas tertentu yang menyebabkan air tidak dapat digunakan. Mengenai adanya fenomena
alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi memang dapat mengakibatkan perubahan yang
besar seperti kualitas air, namun hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Karena pada
prakteknya masukan zat pada sumber air tersebut adalah berupa buangan yang bersifat rutin
seperti buangan limbah cair dan sejenisnya. Padahal dalam kehidupan sehari-hari makhluk hidup
membutuhkan air yang bersih. Terutama manusia yang dapar membedakan kualitas air yang
diminum, tentu akan sangat terganggu dengan pencemaran air. Adapun ciri-ciri air bersih dan
sehat adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan bersifat netral secara kimia, dalam
arti tidak bersifat basa ataupun asam.
Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepskan berbeda oleh tiap orang,
mengingat banyaknya pustaka acuan yang merumuskan definisi istilah tersebut, baik dalam
kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan
Pemerintah,s ebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan
dalam undang-undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak
pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaram dari komponen-komponen
lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah, dan
pencemaran udara. Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan
hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23 tahun 1997.
Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air
didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup,
zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai
makna pokoknya menjadi 3 (tga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan
aspek akibat (Setiawan, 2001).
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa
masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan
kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang pada
prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair.
Aspek pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang
disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap harus
menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat berdasarkan
penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu.
Pengertian tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang
menjadi batas antara tingkat tak-cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat
cemar (kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati batas). Ada standar baku mutu
tertentu untuk peruntukan air.
Sebagai contoh adalah pada UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 terkandung makna
bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat, harus memenuhi persyaratan kualitas maupun
kuantitas, yang persyaratan kualitas tettuang dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 146 tahun
1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter kualitas air
minum/air bersih yang terdiri dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan mikrobiologi,
ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 (Achmadi, 2001).

2.4. Penyebab dan Akibat Pencemaran Air


Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya penyebab
pencemaran air adalah aktivitas manusia yang menciptakan limbah (sampah) pemukiman atau
limbah rumah tangga. Limbah pemukiman mengandung limbah domestik yang berupa sampah
orgnaik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik yaitu sampah yang dapat
diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri, cotohnya seperti sisa makanan dan daun-daunan.
Sampah anorganik ini tidak dapt diuraikan oleh bakteri (non-biodegradable) contohnya selerti
kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu, logam , karet, dan kulit. Selain sampah organik dan
anorganik, deterjen merupakan limbah pemukiman yang memiliki potensial paling tinggi
mencemari air. Kenyataanya pada saat ini adalah hampir semua rumah tangga menggunakan
deterjen.
Penyebab lainnya juga berasal dari limbah industri. Industru membuang berbagai
macam polutan kedalam air antara lain : logam berat, toksin, minyak, nutrien, dan padatan. Air
limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang
dapat juga mengurangi oksigen dalam air. Untuk mengetahui tingkat pencemaran air dapat
dilihat melalui besarnya kandungan O2 (oksigen) yang terlarut. Ada dua cara yang digunakan
untuk menentukan kadar oksigen dalam air, secara kimia dengan COD (Chemical Oxygen
Demand) dan secara biologi dengan BOD (Biochemical Oxygen Demand). Makin besar harga
BOD, maka semakin tinggi pula tingkat pencemarannya (sentra-edukasi, 2010).
Air limbah memiliki harga BOD yang tinggi, sehingga dapat diketahui bahwa air
tersebut telah tercemar limbah berat. Selain diakibatkan oleh limbah pemukiman (rumah tangga)
sumber atau penyebab pencemaran air juga disebabkan oleh limbah pertanian dan di beberapa
tempat tertentu diakibatkan oleh limbah pertambangan.
Limbah yang terus menerus meningkat akan mengakibatkan air semaki tercemar dan
akan sulit bagi masyarakat untuk mendapatkna air bersih karena air yang tercemar akan meresap
kedalam tanah. Air tanah tersebut merupakan sumber dari air sumur di rumah masyarakat, dan
apabila masyarakat mengkonsumsi air tersebut akan mengakibatkan penyakit. Air yang tercemar
tidak hanya masuk dalam tanah, tetapi juga mengalir pada sungai bahkkan laut dan
mengakibatkan terganggunya lingkungan hidup, ekosistem, dan keanekaragaman hayati.
2.4.1 Penyebab Pencemaran Air
Pencemaran air dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
- Pembuangan limbah industri ke perairan (sungai, danau, laut).
- Pembuangan limbah rumah tangga (domestik) ke sungai, seperti air cucian, air kamar
mandi.
- Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.
- Terjadinya erosi yang membawa partikel-partikel tanah ke perairan.
- Penggunaan racun dan bahan peledak dalam menangkap ikan.
- Pembuangan limbah rumah sakit, limbah peternakan ke sungai.
- Tumpahan minyak karena kebocoran tanker atau ledakan sumur minyak lepas pantai.
Menurut Davis and Cornwell (1991), sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan
dapat berasal dari buangan yang diklasifikasikan;
1. Point source discharges (Sumber titik), yaitu sumber titik atau sumber pencemar yang dapat
diketahui secara pasti dapat berupa suatu lokasi seperti air limbah industri maupun domestik
serta saluran drainase.
2. Non point source (sebaran menyebar), berasal dari sumber yang tidak diketahui secara pasti,
pencemar masuk ke perairan melalui run off (limpasan) dari wilayah pertanian, pemukiman
dan perkotaan.
Pada sungai yang menampung air buangan terjadi proses penyerapan dan pelepasan
kembali oksigen yang berlangsung secara bersamaan. Selama air mengalir terjadi proses
penyerapan kembali oksigen dari udara dan digunakan untuk mengganti DO yang telah
dikonsumsi oleh BOD air buangan (Sukadi, 1999).
Limbah secara spesifik disamping dapat menimbulkan bau, perubahan warna dan rasa,
juga dapat mereduksi kadar oksigen terlarut dan meningkatkan BOD dalam air (Benton dan
Werner, 1976). Serta menyebabkan suhu yang akan mempengaruhi aktivitas organisme akuatik
dan kelarutan gas oksigen (Kaill dan Frey, 1973). Selain itu, limbah dapat meningkatkan
sejumlah besar zat organik dan anorganik yang menghasilkan kekeruhan karena terjadinya
proses dekomposisi (Mahida, 1984).
Menurut Daryanto (1995), biasanya air limbah dapat diperoleh dari berbagai sumber,
antara lain :
1. Air limbah rumah tangga
Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari perumahan
dan daerah perdagangan, sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah
perkantoran atau lembaga serta fasilitas rekreasi. Air limbah rumah tangga dapat dibedakan atas
air limbah rumah tangga dari :
- Daerah pemukiman penduduk
- Daerah perdagangan/pasar/tempat usaha/hotel dan lain- lain
- Daerah kelembagaan (kantor-kantor pemerintahan dan swasta)
- Daerah rekreasi
2. Air limbah industri
Jumlah aliran limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis dan
besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, derajat
pengolahan air limbah yang ada.
3. Air limbah rembesan dan tambahan
Apabila turun hujan di suatu daerah, maka air yang turun secara cepat akan mengalir
masuk ke dalam saluran pengering atau saluran air hujan. Apabila saluran ini tidak mampu
menampungnya, maka limpahan air hujan akan digabung dengan saluran air limbah, dengan
demikian akan merupakan tambahan yang sangat besar.

2.4.2 Akibat Pencemaran Air


Akibat yang akan ditimbulkan dari pencemaran air adalah sebagai berikut :
- Dapat menyebabkan banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.Peristiwa banjir timbul jika air
menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai
yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi.
Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga
membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya setelah air surut. Banjir adalah hal yang
rutin.Setiap tahun pasti datang. Banjir, sebenarnya merupakan fenomenakejadian alam “biasa”
yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk
Indonesia.Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena meminta korban besar.
- Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin,air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di
bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam
hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan
proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan
keduanya. Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi).
Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan
limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang
terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang
selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga
akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk
ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan
air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi,
kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
- Menimbulkan Bebagai Penyakit
Limbah dari sisa detergen dan pestisida (misalnya DDT) dapat merangsang pertumbuhan
kanker (bersifat karsinogen), menyebabkan gangguan ginjal, dan gangguan kelahiran. DDT
(Dikloro Difenil Trikloretana) bersifat nonbiodegradabel (tidak dapat terurai secara alamiah),
karena itu jika dipergunakan dalam pemberantasan hama DDT akan mengalami perpindahan
melalui rantai makanan, akhirnya tertimbun dalam tubuh konsumen terakhir. Makin tinggi
tingkat trofi makin pekat kadar zat pencemarnya. Hal ini disebut biomagnifiation (pemekatan
hayati).
Senyawa nitrat dan pospat yang terkandung dalam pupuk apabila terbawa air dan
terkumpul di suatu perairan (misalnya danau, waduk) dapat menimbulkan eutrofikasi, yaitu
terkonsentrasinya mineral di suatu perairan. Hal ini akan merangsang pertumbuhan dengan cepat
alga dan tumbuhan air seperti enceng gondok dan sejenisnya sehingga menimbulkan blooming.
Jika permukaan air tertutup oleh tumbuhan air, maka difusi oksigen dan penetrasi cahaya
matahari ke dalam air menjadi terhalang. Sementara tumbuhan air terus-menerus mengambil air
dan menguapkannya ke udara, sehingga mempercepat habisnya cadangan air di tempat tersebut.
Alga menjadi kekurangan cahaya, sehingga laju fotosintesis terganggu.
Makin sedikit kadar oksigen terlarut menyebabkan kematian organisme air. Pembusukan
oleh organisme pengurai juga makin menipiskan kadar oksigen terlarut. Pengaruh negatif dari
eutrofikasi adalah terjadinya perubahan keseimbangan kehidupan antara tanaman air dengan
hewan air, sehingga beberapa spesies ikan mati. Menurut laporan hasil penelitian, kandungan
nitrat yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan gangguan sistem peredaran darah pada
bayi berumur di bawah 3 bulan. Penyakit ini disebut blue baby syndrome (gejala bayi biru),
ditandai dengan warna kebiruan pada daerah sekitar bibir dan pada beberapa bagian tubuh.

2.5. Usaha Mengatasi Pencemaran Air bagi Kehidupan Manusia


Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan mulai dari pengenalan dan pengertian
yang baik oleh perilaku masyarakat. Menurut Prawirohartono (2000) “Perubahan perilaku
masyarakat secara alami, ekosistem air dapat melakukan ‘rehabilitasi’ apabila terjadi
pencemaran terhadap bahan air”. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh akrena itu,s ehendaknya
ada upaya untuk pencegahan dan penganggulangan pencemaran air. Untuk mengatasi
pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang sampah dan
limbah industri ke sungai, kebiasaan membuang sampah ke sungai dan sembarang tempat
hendaknya dihentikan dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang diterapkan di
lingkungan masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat
yang telah ditentukan. Masyarakat di sekitar sungai hendaknya mengetahui pemanfaatan sungai
agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembaungan sampah dan tempat mandi-cuci-
kakus (MCK). Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaanya dan
pelanggarnya dijatuhi hukuman.
Banyak tindakan yang dapat dilakukan oleh masyarakat sebagi cara penanggulangan
pencemaran air, yaitu:
a. Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut, ] dan lain
sebagainya.
b. Tidak menggunakan sungai atau danau utnuk tempat mencuci truk, mobil, dan sepeda
motor.
c. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan
sebagai tempat kakus.
d. Tidak minum air dari sungai, danau, atau sumur, tanpa dimasak dahulu.
e. Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi
sumber mata air agar tidak tercemar.
f. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
Limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan atau dialirkan ke sungai,
sehendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan, kemudian diolah. Pembuatan
sanitasi yang benar dan bersih agar sumber-sumber air bersih lainnya tidak tercemar dan akan
lebih baik lagi, jika limbah yang telah diolah dapat dipergunakan kembali untuk kepentingan
industri lainnya.
Cara penanggulangan pencemaran air lainnya adalah melalkukan penanaman pohon,
pohon selain bsia mencegah longsor, diakui mampu menyerap air dalam jumlah banyak. Itu
sebabnya banyak bencana banjir akibat penebangan pohon secara massal. Padahal, pohon
merupakan penyerap air paling efektif dan handal. “Bahkan, daerah resapan air pun dijadikan
pemukiman dan pusat wisata. Pohon sesungguhnya bisa menjadi sumber air sebab dengan
banyaknya pohon,s emakin banyak pula sumber-sumber air potensial di bawahnya” Menurut
Anneahira (2005).
Beberapa cara penanggulangan pencemaran air tersebut di antaranya sebagai berikut.
1) Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan
- Mengurangi beban pencemaran badan air oleh industri dan domestik.
- Mengurangi beban emisi dari kendaraan bermotor dan industri.
- Mengawasi pemanfaatan B3 dan pembuangan limbah B3.
- Mengembangkan produksi yang lebih bersih (cleaner production) dan EPCM
(Environmental Pollution Control Manager).
2) Program Rehabilitasi dan Konservasi SDA dan Lingkungan Hidup
- Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis.
- Menanggulangi kerusakan lahan bekas pertambangan, TPA, dan bencana.
- Meningkatkan konservasi air bawah tanah.
- Rehabilitasi dan konservasi keanekaragaman hayati.
3) Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Masyarakat
- Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.
- Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan sepeda
motor
- Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan
sebagai tempat kakus
- Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu.
2.6. Proses Pengolahan Air Buangan untuk Mengatasi Pencemaran
Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di daerah
atau lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh rumah
disediakan satu WC umum. Upaya demikian baik untuk lingkungan, bersahabat, murah, dan
sehat karena dapat menghindari pencemaran air sumur atau air tanah. Selain itu, hendaknya sudai
mulai diupaya pembuatan kolam pengolahan air buangan (air cucian, air kamar mandi, dan lain-
lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak langsung dialirkan ke selokan atau sungai.
Untuk limbah industri upaya penanggulangan pencemaran air dengan cara mengalirkan
air yang tercemar ke dalam beberapa kolam, kemudian dibersihkan, baik secara mekanis
(pengadukan), kimiawi (diberi zat kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang,
atau tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air
dari polutan yang berbahaya. Menurut Hidayat (2008:15) “Agar dapt memnuhi baku mutu,
industri harus menerapkan prinsip pengendalian limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam
proses produksi (in-pipe pollution prevention) serta setelah proses produksi (end-pipe pollution
prevention)”.
Tujuan utama pengolahan air limbah adalah untuk mengurai kandungan bahan pencemar
di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa
organik yang tidak dapt diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air
limbah tersebut dapat dibagi menjadi lima tahap antara lain :
1) Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
2) Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahn tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan
pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung.
3) Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak
dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa.
4) Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga antara lain:
- Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal hidroksida untuk
mengendapkan fosfor.
- Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan orgnaik terlarut, berwarna, atau bau.
- Elektrolisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut dengan
menggunakan tenaga listrik.
- Osmosis, yaitu mengurangi kandungna garam-garam organik mineral dari air.
- Klorinas, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit.
5) Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian
diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, dan
vacuum filtration.
Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di atas, tetapi
bergantung pada jenis limbah yang dihasilkan. Hasil akhir berupa air tak tercemar yang siap
dialirkan ke badan air danlumpur yang siap dikelola lebih lanjut. Berdasarkan penelitian,
tanaman air seperti enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk menyerap bahan pencemar di
dalam air.

2.7. Pengolahan Limbah Cair Pada Industri


Kegiatan  industri  dalam  menghasilkan  suatu  barang  dan  atau jasa  memberikan
berbagai dampak positif dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.   Namun dari setiap
kegiatan produksi yang dilakukan oleh industri tentu menghasilkan dampak negatif juga yakni
limbah sebagai hasil sampingan dari kegiatan industri tersebut.   Limbah yang disebut juga
polutan adalah bagian yang tidak terlepaskan dari suatu industri, baik industri besar maupun
industri kecil. Efek dari limbah yang dihasilkan itu tentu bisa mengganggu keseimbangan
lingkungan. Salah satu limbah yang dihasilkan suatu industri dapat berupa limbah   cair.   
Limbah cair merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.   Limbah
cair atau polutan yang dihasilkan oleh suatu industri harus diolah dengan baik agar tidak
melewati batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pengolahan limbah cair adalah menjaga air yang keluar tetap bersih dengan
menghilangkan polutan yang ada dalam air limbah tersebut, atau dengan menguraikan polutan
yang ada didalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari polutan tersebut. Sebelum
melakukan perencanaan dan pelaksanaan pengolahan limbah cair, industri harus memahami
manajemen pengelolaan limbah seperti menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan dan
pengolahan limbah, kebijakan untuk minimasi limbah sebelum menghasilkan dan mengolah
limbah, menetapkan personil yang bertanggung jawab terhadap penerapan prosedur pengelolaan
dan pengolahan   limbah   serta   melakukan   evaluasi   penerapan   prosedur   pengelolaan   dan
pengolahan  limbah. Beberapa  hal  yang  harus  diperhatikan  dalam  pengolahan  limbah
meliputi
1. Proses produksi pada industri tersebut,
2. Kualitas dan kuantitas limbah cair yang dihasilkan serta perubahannya,
3. Kondisi lingkungan secara geografi, kondisi air di sekitar daerah pembuangan limbah cair.
Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan di industri yaitu:
1. Pengolahan limbah secara fisika
Dengan memisahkan material-material pengotor yang kasat mata serta berukuran cukup 
besar dengan  menggunakan  penyaringan  atau perlakuan  fisik. Prosesnya meliputi
sedimentasi, floatasi, absorbs, dan penyaringan (screening);
2. Pengolahan limbah secara kimia
Adanya penambahan bahan kimia untuk mengendapkan / memisahkan / menghilangkan zat-
zat pengotor dalam limbah cair tersebut. Prosesnya meliputi koagulasi, oksidasi, penukar ion,
degradasi, ozonisasi, dan lain-lain.
3. Pengolahan limbah secara biologi
Menggunakan biota hidup atau mikroba untuk menguraikan zat-zat pencemar didalam
limbah cair. Prosesnya meliputi aerobik, anaerobik, fakultatif.
Sebelum membuang limbah cair ke badan air, sebaiknya industri harus memastikan
bahwa limbah cair yang dibuang telah aman bagi lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara pengambilan sampel limbah cair yang dilakukan di titik outlet pengolahan limbah cair yaitu
titik setelah pengolahan limbah cair selesai dilakukan namun sebelum dibuang ke badan air.
Pengujian sampel tersebut bisa dilakukan di laboratorium internal maupun laboratorium
eksternal yang telah terakreditasi.  Hasil pengujian yang dikeluarkan sebaiknya dibandingkan
dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan yang masih berlaku. Baku mutu dapat didefinisikan sebagai ukuran batas atau
kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang
atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.

Adapun peraturan yang mengatur baku mutu air limbah yang berlaku saat ini secara nasional
adalah  Peraturan  Menteri  Lingkungan  Hidup  Republik  Indonesia  Nomor  5  Tahun  2014
tentang baku mutu air limbah.  Peraturan ini mengatur baku mutu air limbah untuk industri
pelapisan logam, industri galvanis, industri minyak goreng, industri monosodium glutamate,
industri   inosin   monofosfat,   industri   pengolahan   kopi, industri   elektronika,   industri
pengolahan susu, industri pengolahan buah-buiahan dan/atau sayuran, industri pengolahan hasil
perikanan, industri hasil pengolahan rumput laut, industri pengolahan kelapa, industri
pengolahan daging, industri pengolahan kedelai, industri pengolahan obat tradisional atau jamu,
industri peternakan sapi dan babi, industri petrokimia hulu, industri gula, industri gula rafinasi,
industri cerutu, proses primer basah dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses primer kering
dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses sekunder dalam industri rokok dan/atau cerutu , dan
industri oleokimia dasar.  Baku mutu limbah cair bagi industri diatas ditetapkan berdasarkan
kemampuan teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan atau berdasarkan daya
tampung lingkungan di wilayah industri tersebut untuk memperoleh konsentrasi atau beban
pencemaran yang paling tinggi.   Baku mutu untuk tiap industri tentu berbeda untuk setiap
parameter dan persyaratannya. Sebagaimana bisa dilihat di Tabel 1 untuk baku mutu industri
pelapisan logam dan galvanis, pada Tabel 2 untuk baku mutu industri   Penyamakan Kulit, dan
Tabel 3 untuk baku mutu minyak sawit dibawah ini.
 
TABEL 1.  BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PELAPISAN LOGAM DAN
GALVANIS
 
TABEL 2.  BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
TABEL 3.  BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI MINYAK SAWIT

Namun demikian, ada beberapa permasalahan dalam mengolah air limbah di industri yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Pengetahuan tentang Neraca bahan dari bahan baku dan air yang digunakan dalam proses
produksi,
2) Kualitas air buangan dan debit limbah cair yang fluktuatif.
3) Variasi jenis limbah cair yang dihasilkan, misal kadar polutan  yang tinggi untuk sedikit
parameter
4) Sifat-sifat air buangan yang tidak berubah setelah digunakan misalnya air pendingin.

Secara ekonomis, industri akan lebih mudah untuk melakukan pengolahan air limbah yang
dilakukan secara terpisah daripada yang telah tercampur dengan sumber air limbah lain. Industri
diharapkan sedapat mungkin memisahkan limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi
dari limbah cair domestik ataupun dari air hujan. Dengan demikian pelaksanaan pengolahan air
limbah industri dapat dilakukan dengan optimal, air limbah yang telah diolah dapat dialirkan ke
badan air  dan tidak memberi dampak buruk pada lingkungan sekitar.

2.8. Pengendalian Pencemaran Air


Peraturan Menteri Lingkungan hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air disebutkan definisi pengendalian pencemaran air adalah upaya
pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan
Menteri ini meliputi: inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air; penetapan daya
tampung beban pencemaran air; penetapan baku mutu air limbah; penetapan kebijakan
pengendalian pencemaran air; perizinan; pemantauan kualitas air; pembinaan dan pengawasan;
dan penyediaan informasi.
Usaha pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti pemanfaatan teknologi pencegahan dan penanggulangan pencemaran,
pendekatan hukum dan kelembagaan, pendekatan sosial ekonomi dan budaya dengan penerapan
pelaksanaan pengelolaan lingkungan (Brahmana et al, 2002). Sedangkan menurut PP 82/2001,
Pengendalian Pencemaran Air dilakukan untuk menjamin kualitas air sesuai dengan baku mutu
melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas
lingkungan.
Menurut Ginting (1992) pengendalian pencemaran adalah setiap usaha pengelolaan
limbah yang meliputi identifikasi sumber-sumber limbah, pemeriksaan konsentrasi bahan
pencemar yang terkandung didalamnya serta jenis-jenis bahan pencemaran dan jangkauan serta
tingkat bahaya pencemaran yang mungkin ditimbulkan. Usaha pengendalian dan pencegahan
pencemaran lingkungan dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti teknologi pencegahan dan
penanggulangan, pendekatan institusional, pendekatan ekonomi, pengelolaan lingkungan.
Penanggulangan limbah juga dapat dilakukan dengan pengolahan kembali limbah yang
dihasilkan sehingga mempunyai nilai ekonomis. Pengolahan kembali (daur ulang) dapat
menghemat biaya produksi, menghemat biaya pengendalian pencemaran dan menghasilkan
tambahan pendapatan. Selain itu penanggulangan pencemaran dapat juga dengan melakukan
perubahan proses yang lebih baik sehingga zat pencemar yang terbuang lebih sedikit, substitusi
bahan baku yang bersifat berbahaya dan beracun dengan bahan lain yang lebih kecil resiko
pencemarannya atau dengan jenis teknologi tertentu yang mempunyai kadar buangan rendah
(Yuliastuti, 2011).
BAB 3

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup
menjadi buruk makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil
guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya
akan menurunkan kekayaan sumber daya alam (natural resources depletion).
Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka harus dipergunakan
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini berarti bahwa penggunaan air untuk
berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan
kepentingan generasi masa kini dan masa depan. Untuk itu air perlu dikelola agar tersedia dalam
jumlah yang aman, baik kuantitas maupun kualitasnya, dan bermanfaat bagi kehidupan dan
perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap berfungsi secara ekologis, guna
menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

3.2. Saran
Dari materi yang telah kita bahas, kita dapat menarik kesimpulan dari makalah ini bahwa bagi
masyawarakat dan industri-insdustri besar, hendaknya memperhatikan limbah yang mencemari
sungai, danau, laut, dan rawa. Selain itu, sebaiknya menggunakan cara pengolahan air buangan
untuk mengolah limbah menjadi air bersih yang dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Sikap yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah sikap cinta lingkungan. Sikap tersebut
harus ditanamkan dalam diri sejak dini. Sehingga kita sebagai calon pemimpin bangsa dapat
memberikan pengetahuan tentang lingkungan hidup pada generasi selanjutnya tentang
pentingnya menjaga kelestarian alam yang kita tempati ini.
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2018. Pengolahan Limbah Cair Pada Industri dan Permasalahannya.


http://bbkk.kemenperin.go.id/page/bacaartikel.php?
id=eU3YJpVUfHOH2TRZcW3POF5OTx-UfuvlPdN2-lEPIT0, (diakses pada 24
Desember 2020).
Anneahira. 2010. Cara Mencegah Pencemaran Air. www.anneahira.com/cara-mencegah-
pencemaran-air.html. (diakses tanggal 22 Desember 2020).
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD). 2001. Penanggulangan Pencemaran
Air. Bandung: Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup.
Inggriani. 2013. Penanggulangan Pencemaran Air.
http://uphilunyue.blogspot.com/2013/03/penanggulangan-pencemaran-air.html (diakses
tanggal 21 Desember 2020).
Jumianto. 2011. Upaya Penanggulangan Pencemaran Air.
http://jumianto.blogspot.com/2011/03/upaya-penanggulangan-pencemaran-air.html
(diakses tanggal 21 Desember 2020).
Mustakim, Rahman. 2012. Pencemaran Air dan Cara Mengatasinya.
http://rahmankesling.blogspot.com/2012/12/pencemaran-air-dan-cara-
mengatasinya.html (diakses tanggal 21 Desember 2020).
Kodoatic, Robert. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Edisi 2). Jakarta: Index.
Prawirohartono, Slamet. 2000. Biologi – 1b Untuk SMU Kelas 1 Tengah Tahun Kedua.
Bandung: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai