Dosen Pengampu :
Jailani Aron, S.Si, M.Si
Disusun oleh :
BRIGITTA STELLA SALIM
NIM : 1907035984
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
“Pengendalian Pencemaran Air” untuk tugas dari mata kuliah Pengelolaan Limbah Industri Pulp
dan Kertas ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa juga saya mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga
perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Untuk menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan pengendalian.
Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap
pada kondisi alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian
pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku
mutu (Azwir, 2006).
Pencemaran air merupakan salah satu pencemaran berat yang ada di Indonesia dan
limbah sektor perindustrian merupakan sumber pencemaran air yang dominan. Disamping sektor
perindustrian, pencemaran air ini juga ditimbulkan di sektor-sektor yang lain seperti
pertambangan, pertanian dan rumah tangga. Akibat dari pencemaran air tersebut adalah
menurunnya kadar kualitas air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang aktif. Manusia dapat secara aktif
mengelola dan mengubah ekosistem sesuai dengan apa yang di kehendaki. Kegiatan ini dapat
menimbulkan berbagai macam gejala yang bersifat negatif, diantaranya adalah masuknya energi
dan juga limbah bahan atau senyawa lain ke dalam lingkungan yang menimbulkan pencemaran
air, udara dan tanah yang akan menurunkan kualitas lingkungan hidup.Air merupakan kebutuhan
pokok kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air
minum, mandi, mencuci, untuk pengairan pertanian, transportasi, baik di sungai maupun di laut.
Kegunaan air tersebut termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional (kesepakatan untuk
tujuan bersama).
Pencemaran air terjadi karena ada sebagian pabrik yang tidak memperdulikan bahan sisa
proses produksi yang berupa limbah untuk diolah secara sempurna pada Unit Pengelolaan
Limbah (UPL), sehingga bahan buangan masih mengandung senyawa yang bersifat toksik
(senyawa beracun) dan penyebab kematian. Dengan adanya industrialisasi yang pesat maka
permasalahan pencemaran air telah mencapai tingkat yang mengelisahkan. Pencemaran air telah
menimbulkan kerugian yang sangat besar,sudah sering adanya kematian disebabkan oleh air
yang tercemar. Air limbah harus mengalami proses daur ulang sehingga dapat dipergunakan lagi
atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran.
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung yaitu bahan yang menimbulkan pencemaran tersebut langsung berdampak meracuni
sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu
keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat
kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran. Pencemaran
memiliki dampak secara langsung bagi kesehatan misalnya keracunan (diare, muntah), dll dan
memiliki efek tidak langsung (efek jangka panjang) bagi kesehatan misalnya kanker. Alam
memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam
memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemaran akan berada di alam
secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan,
tumbuhan dan ekosistem.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang dikemukakan oleh penulis dalam penulisan makalah ini, yaitu
sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan pengendalian pencemaran air?
2. Apa saja sumber-sumber pencemaran air yang sangat mempengaruhi kondisi perairan di
Indonesia ataupun di dunia?
3. Dampak apakah yang dapat disebabkan oleh pencemaran air ini, dan apa saja dampak
yang ada apabila pengendalian pencemaran air ini dilakukan dengan baik dan buruk?
4. Apa metode-metode pengelolaan air yang tercemar maupun limbah cair mulai dari skala
kecil sampai skala industri?
1.3. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu pengendalian pencemaran air.
2. Untuk mengetahui apa saja sumber dari pencemaran air yang mempengaruhi kondisi
perairan di Indonesia dan juga di dunia.
3. Untuk mengetahui apa dampak dari sumber-sumber pencemaran air terhadap lingkungan,
dan mengetahui dampak dari apabila pengendalian pencemaran air dilakukan dengan
baik, maupun dengan buruk.
4. Untuk memahami metode pengelolaan air yang tercemar maupun limbah cari mulai dari
skala kecil seperti rumah tangga sampai dengan skala besar seperti industri pulp dan
kertas.
BAB 2
ISI
2.1. Kualitas Air
Menurut Yuliastuti (2011), kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat,
energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air juga merupakan istilah yang
menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum,
perikanan, perairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Meningkatnya aktivitas domestik,
pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas
air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar ke
badan sungai (priyambada, 2008).
Daerah hulu dengan pola pemanfaatan lahan yang relatif seragam, mempunyai kualitas
air yang lebih baik dari daerah hilir dengan pola penggunaan lahan yang beragam. Semakin kecil
tutupan hutan dalam sub DAS serta semakin beragamnya jenis penggunaan lahan dalam sub
DAS menyebabkan kondisi kualitas air sungai yang semakin buruk, terutama akibat adanya
aktivitas pertanian dan pemukiman (Supangat, 2008).
Menurut Effendi (2003), Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi mahluk
hidup, sehingga komunitas tempat tinggal dimanapun baik di desa maupun kota selalu ditemukan
dekat dengan sumber air yaitu sungai, danau dan pantai. Semakin bertambah jumlah penduduk,
kebutuhan air menjadi semakin banyak. Dari seluruh air yang berada dipermukaan bumi, 97,3%
adalah air laut dan sisanya 2.7% adalah air tawar dan dari komposisi wujud air tawar tersebut
hanya kurang dari 1% yang dapat dimanfaatkan langsung oleh manusia. Dilain pihak jumlah
penduduk dimuka bumi semakin bertambah, sehingga kebutuhan air menjadi semakin banyak.
Bersamaan dengan bertambahnya jumlah penduduk, akan bertambah pula kegiatan
pembangunan yang akan mempunyai dampak terhadap keberadaan air yang ada, sehingga
kuantitas dan kualitas semakin menurun, yaitu masuknya bahan organik dan anorganik ke dalam
air.
Agar perairan dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya maka diperlukan batas atau
kadar maksimum pencemar yang dapat ditenggang keberadaannya dalam perairan tersebut. Batas
atau kadar maksimum itu disebut baku mutu air. Baku mutu air dibedakan menjadi 2 jenis
dimana dapat menentukan tindakan pengendalian yang berbeda Effendi (2003):
- Baku mutu badan air : untuk kadar air sesuai dengan peruntukannya dalam upaya
pengendalian pencemaran.
- Baku mutu limbah cair : untuk membatasi beban limbah dari sumber pencemar.
Menurut Effendi (2003), karakteristik limbah cair sangat dipengaruhi oleh sifat
substansinya yang terbagi menjadi 2 golongan berdasarkan sifatnya:
- Sifat konservatif : substansi yang relatif tidak berubah di alam, mis: logam berat,
pestisida yang waktu tinggal di alam sangat lama.
- Sifat non konservatif : substansi yang dapat berubah di alam, mis: bahanbahan
organik yang mudah terurai, nitrogen dll.
Parameter-parameter kualitas air sungai dapat berubah berdasarkan kondisi alami
maupun adanya aktivitas antropogenik. Aktivitas antropogenik yang mempengaruhi kualitas air
sungai berasal dari perubahan pola pemanfaatan lahan, kegiatan pertanian, permukiman serta
industri. Kegiatan pertanian dan permukiman pada dasarnya merubah bentang alam melalui
pengolahan tanah, sehingga akan mempengaruhi kualitas air sungai (Asdak, 2010).
2.2. Parameter Kualitas Air
Temperatur
Menurut Effendi (2003), suhu dari suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitute),
ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran
serta kedalaman. Kenaikan temperature atau suhu di dalam badan air, dapat menyebabkan
penurunan kadar oksigen terlarut (DO atau Dissolved Oxygen) air. (Suriawira, 2005).
Menurut Kristanto (2002), Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut:
1) Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air,
2) Meningkatkan kecepatan reaksi kimia,
3) Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya,
4) Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan
mati.
Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid merupakan zat-zat padat yang ada dalam suspensi, dapat dibedakan
menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid), partikel tersuspensi
biasa (partikel tersuspensi). Total Suspended Solid (TSS) yaitu jumlah berat dalam mg/l kering
lumpur yang berada dalam air limbah setelah mengalami proses penyaringan dengan membrane
ukuran 0,45 µm. adanya padatan-padatan ini menyebabkan kekeruhan air, padatan ini tidak
terlarut dan tidak dapat mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-
partikel yang berat dan ukurannya yang lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-bahan
organik tertentu, tanah liat, kikisan tanah yang ditimbulkan oleh erosi tanah (Agus, 2011).
Padatan tersuspensi bisa berasal dari aliran air atau masukan kedalam massa air oleh
sedimen didasar dengan pelarutan kembali (Connell, 1995). Banyaknya padatan tersuspensi
dalam perairan dapat menghalangi cahaya matahari yang mencapai dasar perairan yang
menyebabkan turunnya laju fotosintesa. Menurunnya fotosintesa akan berdampak pada turunnya
jumlah oksigen terlarut yang diproduksi tanaman dalam air (Nasution, 2008).
pH atau Derajat keasaman
pH atau yang disebut dengan derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun
bahan pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat di dalam air. Air
normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan
bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air
tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air
limbah dan bahan buangan akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan
biota akuatik (Warlina, 2004).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Oksigen terlarut Dalam air sangat penting agar mikroorganisme dapat hidup. Oksigen ini
dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa oleh algae. Kelarutan Oksigen jenuh dalam
air pada 25oC dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L. Menurut Yang Hon Jung (2007)
konsentrasi DO yang rendah akan menurunkan tingkat nitrifikasi sehingga nilai NO 3 - N pada
air sungai menjadi rendah dengan TN dan NH4+-N yang tinggi. Hal ini dapat menghalangi self
purifikasi (pemurnian diri) pada permukaan air, dengan mengurangi laju proses transformasi
nitrifikasi– denitrifikasi pada air. Menurut Holdgate (1979), DO merupakan gas yang tercampur
dengan air sedemikian rupa sehingga bagian yang terkecil molekuler. Daya larut oksigen lebih
rendah dalam air laut dibandingkan dengan daya larutnya dalam air tawar, daya larut O2 dalam
air limbah kurang dari 95% dibandingkan dengan daya larut dalam air tawar (Setiaji, 1995).
Biochemiycal Oxygen Demand (BOD)
BOD5 Adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air
untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi
karbondioksida dan air. Proses oksidasi bio-kimia ini berjalan sangat lambat dan dianggap
lengkap (95-96%) selama 20 hari. Tetapi penentuan BOD5 selama 20 hari dianggap masih cukup
lama sehingga penentuan BOD5 ditetapkan selama 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5.
Dengan mengukur BOD5 akan memperpendek waktu dan meminimumkan pengaruh oksidasi
ammonia yang juga menggunakan oksigen. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70%-
80% bahan organik telah mengalami oksidasi (Effendi, 2003).
BOD5 tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
relatif jumlah O2 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika
konsumsi O2 tinggi yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya O2 terlarut, maka berarti
kandungan bahan–bahan buangan yang membutuhkan O2 tinggi (Fardiaz, 1992). Semakin besar
kadar BOD5, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar. Kadar
maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan
organisme akuatik adalah 3,0–6,0 mg/L.
Chemical Oxygen Demand (COD).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi. COD dinyatakan sebagai mg O2/1000 mL larutan sampel. Bahan buangan organik
tersebut dioksidasi oleh kalium bichromat dalam suasana asam yang digunakan sebagai sumber
oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion chrom.
Reaksi yang terjadi pada metoda refluks sebagai berikut :
CaHbOc + Cr2 O72- + H+ → CO2 + H2O + Cr3+
Bahan organik katalisator
Dalam pengukuran, nilai COD selalu lebih besar dari BOD karena senyawa anorganik juga bisa
ikut teroksidasi selama proses. Kenyataannya hampir semua zat organik (95-100%) dapat
dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam. Makin tinggi
nilai COD berarti makin banyak O2 dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik pencemar.
Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya <20 mg/L. Kelebihan pengukuran COD
dibandingkan dengan BOD adalah dapat menguji air limbah yang beracun, yang tidak dapat diuji
oleh BOD karena bakteri akan mati serta membutuhkan waktu pengujian lebih singkat yaitu 3
jam (Yuliastuti, 2011).
Fosfor (P)
Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam
bentuk senyawa anorganik terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa
partiikulat. Fosfor total menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat maupun
terlarut, anorganik maupun organik (Yuliastuti, 2011). Kandungan phosphat yang tinggi dalam
perairan menyebabkan suburnya algae dan organisme lainnya atau yang dikenal dengan
eutrofikasi. Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut (Ginting, 2007).
Chromium (Cr)
Chromium (Cr) merupakan salah satu logam berat yang beracun. Jika keberadaannya melebihi
ambang batas yang diperbolehkan dapat membahayakan lingkungan, termasuk manusia.
Akumulasi Chromium dapat menyebabkan kerusakan terhadap organ respirasi, dan dapat juga
menyebabkan timbulnya kanker pada manusia (Suprapti, 2008 dalam Agus 2011).
Menurut Halija (2012), logam Cr dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan, apakah itu
pada strata perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer). Kromium yang masuk kedalam
strata lingkungan dapat datang dari bermacam-macam sumber. Tetapi sumber–sumber masukan
logam Cr kedalam strata lingkungan yang umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-
kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilitas bahan-bahan
bakar.
Adapun peraturan yang mengatur baku mutu air limbah yang berlaku saat ini secara nasional
adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang baku mutu air limbah. Peraturan ini mengatur baku mutu air limbah untuk industri
pelapisan logam, industri galvanis, industri minyak goreng, industri monosodium glutamate,
industri inosin monofosfat, industri pengolahan kopi, industri elektronika, industri
pengolahan susu, industri pengolahan buah-buiahan dan/atau sayuran, industri pengolahan hasil
perikanan, industri hasil pengolahan rumput laut, industri pengolahan kelapa, industri
pengolahan daging, industri pengolahan kedelai, industri pengolahan obat tradisional atau jamu,
industri peternakan sapi dan babi, industri petrokimia hulu, industri gula, industri gula rafinasi,
industri cerutu, proses primer basah dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses primer kering
dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses sekunder dalam industri rokok dan/atau cerutu , dan
industri oleokimia dasar. Baku mutu limbah cair bagi industri diatas ditetapkan berdasarkan
kemampuan teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan atau berdasarkan daya
tampung lingkungan di wilayah industri tersebut untuk memperoleh konsentrasi atau beban
pencemaran yang paling tinggi. Baku mutu untuk tiap industri tentu berbeda untuk setiap
parameter dan persyaratannya. Sebagaimana bisa dilihat di Tabel 1 untuk baku mutu industri
pelapisan logam dan galvanis, pada Tabel 2 untuk baku mutu industri Penyamakan Kulit, dan
Tabel 3 untuk baku mutu minyak sawit dibawah ini.
TABEL 1. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PELAPISAN LOGAM DAN
GALVANIS
TABEL 2. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
TABEL 3. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI MINYAK SAWIT
Namun demikian, ada beberapa permasalahan dalam mengolah air limbah di industri yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Pengetahuan tentang Neraca bahan dari bahan baku dan air yang digunakan dalam proses
produksi,
2) Kualitas air buangan dan debit limbah cair yang fluktuatif.
3) Variasi jenis limbah cair yang dihasilkan, misal kadar polutan yang tinggi untuk sedikit
parameter
4) Sifat-sifat air buangan yang tidak berubah setelah digunakan misalnya air pendingin.
Secara ekonomis, industri akan lebih mudah untuk melakukan pengolahan air limbah yang
dilakukan secara terpisah daripada yang telah tercampur dengan sumber air limbah lain. Industri
diharapkan sedapat mungkin memisahkan limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi
dari limbah cair domestik ataupun dari air hujan. Dengan demikian pelaksanaan pengolahan air
limbah industri dapat dilakukan dengan optimal, air limbah yang telah diolah dapat dialirkan ke
badan air dan tidak memberi dampak buruk pada lingkungan sekitar.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup
menjadi buruk makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil
guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya
akan menurunkan kekayaan sumber daya alam (natural resources depletion).
Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka harus dipergunakan
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini berarti bahwa penggunaan air untuk
berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan
kepentingan generasi masa kini dan masa depan. Untuk itu air perlu dikelola agar tersedia dalam
jumlah yang aman, baik kuantitas maupun kualitasnya, dan bermanfaat bagi kehidupan dan
perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap berfungsi secara ekologis, guna
menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
3.2. Saran
Dari materi yang telah kita bahas, kita dapat menarik kesimpulan dari makalah ini bahwa bagi
masyawarakat dan industri-insdustri besar, hendaknya memperhatikan limbah yang mencemari
sungai, danau, laut, dan rawa. Selain itu, sebaiknya menggunakan cara pengolahan air buangan
untuk mengolah limbah menjadi air bersih yang dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Sikap yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah sikap cinta lingkungan. Sikap tersebut
harus ditanamkan dalam diri sejak dini. Sehingga kita sebagai calon pemimpin bangsa dapat
memberikan pengetahuan tentang lingkungan hidup pada generasi selanjutnya tentang
pentingnya menjaga kelestarian alam yang kita tempati ini.
DAFTAR PUSTAKA