Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF II


HEMOROID (WASIR)

OLEH :

AYU EKA LESTARI


(P17211171007)

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN MALANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
Februari 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK KEPERAWATAN PERIOPERATIF II

A. Pengertian

Hemorrhoid adalah varikositis pembengkakan vena akibat pelebaran


(dilatasi) pleksus vena hemorrhoidalis interna. Mekanisme terjadinya hemorrhoid
belum diketahui secara jelas. Hemorrhoid berhubungan dengan konstipasi kronis
disertai penarikan feces Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada rongga
submukosa di atas valvula morgagni. Kanalis anal memisahkannya dari pleksus vena
hemorrhoidalis eksterna, tetapi kedua rongga berhubungan di bawah kanalis anal,
yang submukosanya melekat pada jaringan yang mendasarinya untuk membentuk
depresi inter hemorrhoidalis. Hemorrhoid sangat umum dan berhubungan dengan
peningkatan tekanan hidrostatik pada system porta, seperti selama kehamilan,
mengejan waktu berdefekasi, atau dengan sirosis hepatis (Isselbacher, 2000).
Pada sirosis hepatic terjadi anatomosis normal antara system vena sistemik
dan portal pada daerah anus mengalami pelebaran. Kejadian ini biasa terjadi pada
hipertensi portal. Hipertensi portal menyebabkan peningkatan tekanan darah (>7
mmHg) dalam vena portal hepatica, dengan peningkatan darah tersebut berakibat
terjadinya pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus (Underwood, 1999).
Hemorrhoides atau wasir merupakan salah satu dari gangguan sirkulasi darah.
Gangguan tersebut dapat berupa pelebaran (dilatasi) vena yang disebut venectasia
atau varises daerah anus dan perianus yang disebabkan oleh bendungan dalam
susunan pembuluh vena. Hemorrhoid disebabkan oleh obstipasi yang menahun dan
uterus gravidus, selain itu terjadi bendungan sentral seperti bendungan susunan portal
pada cirrhosis hati, herediter atau penyakit jantung kongestif, juga pembesaran prostat
pada pria tua, atau tumor pada rectum (Bagian Patologi F.K.UI, 1999). Hemoroid
adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum (Potter, 2006).

B. Etiologi

Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain (Sudoyo, 2006):

a. Faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah
(lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil
membaca, merokok)
b. Kebiasaan buang air besar tidak tentu dan setiap kali berak mengedan terlalu
keras, terlalu lama duduk sepanjang tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan
faktor-faktor penyebab hemoroid.
c. Peningkatan tekanan intra abdomen, karena tumor (tumor usus, tumor abdomen),
kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal),
d. Usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan,
hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makanmakanan berserat
(sayur dan buah),
e. Kurang olahraga/imobilisasi.
Faktor Predisposisi penyebab hemoroid menurut Oswari (2003) adalah
herediter, anatomi, makanan, pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai
faktor presipitasi 12 adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.Umumnya faktor etiologi tersebut
tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. (Mansjoer, 2000)
C. Klasifikasi Hemoroid

Hemoroid terbagi menjadi 2 macam yaitu:


D. Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior.  Diatas garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam
4 derajat :
1)    Derajat I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu
defekasi. Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam
lumen.
2)    Derajat II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat
masuk kembali secara spontan.
3)    Derajat III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah
defekasi.
4)    Derajat IV
Hemoroid menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk
kembali.

E. Hemoroid  Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong
masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1)    Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus
dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid
trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
2)    Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

E. Gejala dan Tanda


Tanda
1)    Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama  hemoroid interna trauma oleh feces
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur
dengan feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
2)    Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna
dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan
radang.

Gejala
1. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2. Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi
dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3. Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4. Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Inspeksi
1) Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung
thrombus.
2) Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa.
3) Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.

2. Rectal touch
1) Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila
sudah ada fibrosis
2) Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
recti.
3) Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang
belum prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur
vaskuler yang menonjol ke dalam lubang.

G. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu
untuk
A. Derajat I
Dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya
saat konstipasi dengan  menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi
nasehat untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih
paling sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta kurangi
makan makanan yang merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah
anorektal dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat
nyeri yang terus-menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan
defekasi, dapat diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10%.
Bila dengan pengobatan di atas tidak ada perbaikan, diberikan terapi
skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan dilakukan antara
mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil.
Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan adanya
fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
B. Derajat II
Dengan terapi sklerosing secara bertahap. Apabila terapi sklerosing
tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
C. Derajat III
Dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu.
Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
1. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet  dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop
dan bagian proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat.
Kemudian pita karet kecil diselipkan diatas hemoroid yang dapat
mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik
setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada beberapa
pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini menyebabkan
nyeri dan menyebabkan hemoroid sekunder  dan infeksi perianal.
2. Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan
jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu.
Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan nyeri.  Prosedur ini tidak
terpakai luas karena menyebakan keluarnya rabas yang berbau sangat
menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
3. Laser Nd: YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama
hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi
dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca operatif.
4. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat
semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur
operatif selesai, selang kecil dimasukkan melaui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria
yang mengandung anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post
operasi diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari
ingin BAB, tampon dibuka dan berikan rendaman PK hangat (37C) dengan
perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB, lalu dipasang lagi
tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi
laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37C),
perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post
operasi.
D. Derajat IV
Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan dengan
istirahat baring dan juga operasi. Bila ada peradangan diobati dahulu.

H. Pengkajian Keperawatan
Pre Operasi
1)    Pengkajian
a)    Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit
rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang
minum kurang dari 2.000 cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai
riwayat kesehatan klien tentang penyakit sirorcis hepatis.
b)    Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai
berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu
dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit
rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji. 
Kebiasaan minum air putih kurang dari 2.000 cc/hari.
c)    Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien
apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri
waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah
segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang
keluar. Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada
darah/nanah. Prolap varices pada anus gatal atau tidak.
d)    Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya
aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi
banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan
mengangkat barang-barang berat.
e)    Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri
atau gatal pada anus.
f)    Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami
gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.
g)    Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat
persalinan dan kehamilan.
h)    Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang
digunakan dan alternatif pemecahan masalah.

a. Post Operasi
Pengkajian
a)    Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah pengkajian
mengenai keadaan lingkungan yang tenang (nyaman), pengkajian mengenai
pengetahuan tentang perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan
pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b)    Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah mengenai
kepatuhan klien dalam menjalani diit setelah operasi.
c)    Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya
perdarahan. Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil. Pemantauan
klien saat mengejan setelah operasi, juga kebersihan setelah BAB dan buang
air kecil.
d)    Pengkajian pola aktivitas dan latihan  yang penting adalah mengenai
aktivitas klien yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan
kelemahan yang dialami klien.
e)    Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang
dialami klien akibat nyeri.
f)    Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang
dilakukan klien bila timbul nyeri.
g)    Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang
dialami klien setelah operasi.

I. Daftar Diagnosa Keperawatan


Pre-Operasi
a)    Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
b)    Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
c)    Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
d)    Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi
Post-Operasi
a)    Nyeri b.d. adanya luka operasi
b)    Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan
konstruktur nyeri.
c)    Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
d)    Defisit perawatan diri  b.d. kelemahan, nyeri.
e)    Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
f)    Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan

J. Intervensi Keperawatan
Pre-Operasi
a. Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
Kriteria hasil: nyeri pada anus berkurang dengan skala nyeri 0-1, wajah
pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1)    Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang
tepat.
(2)    Anjurkan untuk menarik nafas dalam setiap kali timbul nyeri.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(3)    Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
Rasional: Memberikan rasa nyaman.
(4)    Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan peningkatan
tekanan darah.
(5)    Berikan bantal/alas pantat.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(6)    Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
(7)    Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
(8)    Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
b. Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan: tanda-
tanda vital dalam batas normal, tidak timbul perdarahan pada feces dalam
waktu 1-2 hari.
Rencana tindakan:
(1)    Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam.
Rasional: Indikator dini terhadap resiko perdarahan hebat ditandai dengan
tidak adanya peningkatan TD dan Nadi.
(2)    Monitor tanda-tanda hipovolemia.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3)    Periksa daerah rectal setiap 2 jam/setelah BAB.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4)    Beri air minum 2-3 liter/hari.
Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces lembek.
(5)    Berikan banyak makan sayur dan buah.
Rasional: Meningkatkan masa feces sehingga lebih mudah dikeluarkan.
(6)    Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan BAB.
Rasional: Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi konstipasi.
(7)    Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.
Rasional: Pelunak feces dan mengurangi nyeri saat BAB.
c. Cemas b.d. rencana pembedahan
Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien
berpartisipasi aktif dalam perawatan.
Rencana tindakan:
(1)    Kaji tingkat kecemasan.
Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan tindakan
yang tepat.
(2)    Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.
(3)    Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional: Mengurangi kecemasan.
(4)    Dampingi dan dengarkan pasien.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga
mengurangi cemas.
(5)    Libatkan keluarga atau pasien lain yang menderita penyakit yang
sama untuk memberikan dukungan.
Rasional: Sebagai support sistem dan mengurangi rasa malu.
(6)    Anjurkan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya.
Rasional: Untuk mengurangi cemas.
(7)    Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan prosedur operasi.
Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi akan
mengurangi cemas.
(8)    Kolaborasi untuk terapi anti cemas (bila perlu).
Rasional: Mengurangi cemas.
d. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Kriteria Hasil: pasien mengatakan ketidaktahuan  mengenai tindakan
operasi berkurang.
Rencana tindakan:
(1)    Kaji tingkat pengetahuan
Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit
(2)    Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
Rasional: Meningkatkan pengetahuan
(3)    Diskusikan program latihan yang sesuai ketentuan
Rasional: menentukan program latihan yang sesuai
(4)    Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu
Rasional: Perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik untuk
menghindari rasa tidak menentu dan berdaya.
Post-Operasi
a. Nyeri b.d. adanya luka operasi.
Kriteria Hasil: klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang
dengan skala nyeri 0-1, wajah pasien tampak rileks.
Rencana tindakan:
(1)    Kaji skala nyeri
Rasional: Menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang
tepat.
(2)    Anjurkan teknik nafas dalam dan pengalihan perhatian.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
(3)    Berikan posisi supine.
Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
(4)    Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.
(5)    Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.
(6)    Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu
menghilangkan ketidaknyamanan.
(7)    Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari
sedikitnya 2-3 liter cairan, makanan berserat.
Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.
(8)    Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
Rasional: Mengurangi nyeri.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan
konstruktur nyeri.
Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.
Rencana tindakan:
(1)    Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan
ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang
dibutuhkan.
(2)    Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan.
Rasional: perubahan fisik dan kehilangan kemandirian seringkali
menciptakan perasaan marah, frustasi dan depresi yang dapat
dimanifestasikan sebagai keengganan untuk ikut serta dalam aktivitas.
(3)    Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan
ADL sesuai dengan kebutuhan.
Rasional: motivasi dapat meningkatkan perasaan klien untuk berusaha
memenuhi kebutuhan ADL.
(4)    Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.
Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih dan
memberi motivasi klien.
c. Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi.
Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan setelah perawatan 48 jam, balutan
luka operasi tidak basah, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1)    Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
Rasional: Indikator dini perubahan volume darah.
(2)    Monitor tanda-tanda hipovolemik.
Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
(3)    Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24 jam
pertama.
Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
(4)    Berikan kompres dingin.
Rasional: Vasokonstriksi pembuluh darah.
(5)    Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.
Rasional: Indikator lain perubahan volume darah.
(6)    Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.
Rasional: Untuk menciutkan pembuluh darah.
d. Defisit perawatan diri  berhubungan dengan kelemahan, nyeri.
Kriteria hasil: aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
Rencana tindakan :
(1)    Kaji tingkat kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan
kegiatan sehari – hari.
    Rasional: Membantu dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan
secara individual.
(2)    Beri bantuan dalam pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai
kebutuhan.
    Rasional :Untuk memandirikan pasien.
(3)    Libatkan keluarga dalam perawatan diri pasien.
    Rasional: Supaya klien merasa diperhatikan oleh keluarganya.
e. Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
Kriteria Hasil: luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal.
Rencana tindakan:
(1)    Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini
proses infeksi.
(2)    Berikan rendaman duduk setiap kali setelah BAB selama 1-2
minggu.
Rasional: Mematikan kuman penyebab infeksi.
(3)    Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.
Rasional: Merupakan tanda-tanda infeksi.
(4)    Ganti tampon setiap kali setelah BAB.
Rasional: Mencegah infeksi.
(5)    Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
Rasional: Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi perdarahan.
Kriteria hasil: pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan, TTV
dalam batas normal.
Rencana tindakan:
(1)    Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran, tinjau ulang catatan
intra operasi.
Rasional: dokumentasi yang akurat akan membantu dalam
mengidentifikasi pengeluaran cairan/keutuhan pengantian dan pilihan-
pilihan mempengaruhi intervensi.
(2)    Kaji pengeluaran urinarius terutama untuk tipe prosedur operasi
yang dilakukan.
Rasional: mungkin akan terjadi penurunan (penghilangan setelah
prosedur pada sistem genitourinarius dan atau struktur yang berdekatan.
(3)    Pantau tanda-tanda vital pasien.
Rasional: hipertensi, takikardi, penurunan pernafasan mengidentifikasi
kekurangan cairan.
(4)    Periksa pembalut, alat drain pada interval reguler. Kaji luka untuk
terjadinya pembengkakan.
Rasional: perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada
hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan
formasi hematoma/perdarahan.

K. Instek Hemoroid
1.2.2 Instrumentasi Teknik Operasi Hemoroid Konvensional

A. Pengertian/Definisi
Adalah suatu cara melakukan instrumentasi pada operasi
haemorrhoidektomy.
B. Indikasi
Haemorroid
C. Tujuan
a. Mengatur alat secara sitematis dimeja instrument
b. Memperlancar handling instrument
c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument
D. Persiapan pasien
a. Meja operasi bagian bawah kaki ditekuk dibawah
b. Pasang benower (penopang kaki), posisi tidur litotomy
c. Pasang plat diatermi di bawah lekukan kaki
d. Letakkan tempat sampah dibawah meja operasi di depan
operator
E. Persiapan alat
a. Alat on steril
1) Meja operasi
2) Lampu opersi
3) Meja mayo
4) Meja instrument
5) Tempat waskom
6) Gunting hipafix/verban
7) Mesin diathermi dan ground
8) Tempat sampah medis
b. Persiapan alat steril
1. Di meja instrument
1) Scort steril : 4 buah
2) Handuk kecil steril : 4 buah
3) Doek besar : 3 buah
4) Doek sedang : 2 buah
5) Doek kecil : 4 buah
6) Doek kombinasi : 1 buah
7) Sarung meja mayo : 1 buah
8) Bengkok : 1 buah
9) Couter : 1 buah

2. Di meja mayo
1) Handvad mess no.3 : 1 buah
2) Gunting metzembaum : 1 buah
3) Gunting mayo/kasar : 1 buah
4) Pinset chirurgis : 2 buah
5) Pinset anatomis : 2 buah
6) Disinfeksi klem : 1 bauh
7) Duk klem : 5 buah
8) Arteri klem van kocher bengkok : 2 buah
9) Arteri klem van kocher kecil : 2 buah
10) Nald voelder : 1 buah
11) Gunting lurus : 1 buah
12) Alise klem/beckock : 1 buah
13) Cuching/kom : 1/1 buah
14) Langenbeck : 2 buah
15) Speculum anus : 1 buah
16) Anuscop : 1 buah
3. Bahan habis pakai
1) Kassa kecil steril : 10 buah
2) Kassa besar steril : 3 buah
3) Jelly : sesuai kebutuhan
4) Deppers : 3 buah
5) Mess no. 10 : 1 buah
6) Cairan normal saline 0,9% : 1 buah (500 cc)
7) Sufratulle : 1 buah
8) Betadine 10% : sesuai kebutuhan
9) Handscoon : sesuai kebutuhan
10) Benang absorbable no 2-0 : 1 buah
11) Benang absorbable no 0 : 2 buah

Pinset Cirugis metzembaum


Handvad mess
no.3

Arteri klem van


kocher bengkok Nald voelder
Alise klem/beckock
Anuscop

c. Teknik instrumentasi
1. Setelah pasien diberikan anastesi SAB dan diposisikan litotomy
pada benower, kemudian pasang ground couter dibawah kaki.
2. Perawat sirkuler membersihkan lapangan operasi dengan
saflon dan kasa kering, perawat instrument melakukan surgical
Gunting lurus
scrubing
3. Perawat instrument mengenakan skort/gown steril dan
handscone steril kemudian membantu operator dan asisten
untuk mengenakan gown dan handscone
4. Berikan desinfeksi klem (1), deepres dan povidon iodine 10%
dalam cucing pada asisten untuk melakukan desinfeksi pada
lapangan operasi
5. Lakukan drapping dengan memberikan :
a. Duk kombinasi (1) untuk bagian bawah badan
b. Duk kecil (1) untuk bagian bawah area operasi
c. Duk kecil (1) untuk bagian belakang gaun operator
Fiksasi dengan duk klem (4)
6. Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter.
7. Berikan kasa basah dan kering pada operator untuk
membersihkan lapangan operasi dari povidon iodine
8. Berikan pada operator kasa tampon yang sudah difiksasi
dengan Benang absorbable no 2-0 untuk menyumbat lubang
anus, supaya feses tidak keluar mengotori area operasi. Dan
berikan arteri klem van kocker untuk memfiksasi benang pada
duk.
9. Berikan speculum anus yang sudah diolesi dengan jelly.
Berikan injeksi ph cain kepada operator. Berikan allis klem
untuk menjepit hemorroid. Kemudian berikan ateri klem van
pean sedang kepada operator untuk menjepit hemorroid.
Kemudian berikan gunting meszembum kepada operator untuk
memotong hemorrid. Kemudian berikan nald foeder dengan
benang Benang absorbable no 0 dengan jarum ron kecil kepada
operator untuk melakukan ligasi. Berikan gunting mayo kepada
asisten untuk memotong sisa benang ligasi. Hal ini dilakukan
pada tiga tempat yaitu arah jam 11, 3, 7.
10. Setelah proses pemotongan selesai, berikan kasa basah pada
operator untuk mengevaluasi perdarahan. Setelah perdarah
tidak ditemukan lagi berikan kasa basah untuk membersihkan
sisa/ bekas darah lalu kasa kering. Kemudian tutup dengan kasa
kering dan fiksasi dengan hipafik.
11. Operasi selesai, alat-alat dibersihkan
12. Perawat instrument menginventaris alat – alat dan bahan habis
pakai, kemudian mencuci dan menata alat-alat pada instrument
set, serta merapikan kembali ruangan

2.1 Konsep Operasi Hemoroid Stappler


2.1.1 Metode Stappled Hemorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and
hemorrhoids / PPH)
Prinsip dari PPH adalah mempertahankan fungsi jaringan hemorrhoid
serta mengembalikan jaringan ke posisi semula. Jaringan hemorrhoid ini
sebenarnya masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak
perlu dibuang semua. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja
stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan
pendorong dibelakangnya. Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan
alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat
buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.fingter ini melebar dan
mengerut menjamin control keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.
Tekinik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan
mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini
masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu di buang
semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan
alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding
anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler
dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan
ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan
hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam
stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat
akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut
terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan
mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik
dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk,
jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

Keuntungan penanganan dengan PPH antara lain nyeri minimal,


tindakan berlangsung cepat anatar 20-45 menit, pasien pulih cepat sehingga
rawat inap dirumah sakit menjadi singkat.
2.1.2 Instrumentasi Teknik Stappled Hemorrhoid Surgery
A. Definisi
Teknik Adalah suatu cara melakukan instrumentasi pada operasi
haemorrhoidektomy. Dengan teknik oprasi hemorrhoid stapped lebih
sedikit px merasakan nyeri dan lebih sedikit jaringan sehat yang
rusak.
B. Indikasi
Haemorroid
C. Tujuan
a. Mengatur alat secara sitematis dimeja instrument
b. Memperlancar handling instrument
c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument
D. Persiapan pasien
a. Meja operasi bagian bawah kaki ditekuk dibawah
b. Pasang benower (penopang kaki), posisi tidur litotomy
c. Pasang plat diatermi di bawah lekukan kaki
d. Letakkan tempat sampah dibawah meja operasi di depan operator
E. Persiapan alat
1. Haemorrhoidal circular stapler : 1
2. Suture threader :1
3. Circular anal dilator :1
4. Purse – string suture anoscope : 1
5. Klem prepare :4
6. Pincet panjang anatomis :2
7. Doek klem :4
8. Gunting :2
9. Round bowl :2
10. Kidney tray :1
11. Desinfeksi klem :1
12. Benang polypropilene 2/0 :1
13. Jelly : Sesuai kebutuhan
14. Cairan NS : sesuai kebutuhan
15. Spongostan : sesuai kebutuhan
F. Teknik Instrumentasi

1. Setelah pasien diberikan anastesi SAB dan diposisikan litotomy pada


benower, kemudian pasang ground couter dibawah kaki.
2. Perawat sirkuler membersihkan lapangan operasi dengan
saflon dan kasa kering, perawat instrument melakukan surgical
scrubing
3. Perawat instrument mengenakan skort/gown steril dan
handscone steril kemudian membantu operator dan asisten
untuk mengenakan gown dan handscone
4. Berikan desinfeksi klem (1), deepres dan povidon iodine 10%
dalam cucing pada asisten untuk melakukan desinfeksi pada
lapangan operasi
5. Lakukan drapping dengan memberikan :
a. Duk kombinasi (1) untuk bagian bawah badan
b. Duk kecil (1) untuk bagian bawah area operasi
c. Duk kecil (1) untuk bagian belakang gaun operator
Fiksasi dengan duk klem (4)
6. Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter.
7. Berikan kasa basah dan kering pada operator untuk
membersihkan lapangan operasi dari povidon iodine
8. Buka hemorrhoidal stapler set
9. Siapkan jelly setelah itu lumuri anal dilator dengan jelly
10. Memasukkan anal dilator/obdurator sirkular.
11. Anal dilator/obdurator sirkular dimasukkan melalui analis
kanalis untuk mendorong hemoroid yang prolapse kembali naik
ke atas / ke tempat semula.

12. Mempersiapkan
jahitan
13. Hemoroid internal diposisikan ke tempat semula dan jahitan
dipersiapkan di mukosa rektal atau submukosa kira – kira
sekitar 4 – 6 cm dari dentate line , setelah itu berikan silk 2.0
untuk fiksasi dengan kulit

14. Berikan purse-string anoscoupe dan benanng untuk jahit


mukosa rectum (diatas linea dentate) secara melingkar dan di
lingkarkan secara longgar
15. Berikan sircular stapler pada operator
16. Bantu memasukkan sircular stapler dengan ujung terbuka
17. Berikan suture threader untuk mengaitkan ujung benang dan
berikan gunting untuk memotong benang
18. Berikan klem untuk memegang kedua ujung benang atau
cukup di simpul
19. Membantu memposisikan stapler saat operator memutar atau
mengencangkan stapler untuk memotong hemoroid, dan tahan
beberapa saat

20. Hentikan perdarahan dengan menggunakan pinset dan kassa


basah
21. Bereskan alat

Pathway hemoroid :
DAF
TAR PUSTAKA

Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.  Edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika.

Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari
website http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.

Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan
tingkat nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni
2011 dari website http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?
prm=artikel&yar=detail&id=27.
Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.

Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan.
Edisi 9. Jakarta: EGC.

Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R.


Syamsuhidajat, W. D. Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Media Aeskulapius.

Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta:
Arima Medika.

NN. 2009. Askep hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://be11nursingae.blogspot.com.

NN. 2011. Media informasi obat. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://medicastore.com.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Nama : Tn. B
2) Jenis kelamin : Laki-laki
3) Umur : 68 th
4) Status perkawinan : Menikah
5) Pekerjaan : Tani
6) Agama : Islam
7) Pendidikan terakhir : SLTA
8) Alamat : Tabek Patah
9) Tanggal MRS : 5-juni-19

b. Diagnosa Medis
Hemoroid

c. Keluhan Utama (Saat Pengkajian)


Pasien merasakan nyeri pada anus yang dialaminya selama 1 minggu dan
tidak sembuh-sembuh. Dilakukan pengkajian dengan keasadaran
Composmentis GCS: 456 BB/TB: 53kg/160 cm, TD: 110/70 mmHg N:
89x/mnt RR 20x/mnt S: 36,8

d. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengalami nyeri pada anus selama 1 minggu kemudian pasien
membawanya ke UDG RSUD Dr. Achmad Mochtar pada tanggal 05- 06-
2019 karena mengalami peradangan pada ambeien, kemudian pasien
dianjurkan untuk rawat inap dan pasien menyutujui kemudian pasien di
bawa ke ruang Ambun Suri untuk mendapatkan perawatan dan melakukan
operasi untuk mengatasi nyeri pada anus pasien.

Pre-Op
Pasien mengatakan nyeri pada anus penyebabnya karena adanya benjolan
pada anus, nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris, pasien mengatakan nyeri
pada anusnya dan abdomen, pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan
pada anus sampai 6, namun kesadaran pasien tetap composmentis yaitu
GCS 15, dan pasien mengatakan nyeri dirasakan setiap malam hingga
mengganggu tidur saat malam hari. pasien mengatakan cemas, pasien
mengatakan tidak nafsu makan, pasien mengatakan sulit tidur.
Post Op
Pasien mengatakan nyeri pada anus penyebabnya karena setelah operasi,
nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris, pasien mengatakan nyeri pada
anusnya, pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada anus sampai
4, namun kesadaran pasien tetap composmentis yaitu GCS 15, pasien
mengatakan dalam beraktivitas dibantu keluarga, pasien mengatakan sulit
untuk duduk setelah operasi, pasien mengatakan tidak nyaman, pasien
mengatakan letih, pasien mengatakan lemah

e. Riwayat Kesehatan/Penyakit Yang Lalu


Pada 7 th lalu pasien pernah dirawat di RS dengan riwayat henia, penyakit
jantung pada 8 tahun lalu, penyakit paru pada 4 tahun lalu, mempunyai
riwat hipertensi dan maag.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga pasien tidak mempunyai riwayatpenyakit yang sama dengan
pasien.

g. Pola Aktivitas Sehari-Hari


1) Makan dan minum
Sebelum sakit : 3x sehari porsi sedang habis
Saat Sakit : 2x sehari porsi sedang habis ½

2) Pola Eliminasi
BAB
Sebelum sakit : 1x sehari
Saat Sakit : 3 hari sekali
BAK
Sebelum sakit : 3x sehari
Saat Saki : 3x sehari

3) Pola Istirahat dan tidur


Sebelum sakit : 6-8 jam / hari
Saat Sakit : 3-5 jam / hari

4) Kebersihan diri
Sebelum sakit : 2x sehari / mandi mandiri
Saat Sakit : 1x sehari mandi. Dibantu keluarga

h. Riwayat Psikososial
Hubungan pasien dengan orang disekita pasien baik

i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum:
Composmentis GCS: 456
2) Tanda Vital:
BB/TB: 53kg/160 cm, TD: 110/70 mmHg N: 89x/mnt RR 20x/mnt S:
36,8 Pemeriksaan kepala leher:
3) Kepala
 Rambut
Keadaan kepala simetris, tidak ada lesi, warna hitam, kulit kepala bersih
dan rambut tidak berminyak, tidak ada pembengkakan, tekstur rambut
rapuh mudah rontok.
 Mata
Mata simetris mata kiri kanan, simetris bola mata kiri dan kanan, warna
kongjungtiva merah muda, sklera normal tidak ada perubahan warna,
tidak ada pembengkakan disekitar mata, saat dilakukan pemeriksaan
dengan cara lapang pandang pasien bisa menyebutkan apa yang
diperagakan dengan dilihat sama.
 Telinga
Bentuk dan posisi simetris kiri kanan, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan bersih tidak
ada serumen, pendengaran tidak terganggu, tidak ada pembengkakan,
tidak ada nyeri tekan.
 Hidung
Hidung simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak
ada lesi, tidak ada sumbatan dan pendarahan, tidak ada secret, tidak ada
polip, penciuman tidak terganggu, terpasang O2 nasal kanul 3
liter/menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
 Mulut dan Gigi
Warna mukosa mulut dan bibir pucat, kering, tidak ada lesi, memakai
gigi palsu, tidak ada perdarahan/radang gusi, lidah simetris, langit-langit
utuh dan tidak ada tanda-tanda infeksi
 Leher
Warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris,
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, arteri karotis terdengar, tidak
teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri

4) Pemeriksaan integumen
Normal tidak sianosis, lesi tidak ada, benjolan tidak ada

5) Dada dan thorax


 Paru-paru
I : Simetris kiri kanan, dinding dada tidak ada benjolan
P : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus sama kiri dan kanan
P : Bunyi sonor
A : Bunyi vesikuler
 Jantung
I : Simetris kiri kanan, pergerakan jantung normal
P : Tidak nyeri tekan
P : Redup dibatas kiri tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis
midsternal pada ruang interkostal ke 4,5 dan 8.
A : Terdengar S1 Lup, S2 Dup

 Punggung
Punggung simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka dekubitus

6) Payudara
Normal, tidak ada benjolan, simetris, tidak nyeri, warna normal

7) Abdomen
I : Simetris kiri kanan, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada
tonjolan
A : Bising usus 32x/detik
P : Tidak ada pembengkakan, ada nyeri tekan pada abdomen, nyeri yang
dirasakan seperti diiris-iris, skala nyeri 4, tidak ada massa dan
penumpukan cairan.
P : Bunyi tympani

8) Genetalia
Normal, tidak ada benjolan, simetris, tidak nyeri, warna normal,
Keadaan bersih, terpasang kateter, warna urine kuning, jumlah urine
dalam urine bag 100 cc saat pengkajian, dan pada anus terdapat
benjolan saat pengkajian.

9) Ekstrimitas
a. Ekstremitas atas simetris kiri kanan, terdapat lesi di bagian tangan
kanan bekas pemasangan infus (flebitis), tidak ada pembengkakan, tidak
ada nyeri tekan.
b. Ekstremitas bawah simetris kiri kanan, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan, tidak ada varises, terpasang infus di bagian kaki kiri
yaitu NaCl 3% 21 tetes/menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan, tidak ada kekakuan sendi.

Kekuatan Otot :
5555 5555
5555 5555

j. Pemeriksaan Neurologis
Normal

k. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (17-Juni-2019)
No Jenis Hasil Satuan Nilai Normal
Pemeriksaan

1. HGB 15,0 g/dL P : 13,0 – 16,0

W : 12,0 – 14,0

2. RBC 6,29 P : 4,5 – 5,5


106/mm3
W : 4,0 – 5,0

3. HCT 39,4 % P : 40,0 – 48,0

W : 37,0 – 43,0

4. MCV 85,4 fL 80 – 97

5. MCH 23,8 Pg 26,5 – 33,5

6. MCHC 38,1 g/dL 31,5 – 35,0

7. RDW-SD 30,1 fL

8. RDW-CV 13,6 % 10,0 – 15,0

9. WBC 12,8 5,0 – 10,0


103/mm3

10. EO% 2,1 % 1–3

11. BASO% 0,2 % 0–1

12. NEUT% 79,8 % 50 – 70

13. LYMPH% 8,4 % 20 – 40

14. MONO% 9,5 % 2–8


15. EO 0,25 103/mm3

103/mm3
16. BASO 0,02

103/mm3
17. NEUT 9,65

103/mm3
18. LYMPH 1,01

103/mm3
19. MONO# 1,15

103/mm3
20. PLT 305 150 – 400

21. PDW 8,5 fL 10,0 – 18,0

22. MPV 8,4 Fl 6,5 – 11,0

23. P-LCR 12,1 %

24. PCT 0,13 %

25. PT 9,6 Sec 9,5 – 11,7

26. APTT 33,6 Sec 28 – 42

27. INR 0,87 %

28. Kalium 4,10 mEq/l 3,5 - 5,5

29. Natrium 133,9 mEq/l 135 – 147

30. Khlorida 101,7 mEq/l 100 – 106

Pemeriksaan EKG (14-Juni-2019)


Hasilnya : QRS =

102 ms,

QT/QTcBaz =

378/449 ms, PR =

180 ms, P = 84

ms, RR/PP =

702/705 ms,

P/QRS/T = 84/80/35
degrees

Normal sinus

rhythmdan

normal ECG.

Pemeriksaan Colonoscopy (12-Juni-2019)

Hasilnya : Tampak
prolaps dari
hemorrhoid tak tampak
perdarahan aktive,
rektum dan kolon
diatas baik.

Pemeriksaan Thoraks AP (11-Juni-2019)


Hasilnya : Tulang dan
jaringan lunak dinding
dada tak tampak
kelainan, sinuses dan
diafragma normal, Cor:
tak membesar, CTI
normal, mediastinum
atas tak melebar,
trakhea relative
ditengah, pulmo; hili
normal, corak
bronkhovascular baik,
tak tampak infiltrate
atau nodul opak
bilateral paru.

l. Terapi/Pengobatan/Penatalaksanaan
Obat non Parenteral
- Rhodium Kapsul 2x/1 setiap 12 jam sesudah majan
- Amlodipine1x5mg setiap pagi
- ISDN 1x5mg
- Nitrokaf 2x2,5 mg setia 12 jam sesudah makan
- Concor Tablet 1x1,25mg sebelum tidur malam hari
- Spironalachon Tablet 1x25 mg sesudah makan
- Alprazoman Tablet 1x0,5 mg pada malam hari
- Ambroxol Tablet 3x10 mg sesudah makan

Obat Parenteral
- Omeprazole OMZ 2x20 mg setiap 12 jam
- A.Tranexamat 3x 500 mg setiap 8 jam
- Vit K 3x10mg setiap 8 jam IV

Obat Intravena
- NAcl 3% 500 ml setiap 8 jam sekali

Malang, ………………..

Mahasiswa
2. ANALISA DATA PRE-Op

ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 68 th
No. Register : 002
KEMUNGKINAN
DATA FOKUS MASALAH
PENYEBAB
S: pasien mengatakan nyeri 007 Nyeri akut Agen cedera fisiologis
Pasien mengatakan tidak (inflamasi peradangan
nyaman karena nyeri yg pembuluh darah vena (varises
diderota pasien pembuluh darah vena)
O:
- Pasien tampak ada
benjolan di anusnya
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- P: varises pada anus
Q: cenat cenut
R: anus
S: skala 6 (berat)
T: selalu timbul

S: pasien mengatakan 005 Gangguan Pola Tidur Nyeri Akut


kesulitan tidur karena nyeri
yang diderita pasien pada
malam hari
O:
Sebelum sakit : 6-8 jam /
hari
Saat Sakit : 3-5 jam /
hari

3. ANALISA DATA POST-Op


ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 68 th
No. Register : 002
KEMUNGKINAN
DATA FOKUS MASALAH
PENYEBAB
S: pasien mengatakan nyeri 007 Nyeri akut Agen cedera fisik (kerusakan
Pasien mengatakan tidak jaringan akibat tindakan
nyaman karena nyeri yg operasi)
diderota pasien
O:
- Pasien tampak ada
benjolan di anusnya
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- P: varises pada anus
Q: cenat cenut
R: anus
S: skala 4 (sedang)
T: selalu timbul

S: pasien mengatakan sulit 0056 Intoleransi aktivitas Imobilitas pasca operasi


duduk setelah operasi,
pasien mengatakan letih
dan aktivitas dibantu oleh
keluarga
O:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak dibantu oleh
keluarga saat
beraktivitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.B
No. Register : 68 th
Pre-op
1. 007 Nyeri akut Agen b.d cedera fisiologis (inflamasi peradangan pembuluh darah
vena (varises pembuluh darah vena) d.d S: pasien mengatakan nyeri
Pasien mengatakan tidak nyaman karena nyeri yg diderota pasien, Pasien tampak ada
benjolan di anusnya, Pasien tampak meringis, Pasien tampak gelisah, P: varises pada
anus, Q: cenat cenut,R: anus, S: skala 6 (berat), T: selalu timbul
2. 005 Gangguan Pola Tidur b.d Nyeri Akut d.d pasien mengatakan kesulitan tidur
karena nyeri yang diderita pasien pada malam hari Sebelum sakit : 6-8 jam / hari
Saat Sakit : 3-5 jam / hari

Post-Op
3. 007 Nyeri akut b.d Agen cedera fisik (kerusakan jaringan akibat tindakan operasi)
d.d pasien mengatakan nyeri, Pasien mengatakan tidak nyaman karena nyeri yg
diderota pasien Pasien tampak gelisah, P: Post-Operasi, Q: cenat cenut,R: anus, S:
skala 6 (berat), T: selalu timbul
4. 0056 Intoleransi aktivitas b.d Imobilitas pasca operasi d.d pasien mengatakan sulit
duduk setelah operasi, pasien mengatakan letih dan aktivitas dibantu oleh keluarga
Pasien tampak dibantu oleh keluarga saat beraktivitas.

C. PERENCANAAN
1. PRIORITAS MASALAH

Nama Pasien :Tn.B


No. Register :68 th
No TANGGAL TANGGAL TANDA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX MUNCUL TERATASI TANGAN
1. 5/6/19 1. 007 Nyeri akut Agen b.d cedera
fisiologis (inflamasi peradangan
pembuluh darah vena (varises pembuluh
darah vena) d.d S: pasien mengatakan
nyeri
Pasien mengatakan tidak nyaman karena
nyeri yg diderota pasien, Pasien tampak
ada benjolan di anusnya, Pasien tampak
meringis, Pasien tampak gelisah, P:
varises pada anus, Q: cenat cenut,R:
anus, S: skala 6 (berat), T: selalu timbul
2. 005 Gangguan Pola Tidur b.d Nyeri
Akut d.d pasien mengatakan kesulitan
tidur karena nyeri yang diderita pasien
pada malam hari Sebelum sakit : 6-8
jam / hari, Saat Sakit : 3-5 jam /
hari

Post-Op
3. 007 Nyeri akut b.d Agen cedera fisik
(kerusakan jaringan akibat tindakan
operasi) d.d pasien mengatakan nyeri,
Pasien mengatakan tidak nyaman karena
nyeri yg diderota pasien Pasien tampak
gelisah, P: Post-Operasi, Q: cenat
cenut,R: anus, S: skala 6 (berat), T:
selalu timbul
4. 0056 Intoleransi aktivitas b.d
Imobilitas pasca operasi d.d pasien
mengatakan sulit duduk setelah operasi,
pasien mengatakan letih dan aktivitas
dibantu oleh keluarga Pasien tampak
dibantu oleh keluarga saat beraktivitas.
2. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien :Tn B


No. Reg :002
Pre-Op
NO. Dx. KEP. TUJUAN INTERVENSI
KRITERIA STANDART

1
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit pasien dapat mengontrol nyeri.
Kriteria Hasil
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Menarik diri menurun
7. Berfokus pada diri sendiri menurun

Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik :
1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Mengajarkan teknik nonfarmakologis / mengajarkan teknik relaksasasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 Observasi :


menit pasien dapat keadekuatan kualitas dan kuantitas 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
pola tidur. 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau
Kriteria Hasil : psikologis)
1. Kemampuan beraktivitas meningkat 3. Identifikasi makanan dan minuman yang
2. Keluhan sulit tidur menurun mengganggu tidur
3. Keluhan sering terjaga menurun 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
4. Keluhan tidak puas tidur menurun Terapeutik :
5. Keluhan pola tidur berubah menurun 1. Modifikasi lingkungan
6. Keluhan istirahat tidak cukup menurun 2. Batasi waktu tidur siang
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

Post –Op
NO. Dx. KEP. TUJUAN INTERVENSI
KRITERIA STANDART

3
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit pasien dapat mengontrol nyeri.
Kriteria Hasil
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Menarik diri menurun
7. Berfokus pada diri sendiri menurun

Observasi :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik :
1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Mengajarkan teknik nonfarmakologis / mengajarkan teknik relaksasasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
4 Tujuan: Observasi :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
menit pasien dapat beraktivitas secara mandiri baik mengakibatkan kelelahan
dengan atau tanpa bantuan alat. 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Kriteria Hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Menopang berat badan meningkat 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
2. Berjalan dengan langkah yang efektif meningkat melakukan aktivitas
3. Berjalan dengan langkah pelan meningkat Terapeutik :
4. Berjalan dengan langkah cepat meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
5. Berjalan menanjak meningkat stimulusAnjurkan tirah baring
6. Berjalan menurun meningkat 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
7. Berjalan jarak pendek meningkat bertahap
8. Berjalan jarak sedang meningkatBerjalan jarak jauh 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
meningkat gejala kelelahan tidak berkurang
4. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
3. IMPLEMENTASI

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.B


No. Reg :002
Pre-Operrasi
NO
TGL PUKUL IMPLEMENTASI TT
Dx.KEP
19/ju 09.30 1 1. Megidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, kualitas,
ni/20 intensitas nyeri.
19 P: varises pada anus
Q: cenat cenut
R: anus
S: skala 6 (berat)
T: selalu timbul
2.Mengidentifikasi skala nyeri
Skala nyeri 6 (berat)
3.Mengidentifikasi respon nyeri nonvernal
Pasien tampak ada benjolan di anusnya
Pasien tampak meringis
Pasien tampak gelisah
4.Mengontrol lingkungan nyeri
Menutup garden, membuat lingkungan yang nyaman, mematikan lampu jika
malam,
5. Menfasilitasi istrirahat
Memfasilasti istrahat dengan membatasi jam besuk
6.Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu
Pasien paham terhadap penjelasan perawat
7.Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Perawat mengajari pasien untuk teknik nafas dalam ketika nyeri dating
8.Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic untuk terapi
nonfarmakologis
2 09.30 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Saat sakit:6-8 jam
Sebelum sakit: 3-5 jam
2.Mengidentifikasi faktor penganggu tidur
Gangguan tidur pasien dikarenakan nyeri pada anus pasien karena varises
pembuluh darah vena
3.Mengidentifikasi makanan dan minuman yang menganggu tidur
Tidak ada makanan dan minuman yang menganggu tidur pasien
4.Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Tidak ada obat tidur yang dikonsumsi pasien
5.Memodifikasi lingkungan
Menutup gorden, mematikan lampu dan membatasi jam kunjung
6.Membatasi waktu tidur siang
Membatasi waktu tidur pasien ketika siang hari
7.Menjelasjan pentingnya tidur yang cukup
Pasien mengerti tentang penjelasan tidur yang cukup
8.Menganjurkan pasien menepati kebiasaan waktu tidur
Membantu atau mengingatkan pasien untuk waktu kebiasaan tidur yang baik
Post-Operrasi
NO
TGL PUKUL IMPLEMENTASI TT
Dx.KEP
Kami 09.00 4 1. Megidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, kualitas,
s/21/j intensitas nyeri.
uni P: posr operasi hemorid
Q: cenat cenut
R: anus
S: skala 4 (sedang)
T: selalu timbul
2.Mengidentifikasi skala nyeri
Skala nyeri 6 (berat)
3.Mengidentifikasi respon nyeri nonvernal
Pasien tampak ada benjolan di anusnya
Pasien tampak meringis
Pasien tampak gelisah
19 4.Mengontrol lingkungan nyeri
Menutup garden, membuat lingkungan yang nyaman, mematikan lampu jika
malam,
5. Menfasilitasi istrirahat
Memfasilasti istrahat dengan membatasi jam besuk
6.Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu
Pasien paham terhadap penjelasan perawat
7.Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Perawat mengajari pasien untuk teknik nafas dalam ketika nyeri dating
8.Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic untuk terapi
nonfarmakologis
1.Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2.Memonitor kelehalahan fisik yang diakibatkan akibat operasi
3.Memonitor pola dan jam tidur
Mengatur pola tidur pasien disinag dan malam hari disiang hari jam 13.00-
14.00 di malam hari jam 22.00-04.00
4.Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Lokasi di anus pasien
5.Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Dengan menutup garden, menjaga privasi pasien dan membuat pasien
nyaman
6.Melakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Membanu pasien beraktivitas
7.Menganjurkan tirah baring
Menyarankan pasien untuk istirahat lebih lama
8.Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Menyarankan pasien untuk tidak bergerak langsung dengan pelan-
pelan dan dibantu oleh keluarga pasien
9.Menganjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Pasien mengerti dan pasien langsung memencet bel jika terjadi
sesuatu dengan pasien
4. EVALUASI

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn.B


No. Reg : 002
Pre-Operasi
TANGGAL/
Dx. KEP DATA (soapier)
PUKUL
Rabu/19/juni 1.Nyeri Akut S :Pasien mengatakan masih nyeri pada anus, Pasien
2021 mengatakan nyeri disebabkan karena adanya benjolan
09.30 pada anus, Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
di anus terasa diiris- iris, Pasien mengatakan nyeri di
anus dirasakan setiap malam hingga mengganggu
tidur saat malam hari, Pasien mengatakan tidak
nyaman, Pasien mengatakan letih

O :Pasien tampak ada benjolan di anusnya, Pasien


tampak, melakukan teknik relaksasi nafas
dalam, Pasien tampak meringis

A: Masalah belum teratasi


P:Intervensi dilanjutkan

Manajemen Nyeri
Observasi : 1-3
Terapeutik : 1 dan 2
Edukasi :1-3
Rabu/19/juni 2.Gangguan S: Pasien mengatakan nyeri di anus dan abdomen
2021 Poal Tidur dirasakan setiap malam hingga mengganggu tidur
09.45 saat malam, pasien mengatakan tidak nyaman
O: Pasien tampak sulit tidur, Tampak disekitar mata
pasien hitam, Pasien tampak gelisah, Pasien tampak
letih di siang harinya, Pasien tampaksering menguap,
pasien tampak serius

A: Masalah belum teratasi


P:Intervensi dilanjutkan
Dukungan tidur
Observasi:1-4
Terapeutik: 1-3
Edukasi:1 dan 2
Post-Operasi
TANGGAL/
Dx. KEP DATA (soapier)
PUKUL
Kamis/20/juni 1.Nyeri Akut S :Pasien mengatakan masih nyeri pada anus, Pasien
2021 mengatakan nyeri disebabkan karena adanya benjolan
09.30 pada anus, Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
di anus terasa diiris- iris, Pasien mengatakan nyeri di
anus dirasakan setiap malam hingga mengganggu
tidur saat malam hari, Pasien mengatakan tidak
nyaman, Pasien mengatakan letih

O :Pasien tampak ada benjolan di anusnya, Pasien,


tampak, melakukan teknik relaksasi nafas dalam,
Pasien tampak meringis, S: 36,5 Skala: 4, Nadi:
95x/mnt, RR: 24x/mnt

A: Masalah belum teratasi


P:Intervensi dilanjutkan

Manajemen Nyeri
Observasi : 1-3
Terapeutik : 1 dan 2
Edukasi :1-3
Kamis/20/juni 2.Intoleransi S: Pasien mengatakan sulit untuk duduk setelah
2021 Aktivitas operasi, Pasien mengatakan letih, Pasien mengatakan
09.45 dalam beraktivitas dibantu keluarga
O:Pasien tampak meringis, Pasien tampak dibantu
dalam beraktivitas, Pasien tampak bedrest

A: Masalah belum teratasi


P:Intervensi dilanjutkan

Manajemen nyeri
Observasi:1-4
Terapeutik: 1dan 2
Edukasi:1 -3

Anda mungkin juga menyukai