Anda di halaman 1dari 8

BAB II

ISI

A. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)

Keterampilan dasar mengajar perlu dimiliki oleh seorang guru agar dapat

melaksanakan pembelajaran secara optimal dengan hasil yang maksimal. Salah

satu keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang guru adalah keterampilan

memberi penguatan.

Hasibuan (dalam Nurhayani, 2013), mendefinisikan keterampilan memberi

penguatan sebagai suatu kecakapan guru dalam memberi respon kepada siswayang

telah melakukan suatu perbuatan, baik secara verbal, gestural, pendekatan,

sentuhan, kegiatan yang menyenangkan maupun berupa tanda. Menurut

Wahyulestari (2018: 203), penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk

respons, baik yang bersifat verbal maupun non verbal dan merupakan bagian dari

modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan

memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima atas

perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi.

Menurut Barnawi dan Mohammad Arifin (dalam Hardiyanti, 2015: 2),

penguatan adalah respon positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap

perilaku siswadengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.

Penguatan merupakan respon terhadap suatu tingkah laku atau penampilan yang

dapat meningkatkan kemungkinan untuk mengulang tingkah laku tersebut.


Berdasarkan definisi penguatan menurut beberapa ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa penguatan merupakan salah satu usaha menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan. Penguatan (reinforcement) diberikan pada siswa

dengan tujuan memotivasi dan meningkatkan tingkah laku positif (semangat

belajar) siswa yang berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan teori belajar Skinner yang

menyatakan bahwa tingkah laku siswadapat dikondisikan dengan memberikan

penguatan (reinforcement).

Penguatan dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu penguatan verbal dan

penguatan non verbal. Penguatan verbal merupakan penguatan yang diungkapkan

melalui kata-kata atau kalimat pujian, persetujuan, dukungan, pengakuan, dan

sebagainya. Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu:

1. Kata-kata : bagus, baik, luar biasa, benar, ya betul, atau tepat sekali .

2. Kalimat seperti: “Pekerjaanmu rapi dan benar”, atau, “Wah, belum pernah

saya lihat pekerjaan serapi ini.”

Sedangkan penguatan non verbal dapat dinyatakan dengan menunjukkan

mimik atau gestur yang positif. Mimik atau gestural yang dimaksud dapat

ditunjukkan dengan melakukan pendekatan, memberikan sentuhan, atau

menunjukkan gerak isyarat seperti anggukan, senyuman, mengacungkan jempol,

mununjukkan wajah yang ceria atau senang, dan lain sebagainya.

Pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran hendaknya

dilaksanakan secara bijaksana dan sistematis serta dilandasi dengan cara-cara dan
prinsip yang tepat, sehingga tujuan yang telah dibuat dapat tercapai dengan efektif.

Adapun tujuan pemberian penguatan antara lain sebagai berikut :

1) Meningkatkan perhatian murid.

2) Melancarkan/memudahkan proses belajar.

3) Membangkitkan dan mempertahankan motivasi.

4) Mengontrol/mengubah sikap yang mengganggu kelas ke arah yang positif dan

produktif.

5) Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar.

6) Mengarahkan pada cara berpikir kreatif, produktif, dan penuh inisiatif.

B. Hal-hal yang Perlu dilakukan dalam Penerapan Keterampilan Memberi

Penguatan

Penguatan memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan proses

dan hasil pembelajaran yang lebih bermakna. Pujian dan respon positif yang

diberikan oleh guru kepada siswayang telah menemukan prestasi, baik dalam

bidang akademik maupun non-akademik, anak akan merasakan bahwa

perbuatannya dihargai dan dengan demikian akan menjadi motivator untuk terus

berusaha menunjukkan prestasi terbaiknya.

Pemberian penguatan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip

penguatan. Adapun beberapa cara menerapkan keterampilan memberi penguatan

yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut.

1. Penguatan pada pribadi tertentu


Penguatan yang diberikan harus jelas ditunjukkan kepada siswa tertentu.

Usahakan untuk menyebutkan nama dan memandang ke arah siswa yang akan

diberikan penguatan. (Lailiyah, 2008: 16).

2. Penguatan kepada kelompok

Penguatan tidak hanya dilakukan kepada seorang peserta didik, tetapi

dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa. Misalnya ketika salah satu

kelompok siswa berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, maka kelompok

tersebut berhak memperoleh penguatan dari guru baik secara verbal maupun non

verbal.

3. Penguatan yang tidak penuh

Penguatan yang tidak penuh diberikan kepada siswa apabila jawaban atau

respon siswa terhadap pertanyaan guru mengandung kebenaran dan perlu

dilengkapi lagi. Prinsip penguatan yang tidak penuh adalah pengakuan guru

terhadap jawaban atau respon siswa yang belum sempurna (masih ada sebagian

jawaban yang salah).

4. Variasi penggunaan

Penggunaan variasi dalam memberikan penguatan sangat penting untuk

menghindari hilangnya makna penguatan yang diberikan. Oleh karena itu, guru

hendaknya menghindari pemberian penguatan yang monoton dengan menerapkan

prinsip-prinsip penguatan secara matang.

Prinsip-prinsip penguatan menurut Widya (2017) adalah sebagai berikut.


1. Kehangatan

Guru hendaknya menampakkan kehangatan sikap saat memberikan

penguatan, baik dengan suara, mimik, maupun gerakan badan (gestural).

Pemberian penguatan disertai kehangatan mempunyai pengaruh yang lebih kuat.

Tentu saja, kehangatan yang diberikan tersebut harus realistis dan diberikan secara

tulus.

2. Antusiasme

Antusias guru dalam memberi penguatan dapat menimbulkan kesan bahwa

guru memang sungguh-sungguh dan tulus memberikan penguatan. Hal tersebut

dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri pada siswa yang diberi

penguatan.

3. Penguatan bermakna bagi siswa

Penguatan yang diberikan kepada siswa hendaknya dilakukan dalam

konteks yang relevan. Artinya, guru memberikan penguatan yang ada

berhubungan dengan tingkah laku atau penampilan siswa. Penguatan yang

diberikan harus sesuai dengan tingkah laku atau prestasi yang dimiliki siswa agar

siswa yang bersangkutan mengerti dan yakin bahwa ia pantas menerima

penguatan. Kebermaknaan penguatan yang diberikan hanya mungkin terujud

apabila dilakukan dalam kontak yang relevan.

4. Menghindari respon negatif

Teguran dan hukuman tetap dapat digunakan untuk mengontrol dan

membina tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik, akan tetapi respon yang

negatif dari guru berupa komentar yang berisi penghinaan, ejekan, kata-kata kasar,
sindiran dan sejenisnya dapat mematahkan semangat siswa untuk

mengembangkan dirinya.

5. Bersifat pribadi

Sebaiknya pemberian penguatan harus jelas ditujukan kepada siswa secara

pribadi. Misalnya sambil memberi penguatan, guru memandang langsung kepada

murid yang bersangkutan atau dengan menyebutkan namanya. Penguatan yang

diberikan dengan arah yang tidak jelas akan menjadi kurang efektif.

..

C. Hal-hal yang Sebaiknya dihindari dalam Penerapan Keterampilan

Memberi Penguatan

Salah satu hal yang perlu dihindari dalam memberikan penguatan adalah

menghindari penggunaan respon negatif. Berdasarkan kenyataan di lapangan, para

guru sering memberikan respon yang negatif, terutama pada siswayang melakukan

kesalahan. Winataputra (2004) menyatakan bahwa respon negatif seperti kata-kata

kasar, cercaan, hukuman, atau ejekan dari guru dapat menghancurkan suasana

kondusif di dalam kelas dan bahkan mempengaruhi kepribadian siswaitu sendiri.

Oleh karena itu guru hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut.

Jika siswa memberikan jawaban atau menunjukkan penampilan yang tidak

memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan mencela respon yang

diberikan oleh siswatersebut.

Sejalan dengan pendapat Winataputra, Widya (2017:45) menegaskan

bahwa respon negatif berupa sindiran dan sejenisnya dapat mematahkan semangat

peserta didik. Oleh karena itu, apabila siswatidak dapat memberikan jawaban tepat,
guru hendaknya tidak langsung menyalahkan, tetapi dapat memberikan pertanyaan

tuntunan (prompting question) atau memberikan kesempatan (giliran) kepada

siswayang lain untuk untuk menjawab pertanyaan tersebut. Cara yang demikian

tidak akan membuat siswamerasa tersinggung. Bahkan dengan cara tersebut murid-

murid dapat menyadari akan kekurangannya, dan sekaligus berupaya untuk belajar

lebih giat lagi.

Hal lain yang juga perlu dihindari dalam memberi penguatan yaitu

memberi penguatan dalam konteks yang bertentangan. Memberi penguatan yang

tidak ada hubungannya dengan tingkah laku siswa dapat menghilangkan makna

penguatan. Misalnya siswa menyadari bahwa tulisannya tidak rapi dan banyak

coretan, maka sebaiknya guru tidak memberikan penguatan dalam konteks seperti,

“Wah, tulisan ananda sangat rapi dan nyaman dibaca”. Hal demikian tidak

memiliki makna bagi siswa yang menyadari kekurangannya dalam keterampilan

menulis, bahkan dapat menyinggung perasaan siswa yang bersangkutan.

BAB III
KESIMPULAN

Penguatan (reinforcement) merupakan salah satu usaha menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan. Penguatan ditujukan untuk memotivasi siswa

sehingga lebih semangat belajar sehingga memungkinkan siswa untuk

mempertahankan atau meningkatkan prestasi dan tingkah laku yang baik.


Penguatan dibagi ke dalam 2 bentuk yaitu penguatan verbal dan non

verbal. Penguatan verbal biasanya berupa kata-kata atau kalimat pujian. Sedangkan

penguatan non verbal dapat berupa gerakan isyarat atau gestural, mimik wajah, dan

sebagainya.

Pemberian penguatan harus memperhatikan beberapa hal yang tidak lepas

dari prinsip-prinsip penguatan itu sendiri, yaitu kehangatan, antusiasme, penguatan

yang bermakna, menghidari respon negatif, dan penguatan ditujukan secara pribadi

atau jelas arahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hardiyanti, Khoeriyah (2015). Penerapan Keterampilan Memberi Penguatan


Guru dalam Pembelajaran di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1
Karangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran
2014/2015. Skripsi tidak diterbitkan.

Lailiyah, Lailatul (2008). Pemberian Penguatan (Reinforcement) dalam


Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa di
SMP Negeri 18 Malang. Skripsi tidak diterbitkan.

Nurhayani (2013). Pengaruh Keterampilan Guru dalam Memberi Penguatan


terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTS N
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu. Skripsi tidak diterbitkan.

Wahyulestari, Mas Roro Diah. 2018. Membangun Sinergitas dalam Penguatan


Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Era Revolusi, Jakarta: 24 Maret 2018. Hal. 199-210

Widya, Adi. 2017. Keterampilan Dasar Mengajar Memberi Penguatan pada Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 1 (1), 45-48.
Winataputra, Udin S., Dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai