Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Dengan adanya pendidikan manusia memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik dalam menjalani kehidupannya. Selain itu, pendidikan merupakan usaha masyarakat untuk mempersiapkan generasi-generasi selanjutnya agar memiliki nilai-nilai yang luhur dan mewarisi budaya bangsa yang bermartabat. Nilai-nilai luhur tersebut dapat terintegrasi pada diri peserta didik dengan adanya pendidikan karakter sehingga mampu meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan bangsa yang akan datang. Undang-Undang Negara di Indonesia dalam bidang pendidikan dapat dijadikan pedoman dalam proses pelaksanaannya. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) di Indonesia mengatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dari undang-undang tersebut, sangat jelas bahwa tujuan pendidikan di
Indonesia adalah membentuk karakter dan kepribadian peserta didik dengan nilai- nilai yang luhur agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, berilmu, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab serta demokratis. Dengan demikian menjadi tugas bersama terutama sekolah dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut. Mulyasa (2007: 24) menyatakan bahwa karakter memegang peranan yang penting dalam berbagai aspek kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karenaitu, pendidikan karakter memegang peranan yang sangat penting dan akan mewarnai perkembangan kepribadian peserta didik secara keseluruhan. Dengan demikian karakter peserta didik akan tercermin melalui pendidikan yang diperolehnya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar. Lingkungan sekolah memiliki peranan yang cukup besar dalam membangun pendidikan yang berkarakter. Salah satu karakter yang dapat dibangun dan dibiasakan adalah sikap disiplin. Nilai-nilai kedisiplinan perlu dibangun dan dikembangkan sedini mungkin mengingat disiplin memegang peranan yang sangat penting. Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Oleh karena itu, kedisiplinan harus ditanamkan demi tercapainya tujuan pendidikan. Pihak-pihak yang terkait seperti sekolah, keluarga, dan masyarakat ikut membantu menananamkan karakter disiplin dengan baik. Kedisiplinan hendaknya diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sehingga jika disiplin sudah menjadi sebuah karakter maka tujuan pendidikan akan tercapai dan mendapatkan hasil yang maksimal. Sebaliknya siswa yang melanggar peraturan atau tata tertib sekolah akan mendapatkan hukuman atau sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan. Dengan demikian, jika sekolah mampu menerapkan tata tertib dengan baik dan konsisten maka kedisiplinan akan menjadi sebuah budaya dan karakter yang tercemin pada perilaku siswa. Dalam penerapan kedisiplinan di sekolah, tidak semua siswa dapat melaksanakan dengan baik. Berdasarkan observasi awal penulis dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas II di SDN……………….masih terdapat beberapa sikap yang menunjukkan ketidakdisiplinan baik dalam proses pembelajaran atau di luar pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, dapat diketahui bahwa kondisi disiplin belajar siswa masih rendah dan membutuhkan perhatian. Dengan adanya pelanggaran-pelanggaran tersebut, perlu adanya alat kontrol pendidikan salah satunya adalah reward (penghargaan) dan Punishment (peringatan). Reward dapat diberikan bagi siswa yang mematuhi seluruh peraturan dan tata terib dengan baik dan konsisten. Sedangkan punishment diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan dan mengulanginya kembali suatu upaya yang dapat dilaksanakan di sekolah demi tercapainya sebuah kedisiplinan terhadap tata tertib atau peraturan-peraturan sekolah. Apabila tata tertib tersebut dilaksanakan dengan baik dan teratur, maka tujuan pendidikan baik berupa tujuan institusional (kelembagaan), tujuan kurikuler (bidang studi), maupun tujuan intruksional (pengajaran) akan mendapatkan hasil yang baik pula. Reward yang baik dalam pendidikan adalah reward yang mampu memberikan nilai-nilai yang mampu mendidik siswa. Tidak menimbulkan iri hati, siswa tidak berorientasi pada reward yang diberikan oleh guru dan siswa tidak merasa dibedakan antara siswa yang mendapatkan reward dengan siswa yang tidak mendapatkan reward karena esensi dari disiplin sendiri adalah membiasakan diri untuk menataati peraturan tata tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Stiker memberikan umpan balik positif terhadap prestasi anak sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan internal yang dapat mengembangkan sikap disiplin dalam diri anak. Stiker tersebut diberikan ketika mereka mampu bersikap disiplin baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Kelebihan stiker adalah untuk mendorong atau memotivasi anak, mengingat peraturan dan belajar beretanggung jawab. Pemberian reward stiker bergambar merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memberikan efek atau pengaruh terhadap sikap disiplin belajar peserta didik dengan cara menempelkan pada papan prestasi dengan tujuan untuk memotivasi peserta didik dalam meningkatkan sikap disiplin belajarnya. Reward dan punishment yang diberikan memiliki dua cara, yang pertama bersifat umum misalnya memberikan pujian, menepuk pundak, memberikan hadiah berupa materi dan lainnya. Punishment dapat diberikan dengan memberikan nasehat, bermuka masam, menegurnya dan lain-lain.
Menurut Rimm (2001) Reward diharapkan dapat memotivasi peserta didik
untuk mendisiplinkan diri, kelak disiplin diri akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang. Dengan demikian teknik mendisiplinkan anak dengan menggunakan reward bertujuan agar peserta didik memiliki disiplin diri dalam lingkungan sekolah. Jika disiplin dilakukan secara terus menerus maka akan mengarahkan peserta didik untuk konsisten dan berprilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Seorang siswa yang rajin, berakhlak baik, dan yang dapat menjalankan kewajiban, layak memperoleh hadiah dari gurunya. Kala itulah, anak itu akan menemukan jiwanya senang menerima itu di hadapan teman-temannya. Sebab, pada usia pelajar, jiwa seorang anak lebih dipenuhi insting suka memiliki. Karakter setiap manusia, terutama anak (peserta didik), pasti lebih menyukai mendapat penghargaan yang sifatnya berwujud maupun tidak berwujud sehingga siswa pun akan berusaha keras mendapatkannya. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya merespons apa yang disukai oleh siswa. Guru harus bisa memberikan hadiah- hadiah tersebut pada kesempatan yang tepat.
Di Indonesia, pendidikan kognitif lebih dominan dibandingkan dengan
pendidikan karakter. Padahal kedua hal tersebut sangat penting untuk mencetak generasi muda yang cerdas bukan saja dalam ilmu pengetahuan tetapi juga dalam hal sikap dan perilaku yang humanis. Berbeda dengan negara-negara lainnya yang sistem pedidikannya sudah maju seperti Finlandia dan Jepang. Mereka menerapkan sistem pendidikan yang memiliki keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter. Sejak dini, anak-anak diajarkan untuk berkasih sayang, jujur, disiplin, bersikap adil, dan bertanggungjawab terhadap diri mereka, manusia dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, orang tua maupun guru sering merasa kesulitan dalam menanamkan kedisiplinan terhadap anak. Jika anak tidak mengikuti atau mematuhi peraturan yang ada mereka lebih banyak menggunakan hukumann kepada anak atau sebaliknya terlalu mengumbar reward dengan mengiming-iminginya hadiah yang berlebihan. Hukuman yang diberikan kepada anak dalam upaya mendisiplinkan anak secara tidak langsung menjadikan pribadi anak terbelenggu dan tidak percaya diri. Namun reward yang diberikan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut akan menjadikan anak meremehkan usaha dan tidak bertanggung jawab. Hukuman dan hadiah dapat digunakan dalam upaya mendisiplinkan peserta didik. Namun reward dan punishment harus diberikan pada situasi yang tepat dengan tujuan untuk mendidik mereka. Menurut Severe (2004) stiker memberikan umpan balik positif terhadap prestasi anak sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan internal yang dapat mengembangkan sikap disiplin dalam diri anak. Stiker tersebut diberikan ketika mereka mampu bersikap disiplin baik dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Kelebihan stiker adalah untuk mendorong atau memotivasi anak, mengingat peraturan dan belajar bertanggung jawab. Sedangkan menurut Rahayu, Putri (2010: 46) stiker memberikan umpan balik positif yang segera terhadap prestasi anak sehingga stiker menciptakan rasa keberhasilan dan motivasi internal yang dapat mengembangkan rasa percaya diri dalam siswa. Guru dapat melihat semangat siswa ketika mendapatkan stiker dengan gambar yang lucu. Selain itu, stiker dapat mendorong anak untuk bersikap proaktif dan membuat rencana. Dari berbagai permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa dengan Menggunakan Reward Sticker Pictured : Studi Terhadap Siswa Kelas…….SDN…….