Anda di halaman 1dari 19

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA

BAB V
SISTEM TATA UDARA KOMERSIAL

Juli Sardi, S.Pd., M.T.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2016
1
BAB V
SISTEM TATA UDARA KOMERSIAL

A. Kompentensi Inti
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
B. Kelompok Kompetensi Dasar
1. Merencanakan sistem dan instalasi tata udara untuk keperluan komersial
2. Komisioning pemasangan sistem dan instalasi tata udara untuk keperluan
komersial
3. Memelihara sistem dan instalasi tata udara untuk keperluan komersial
C. Uraian Materi
1. Merencanakan Sistem dan instalasi tata udara untuk keperluan komersial
1.1. Beban pendinginan sistem tata udara komersial
Langkah-langkah perhitungan dapat dijelaskan dengan gambar sebagai
berikut :
2.6.2.4 Radiasi matahari pada dinding
dan atap dan pemanasan oleh
udara luar
2.6.4.2 Sumber kalor di dalam ruangan
2.6.5 Sumber penguapan di dalam ruangan
2.6.4.1 Transmisi kalor melalui lantai,langit-langit dan kompartemen

2.6.2.1 Radiasi matahari


Saluran udara

2.6.6.2 Daya motor


2.6.2.2 Kalor melalui kipas udara
jendela
Infiltrasi

2.6.2.3 Kalor sensibel


2.6.6.1 Kalor sensibel
2.6.3 Kalor laten
2.6.7.1 Kalor laten

2.6.2.5 Kalor tersimpan dlm gedung


sebelum pendinginan dimulai

Beban ruangan Beban mesin

Gambar 89. Komponen beban pendinginan tata udara

1.1.1. Kondisi Dasar


a. Luas lantai
Luas lantai adalah jarak panjang dikalikan lebar ruangan dimana jarak antara
garis- garis teras tembok digunakan dalam perhitungan ini.

2
b. Volume ruangan
Volume ruangan adalah luas lantai dikali jarak antara titik tengah lantai dan
titik tengah langit-langit.
c. Nama bulan perancangan
Dalam hal ini harus diberikan bulan terpanas
1.1.2. Kondisi Udara
a. Kondisi udara dalam ruang
b. Kondisi udara luar ruang
c. Temperatur udara sesaat
Temperatur udara pada suatu saat tertentu dapat diperkirakan dengan
formula :

t t
to  to, rancangan  cos15(   )
2 2
dimana :
to = temperatur udara luar sesaat, (oC)
to rancangan = temperatur udara luar untuk perancangan, (oC)
Δt = perubahan temperatur harian, (oC)
360 0
15 = perubahan waktu sudut ( )
24 jam
τ = waktu penyinaran matahari
γ = saat terjadinya temperatur maksimum ( + 2 )
Untuk τ (waktu penyinaran matahari ), pukul 12.00 siang adalah 0, pagi hari
(A.M) adalah negatif (-) dan siang hari (P.M) adalah positif, dengan besarnya
dinyatakan sampai satu angka desimal, misalnya pukul setengah sepuluh pagi
dinyatakan dengan -2.5.
d. Radiasi panas matahari
Radiasi matahari dapat dibagi dalam golongan radiasi langsung dan radiasi
tidak langsung. Permeabilitas atmosferik adalah komplimen dari faktor reduksi
yang memperhitungkan adanya panas radiasi matahari yang diserap oleh lapisan

3
udara atmosfir diatas permukaan bumi, hal ini dapat digambarkan seperti
dibawah ini.

Gambar 90. Radiasi matahari


Jumlah kedua jenis radiasi tersebut dinamakan “radiasi matahari total”.
Sesuai dengan kedudukan permukaan bidang terhadap arah datangnya radiasi,
maka radiasi matahari langsung adalah :

Jn = 1164 P cosec h (kcal/ m2jam)


Jh = 1164 P cosec h sin h (kcal/ m2jam)
Jv = 1164 P cosec h cos h (kcal/ m2jam)
Jβ = 1164 P cosec h cos h cos β (kcal/ m2jam)

Dimana :
Jn = radiasi matahari langsung pada bidang tegak lurus arah datangnya
radiasi
Jh = radiasi matahari langsung pada bidang horizontal
Jv = radiasi matahari langsung pada bidang vertikal
Jβ = radiasi matahari langsung pada bidang vertikal, tetapi pada posisi
membuat sudut samping β dari arah datangnya radiasi
1164 = konstata panas matahari (kcal/ m2jam)
P =permeabilitas atmosfirik ( 0,6 - 0,75 pada hari yang cerah )
h = ketinggian matahari (dinyatakan dalam derajat dengan sistem
desimal)

4
e. Beban kalor sensibel daerah parimeter (tepi)
f. Tambahan kalor oleh transmisi radiasi matahari melalui jendela
Dapat dirumuskan :
Luas jendela (m2) x jml radiasi matahari (kcal/ m2jam) x faktor transmisi
jendela x faktor bayangan
g. Beban transmisi kalor melalui jendela
Dapat dirumuskan :
Luas jendela (m2) x koefisien transmisi kalor melalui jendela, K (kcal/ m2jam
o
C) x Δt ruangan (oC)
h. Infiltrasi beban kalor sensibel
Dapat dirumuskan :

{(Volume ruangan (m3) x jumlah penggantian ventilasi alamiah, Nn) + jml


0,24
udara luar} x x Δt ruangan(oC)
volumeSpesifik
i. Beban transmisi kalor melalui dinding dan atap
Dapat dirumuskan :
Q = A x K x ETD
Dimana :
A = Luas dinding / atap (m2 )
K = Koefisien transmisi kalor dari dinding/ atap (kcal/ m2 jamoC)
ETD = Equivalent Temperature Difference (oC)

j. Beban kalor tersimpan dari ruangan


Perhitungan beban ini untuk keadaan dimana penyegar udara dimulai 2 atau
3 jam sebelum waktu beban kalor maksimum.
k. Beban kalor laten dareah parimeter (tepi)
l. Beban kalor sensibel dareah interior
m. Beban peralatan
n. Beban kalor laten daerah interior
o. Beban kalor sensibel ruangan total

5
p. Kenaikan beban oleh kebocoran saluran udara
q. Beban kalor laten mesin
r. Beban kalor laten ruangan total
s. Kenaikan beban oleh kebocoran saluran udara

1.2. Komponen utama sistem dan instalasi tata udara komersial


1.2.1. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk memberikan kompresi atau tekanan pada
refrigerant yang berasal dari section line sehingga temperatur dan tekanannya
naik dan selanjutnya dialirkan ke discharge line. Menurut jenisnya kompresor
dibagi menjadi 5 macam, yaitu :
1) Kompresor Torak.
2) Kompresor Sudu / vane kompressor.
3) Kompresor Sekrup atau Heliks.
4) Kompresor Sentrifugal.

Tetapi menurut peletakan motornya, kompresor dibagi menjadi 3 macam, yaitu :


1) Kompresor Hermetik
2) Kompresor Semi Hermetik.
3) Kompresor Open Type.

Gambar 91. Kompresor

6
1.2.2. Kondenser
Kondenser berfungsi sebagai media pemindah kalor dari refrigerant ke
lingkungan untuk mencairkan uap refrigerant yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi dari kompresor. Disini kalor dilepaskan ke lingkungan.
Berdasarkan media pendinginannya kondensor dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1) Kondenser berpendingin air ( Water Cooled Condenser ).
2) Kondenser berpendingin udara ( Air Cooled Condenser ).
3) Kondenser berpendingin udara dan air (Air and Water Cooled Condenser).

Gambar 92. Bagian-bagian Kondenser


1.2.3. Evaporator
Evaporator berfungsi sebagai alat penyerap kalor dari lingkungan ke
refrigerant sehingga refrigerant akan mengalami perubahan fasa dari cair
menjadi uap. Berdasarkan bentuk dan permukaan koilnya, evaporator dibagi
menjadi 3 macam, yaitu :
1) Evaporator Pipa Telanjang ( Bare Tube Evaporator ).
2) Evaporator Pelat ( Plate Surface Evaporator ).
3) Evaporator Bersirip ( Finned Evaporator ).

Dilihat dari cara kerjanya secara ekspansi langsung, evaporator dibagi menjadi 2
macam, yaitu :

7
1) Flooded Evaporator.
2) Dry Expntion Evaporator.

Dilihat dari konstruksinya evaporator dibagi menjadi :


1) Shell and Tube Evaporator.
2) Shell and Coil Evaporator.

Dalam proses pendinginan, pada umumnya temperatur permukaan bidang


evaporator lebih rendah daripada titik embun dari udara masuk. Apabila udara
ruangan menyentuh permukaan koil pendingin, uap air dalam udara akan
mengembun sehingga koil menjadi basah. Pada umumnya temperatur bola kering
(Tdb) udara keluar evaporator adalah 15OC – 17OC dan temperatur bola basah
(Twb) 13OC – 15OC untuk evaporator dengan penguapan 2OC – 7OC, kecepatan
udara sekitar 2 m/s sebagai kondisi standar dan menggunakan koil dengan 3 atau
4 baris.

Gambar 93. Proses Kerja Evaporator


1.2.4. Katup Ekspansi
Katup Ekspansi berfungsi untuk mengekspansikan secara adiabatik cairan
refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai tingkat keadaan
tekanan dan temperatur rendah. Ada bermacam-macam jenis katup ekspansi,
antara lain :
1) Automatic Expantion Valve.
2) Thermostatic Expantion Valve.

8
3) Katup Apung Sisi Tekanan Tinggi.
4) Katup Apung Sisi Tekanan Rendah.
5) Manual Expantion Valve.
6) Pipa Kapiler.
7) Thermoelectric Expantion Valve.
8) Electronic Expantion Valve.
Dari banyak jenis katup ekspansi tersebut yang paling banyak digunakan untuk
sistem pendingin komersial adalah pipa kapiler karena beban yang didinginkan
relatif konstan dan mempunyai harga yang relatif murah.

Gambar 94. Bagian-Bagian Katup Ekspansi


1.2.5. Refrigeran
Refrigeran merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk
menyerap kalor dari lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan.
Sifat-sifat fisik termodinamika refrigeran yang digunakan dalam sistem refrigerasi
perlu diperhaatikan agar sistem dapat bekerja dengan aman dan ekonomis.

2. Komisioning pemasangan sistem dan instalasi dan tata udara untuk keperluan
proses produksi industrial
2.1. Distribusi udara pada sistem tata udara komersial
Udara catu dari unit udara harus didistribusikan ke seluruh ruangan secara
merata, sehingga tidak ada satu daerah didalam ruangan lebih dingin dan di

9
daerah lain lebih panas. Pada umumnya untuk ruangan yang besar, dari cerobong
udara udara catu dimasukkan kedalam ruangan melalui lubang-lubang keluaran
(outlet atau diffuser) yang diletakkan di atas bidang hunian atau di tempat lain
yang sesuai) Jumlah letak dan jenis diffuser ini harus ditentukan dengan beberapa
pertimbangan, antara lain : (1) dapat memberikan distribusi udara yang merata
(2) tidak menimbulkan noise (bising) yang berlebihan (3) sesuai dengan interior
ruangan).
Udara didalam ruangan ditarik kembali melalui lubang-lubang isap (inlet
atau grill) dan disalurkan melalui cerobong udara balik masuk kembali ke unit tata
udara. Letak dari inlet ini umumnya pada daerah-daerah dimana sumber kalor
masuk, misalnya di dekat jendela atau pintu.

a. Konstruksi Ducting
Fungsi dari sistem cerobong, seperti yang telah disebut sebelumnya adalah
untuk menyalurkan udara terkondisi dari unit pengolah udara ke ruangan-
ruangan yang membutuhkan pengkondisian dan mengembalikan udara dari
ruangan-ruangan ke unit pengolah udara untuk diproses kembali. Bentuk dari
cerobong (duct) dapat berupa lingkaran, segi empat, atau oval tergantung pada
kebutuhan dan fungsinya. Tetapi yang paling populer digunakan adalah cerobong
segi empat . Dari segi konstruksinya ada dua tipe uct yaitu tipe rigit (kaku) dan
flexible sedangkan bahan ducting dapat berupa baja lapis seng (BJLS) atau
alumunium. Namun demikian bahan fiberglass, PVC polypropylene atau bahan
plastik yang lain akhir-akhir ini banyak digunakan.
1) Klasifikasi Duct. Cerobong udara catu (supplu duct) dan cerobing udara balik
(return duct) diklasifikasikan dengan meninjau aspek kecepatan dan tekanan
udara didalam duct.
2) Aspek Ratio. Cerobong berbentuk segiempat yang paling banyak digunakan
didalam system cerobong udara. Dalam hal ini cerobong udara segiempat,
perlu diperhatikan perbandingan (ratio) antara sisi panjang dan sisi pendek
dari segiempat. Aspek ratio ini mempengaruhi besarnya kalor yang masuk
kedalam duct biaya pembuatan, biaya instalasi dan biaya operasional.

b. Jenis Sistem Cerobong Udara


10
Sistem Cerobong Udara yang menyalurkan udara catu dari unit tata udara ke
ruangan secara garis besarnya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1) Sistem Cerobong terpadu. Sistem cerobong ini menghubungkan unit tata
udara dan outlet-outlet. Sistem ini sangat popular dan luas pemakaiannya.
Jika dibandingkan dengan sistem yang lain sistem ini muda dibuat,
sederhana pemasangannya dan tidak terlalu banyak memakan tempat.
2) Sistem Cerobong Tunggal. Pada sistem ini, setiap outlet dihubungkan dengan
unit tata udara oleh cerobong, sistem cerobong tunggal banyak diterapkan
pada sistem tata udara jenis multi zone, ata apabila hendak dipakai kenis
tata udata package yang dipasang ditengah-tengah ruangan. Dalam sistem
ini, pemasukan udara catu melalui setiap outlet dapat diatasi dengan
mudah. Namun dengan demikian biaya instalasinya mahal dan memakan
tempat untuk cerobong yang lebih besar.
3) Sistem Cerobong Melingkar. Sistem cerobong melingkar menggunakan
sebuah saluan yang menghubungkan dua saluran utama. Dengan saluran
yang melingkar diharapkan mampu mengkompensasikan ketidakseimbangan
aliran udara melalui lubang isap yang terdekat pada ujung cerobong atau
apabila jumlah udara catu yang tersedia terlampau kecil. Ssitem ini banyak
dipakai di industri, kereta api, rumah tinggal dan sebagainya.

c. Pembuatan Duct
Ketebalan bahan duct yang digunakan tergantung pada jenis sistem duct dan
ukuran terpanjang dari kedua sisinya. Sebagai contoh bila mengginakan baja
lapisan seng (BJLS) untuk kecepatan kurang dari 12 m/s. Cerobong ucara catu dan
balik diberi lapisan isolasi thermal untuk memperkecil kebocoran kalor dan luar
kedalam cerobong. Disamping fungsi tersebut, isolasi juga berfungsi untuk
meredam bising yang ditimbulkan oleh adanya gerakan udara dan peralatan lain
didalam sistem cerobong udara.
Pelapisan isolasi dapat dilakukan pad bagian luar (isolasi luar) atau pada
bagian dalam (isolasi dalam) cerobong atau kombinasi keduanya. Untuk isoalsi
luar, setelah cerobong dibungkus dengan isolasi di bagian luarnya diberi lapisan
vapour barrier untuk mencegah masuknya udara kedalam isolasi. Banyak jenis

11
isolasi yang dpat digunakan untuk membungkus cerobong, antara lain yang
umum digunakan adalah jenis fiberglass (glasswool), polyurethane foam atau
styrofoam. Sedangkan bahan vapour barrier umumnya dapat dipergunakan
alumunium foil.

2.2. Pengujian kondisi operasi sistem dan instalasi tata udara komersial
2.2.1. Kualitas udara dalam Ruangan
a. Parameter kualitas udara dalam ruangan dan tingkat kontrol yang ditentukan
dalam khusus Spesifikasi. 12 parameter yang ditentukan, yaitu 3 fisik
parameter (suhu misalnya, kelembaban relatif, dan pergerakan udara), 8
parameter kimia (misalnya karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO),
nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), formaldehida (HCHO), total senyawa
organik volatil (TVOC), terhirup ditangguhkan partikulat (RSP), dan radon (Rn),
dan 1 parameter biologi (misalnya bakteri di udara). Semua parameter
kualitas udara dalam ruangan harus diukur dan dikalibrasi oleh monitor real-
time dengan data, kecuali; (a) menghitung koloni bakteri di udara; dan (b)
HCHO dan O3 dapat menggunakan metode pengambilan sampel pasif.
b. Kualitas udara dalam ruangan diperiksa oleh pemeriksa yang berkualitas.
c. Melaksanakan inspeksi secara terus menerus untuk mengidentifikasi setiap
kesalahan yang tidak disengaja. Menentukan posisi pengambilan sampel yang
tepat selama inspeksi dan menandai posisi pada rencana tata letak bangunan.
d. Semua sampel udara harus dikumpulkan pada 1,0-1,2 m di atas permukaan
lantai.
e. Gunakan real-time monitor untuk sampel tingkat parameter kualitas udara
dalam ruanganminimum 25% dari posisi sampling, setiap posisi selama 5
menit.Memeriksa apakah mereka dapat memenuhi tingkat kontrol yang
ditentukan.
f. 10% dari sampel yang terintegrasi harus dilakukan untuk pengendalian
kualitas, termasuk sampel tambahan, dan lapangan kosong.
g. Laporkan Hasil pengujiannya

12
2.2.2. Efisiensi Sistem
Peralatan sistem dan instalasi tata udara komersial yang telah dipasang
haruslah memuaskan sesuai dengan persyaratan pada efisiensi energi dan
konservasi energi sebagaimana diatur dalam prosedur. Spesifikasi dan kode
praktek untuk efisiensi energi instalasi pendingin dan instalasi listrik sesuai
dengan peraturan. Untuk memverifikasi bahwa kinerja efisiensi energi berikut
peralatan dan sistem, tidak terbatas pada dokumen teknis dan perhitungan yang
diajukan oleh kontraktor, melainkan sesuai dengan perencanaan semula.
Pengujian untuk mengevaluasi kinerja efisiensi energi peralatan diklasifikasikan
ke dalam uji pabrik dan uji lapangan.
2.2.3. Sistem Kontrol
Sistem kontrol yang ditetapkan, berhubungan dengan tekanan, suhu,
penginderaan, katup motor, peredam, dll. Semua wirings dalam panel kontrol
harus diperiksa untuk menghindari koneksi yang longgar dan memastikan semua
pemasangan istalasi benar sesuai dengan wiring diagram. Selain itu, juga untuk
meyakinkan bahwa pemeriksaan fungsional untuk saling terkait dan sequencing
telah dilakukan sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi. Hal ini juga penting
bahwa prosedur yang dijelaskan tempat lain yang berkaitan dengan regulasi
udara, air, sistem pendingin dan peralatan yang terhubung/sistem lain telah
dilakukan sebelum komisioning sistem kontrol.

3. Memelihara Sistem dan instalasi tata udara untuk keperluan komersial


3.1. Prosedur pemeliharaan sistem dan Instalasi tata udara untuk keperluan
komersial
3.1.1. Menentukan Strategi Pemeliharaan
a. Filter Udara. Menentukan apa model atau kombinasi terbaik sesuai dengan
aplikasinya. Tergantung pada sejumlah besar faktor termasuk jam operasi, lalu
lintas bangunan, ukuran rak filter, produk yang dijual,dan lokasi geografis.
Filter udara akan menyumbat dalam jangka waktu yang berkisar dari 30 hari
sampai 150 hari. Hal ini berlaku untuk semua filter.Sementara filter lipit
mungkin berisi tiga kali jumlah media yang terkandung dalam filterdatar,
mereka biasanya tiga kali seefisien filter datar; sehingga kedua jenis
13
cenderung memuat pada tingkat yang sama. Biaya filter lipit lebih mahal 50%
dan 100% dari biaya filter datar.
b. Filter udara diganti setiap tiga bulan, Ini bekerja untuk sebagian besar
bangunan di sebagian besar lokasi. Jika masalah yang disebabkan oleh filter
tersumbat, maka perlu untuk meningkatkan frekuensi penggantian filter di
bangunan-bangunan tersebut. sistem. Sistem Variabel Volume Air (VAV)
biasanya dilengkapi pada modul tata aliran udara.
c. Belt (Sabuk) Pengemudi. Sabuk adalah penghubung antara motor blower dan
roda blower dalam sistem pendingin udara. Sabuk ini biasanya terbuat dari
neoprene. Usia rata-rata dari sabuk penggemudi adalah lebih dari satu tahun
dan pemeliharanan preventif, sabuk digantikan setiap tahun Sistem dan
instalasi tata udara komersial benar-benar bekerja lebih keras karena
peningkatan suhu di luar ruangan. Kebanyakan unit dengan kapasitas 7,5 ton
atau lebih penggunaan beberapa tahap pendinginan. Ketika sistem yang
ringan dimuat mesin berjalan dengan kompresor tunggal untuk memenuhi
beban. Semakin meningkat suhu luar dan jumlah penghuni, demikian juga
beban pendinginan dan unit memberikan energi kompresor dan kipas
kondensor tambahan. Pemeriksaan pendingin juga akan mengidentifikasi
peralatan yang tidak beroperasi secara efisien dan memungkinkan untuk
memperbaiki penyebabnya. Ini memungkinkan untuk mengurangi biaya
energi . Sementara sistem yang ramah lingkungan memungkinkan teknisi
untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kebocoran refrigerant setiap saat.
Agar fungsi peralatan beroperasi secara efisien ketika mengandung muatan
refrigeran yang benar, akan menghindari evaporator coil freeze-up dan
kebocoran kondensat yang dihasilkan, dan akan mencegah kebocoran
tambahan R22 ke atmosfer.
3.1.2. Penggantian Unit
Setiap sistem mekanik memiliki umur tertentu, hal ini ditentukan oleh
faktor-faktor seperti lokasi geografis, jumlah jam operasi, dan kualitas
pemeliharaan. Tim pemeliharaan mencari solusi yang paling efektif, dalam sistem
dan instalasi tata udara komersial, ini mengembangkan strategi pengganti

14
proaktif dan menganalisis serta mengevaluasi perbaikan dibandingkan pilihan
mengganti.
a. Langkah pertama dalam perencanaan strategi pengganti adalah
merencanakan menganalisis dan membandingkan usia untuk semua aset
sistem dan instalasi tata udara komersial. Ini harus dipecah menurut jenis
peralatan, karena berbagai jenis peralatan akan memiliki harapan hidup yang
berbeda. Gunakan ini sebagai panduan bersama dengan laporan kondisi
ketika mengevaluasi penggantian sistem. Strategi terbaik kadang-kadang
masih akan menjadi tebakan, tapi juga akan ada situasi-situasi yang jauh lebih
menguntungkan. Untuk menghindari kesalahannya adalah dengan
mengasumsikan bahwa unit yang diperlukan perbaikan besar tahun lalu harus
diganti, karena akan memerlukan perbaikan besar tahun depan. Hal ini
mungkin tidak menjadi kasus, tergantung pada kondisi komponen yang tidak
diganti baru-baru ini. Katakanlah mengganti kompresor setahun yang lalu di
suatu unit. Unit ini berusia 15 tahun, tapi eksposur terhadap perbaikan besar
di masa depan adalah tipis untuk beberapa tahun mendatang. Dibutuhkan
benar-benar mengevaluasi perbaikan dibandingkan opsi mengganti untuk
setiap kali perbaikan besar pada peralatan yang usianya melebihi 8 tahun.
3.2. Jenis-jenis gangguan unit tata udara komersial
3.2.1. Kontaminasi Uapa Air
Permasalahan yang dihadapi oleh kompresor torak adalah masalah efisiensi
kompresi dan masalah kontaminasi. Uap air atau moisture merupakan musuh
utama sistem refrigerasi. Masuknya uap air ke dalam sistem dapat disebabkan
oleh pekerjaan perakitan atau repair yang tidak bagus. Uap air yang masuk ke
dalam sistem akan bercampur dengan refrigerant dan lubricant. Selanjutnya bila
ketiga bahan tersebut bercampur dan medapat pemanasan maka akan
menghasilkan senyawa acid yang sangat korosif. Bila terjadi demikian maka yang
fungsi oli refrigeran yang ada di dalam crankcase kompresor akan terganngu,
disamping itu akumulasi acid yang berlebiahn pada kompresor akan berdampak
timblnya kerak acid yang menempel pada katub kompresor sehingga dapat
mengakibatkan turunnya efisiensi kompresi. Bila terjadi demikian maka efek

15
pendingian juga akan berkurang atau tidak optimal. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka perlu dilakukan serangkaian pengujian untuk mengetahui efisiensi
kompresi dan kebocoran katub dan setiap 5 tahun oli kompresor harus diganti,
pada saat melakukan pekerjaan overhaul.
3.2.2. Acidic (keasaman) Lubrikan
Seperti telah diuraikan di depan bahwa lubricant pada sistem refrigerasi
mempunyai peran yang sangat menentukan terhadap operasi sistem refrigerasi.
Lubricant yang sudah tercemar harus diganti dengan yang baru. Pencemaran
lubricant diakibatkan timbulnya senyawa acidic atau keasaman dalam lubricant
karena adanya reaksi kimia antara lubricant, refrigerant, uap air dan efek
pemanasan. Lubricant yang sudah tercemar oleh acid (asam) tidak dapat
digunakan lagi karena karakteristiknya sudah berubah. Untuk kompresor yang
sudah tua sebaiknya dilakukan test acidic untuk memastikan kualitas
lubricantnya. Untuk mengji tingkat keasaman lubricant dapat digunakan suatu
liquid tester yang disebut “Isotron” test kid.
Pungujian dengan isotron test kid dilakukan berdasarkan perubahan warna
lubricantnya. Untuk mengganti lubricant maka lubricant lama dikeluarkan melalui
saluran suction hingga habis. Pengisian lubricant ke dalam sistem dapat dilakukan
dengan menggunakan alat khusus yang disebut: dosing syringe atau dimasukkan
dengan cara mengevakuasi kompresor terlebih dahulu. Kerusakan yang diangap
paling parah dan mahal adalah terbakarnya gulungan motor kompresor.
Gulungan motor kompresor dapat terbakar bila suhu di dalam kompresor
hermetik terus meningkat dan isolasi gulungan motor memikul suhu kritis dalam
waktu yang lama.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya: ventilasi jelek,
condenser terkontaminasi dengan kotoran dan tegangan lisrik yang tidak normal.
Ganguan “Lost charge” dapat juga menimbulkan efek yang sama. Mengapa
overload protector tidak dapat mengamankan kondisi tersebut? Bila isolasi
gulungan motor rusak maka akan menimbulkan kenaikan suhu akibat adanya
hubungan singkat pada gulungan motor. Kenaikan suhu pada kompresor tersebut
dapat menimbulkan decomposition atau perubahan komposisi pada lubricantnya

16
dan juga pada refrigerantnya. Decomposition ini menghasilkan partikel-partikel
decomposed yang akan ikut tersirkulasi di dalam sistem sehingga dapat
menimbulkan kontaminasi sistem refrigerasinya. Decomposition refrigeran
menghasilkan asam hidrofluorik dan asam hidoklorik.
3.2.3. Lost Charge
Gejala yang timbul, efek pendinginan kurang. Tekanan kerja sistem
refrigerasi di bawah normal.Jumlah isi refrigerant yang dimasukkan ke dalam
sistem dapat berpengaruh terhadap performa sistem refrigerasi. Terlebih lagi
pada sistem yang menggunakan pipa kapiler maka refrigerant charge merupakan
suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar atau tidak ada toleransi. Bila isi
refrigerant kurang dari harga nominalnya dapatmenyebabkan performa sistem
tidak optimal artinya sistem pendinginanya kurang.
Untuk mendeteksi gangguan semacam ini perlu dilakukan identifikasi dan
diagnosis yang hati-hati dan teliti. Karena gejala yang ditimbulkan hampir sama
dengan gangguan buntu pada pipa kapiler akibat adanya formasi es atau kotoran
lainnya. Isi refrigerant yang krang mengakibatkan kompresornya bekerja lebih
lama karena setting suhu thermostatnya mungkin tidak pernah tercapai. Tidak
akan terjai bunga es di coil evaporator. Bunga es hanya terjadi di saluran masuk
evaporator. Kompresor bekerja pada tekanan di bawah normal sehingga
konsumsi daya yang diambilnya juga rendah. Penyebab: Lost charge dapat
disebabkan adanya kebocoran di salah satu bagian komponen refrigerasi.

Contoh Soal:
Laporan komisioning setelah dilakukan pemasangan unit tata udara, didapatkan
data sebagai berikut:
 Jenis Refrijeran : R22
 Suhu Ambien : 30 0C
 Tekanan suction : 4 bar absolut
 Tekanan discharge : 18 bar absolut
 Suhu saturasi evaporasi : -6,5 0C
 Suhu saturasi kondensasi : 46,7 0C
 Nilai derajat superheat pada sisi Suction : 0K

17
Petakan data tersebut dalam PH-diagram dan hitung nilai COP dari data tersebut.
Penyelesaian :

Dari hasil pemetaan pada PH-diagram diketahui nilai entalpi sebagi berikut:
a. Refrijeran saturasi tekanan rendah yang akan dishisap kompresor (B) = 403
kJ/kg.
b. Refrijeran gas superheat tekanan tinggi (C) – 441 kJ/kg.
c. Refrijeran saturasi tekanan tinggi masuk ke pipa kapiler (A) = 259 kJ/kg
d. Refrijeran saturasi di evaporator tekanan rendah (A) = 259 kJ/kg

Dari data entalpi tersebut diperoleh nilai COP (aktual) sebagai berikut:
COP (aktua) = efek refijerasi / efek kompresi
= (403 – 259) / (441 – 403)
= 4,9

D. Referensi
Althouse, Turnquist, Bracciano. (2003). Modern Refrigeration & Air Conditioning,
Instructor Manual with answer Key. USA: The Goodheard-Willcox
Company.

Hasan Samsuri, Dkk. (2008). Sistem Refigerasi dan Tata Udara Jilid 2. Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMK.

18
......................... (2013). Kontrol Refrigerasi dan Tata Udara Jilid 1. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.

......................... (2013). Kontrol Refrigerasi dan Tata Udara Jilid 2. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.

......................... (2013). Sistem dan Instalasi Tata Udara Jilid 1. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.

......................... (2013). Sistem dan Instalasi Tata Udara Jilid 2. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.

19

Anda mungkin juga menyukai