Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

Nama : MIRA ARIATAMA IRAWAN

NPM : 2011515081

FAKULTAS KESEHATAN PRODI NERS

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA


A. Pengertian DHF

DHF atau Dengue Haemorrhagic Fever adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi pendarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang
dapat menyebabkan kematian (Dwi istani, 2019). Menurut Hindra (2012) DHF adalah
penyakit infeksi yang relatif singkat, dapat merenggut nyawa penderit jika tak ditangani
secepatnya.

Penyakit Demam Berdarah Dengue /DBD (secara medis disebut Dengue Hemerragic
Fever/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang di tularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan
mengganggu kinerja darah kapiler dan system pembekuan darah, sehngga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan.. Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya
dapat ditularkan melalui nyamuk. (Dwi Sunar Prasetyo, 2009)

B. Etiologi Dengue Haemoragic Fever

Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam genus
flavirus. Survey epidemiologi pada hewan ternak didapatkan antibody terhadap virus
dengue pada hewan kuda, sapi dan babi. Pada penelitian atropoda menunjukan virus
dengue dapat bereflikasi pada nyamuk aedes ( stegomiya ).

C. Manifestasi Klinis Dengue Haemoragic Fever

Manifestasi pada demam berdarah ini :

1. Demam tinggi mendadak 2-7 hari (38-40 derajat celcius)

2. Pada pemeriksaan terdapat uji turniquet, tampak adanya jentik (puspura)


pendarahan.

3. Tekanan darah menurun ( Syok)

4. Mengalami pendarahan pada mulu atau hidung

5. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal atau sakit


persendian

D. Patofisiologi Dengue Haemoragic Fever

Menurut Noer, dkk, (2009). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen.
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi
yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak,
bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe Virus dengue yang berlainan.
Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat
infeksi berulang Virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu
reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-
antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Sujono, 2010)
E. Penatalaksanaan

Menurut Mubarak, (2009) Penatalaksanaan penderita dengan DHF


adalah sebagai berikut :
 Tirah baring atau istirahat baring. b. Diet
makan lunak.
 Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling
penting bagi penderita DHF.
 Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali)
 merupakan cairan yang paling sering digunakan.
 Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan)
 jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. f. Periksa
Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
 Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen. h. Monitor
tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
 Pemberian antibiotik bila terdapat kehawatiran infeksi sekunder.
 Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
 Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
 Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak
perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak
20 – 30 ml/kg BB.
 Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12
– 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah
teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan
plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
 Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF
yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin
tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.
 Pada DHF tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24
jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus
diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila : Pasien terus menerus muntah,
tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
F. Pemeriksaan Diagnostik Dengue Haemoragic Fever

Untuk mendiagnosis Dengue Hemoragik Fever (DHF) dapat dilakukan pemeriksaan dan
didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakkan dengan melakuakan
beberapa pemeriksaan menurut Soedarto, (2008) sebagai berikut:
a. Permeriksaa Laboratorium :
Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hematokrit meningkat 20 %
3
atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm atau kurang )
b. Uj Serologi :Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
c. Rontgen Thorax = Effusi Pleura, Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA tegak dan lateral
dekubitus kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites
dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG.

G. Masalah yang lazim muncul

Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas):


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan mekanisme regulasi ditandai
dengan peningkatan hematokrit.
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit DHF ditandai dengan kulit panas ketika
disentuh
3. Nausea berhubungan dengan adanya iritasi gastrointestinal ditandai dengan mual
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen biological ditandai dengan pasien
menyatakan nyeri pada punggung dan tulang hilang timbul.
H. Perencanaan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Kekurangan Setelah diberikan NIC Label: Fluid Management
volume cairan tindakan keperawatan Fluid Management 1. Untuk mengetahui
berhubungan selama ... di harapkan 1. Memasang kateter jumlah urine yang
dengan cairan tubuh pasien urine pada pasien dapat dihasilkan
penurunan terpenuhi dan sesuai indikasi oleh pasien dan
mekanisme hematokrit menuju 2. Memonitor status terpenuhinya
regulasi ditandai rentang normal hydrasi pasien seperti keseimbangan
dengan Dengan kriteria hasil : keadaan membrane cairan (intake
peningkatan NOC Label: mukosa. cairan = output
hematokrit Fluid Balance 3. Memonitor tekanan cairan)
1. Tekanan darah darah pasien. 2. Mukosa yang
pasien dalam rentan 4. Memonitor hasil lab kering terutama
normal yaitu 120/80 terutama adanya mukosa bibir dapat
mmHg. penurunan dari menjadi indikasi
2. Turgor kulit pasien hematocrit pasien dari pasien kekurangan
normal. 55,3% dapat turun cairan.
3. Hematocrit pasien sampai batas normal 3. Memastikan
dalam keadaan yaitu 40 – 48%. tekanan darah
normal yaitu 40 – 5. Memberikan terapi pasien tidak terlalu
48%. cairan intravena pada rendah di bawah
Hydration pasien sesuai normal.
1. Intake cairan pasien kebutuhan. 4. Hematocrit pasien
terpenuhi (intake 6. Memberikan cairan dehidrasi akan
cairan = output melalui oral sesuai mengalami
cairan) kebutuhan. peningkatan, maka
2. Pasien mampu 7. Memberikan makanan perlu mengetahui
menghasilkan urine. atau minuman yang jumlah hematocrit.
3. Bagian membrane mengandung banyak 5. Pasien yang
mukosa tubuh tidak air seperti buah, juice kekurangan cairan
kering (seperti dan minuman berasa. harus mendapatkan
mulut) 8. Memonitor pasien cairan baik oral
4. Pasien tidak merasa yang mendapatkan maupun intravena.
kehausan terapi elektrolit. 6. Menambah cairan
tubuh pasien
7. Makanan atau
minuman yang
mengandung
banyak air
membantu dalam
penambahan cairan
pada tubuh pasien
8. Agar dapat
menentukkan
tindakan yang perlu
dilakukan
2. Hipertermi Setelah diberikan NIC: Fever Treatment
berhubungan tindakan keperawatan Fever Treatment 1. Agar mengetahui
dengan penyakit selama ... di harapkan 1. Memonitor perubahan suhu
DHF ditandai suhu tubuh pasien temperatur pasien yang dialami
dengan kulit menuju normal paling sedikit setiap 2 pasien dan jika
panas ketika Dengan kriteria hasil : jam tidak ada
disentuh NOC: 2. Monitor frekuensi perubahan atau ke
Thermoregulation pernafasan, nadi dan arah yang lebih
1. Terjadi penurunan tekanan darah pasien buruk dapat
pada suhu kulit agar tetap dalam diberikan
pasien yaitu saat rentang normal medikasi yang
disentuh tidak terasa 3. Monitor intake dan sesuai
panas output pasien sesuai 2. Untuk mengetahui
2. Warna kulit pasien dengan kebutuhan perubahan yang
kembali ke warna 4. Berikan cairan terjadi pada
aslinya melalui IV dengan pernafasan, nadi
3. Pasien tidak jumlah sesuai anjuran dan tekanan darah
mengalami 5. Berikan obat anti pasien dan dapat
dehidrasi selama piretik dengan dosis diberikan
hipertermi sesuai anjuran dokter medikasi yang
Vital signs 6. Berikan kompres sesuai
1. Suhu tubuh stabil hangat pada lipat paha 3. Agar terjadi
stabil dan menuju dan aksila pasien keseimbangan
rentang normal 7. Monitor komplikasi antara intake dan
0
yaitu 36,5 C - terkait demam output serta
0
37,5 C. (kejang, penurunan menghindari
2. Frekuensi kesadaran, status dehidrasi yang
pernafasan (16- ketidakabnormalan mungkin terjadi
20x/menit), tekanan elektrolit, pada pasien
darah ketidakseimbangan 4. Mempertahankan
(120/80mmHg) dan asam basa) kebutuhan cairan
nadi (60- 8. Fasilitasi konsumsi pasien sehingga
100x/menit) pasien cairan sesuai anjuran mencegah
dalam rentang dan kebutuhan pasien terjadinya
normal dehidrasi
5. Untuk
menurunkan panas
o
pasien dari 38,5 C
6. Dengan kompres
hangat pembuluh
darah melebar
sehingga pori-pori
kulit terbukan dan
membuat panas
yang terperangkap
dalam tubuh bisa
mnguap keluar
selain itu saat
kompres hangat
membuat
hipotalamus
menangkap pesan
bahwa suhu tubuh
tinggi sehingga
panas tubuh harus
diturunkan
7. Untuk mengetahui
komplikasi yang
dapat terjadi dan
menentukkan
tindakan yang
harus dilakukan
8. Konsumsi cairan
dapat mencegah
dehidrasi pada
pasien
3. Nausea Setelah diberikan NIC : NIC:
berhubungan tindakan keperawatan Nausea management Nausea Management
dengan adanya selama ... di harapkan 1. Lakukan pengkajian 1. Mengidentifikasi
iritasi mual muntah pasien mual secara lengkap secara lengkap
gastrointestinal berkurang termasuk frekuensi, frekuensi , tingkat,
ditandai dengan Dengan kriteria hasil : durasi, tingkat mual, durasi dan faktor
mual NOC : dan faktor penyebab penyebab mual
Nausea & Vomiting mual. 2. Memenuhi
Control 2. Evaluasi efek mual kebutuhan nutrisi
1. Pasien dapat terhadap nafsu pasien dan
mengetahui dan makan, aktivitas mencegah mual
menghindari sehari-hari dan tidur 3. Mengidentifikasi
penyebab mual pasien pengaruh mual
2. Meggunakan obat 3. Berikan istirahat dan terhadap kualitas
antiemetik tidur yang adekuat hidup pasien dan
Nausea & Vomiting untuk mengurangi tidur pasien.
Severity mual 4. Mengurangi mual
1. Frekuensi mual 4. Kolaborasi pemberian dengan aksi
pasien berkurang obat antiemetik: sentralnya pada
2. Intensitas mual Metoclopramide 0,5 hipotalamus
pasien berkurang mg/berat badan 5. Untuk menghindari
3. Frekuensi muntah sebanyak 3xsehari terjadinya mual
pasien berkurang 5. Anjurkan makan namun nutrisi tetap
4. Intensitas muntah sedikit tapi sering dan terpenuhi
pasien berkurang dalam keadaan hangat 6. Untuk menghindari
5. Tidak ada 6. Anjurkan pasien rutin dehidrasi
peningkatan sekresi minum air putih Vomiting
air liur sesuai anjuran Management
Nutritional Status : Vomiting Management 1. Mengidentifikasi
Food & Fluin Intake 1. Lakukan pengkajian muntah dari warna,
1. Pemasukan muntah dari warna, konsistensi, darah
makanan dan konsistensi, ada dan kekuatan
minuman secara oral tidaknya darah, waktu muntah
kedalam tubuh dan kekuatan 2. Mengidentifikasi
terpenuhi sesuai muntahnya. volume muntah
dengan indikasi 2. Mengukur volume 3. Untuk mengurangi
2. Terpenuhinya muntah pasien bau tidak sedap
pemasukan nutrisi 3. Mempertahankan dimulut, dan
lewat parenteral jika kebersihan mulut memudahkan
tidak dapat lewat pasien dengan tetap pasien untuk
oral menggosok gigi makan
selama sakit dan 4. Menghilangkan
berkumur setelah bau tidak sedap
muntah yang bisa
4. Membersikan setelah menyebabkan
pasien muntah untuk muntah berulang
menghilangkan bau 5. Untuk membantu
dari muntahan dengan pasien lebih rileks
berkumur 6. Untuk mengurangi
5. Ajari menggunakan mual muntah pada
tehnik non pasien
farmakologi seperti Nutritonal
relaksasi dan Monitoring
mendengarkan musik 1. Menjaga agar tidak
untuk pengalih terjadi turgor kulit
perhatian terhadap dan melakukan
mual muntah pasien mobilitas secara
6. Menganjurkan mandiri
menghirup wangi 2. Mengurangi mual
aromateraphy untuk muntah pasien
menangani muntah. 3. Memenuhi
Nutritional Monitoring kebutuhan asupan
1. Memantau turgor kalori dan
kulit dan mobilitas makanan pasien
pasien 4. Mencegah
2. Memantau mual dan perubahan selera
muntah setiap hari makan dan
3. Memantau asupan aktivitas pasien
kalori dan makanan 5. Memenuhi
pasien sesuai dengan kebutuhan makan
anjuran sesuai faktor
4. Mengidentifikasi penentu pola
perubahan selera makan
makan dan aktivitas 6. Menjaga uji lab
pasien pasien dalam
5. Memantau faktor keadaan normal
penentu pola makanan
seperti makanan yang
disuka, makanan dan
yang tidak disuka
namun tidak
bertentangan dengan
penyakitnya (seperti
makanan pedas,
makanan berlemak)
6. Melakukan
pemantauan uji lab
seperti hematokrit,
hemoglobin,
leukosit, trombosit
dan LED

Anda mungkin juga menyukai