Anda di halaman 1dari 3

Critical Review : Diplomacy and Domestic Politics

The Logic of Two-Level Games


Robert D. Putnam

Tulisan ini merupakan sebuah critical review terhadap Diplomacy and Domestic Politics :
The Logic of Two Level Games yang ditulis oleh Robert D. Putnam. Jurnal ini diterbitkan oleh
World Peace Foundation and Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1998. Dalam
tulisannya, Putnam menjelaskan bagaimana politik domestik dan diplomasi yang terjadi pada
suatu negara dapat mempengaruhi politik internasional dan terlibat dalam proses pengambilan
sebuah kebijakan luar negeri.

Dalam studi hubungan internasional terdapat banyak kegiatan diplomasi dan negosiasi
yang tentunya bersifat antar negara. Secara spesifik, ketika membahas diplomasi, banyak faktor
yang mempengaruhi terjadinya diplomasi dan hal-hal yang berkaitan dengan diplomasi dan salah
satunya adalah politik domestik atau politik dalam negeri suatu negara. Situasi politik dalam
negeri suatu negara tentunya akan mempengaruhi persyaratan diplomasi dan kebijakan luar
negeri yang ditempuh. Politik dalam negeri dan hubungan internasional adalah hal yang berbeda,
namun bisa saling terkait. Disisi lain, Robert D. Putnam mengatakan bahwa untuk menjelaskan
hubungan keduanya tidaklah mudah atau sulit. Kenapa? karena tidak semua masalah atau konflik
dapat diselesaikan dengan cara Two-level Games. Bahkan bisa dikatakan percuma jika kita
memperdebatkan hubungan politik dalam negeri dan hubungan internasional. Karena semua
jawaban pada akhirnya sama yaitu tergantung kapan dan bagaimana kejadian itu terjadi, yang
berarti harus ada kejadian yang menimpa beberapa negara secara bersamaan agar Two-Level
Games dapat berjalan lancar.

Contoh politik domestik dan diplomasi bisa saling terkait adalah Konferensi Bonn pada
tahun 1978. Secara singkat, Konferensi tersebut membahas tentang pengajuan untuk
mengembangkan pemulihan di dunia barat setelah terjadinya oil shock pertama, yang kemudian
menghasilkan sebuah kesepakatan yang seimbang bagi setiap pihak. Kesepakatan yang lahir dari
konferensi tersebut dapat diimplementasikan oleh masing-masing negara, hal tersebut dapat
terjadi juga berkat sekelompok minoritas orang yang memiliki pengaruh kuat di dalam masing-
masing pemerintahan yang memiliki kepentingan dan tuntutan di ranah domestik, kemudian
dijadikan sebagai demand ke ranah internasional. Kesepakatan yang terjadi pada konferensi ini
merupakan konsolidasi besar yang di satu sisi tidak dapat dipastikan mana pihak yang salah
diantara pihak Jerman dengan dan kebijakan fiskal Jepang, atau kebijakan moneter Amerika
Serikat. Peristiwa konferensi Bonn merupakan representasi yang sesuai dari koordinasi kebijakan
internasional yang genuine, dari persitiwa ini juga dapat dilihat bahwa tekanan internasional
merupakan salah satu kondisi yang penting bagi pergeseran kebijakan di tatanan internasional,
akan tetapi tanpa adanya resonansi dari domestik, kekuatan internasional tidak akan dapat secara
memadai menghasilkan kesesuaian. Kesepakatan Bonn berhasil menghubungkan antara politik
domestik dan internasional, kesepakatan tersebut juga menjelaskan bagaimana politik domestik
dari beberapa negara dapat terhubung melalui negosiasi internasional.

Two-level Games adalah sebuah teori pendekatan yang merupakan hasil pemikiran dari
Robert D. Putnam. Seperti teori pendekatan lainnya, teori ini bertujuan untuk mencapai
kesepakatan internasional. Namun, yang membedakannya adalah bahwa untuk mencapai
kesepakatan internasional tersebut harus melalui dua level yang berbeda. Level I adalah
mengenai bagaimana proses negosiasi dilakukan dalam perundingan internasional, sedangkan
level II adalah mengenai bagaimana negosiasi dilakukan dengan konstituen domestik untuk
mencapai hasil yang diinginkan bagi keduanya. Contohnya, jika Indonesia ingin membuat
kesepakatan internasional dengan negara lain maka pada tahap pertama Indonesia harus tawar-
menawar terlebih dahulu dengan negara lain, yang tentunya akan menghasilkan kesepakatan
yang bersifat sementara. Kemudian kesepakatan yang bersifat sementara tersebut harus
dibicarakan dengan pihak konstituen domestik untuk diratifikasi dan menentukan apakah sesuai
dengan kepentingan bangsa atau tidak, dalam hal ini pihak konstituen tersebut bisa merupakan
DPR RI atau pemerintah eksekutif yaitu Presiden dan Wakil Presiden. Sehingga, bisa
disimpulkan bahwa sebuah negosiasi atau diplomasi dapat dikatakan berhasil apabila
kesepakatan level I disetujui pada level II. Diplomasi merupakan negosiasi yang berskala
internasional, maka tidak sesederhana contoh tersebut untuk mencapai kesepakatan internasional.
Kenapa? Karena memerlukan banyak negosiasi dan berbagai pertemuan untuk mencari jalan
tengah. Oleh karena itu maka memakan waktu yang sangat lama untuk mencapai kesepakatan,
sehingga perjanjian pun berpotensi besar untuk batal.

Tulisan Robert D. Putnam merupakan karya yang menarik untuk dipelajari sehingga
mudah untuk memahami bagaimana konsep dan proses politik luar negeri dilaksanakan. Kenapa?
Sebab teori yang disampaikan Putnam sangat teruraikan dengan baik, oleh karena itu mendorong
mahasiswa untuk menggali informasi atau mempelajari ilmu tersebut lebih lanjut. Contoh-contoh
yang disampaikan oleh Putnam juga sangat konkrit dan jelas darimana sumber nya sehingga
memberikan berbagai perspektif baru. Dengan memberikan berbagai sudut pandang dari karya
tulis Robert D. Putnam, maka membuat mahasiswa jurusan hubungan internasional untuk
berpikir kritis secara global mengenai diplomasi dan politik luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai