Jovan Ganteng

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

FELICIA IRVANKA

A. Pengertian
a. Demokratisasi adalah transisi ke rezim politik yang lebih demokratis. Transisi ini
bisa terjadi dari rezim otoriter ke demokrasi menyeluruh, dari sistem politik otoriter
ke semi-demokrasi, atau dari sistem politik semi-otoriter ke demokrasi.
b. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki
hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau
melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
c. Korupsi atau rasuah adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai
negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
d. Kekuasaan merupakan kewenangan yang bisa didapatkan oleh seseorang/kelompok
untuk menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan,
kewenangan tidak bisa dijalankan melebihi ke wenangan yang didapat atau
kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang/kelompok sesuai dengan
keinginan dari pelaku
B. Perbedaan antara Demokratisasi dan Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. sedangkan
Demokratisasi adalah transisi ke rezim politik yang lebih demokratis.
C. Demokratisasi, Demokrasi Korupsi, dan Kekuasaan (Transisi Orde Baru Menuju
Reformasi)
a. Pengertian
- Reformasi adalah perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu
masa.
- Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di
Indonesia.
- Transisi adalah peralihan dari keadaan (tempat, tindakan, dan sebagainya) pada
yang lain. Atau bisa disebut sebagai Perpindahan.
b. Apa yang terjadi di Masa Orde Baru?
- Terjadi kecurangan pada Pemilihan Umum.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, Pemilihan Umum telah dilangsungkan
sebanyak tujuh kali dengan frekuensi setiap lima tahun sekali secara teratur.
Tetapi kualitas pelaksanaan pemilihan umum masih jauh dari semangat
demokrasi. Karena Pemilu tidak melahirkan persaingan sehat, terjadi kecurangan-
kecurangan yang sudah menjadi rahasia umum.
- Pelaksanaan hak-hak dasar warga negara lemah.
Dunia internasional sering menyoroti politik Indonesia terkait perwujudan
jaminan hak asasi manusia. Terutama masalah kebebasan pers. Persoalan
mendasar adalah selalu ada campur tangan birokrasi yang sangat kuat. Selama
pemerintahan Orde Baru, sejarah pemberangusan surat kabar dan majalah
terulang kembali seperti pada masa Orde Lama. Beberapa media massa dicabut
surat ijin penerbitannya atau dibredel. Setelah mengeluarkan laporan investigasi
tentang berbagai masalah penyelewengan oleh pejabat-pejabat negara. Beberapa
media massa dicabut surat ijin penerbitannya atau dibredel. Setelah mengeluarkan
laporan investigasi tentang berbagai masalah penyelewengan oleh pejabat-pejabat
negara. Kebebasan berpendapat menjadi tidak ada. Pemerintah melalui aparat
keamanan memberikan ruang terbatas kepada masyarakat untuk berpendapat.
Pemberlakuan Undang-undang Subversif membuat posisi pemerintah kuat karena
tidak ada kontrol dari rakyat. Rakyat takut berpendapat mengenai kebijakan yang
diambil pemerintah. Pemerintah memenjarakan dan mencekal orang-orang yang
mengkritisi kebijakan pemerintah.
- Rotasi kekuasaan eksekutif hampir tidak pernah terjadi.
Rotasi kekuasaan eksekutif terjadi pada jajaran yang lebih rendah seperti
gubernur, bupati atau walikota, camat dan kepala desa. Perubahan selama
pemerintahan Orde Baru hanya terjadi pada jabatan Wakil Presiden, sementara
pemerintahan secara esensial masih tetap sama.
- Rekrutmen politik bersifat tertutup.
Rekrutmen politik adalah proses pengisian jabatan politik dalam penyelenggaraan
pemerintah negara. Untuk lembaga eksekutif (pemerintah pusat maupun daerah),
legislatif (MPR, DPR dan DPRD) maupun yudikatif (MA). Di negara yang
menganut sistem pemerintahan demokratis, semua warga negara yang mampu dan
memenuhi syarat mempunyai peluang sama untuk mengisi jabatan politik
tersebut. Tetapi yang terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru, sistem rekrutmen
politik bersifat tertutup. Sistem rekrutmen tertutup sangat bertentangan dengan
semangat demokrasi. Pengisian jabatan tinggi seperti Mahkamah Agung (MA),
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan jabatan-jabatan lain dalam birokrasi
dikontrol sepenuhnya oleh lembaga kepresidenan. Demikian juga dengan anggota
badan legislatif. Anggora DPR dipilih melalui proses pengangkatan dengan surat
keputusan Presiden. Pada rekrutmen politik lokal (gubernur dan bupati atau
walikota), masyarakat di daerah tidak punya peluang ikut menentukan pemimpin.
Presiden memutuskan siapa yang akan menjabat.
c. Faktor Penyebab Runtuhnya Orde Baru
- Krisis Moneter
Krisis keuangan merupakan faktor terpenting yang menjadi sebab rezim orde baru
mengalami keruntuhan, Krisis ini pertama kali melanda wilayah Asia Timur
sekitar juli 1997. Yang menyebabkan terjadinya kepanikan global. Dalam sejarah
ASEAN, Thailand merupakan negara pertama yang mengalami krisis keuangan
hingga hampir disebut sebagai negara bangkrut. Akibat yang timbul dari krisis
tersebut menyebabkan pelemahan diberbagai sektor keuangan termasuk di
Indonesia.

Sebelumnya tak ada indikasi krisis tersebut akan sampai ke Indonesia, ini karena
inflasi yang cukup rendah, devisa negara yang dirasa masih cukup besar dan
karena nilai surplus berada dikisaran USD 900 juta. Perkembangan dunia usaha
pun masih stabil karena banyaknya investor yang menanamkan modalnya di
Indonesia. Krisis yang menghantam Thailan dan membuat mata uangnya merosot
tajam, tak pelak ini pun ikut mengguncang perekonomian di Indonesia.

Sekitar juli 1997 nilai tukar rupiah yang turun dari angka Rp 2.575 per USD
menjadi Rp 2.603 per USD. Justru merosot tajam di angka Rp 5.000 per USD
pada akhir desember, dan justru sangat terpuruk tajam di angka Rp 16000 per
USD pada maret 1998. Ini membuat seluruh masyarakat di indonesia dan seluruh
penanam modal merasa panik yang akhirnya membuat mereka menarik semu
saham yang telah ditanam di Indonesia. Keadaan ekonomi yang kacau
menyebabkan masalah dimana-mana stabilitas nasional sungguh terguncang dan
kacau.
- Utang Luar Negeri
Ditengah perekonomian yang dilanda krisis, utang dari luar negeri yang dimiliki
Indonesia semakin memperparah kondisi keuangan Indonesia. Walaupun
sesesungguhnya utang tersebut bukanlah utang pemerintah saja namun juga utang
yang dimiliki pihak swasta. Utang Indonesia hingga 6 februari 1998 mencapai
USD 63,462 milliar, sedangkan utang yang dimiliki pihak swasta mencapai USD
73,962 milliar. Dengan melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika
akibat krisis yang melanda Asia Pasifik, utang luar negeri yang dimiliki
pemerintah Indonesia yang kebanyakan menggunakan mata uang tersebut
semakin memperburuk keadaan ekonomi Indonesia dan terjebak alam putaran
utang yang seolah tak ada habisnya.
- Penyimpangan UUD
Menurut UUD 1945, terutama dalam pasal 33 bahwa sistem perekonomian
dijalankan dengan asas demokrasi ekonomi. Namun dalam kenyataannya yang
terjadi justru dikusai oleh sebagian orang saja yakni para konglomerat dan terjadi
monopoli ekonomi, atau dengan kata lain sistem ekonomi yang dijalankan
merupakan sistem kapitalis.
- Pola Pemerintahan Terpusat
Sistem pemerintahan yang terpusat pada satu tempat yakni di Jakarta sebagai
pusat pemerintahan membuat segala pemerintah pusat memegang peranan penting
dalam mengatur masyarakat secara keseluruhan. Namun disisi lain membuat
pembangunan tidak merata yang akhirnya mengakibatkan kesenjangan.
Dampaknya seperti yang terjadi di Irian jaya, penduduk lokal merasa dianak
tirikan sebab sumber daya alamnya diambil secara besar-besaran dan di bawa
semua ke pemerintah pusat tanpa meninggalkan manfaat apapun.
- Masalah Politik
Sistem politik di Indonesia pada masa orde baru yang sarat dengan KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Pada masa orde baru, kekuatan politik pun
dibatasi. Seperti terlihat pada penyederhanaan partai politik yang hanya menjadi
tiga partai saja yakni PPP, PDI dan Golongan Karya. Dengan dalih untuk
menciptakan stabilitas dan keamanan bangsa dan negara yang lebih terjaga. Ini
menyebabkan banyak aspirasi rakyat yang seolah terbungkam dan secara tidak
langsung wajib menuruti kehendak penguasa tanpa boleh membantah.

Adanya dualisme fungsi ABRI yang menjadi kekuatan utama pemerintahan orde
baru. Ini sangat bertentangan dengan sejarah lahirnya Pancasila yang selama ini di
junjung tinggi oleh seluruh rakyat Indonesia. Misalnya saja ada seorang yang
mengkritik kebijakan pemerintah pada masa orde baru saat itu, konsekuensinya
adalah hukuman penjara karena dianggap menciptakan keresahan dan
mengganggu stabilitas negara. Ini hanya upaya pemerintahan untuk tetap menjaga
eksistensinya pada masyarakat.
- Kepercayaan
Berkurangnya rasa simpati masyarakat akibat praktek-praktek KKN yang seolah
dihalalkan oleh pemerintah tanpa ada rasa sungkan ataupun malu. Krisis ini pun
membuat para investor menarik seluruh modal yang ditanamkan di Indonesia
secara besar-besaran yang semakin membuat Indonesia terjebak dalam krisis
berkepanjangan. Aksi-aksi unjuk rasa yang dilakukan kalangan mahasiswa yang
berubah menjadi tragedi kekerasan menghilangkan rasa percaya terhadap
pemerintah yang akhirnya memicu gelombang demonstrasi yang luar biasa
menuntut lengsernya Soeharto.
- Tragedi Trisakti
Aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa trisakti beserta dosen dan staf kampus
yang diikuti oleh lebih dari 10.000 mahasiswa dan digelar pada 12 mei 1988 yang
pada intinya meminta pemerintah melakukan reformasi disegala bidang baik
pemerintahan, ekonomi maupun politik yang menginginkan diadakannya sidang
istimewa MPR. Namun aksi damai ini dinodai dengan adanya penembakan oleh
aparat terhadap empat mahasiswa Trisakti yakni Hendriawan Sie, Heri Hartanto,
Elang Mulya Lesmana, dan Hafidin Royan. Yang memicu aksi kekerasan meluas
di berbagai penjuru wilyah saat itu. Dan semakin membuat Indonesia jatuh
terpuruk dalam krisis yang seolah tanpa akhir, yang menjadi catatan terburuk
dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
- Kerusuhan di Kota Besar lainnya
Masalah keamanan timbul sebagai bagian dari beberapa masalah telah lebih dulu
timbul sebelumnya. Pemerintah pada masa orde baru sering kali melakukan
intervensi terhadap seseorang maupun kelompok yang menentang maupun
melakukan kritik. Kebebasan pers dibungkam, keberadaan oposisi pun dilarang
dan setiap ada warga negara yang bependapat melawan kebijakan pemerintah pun
konsekuensinya adalah hukuman penjara. Ini membuat rakyat geram dan
terjadilah demonstrasi besar-besaran.

Bukan hanya di Jakarta, di berbagai kota besar lainnya seperti di Semarang,


Medan, Solo, Surabaya pun terjadi aksi demo serupa yang menuntut reformasi.
Dan di Yogyakarta, pada 19 Mei 1998 bersamaan dengan aksi demo di Jakarta di
Yogyakarta pun tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alunalun utara
Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan
maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.
- Sosial
Keadaan sosial masyarakat yang majemuk menghadirkan masalah yang
kompleks. Pembangunan yang tidak merata pada sebagian besar masyarakat pun
menjadi pemicu terjadinya diskriminasi. Masalah sosial ini bersumber dari
kesenjangan sosial yang ada dimasyarakat, terutama dengan adanya program
transmigrasi. Meningkatnya transmigrasi penduduk pulau jawa ke wilayah pulau
kalimantan, sulawesi dan irian jaya yang difasilitasi oleh pemerintah ternyata
memiliki dampak negatif.

Penduduk lokal merasa termajinalkan dan menjadi sebuah kecemburuan sosial


yang pada akhirnya mencetuskan konflik terbuka diantara para transmigran asal
pulau jawa dengan penduduk lokal. Dan program transmigrasi tersebut
memunculkan sentimen yang menganggap program tersebut sebagai program
jawanisasi oleh pemerintah pusat.
- Diskriminasi
Sikap diskriminatif pemerintah terhadap masyarakat keturunan Tiong hoa, sejak
1967 warga Tiong hoa dilarang mengeluarkan pendapat dan dianggap sebagai
orang asing serta tak diakui sebagai warga negara Indonesia dan bahkan
kedudukan mereka berada dibawah warga asli atau pribumi. Ini secara tersirat
telah menghapuskan hak-hak mendasar yang dimiliki warga Tiong hoa. Dan tentu
saja mencederai sejarah HAM dan juga tentunya sangat merusak makna dan
sejarah bhinneka tunggal ika itu sendiri.

Dengan semakin kacaunya kondisi di Indonesia waktu itu, dan semakin


menguatnya desakan dari berbagai pihak pada Soeharto untuk mundur. Dan pada
20 mei 1988 akhirnya digelar sidang istimewa MPR, dan 21 mei 1988 Soeharto
pun resmi mengundurkan diri yang diumumkan di Istana Merdeka Jakarta dan
menyerahkan kepemimpinan pada wakilnya yaitu BJ. Habibie.
d. Menuju Reformasi
- 1 Mei 1998: Krisis moneter Reformasi 98, H-20
Memasuki pertengahan 1997 krisis moneter (krismon) melanda Indonesia. Nilai
rupiah anjlok terhadap dolar Amerika, yang berfluktuasi Rp12.000-Rp18.000 dari
Rp2.200 pada awal tahun.

Di tengah situasi ini, tim ekonomi Soeharto justru menaikkan tarif listrik dan bahan
bakar minyak. Ekonomi rakyat semakin terpuruk. Soeharto menyiasati situasi rawan
pangan dengan kampanye makan tiwul, yang disampaikannya melalui televisi.

Namun Soeharto tetap penuh percaya diri, dan melakukan perjalanan ke luar negeri.
Ia terbang ke Jerman untuk berobat.
- 2 Mei 1998: Kemiskinan tersembunyi. Reformasi 98, H-19
Sidang Umum MPR 98 memberi gelar Bapak Pembangunan kepada Presiden
Soeharto. Gelar ini diberikan karena Soeharto dianggap berhasil dalam pembangunan
ekonomi. Selama 30 tahun kekuasaannya, pendapatan perkapita meningkat dari
US$80 di tahun 1967 menjadi US$990 di tahun 1997. Ekspor meningkat dari US$
665juta menjadi US$52 miliar.

1. Reformasi 20 tahun lalu dan sejumlah langkah mundur demokrasi Indonesia


2. Perkosaaan Mei 1998 'tak pernah terungkap, tak pernah dituntaskan'
3. Di mana Anda ketika kerusuhan Mei 1998?

Namun di balik angka-angka itu tersimpan angka kemiskinan yang besar jumlahnya.
Bappenas pernah menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di tahun 1993
berjumlah 27 juta jiwa. Namun tolok ukur kemiskinan adalah setiap orang yang
berpenghasilan Rp20.000/bulan. Bila batas kemiskinan tersebut menggunakan ukuran
kebutuhan fisik minimum dari Depnaker tahun 1993 yaitu Rp80.000/bulan,maka
sekitar 180 juta jiwa atau hampir 90% rakyat hidup dalam garis kemiskinan.

- 3 Mei 1998: Gerakan Mahasiswa 1998

Gerakan Mahasiswa terbukti menjadi gerakan yang paling konsisten melawan Orde
Baru. Represi dan pemenjaraan tidak menghentikan perlawanan. Sejak 1971 hingga
1988 mereka tak henti-henti melakukan aksi-aksi penggulingan Soeharto.

Tahun 1971 mereka menyerukan golput, untuk tidak memilih dalam pemilu yang
mereka anggap sekadar memenangkan Golkar, partai Soeharto. Tahun 1974 mereka
kembali bergerak untuk menolak dominasi modal asing dan kepemimpinan Soeharto.
Tahun 1978 mereka menuntut sidang istimewa MPR untuk meminta
pertanggungjawaban Soeharto atas penyelewengan UUD 45 dan Pancasila. Akhir
1980an mahasiswa kembali bergerak untuk menunjukkan solidaritas kepada kaum
tani yang tergusur: Kedung Ombo, Badega, Cimacan, Cilacap dll.

1. Tragedi Mei 1998 : Kenangan dua ibu yang kehilangan anaknya


2. Kerusuhan Mei 1998: "Apa salah kami sampai (diancam) mau dibakar dan
dibunuh?"
3. Kisah traumatis di balik kerusuhan Mei 1998
Awal 1990an radikalisme mahasiswa mulai diarahkan pada struktur politik Orde
Baru. Di Jakarta FAMI melakukan aksi di DPR menuntut Sidang Istimewa. Tahun
1994 dibentuk sejumlah gerakan mahasiswa. antara lain SMID, Solidaritas
Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi

- 6 Mei 1998: Penculikan aktivis 1997-1998

Penculikan aktivis 1997/1998 adalah proses penghilalangan secara paksa atau


penculikan terhadap aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang pemilu 1997 dan
SU MPR 1998.

Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan KONTRAS mencatat 23 orang
telah dihilangkan oleh alat negara selama periode 1997-1998. Dari angka itu satu
orang dinyatakan mati, sembilan orang dilepaskan dan 13 lainnya masih hilang
hingga hari ini.

- 7 Mei 1998: Tim Mawar

Temuan tiga lembaga di bawah negara, DKP, TGPF dan Tim Ad Hoc Komnas HAM
memberikan rekomendasi supaya Prabowo dan semua pihak yang terlibat penculikan
diadili di Pengadilan Militer. Dalam kenyataan yang diadili hanya Tim Mawar, tapi
mereka hanya 11 orang pelaku, bukan pengambil keputusan. Walaupun Prabowo
diberhentikan atas rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira sebelas tahun sebelum
masa pensiun, namun ia tak pernah diadili.

- 8 Mei 1998: Partai Rakyat Demokratik. Reformasi 1998, H-14

Partai Rakyat Demokratik PRD dideklarasikan pada 22 Juli 1996, dengan ketua
Budiman Sudjatmiko. Banyak dari anggotanya adalah intelektual muda dan aktivis,
khususnya mahasiswa.

Lima hari kemudian, pada 27 Juli 1996 dalam peristiwa yang dikenal sebagai
Kudatuli, PRD dituduh mendalangi kerusuhan yang berujung pada perebutan kantor
PDI. Bahkan PRD kemudian dinyatakan terlarang oleh pemerintah orde-baru dan
banyak anggotanya yang hilang, diburu dan dipenjarakan.
Mulanya Persatuan Rakyat Demokratik adalah organisasi payung dari ormas massa
lintas sektoral:

1. Buruh (FNPBI) tokohnya: Dita indah Sari (dipenjarakan), Suyat dan Bimo
Petrus (diculik tak kembali)
2. Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKKER) tokohnya: Wiji Thukul
(diculik tak kembali) Raharja Waluya Jati (diculik).
3. Serikat Tani (STN) tokohnya: Herman Hendrawan (diculik tak kembali)
4. Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) tokohnya, Garda
Sembiring (penjara), Andi Arief (diculik), Nezar Patria (diculik).

Organisasi payung ini kemudian bertransformasi dari organisasi massa menjadi PRD.

- 9 Mei 1998: FORKOT

Salah satu elemen mahasiswa yang sering bentrok dengan aparat namanya FORKOT
atau Forum Kota.

Awalnya beranggotakan sekitar 16 kampus belakangan sempat bengkak menjadi


70an. Mereka bersama FKSMJ tercatat sebagai organ gerakan mahasiswa pertama
yang menembus gedung MPR pada 18 Mei 1998. Setelah jatuhnya Soeharto aksi-aksi
mereka makin radikal, hal mana sejalan dengan represi yang dilakukan TNI dan Polri.
Aksi-aksi mereka menuntut dihapuskannya Dwi fungsi TNI, menentang SI MPR 98,
penolakan RUU PKB sering berakhir chaos. Ribuan aktivis Forkot bersama
mahasiswa dan organ lain, berani menghadapi panser dan meriam air aparat dengan
hanya bersenjatakan tongkat bendera batu dan molotov.

Aksi radikal mereka tak urung mengundang kecaman dan cibiran dari berbagai
organisasi yang mendukung Habibie seperti KISDI (Komite Indonesia untuk
Solidaritas Dunia Islam), PAM Swakarsa dan kelompok-kelompok pro-Orde Baru
yang antigerakan mahasiswa memplesetkan kepanjangan Forkot sebagai Forum
Komunis Total.

- 11 Mei 1998: Suara Ibu Peduli. Reformasi 1998, H-10


Sejak Orde Baru berkuasa gerakan perempuan telah dikooptasi menjadi perkakas
politik negara lewat Dharma Wanita dan Kowani.

Peran perempuan yang sebelumnya penting dalam kehidupan sosial direduksi


menjadi "kaum Ibu" yang harus tunduk dalam pakem politik patriarki. Pada
pertengahan 1980an ketika ide feminisme mulai masuk dalam kesadaran perempuan
kelas menengah terpelajar Indonesia, perjuangan menuntut kesetaraan gender mulai
disuarakan. Di Jakarta ada Kalyanamitra dan Solidaritas perempuan. Di Yogya
muncul Kelompok Perempuan Cut Nya' Dien, dan berbagai tempat terutama pada
daerah konflik seperti Aceh, Papua, Timor dlsb.

1. Jatuhnya Suharto dan perubahan industri film Indonesia


2. 10 tahun meninggalnya Soeharto, makamnya dipenuhi pengunjung
3. Dwifungsi ABRI, azas tunggal hingga P4

Pada 1997 saat krisis moneter, aktifvs perempuan dari berbagai lembaga membentuk
Koalisi Perempuan Indonesia. Koalisi ini kemudian terlibat dalam aksi-aksi politik
mendukung gerakan mahasiswa dan memasukkan perspektif gender dalam tuntutan
gerakan reformasi. Awal 1998 ketika krisis makin parah, para aktivis yang tergabung
dalam Suara Ibu Peduli (SIP) menuntut penurunan harga susu.

Mereka melakukan demo di Monas. Tiga orang tokohnya diinterogasi semalaman di


Polda dan diadili sebulan kemudian. Mereka dinyatakan bersalah karena melanggar
KUHP tentang arak-arakan. Mereka adalah Gadis Arivia, Wilasih dan Karlina.

- 13 Mei 1998: Penembakan Trisakti. Reformasi 1998, H-8

Tanggal 12 Mei 1998 para Mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta melakukan aksi
damai menuju gedung DPR/MPR. Mereka memulai reli dari depan kampus Trisakti
di Slipi sambil membagi bagikan bunga. Tapi aparat menghadapi aksi damai
mahasiswa dengan tembakan. Empat mahasiswa gugur. Mereka adalah Elang Mulya,
Hendrawan Sie, Herry Hertanto dan Hafidin Royan,

- 14 Mei 1998: Pemakaman dan kerusuhan. Reformasi 1998, H-7


Tanggal 13 Mei 1998, dilakukan pemakaman para mahasiswa yang kemudin
dinobatkan sebagai Pahlawan Reformasi. Gugurnya para martir reformasi itu
membuat rakyat tersentak dan marah. Indonesia pun berkabung.

- 15 Mei 1998: Penjarahan. Reformasi 1998, H-6

Rakyat miskin yang kehilangan harapan bagaikan daun kering yang mudah tersulut
api provokasi dan kemarahan. Setelah pemakaman empat pahlawan reformasi,
kerusuhan mulai terjadi di daerah Grogol dan meruyak ke seluruh Jakarta. Dari
tanggal 13-15 Mei terjadi penjarahan dan huru-hara yang meluas ke Bogor,
Tangerang, Bekasi bahkan ke Solo dan seantero Nusantara. Korban yang tercatat
berjatuhan.

Kompas 16 Mei 1998: menurut Kadispen Mabes Polri Bigjen Dai Bachtiar, jumlah
korban yang tewas di wilayah DKI 200 orang, belum termasuk 20 korban yang loncat
dari gedung. Sementara di Tangerang 100 orang terpanggang dan jasad para korban
sebagian besar dalam keadaan hangus.

- 17 Mei 1998: Pembakaran dan penjarahan. Reformasi 1998, H-4

Penjarahan terus berlangsung selama 13-15 Mei. Kerusuhan ini telah mengakibatkan
kerugian fisik di Jakarta sebesar Rp2.5 triliun. Menurut Gubernur Sutiyoso (Kompas
18 Mei), kerugian terjadi akibat kerusakan 13 pasar, 2479 ruko, 40 Mal, 1600 toko,
45 bengkel, 11 polsek, 380 kantor swasta, 65 kantor bank, 24 restoran, 12 hotel, 9
pom bensin, 8 bis kota, 1119 mobil, 1026 rumah penduduk dan gereja.

Sementara itu Bandara Halim Perdanakusuma dibanjiri pengungsi warga asing dan
WNI yang bergabung dalam arus evakuasi dari Jakarta yang dilanda kerusuhan.

- 18 Mei 1998: Mahasiswa bergerak ke DPR/MPR. Reformasi H-3

- 19 Mei 1998: Tuntutan mahasiswa: Soeharto turun. Reformasi 1998, H-2


Dukungan mulai membanjir dari elite politik, organisasi non-pemerintah, buruh
dan rakyat. Kabinet Soehartopun terbelah. Para menteri dibawah Ginanjar
Kartasasmita mengundurkan diri dari kabinet.
Bahkan Harmoko, ketua MPR dan loyalis Soeharto, dengan tegas mengeluarkan
pernyataan agar Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Siaran
pers disambut sorak-sorai massa. Akhir perjuangan panjang terasa terasa makin
dekat.
Akan tetapi kegembiraan tersebut ternyata datang terlalu cepat. Empat jam
kemudian Panglima ABRI Wiranto mengadakan rapat kilat dengan kepala staf
dan Kapolri serta para panglima komando operasi di markas besar ABRI dan
menyatakan: pernyataan tersebut hanyalah pendapat individual meskipun
disampaikan secara kolektif.
- 20 Mei 1998: Sidang tahanan politik terakhir Soeharto. Reformasi 1998, H-1
20 Mei 1998 Hari Kebangkitan Nasional. Pengadilan Negeri Jakarta Utara
melangsungkan sidang putusan terhadap enam orang terkait penyelenggaraan
Kongres Rakyat Indonesia. Keenam orang itu: seniman dan aktivis Ratna
Sarumpaet serta putrinya Fathom Saulina; pengacara Alexius Suria Tjahaja Tomu
(sudah meninggal); aktivis Nandang Wirakusumah dan Joel Taher serta wartawan
Ging Ginanjar (sekarang adalah News Editor di BBC Indonesia). Mereka
ditangkap saat berlangsungnya Kongres Rakyat Indonesia yang bermaksud
memilih secara simbolik presiden versi rakyat, pada 10 Maret 1998, sehari
sebelum Soeharto dipilih dan dilantik lagi sebagai presiden.

Keenam orang itu dinyatakan bersalah namun dibebaskan pada hari itu juga
-sehari sebelum Soeharto jatuh.

Sebuah sandiwara persidangan yang panjang dan bertele-tele namun tetap harus
ditonton dengan sabar. Banyak yang menduga-duga, persidangan ini diadakan
tanggal 20 Mei tentulah agar keputusan pengadilan tampak sebagai sebuah hadiah
sehari sebelum jatuhnya Soeharto. Dan benar saja: mereka tetap divonis bersalah,
tapi dijatuhi hukuman sesuai masa tahanan selama 70 hari. Dengan kata lain:
bebas
- 21 Mei 1998: Tumbangnya Orde Baru. Reformasi 1998 Hari H
Pada 21 Mei 1998 di hadapan para wartawan media seluruh dunia, Soeharto
mengumumkan mundur sebagai presiden. Wakilnya, B.J Habbibie, langsung
dilantik menjadi presiden RI yang ketiga.

Akhir sebuah kediktatoran yang kejam dan congkak berakhir secara dramatis. Di
jalan-jalan dan di gedung DPR, rakyat meluapkan kegembiraan dengan berbagai
ekspresi. Sebuah fase baru dimulai, perjalanan transisi sebuah bangsa menuju
demokrasi.
Source :

1. Wikipedia
2. https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/110000969/karakteristik-demokrasi-
periode-orde-baru?page=all
3. https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/faktor-penyebab-
runtuhnya-orde-baru
4. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44192970

Anda mungkin juga menyukai