No. Dokumen
BORANG 13
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 1
Disusun oleh:
NIM : 20/459658/PT/08484
2020
ACARA 3
(Uji Golongan Darah dengan Sistem ABO dan Rhesus pada
Manusia)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat pada manusia ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Sifat yang tampak inilah yang disebut sifat dominan sedangkan sifat
yang tidak tampak disebut sifat resesif. Kedua sifat ini dipengaruhi oleh
faktor keturunan atau gen dari induknya yang diturunkan dari ayah
maupun ibu. Oleh karena itu, tidak jarang ada anak mirip dengan ibu
atau ayahnya. Selain itu sifat tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan
atau keadaan sekitar di mana manusia itu tinggal. Namun, pada dasarnya
anak tidak mewarisi bentukan fisik seperti tinggi badan, warna kulit
ataupun rambut. Anak juga tidak mewarisi bakat bermusik atau
kecenderungan berbuat kriminal, yang diwarisi anak dari ayah dan
ibunya adalah genotif mereka (Meilinda, 2017).
Transmisi genetik dari orang tua pada keturunannya biasa
didefinisikan sebagai hereditas. Prinsip tentang gen dan pewarisan sifat
(hereditas) modern pertama kali dikemukakan oleh Gregor Mendel.
Mendel mempelajari 7 jenis sifat yang diturunkan pada tanaman buncis
dan menemukan teori persilangan untuk gen-gen yang independen. Teori
tersebut menyatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan
(persilangan) dari gen-gen kedua orang tuanya (Tosida & Utami, 2011).
Salah satu bentuk hereditas manusia adalah golongan darah.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa golongan darah ini memiliki sifat
menurun. Pada umumnya, golongan darah pada manusia dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis golongan darah yang berbeda. Sistem
golongan darah ABO, sistem golongan darah rhesus, dan sistem
FO-UGM-BI-07-
No. Dokumen
BORANG 13
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 3
resesif. Sifat dominan merupakan sifat yang menutupi sifat lain pada suatu
alel. Sedangkan sifat yang tertutupi disebut sifat resesif. Apabila alel I A
berpasangan dengan alel i, maka fenotipe yang dihasilkan adalah golongan
darah A. Apabila alel i berpasangan dengan satu sama lain, fenotipe yang
dihasilkan adalah golongan darah O. Pada penggolongan darah sistem ABO
terjadi kodominansi dimana saat alel I A berpasangan dengan alel IB kedua
sifat alel tersebut diekspresikan dan menghasilkan fenotipe golongan darah
AB. Ketiga alel tersebut berperan dalam penentuan keberadaan antigen pada
darah. Alel I A mengkode antigen A, alel IB mengkode antigen B, dan alel i
tidak mengkode antigen. Adanya kodominansi pada gabungan alel I A IB
membuat individu bergolongan darah AB memiliki antigen A dan B (Phelan,
2018., Solomon et al. 2010., Mader, 2010).
Pengglongan darah rhesus didasarkan pada keberadaan antigen D pada
darah. Keberadaan antigen D ppada darah menunjukkan rhesus positif yang
dilambangkan dengan huruf D, sedangkan ketiadaan antigen D pada darah
menunjukkan rhesus negatif yang dilambangkan dengan huruf d (Seeley et al.
2016). Penggolongan darah dapat ditentukan melalui reaksi aglutinasi yang
terjadi apabila darah ditetesi serum anti-A, ani-, dan anti-D. Serum
merupakan cairan kekuningan yang mengandung albumin dan globulin.
Antibodi terdapat pada serum sebab antibodi merupaka protein globulin
yang bersifat intoleran terhadap antigen asing (Oktari & Silvia, 2016).
Aglutinasi atau penggumpalan terjadi ketika antibody yang ada pada
tubuh manusia mendeteksi adanya antigen asing di dalam tubuuh, sehingga
menyebabkan darah menggumpal. Hal ini akan menyebabkan pembulu darah
tersumbat sehingga darah tidak dapat bersirkulasi secara normal dan dapat
menyeabakan kematian. Pengujian sistem ABO dilakukan dengan
mengamati reaksi aglutinasi yang terjadi setelah darah ditetesi serum anti-A,
anti-B, sedangkan pengujian dengan sistem rhesus dilakukan dengan
mengamati reaksi aglutinasi sete;ah darah ditetesi serum anti-D (Raven et al.
2010., Brooker et al. 2010).
III. METODE
FO-UGM-BI-07-
No. Dokumen
BORANG 13
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 5
IA IB dan ii
4. Maria - - + O ii Io Io dan Io Io
Natalina Io Io dan IA Io
Io Io dan IB Io
IA Io dan IA Io
IB Io dan IB Io
IA Io dan IB Io
apapun dan saat darah ditetesi dengan anti-D darah mengalami aglutinasi
yang menunjukkan golongan darah memiliki rhesus positif. Dapat
disimpulkan bahwa probandus pertama bergolongan darah A rhesus
positif. Pada ketiga probandus lainnya ketika darah ditetesi dengan
serum anti-D, darah akan mengalami aglutinasi. Hal ini disebabkan oleh
interaksi antara antigen-D pada permukaan sel darah sehingga
menyebabkan terjadinya aglutinasi.
Pada probandus bergolongan darah B, darah mengalami
aglutinasi setelah ditetesi serum anti-B karena interaksi antara
agglutinin-β pada serum dan aglutinogen B pada darah. Pada probandus
bergolongan drah O tidak terjadi aglutinasi. Hal ini disebabkan oleh
ketiadaan aglutinogen A maupun aglutinogen B pada darah probandus.
Sedangkan pada probandus yang bergolongan darah AB terdapat
aglutinogen A dan aglutinogen B yang kemudian menggumpal setelah
ditetesi serum anti-A dan anti-B.
Golongan darah pada suatu individu ditentukan oleh golongan
darah parental. Hal ini disebabkan oleh darah sebagai unit pewarisan
sifat. Golongan darah kedua parental dikendalikan oleh alel saat terjadi
fertilisasi, alel dari masing-masing parental akan terpisah dan kemudian
membentuk genotipe pada zigot hasil fertilisasi.
V. KESIMPULAN
Dalam praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa golongan darah pada
manusia merupakan salah satu sifat yang diturunkan dari parental kepada
filialnya melalui percobaan dengan sistem ABO dan rhesus. Penetesan
serum anti-A pada sampel darah probandus akan menyebabkan aglutinasi
(penggumpalan) pada golongan darah A dan pada golongan darah AB.
Penetesan serum anti-B pada sampel darah probandus menyebabkan
aglutinasi pada golongan darah B dan AB. Sedangkan penetesan serum anti-
D menyebabkan aglutinasi pada darah dengan rhesus positif.
VI. DAFTAR PUSTAKA
FO-UGM-BI-07-
No. Dokumen
BORANG 13
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 9
VII. LAMPIRAN
a. Gambar hasil pengujian
FO-UGM-BI-07-
No. Dokumen
BORANG 13
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
LABORATORIUM BIOLOGI UMUM Halaman 10
b. Revisi Proposal
FO-UGM-BI-07-
No. Dokumen
BORANG 13
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00
3,5
Disusun oleh:
NIM : 20/459658/PT/08484
ACARA 3
(Uji Golongan Darah pada Manusia)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat pada manusia ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Sifat yang tampak inilah yang disebut sifat dominan sedangkan sifat
yang tidak tampak disebut sifat resesif. Kedua sifat ini dipengaruhi oleh
faktor keturunan atau gen dari induknya yang diturunkan dari ayah
maupun ibu, makanya tidak jarang ada anak mirip dengan ibu atau
ayahnya. Selain itu sifat tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan atau
keadaan sekitar di mana manusia itu tinggal. Namun, pada dasarnya anak
tidak mewarisi bentukan fisik seperti tinggi badan, warna kulit ataupun
rambut. Anak juga tidak mewarisi bakat bermusik atau kecenderungan
berbuat kriminal, yang diwarisi anak dari ayah dan ibunya adalah genotif
mereka (Meilinda, 2017).
Transmisi genetik dari orang tua pada keturunannya biasa
didefinisikan sebagai hereditas. Prinsip tentang gen dan pewarisan sifat
(hereditas) modern pertama kali dikemukakan oleh Gregor Mendel.
Mendel mempelajari 7 jenis sifat yang diturunkan pada tanaman buncis
dan menemukan teori persilangan untuk gen-gen yang independen. Teori
tersebut menyatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan
(persilangan) dari gen-gen kedua orang tuanya (Tosida & Utami, 2011).
Salah satu bentuk hereditas manusia adalah golongan darah.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa golongan darah ini memiliki sifat
menurun. Pada umumnya, golongan darah pada manusia dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis golongan darah yang berbeda. Sistem
golongan darah ABO, sistem golongan darah rhesus, dan sistem
golongan darah MN (Awaludin, M., 2017). Maka dalam percobaan ini
FO-UGM-BI-07-
No. Dokumen
BORANG 13
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM Revisi 00