Anda di halaman 1dari 12

PROMOSI KESEHATAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


“PENATALAKSANAAN DIET PADA ANAK DENGAN GGK”

Disusun Oleh :
SARI INDAH KESUMA
1921312010

Dosen Pengampu :
Dr. Ns. Meri Neherta, S.Kep, M.Biomed

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Promosi Kesehatan Tentang
Penatalaksanaan diet pada anak dengan GGK” sebagai landasan utama bahan
pembelajaran pada mata kuliah peminatan keperawatan anak dalam konteks keluarga.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan ini dapat teratasi. Oleh
karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini..

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Terutama bagi teman-teman keperawatan anak, dan diharapkan agar dapat
memberikan masukan dan saran untuk makalah ini sehingga menjadi lebih baik lagi.

Padang, Februari 2020

Penyusun

2
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Judul                                                   : Penatalaksanaan Diet pasien GGK


Pokok Bahasan : penatalksanaan diet
Sub Pokok Bahasan/Pokok Bahasan  : penatalaksanaan diet pada anak dengan GGK
Waktu                                                 : 1 x 30  menit
Tempat                                                :
Sasaran                                               : Keluarga dengan anak GGK

I. LATAR BELAKANG
Penyakit dengan gagal ginjal dapat meningkatkan risiko kematian bagi
penderitanya. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik
yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara yang
sedang berkembang (Raka, 2017).
Indonesia merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia setelah
Cina, India dan Amerika Serikat. Saat ini, tidak banyak penelitian epidemiologi
tentang prevalensi infeksi saluran kemih pada penyakit ginjal kronik di Indonesia.
Menurut Rahardjo dalam Raka (2017), diperkirakan jumlah penderita gagal ginjal
kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10 % setiap tahun.
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal akibat berbagai penyakit ginjal yang kronik, yang
berkembang secara progresif dan irreversible. Gagal ginjal kronik dinyatakan apabila
nilai tes klirens kreatinin (TKK) sama atau kurang dari 25 ml/menit (Prodjosudjadi
dalam Harahap, 2016).
Menurut Price dalam Harahap (2016) gagal ginjal kronik merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung
beberapa tahun. Selain itu, akibat penyakit yang menahun ini, menimbulkan gejala
klinis yang merugikan pada keseluruhan sistem tubuh yang lain dan diantaranya
adalah terkait penurunan fungsi imun tubuh. Sistem imunologi tubuh manusia

3
berfungsi untuk mempertahankan tubuh dari serangan patogen (mikroorganisme
penyebab penyakit seperti virus dan bakteri) dan kekurangan fungsi tersebut akibat
kelainan pada proses metabolisme tubuh pada pasien penyakit ginjal kronik akan
meningkatkan resiko terkenanya infeksi (Kato, et al dalam Harahap, 2016).
Keadaan GGK tentunya sangat mengkhawatirkan bila tidak di tangani, dalam
hal ini di perlukan adanya ahli kesehatan yang menangani pengaturan masalah
tersebut khususnya dalam hal pengaturan pola makan pada PGK. Penelitian keadaan
gizi pasien anak GGK dengan Tes Kliren Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/mt yang diberikan
terapi konservatif, dijumpai 50 % dari 14 pasien dengan status gizi kurang. (Kato et al
dalam Harahap, 2016).
Faktor penyebab gizi kurang pada anak dengan GGK antara lain adalah
asupan makanan yang kurang sebagai akibat dari tidak nafsu makan, mual dan
muntah. Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian
melalui monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim
kesehatan. Oleh karena itu di perlukan adanya penatalaksanaan diet pada pasien PGK
yang betujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi agar mencapai status gizi optimal,
pasien dapat beraktivitas normal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, yang
pada akhirnya mempunyai kualitas hidup yang cukup baik.

II. TUJUAN PENYULUHAN

A. Tujuan Umum
Setelah di berikan penyuluhan selama ± 40 menit, tentang penatalaksanaan diet
pada anak dengan Gagal Ginjal Kronik dirumah dengan baik dan benar.

B.     Tujuan Khusus


Setelah diberikan penyuluhan, keluarga dapat :
1. Mengetahui pengertian dan klasifikasi stadium pada ginjal kronik.
2. Mengetahui pengelolaan pada pasien yang terkena penyakit ginjal kronik.
3. Mengetahui jenis-jenis diet pada Penderita Ginjal Kronik.

4
4. Menentukan menu diet yang sesuai bagi penderita penyakit ginjal kronik
yang menjalani terapi konservatif

III. MATERI PENYULUHAN


1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis.
2. Pentingnya pengelolaan pada pasien GGK
3. Jenis-jenis diet pada anak GGK.
4. Menentukan diet yang sesuai pada anak dengan GGK.   

IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

V. MEDIA & ALAT


1.      Laptop
2.      LCD
3.      Leaflet
4.      Power Point

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


WAKTU TAHAP RESPON
5 menit - Pembukaan :
 Mengucapkan salam.  Peserta menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Peserta mengenal perawat
 Menjelaskan maksud dan  Peserta mengerti tujuan
tujuan  Peserta belum tahu tentang
 Menyebutkan materi yang diet pada anak dengan
diberikan. GGK.
 Menanyakan kesiapan  Peserta sudah siap
peserta

5
WAKTU TAHAP RESPON
15 menit - Pelaksanaan : Penyampaian
materi
     1. Keluarga mengetahui
1. Menjelaskan pengertian pengertian dan
dan klasifikasi stadium klasifikasi stadium pada
pada ginjal kronik. ginjal kronik.
2. Menjelaskan pengelolaan 2. Keluarga mengetahui
pada pasien yang terkena pengelolaan pada pasien
penyakit ginjal kronik. yang terkena penyakit
3. Menjelaskan jenis-jenis ginjal kronik.
diet pada Penderita Ginjal 3. Keluarga mengetahui
Kronik. jenis-jenis diet pada
4. Menjelaskan menu diet Penderita Ginjal
yang sesuai bagi penderita Kronik.
penyakit ginjal kronik 4. Keluarga mengetahui
yang menjalani terapi menu diet yang sesuai
konservatif. bagi penderita penyakit
ginjal kronik yang
menjalani terapi
konservatif.

- Tanya Jawab :
o Peserta bertanya kepada
o Memberikan kesempatan
perawat.
kepada peserta untuk
bertanya
T
1.   

6
WAKTU TAHAP RESPON
10 menit - Evaluasi :
 Menanyakan kembali hal-hal  Peserta dapat menjawab
yang sudah dijelaskan pertanyaan.
mengenai penatalaksanaan diet
pada anak dengan GGK

5 menit - Penutup :
 Menutup pertemuan dengan  Peserta mendengarkan.

menyimpulkan materi yang


telah dibahas  Peserta menjawab
 Memberikan salam penutup salam.

1.   

VII. EVALUASI
a.       Persiapan :
1.      Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penkes
2.      Media sudah siap 1 hari sebelum penkes
3.      Tempat sudah siap 2 jam sebelum penkes
4.      SAP sudah siap 1 hari sebelum penkes
b.      Proses :
1.      Keluarga datang tepat waktu
2.      Keluarga memperhatikan penjelasan perawat
3.      Keluarga aktif bertanya atau memberikan pendapat
4.      Media dapat digunakan secara efektif

c.       Hasil :

7
1. Keluarga menjelaskan pengertian dan klasifikasi stadium pada ginjal kronik.
2. Keluarga menjelaskan pengelolaan pada pasien yang terkena penyakit ginjal
kronik.
3. Keluarga menjelaskan jenis-jenis diet pada Penderita Ginjal Kronik.
4. Keluarga menjelaskan menu diet yang sesuai bagi penderita penyakit ginjal
kronik yang menjalani terapi konservatif.

VIII. MATERI TERLAMPIR

8
a) Definisi Gagal Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan patologis dengan penyebab
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan
kemudian berakhir pada gagal ginjal tahap akhir. Penyakit ginjal tahap akhir adalah
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal kronik ireversibel
yang sudah mencapai tahapan dimana penderita memerlukan terapi pengganti ginjal,
berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra dalam Harahap, 2016 ).
Menurut Prodjosudjadi dalam Harahap (2016) Gagal ginjal kronik adalah
suatu keadaan menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG) yang bersifat tidak
reversibel, dan terbagi dalam beberapa stadium sesuai dengan jumlah nefron yang
masih berfungsi. Gagal Ginjal Kronik (GGK) dapat terjadi apabila laju filtrasi
glomerulus kurang dari 50 ml/menit/1.73m2 luas permukaan tubuh, oleh karena
dibawah kadar fungsi ginjal tersebut gangguan asidosis metabolik dan
hiperparatiroidisme sekunder telah tampak nyata, pertumbuhan mulai terganggu, dan
progresivitas penurunan fungsi ginjal akan terus berlanjut.

b) Klasifikasi GGK
Menurut Rindiastuti (2017) pada pasien dengan penyakit ginjal kronik,
klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang
lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah, yaitu:
1. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih
normal.
2. Stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan.
3. Stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan sedang fungsi ginjal.
4. Stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal
5. Stadium 5 adalah gagal ginjal.

c) Pengelolaan pasien dengan GGK

9
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit
penyerta, derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal,
faktor risiko untuk penurunan fungsi ginjal, dan faktor risiko untuk penyakit
kardiovaskular. Pengelolaan meliputi:
1. terapi penyakit ginjal
2. pengobatan penyakit penyerta
3. penghambatan penurunan fungsi ginjal
4. pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
5. pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6. terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala
dan tanda uremia Stadium dini penyakit ginjal kronik dapat dideteksi
dengan pemeriksaan laboratorium.

d). Menentukan menu diet pada pasien GGK


1. Peranan diet
Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu
perhatian melalui monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan
makanan oleh tim kesehatan. Pada dasarnya pelayanan dari suatu tim terpadu
yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi serta petugas kesehatan lain
diperlukan agar terapi yang diperlukan kepada pasien optimal. Asuhan gizi
(Nutrition Care) betujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi agar mencapai
status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas normal, menjaga keseimbangn
cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai kualitas hidup yang
cukup baik.
 Hindari produk dengan tambahan garam, turunkan jumlah sodium yang
dimakan setiap hari dengan menghindari produk makanan yang
ditambah dengan garam. Ini juga termasuk makan malam yang
dibekukan, sup kaleng, junk food, sayuran kalengan, daging olahan
dan keju.

10
 Pilih makanan dengan potasium rendah, Ahli diet menyarankan agar
mengonsumsi makanan dengan kandungan potasium rendah, setiap kali
makan.
 Makanan dengan potasium tinggi yang harus dihindari yaitu pisang,
jeruk, kentang, bayam, dan tomat. Sedangkan potasium yang rendah,
yaitu apel, kubis, wortel, kacang hijau, anggur, dan stroberi.
 Batasi jumlah protein yang tepat dalam mengonsumsi protein yang
dibutuhkan setiap hari, serta kemudian membuat rekomendasi
berdasarkan jumlah tersebut. Makanan tinggi protein termasuk daging
tanpa lemak, telur, susu, keju, kacang. Sedangkan makanan rendah
protein yaitu sayuran, buah-buahan, roti, dan sereal.

2. Kebutuhan jumlah kalori


Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen,
memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.

3. Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari. d. Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari
LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).

11
 DAFTAR PUSTAKA

Akchurin, O. M. (2019) ‘Chronic Kidney Disease and Dietary Measures to Improve
Outcomes’, Pediatric Clinics of North America. Elsevier Inc, 66(1), pp. 247–267. doi:
10.1016/j.pcl.2018.09.007.

Bargalzan, D. et al. (2020) ‘ScienceDirect Potassium disorders in pediatric emergency


department : Clinical spectrum and management’. doi: 10.1016/j.arcped.2019.12.003.

Chua, A. N. and Warady, B. A. (2017) ‘Care of the Pediatric Patient on Chronic


Dialysis’, Advances in Chronic Kidney Disease. Elsevier Ltd, 24(6), pp. 388–397. doi:
10.1053/j.ackd.2017.09.008.

Harahap, Yusuf S R. (2016). Gambaran Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Penderita


Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsup H Adam Malik
Medan Terhadap Kebiasaan Minum.

Kresnawan ,Triyani (2017). Diet Rendah Protein Dan Penggunaan Protein Nabati
Pada Penyakit Ginjal.

Raka,Widiana (2017). Distribusi Geografis Penyakit Ginjal Kronik Komparasi


Formula Cockcroft-Gault Dan Formula Modification Of Diet In Renal Disease.

Rindiastuti.Yuyun (2017). Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal


Kronik.

Palmer, B. and Kropp, B. (2019) ‘U ro l o g i c Ev a l u a t i o n a n d Management of


Pediatric K i d n e y Tr a n s p l a n t P a t i e n t s’, Urologic Clinics of NA. Elsevier Inc,
45(4), pp. 561–569. doi: 10.1016/j.ucl.2018.06.004.

Starr, M. C. and Hingorani, S. R. (2019) 6 - The Pediatric Patient With Chronic Kidney
Disease. Fourth Edition, Chronic Kidney Disease, Dialysis, and Transplantation. Fourth
Edition. Elsevier Inc. doi: 10.1016/B978-0-323-52978-5.00006-9.

12

Anda mungkin juga menyukai