Anda di halaman 1dari 27

BAB I Pendahuluan

Kesehatan salah satu pilar pembangunan bangsa. Kesehatan juga

memainkan peranan strategis dalam membentuk sumber daya manusia yang

berkualitas sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan.

WHO pada 2000 mendefinisikan bahwa sistem kesehatan merupakan

aktivitas yang memiliki tujuan utama untuk meningkatkan, memperbaiki, atau

merawat kesehatan. Dalam perkembangan para ahli mengganti istilah health

system dengan health care system karena lingkupnya yang sangat bergantung

kebijakan suatu negara. 

Permasalahan kesehatan di Indonesia tentu membutuhkan upaya-upaya

untuk berikhtiar dalam melakukan rekonstruksi dalam pembangunan sistem

kesehatan nasional dengan tetap berpegang teguh dalam merawat nilai-nilai

kebangsaan dan keindonesiaan. 

Untuk mewujudkan serta menunjang akselerasi pencapaian peran strategis

tersebut, diperlukan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang merupakan pilar dari

sistem ketahanan nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor

72 Tahun 2012 yang menjadi peta jalan dalam mewujudkan masyarakat sehat

dengan derajat kesehatan setinggi-tingginya. 

Namun, kondisi saat ini masih memperlihatkan kurangnya political

will pemerintah pusat maupun daerah dalam menjalankan kebijakan kesehatan

sesuai yang diamanahkan dalam UUD (hasil amendemen) Pasal 28H ayat (1). 
Konstitusi menjamin hak warganya untuk sehat: ”Setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Sedangkan pada Pasal 34 (angka 3) UUD 1945 dikatakan: ”Negara bertanggung

jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum

yang layak”. Itu masih belum memenuhi harapan. Kesehatan saat ini belum

sepenuhnya dipandang sebagai unsur utama ketahanan nasional.

Kesehatan belum dianggap sebagai modal utama kelangsungan

pembangunan nasional. Cara pandang dan kepemimpinan yang masih memahami

kesehatan sebagai pengobatan saja (paradigma sakit) dan tanggung jawab sektor

kesehatan saja, bukan tanggung jawab semua sektor, tidak menempatkan

kesehatan sebagai mainstream pembangunan nasional. 

Kesehatan hanya sebagai ”komoditas politik” dengan membawa

konsekuensi ”memanfaatkan” sumber daya manusia bidang kesehatan sebagai

komponen di dalamnya salah satunya dokter. 

Mewujudkan ketahanan nasional perlu konsepsi ketahanan nasional yaitu

konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan secara

seimbang, serasi, dan selaras, yang dilaksanakan melalui pembangunan nasional

dan pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. 

Dengan kata lain, pada saat kita menyelesaikan masalah keamanan harus

ikut dipikirkan masalah kesejahteraan, demikian pula sebaliknya. Termasuk di sini

kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam pembangunan sektor

kesehatan. Ketahanan sistem kesehatan sebuah negara secara tidak langsung


sangat dipengaruhi ketahanan sistem kesehatan di daerah. Indonesia sehat akan

tercapai bila terwujud provinsi sehat, provinsi sehat akan tercapai bila kabupaten/

kota sehat terwujud. 

Kabupaten/ kota sehat terwujud jika kecamatan/kelurahan/desa sehat

tercapai. Dapat dikatakan bahwa fondasi Indonesia sehat adalah masyarakat sehat

di desa/kelurahan yang digalakkan melalui aktivitas-aktivitas untuk

memberdayakan potensi kedaerahan. 

Keberhasilan implementasi konsepsi ketahanan nasional sangat

bergantung pada kelancaran pembangunan nasional di seluruh aspek kehidupan

normal yang terintegrasi, yang disusun, direncanakan, dan diprogramkan sesuai

politik dan strategi nasional. 

Konsep itu harus terjabarkan dalam kebijaksanaan dan strategi daerah

yang sesuai situasi, kondisi, dan konstelasi geografi masing-masing daerah, baik

berupa peraturan daerah (perda) maupun rencana strategi (renstra) daerah. 

Persoalan kesehatan sendiri saat ini sebagai suatu faktor utama dan

investasi berharga yang pelaksanaannya didasarkan pada sebuah paradigma baru

yang biasa dikenal dengan paradigma sehat yakni paradigma kesehatan yang

mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan

rehabilitatif. 

Dalam kerangka inilah dibutuhkan proses rekonstruksi pembangunan

nasional yang menjadikan sistem kesehatan nasional sebagai salah satu pilar

utamanya serta menempatkan kesehatan juga sebagai penopang utama ketahanan

nasional dalam mewujudkan Indonesia Sehat yang Berdaulat. 


BAB II Pembahasan

Derajat Kesehatan

Derajat Kesehatan Masyarakat merupakan gambaran kemampuan/ Kinerja

petugas kesehatan untuk mencapai indikator Kesehatan, kemampuan SKPD dalam

merencanakan, melaksanakan, mengendalikan program/kegiatan sehingga mampu

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mengacu pada indikator

berikut:

a) Umur Harapan Hidup

Umur harapan hidup adalah tingkat usia rata-rata penduduk dari lahir

sampai meninggal dunia. Data yang pasti tingkat umur harapan hidup

tidak ada, baik dari BPS maupun laporan dari camat atau puskesmas.

Umur harapan hidup akan meningkat sejalan dengan meningkatnya

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, perbaikan gaya hidup,

meningkatnya ekonomi masyarakat dan dengan adanya program pembinan

Usia..

b) Jumlah Kematian

Jumlah Kematian Bayi (JKB) disebabkan oleh beberapa factor

salah satu disebabkan banyak program kesehatan ibu anak tidak dapat

dilaksanakan karena keterbatasan dana. Angka Kematian Ibu ( AKI )

terutama ibu hamil yaitu sebagian besar disebabkan karena pendarahan.


c) Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kecukupan asupan makanan seseorang

yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh, keadaan gizi sangat

mempenagaruhi daya ketahanan tubuh, bila keadaan kekurangan gizi

secara terus menerus dapat mengakibatkan kematian, terutama pada bayi

dan Balita.

Lingkungan Sehat

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Lingkungan

sehat adalah suatu keadaan yang bersih dan tidak kotor sehingga tidak timbul

penyakit.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

mahluk hidup lainnya menurut UUPL No. 23 Tahun 1997.

Lingkungan hidup merupakan faktor utama dalam kelangsungan hidup

manusia. Pengelolaan lingkungan hidup atau sumber daya alam yang tepat akan

mampu memberikan manfaat bagi hidup manusia itu sendiri. Sebaliknya,

eksploitasi yang berlebihan terhadap lingkungan hidup dapat mendatangkan

bencana bagi umat manusia itu sendiri.

Lingkungan Sehat adalah lingkungan yang bebas dari sampah dan

lingkungan yang bersih,tanpa adanya polusi atau kotoran lainnya.lingkungan sehat

di jakarta ini sudah sulit ditemui,ini akibat penecemaran yang terus terjadi di

Jakarta dan tidak bisa di cegah oleh masyarakatnya,kesadaran masyarakat akan


pentingnya lingkungan sehat masih minim,akibatnya sampah dimana

mana,banyak polusi udara,pencemaran,limbah limbah,gas beracun dan timbulnya

banyak penyakit serta bencana alam.kesadaran pentinnya lingkungan sehat di

jakarta sebaiknya perlu ditiingkatkan karena pentingnya lingkungan sehat untuk

warga jakarta sangat lah penting untuk menjaga kelangsungan hidup manusia di

muka bumi dan untuk mengurangi gas gas beracun dan pemanasan global yang

sekarang sekarang ini sedang menjadi problema di dunia.lingkungan sehat dapat

dimulai dari tempat tinggal kita dulu,lingkungan sekita kita dan tempat tinggal

kita harus dibiasakan bebas dari sampah dan kotoran,agar kesehatan kita juga tak

terganggu dan menjaga agar kuman,penyakit tidak masuk ke dalam tubuh kita.

Ciri ciri lingkungan sehat dapat kita lihat dalam kehidupan sehari hari

tercermin dari rumah dan gaya hidup seseorang tersebut.lingkungan yang sehat

dapat mecegah menyakit dan membuat kita lebih nyaman. Ada 3 syarat pokok

lingkungan sehat yaitu kebersihan, kerapihan dan keindahan. Manfaat dari

lingkungan sehat yaitu dapat menciptakan keindahan dan kenyamanan, dapat

menyehatkan tubuh dan jauh dari penyakit.

Lingkungan sehat dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari hari,yaitu

dengan cara membersihkan tempat tinggal kita dan bebas dari sampah,maka kita

dan anggota keluarga kita pun akan sehat dan bebas dari penyakit.berikut ini tips

yang bisa di ambil untuk menjaga agar lingkungan tetap sehat yaitu menyediakan

tempat sampah di bagian bagian tertenntu rumah, membersihkan lantai rumah,

membersihkan jendela dan barang barang di rumah secara rutin, tidak

membiarkan sampah menumpuk, tidak membiarkan samaph berserakan, pastikan


ventilasi rumah berfungsi dengan baik, harus ada sirkulasi atau pergantian udara

yang masuk ke dalam rumah\buatlah rumah senyaman mungkin dan tidak

membuah limbah rumah tangga ke kali secara sembarangan.

Perilaku Hidup Sehat

Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan

paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang

berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi

kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program

perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan

membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan

(advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat

(empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi

masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar,

2010). Perilaku hidup sehat sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga


dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakatnya. 

Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak

sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga.

Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap

anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak.

Rumah Tangga ber-PHBS berarti mampu menjaga, meningkatkan dan

melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman

penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat.

Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan tanggung jawab setiap

anggota rumah tangga, yang juga menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/

kota beserta jajaran sektor terkait untuk memfasilitasi kegiatan PHBS di rumah

tangga agar dapat dijalankan secara efektif

Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan

pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup

bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia

usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Strategi PHBS

Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga

strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:


a) Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-

menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta

proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu

menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek

attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang

diperkenalkan (aspek practice).

Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta

kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu

melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal

ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang

sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses

pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan

masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang

telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan

kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga

memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari

dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan

PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya.

b) Bina Suasana (Social Support)

Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang

mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu


apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-

orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan

bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.

Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat

khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase

mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina

Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan

masyarakat umum.

c) Pendekatan Pimpinan (Advocacy)

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat

formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan

penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat

informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang

umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis)

dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu

disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi

jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi

umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari

adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap

pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif

pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih


salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut

kesepakatan.

Tatanan PHBS

Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan,

tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.

Akses dan Mutu Pelayanan

Akses ke pelayanan kesehatan merupakan pusat dari penyelenggaraan

sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Hal ini penting karena pengukuran

kegunaan dan akses dalam pemberian pelayanan merupakan bagian dari sistem

kebijakan kesehatan yang ada. Meskipun demikian, akses masih dianggap gagasan

yang kompleks dimana ada beragam interpretasi dari banyak ahli.

Dalam pelayanan kesehatan, akses biasanya didefinisikan sebagai akses ke

pelayanan, provider dan institusi. Menurut beberapa ahl,i akses lebih daripada

pelengkap dari pelayanan kesehatan karena pelayanan dapat dijangkau apabila

tersedia akses pelayanan yang baik. Sementara umumnya para ahli menyadari

bahwa karakteristik pengguna mempengaruhi karakteristik provider dalam

memberikan pelayanan. Atau dengan kata lain, akses ke pelayanan terbentuk dari

hubungan antara pengguna dan sumber daya pelayanan kesehatan.

Akses bisa dilihat dari sumber daya dan karakteristik pengguna. Namun,

dalam rangka meningkatkan pelayanan jangka pendek, sumber daya yang

memegang peranan penting. Pada umumnya, permasalahan harga, waktu

transportasi dan waktu tunggu lebih direspon secara spesifik daripada

permasalahan karakteristik sosial ekonomi masyarakat seperti pendapatan, sarana


transportasi dan waktu luang. Akses merupakan kesempatan untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Akses bisa digunakan

untuk mengidentifikasi kebutuhan, mencari dan mendapatkan sumber daya dan

menawarkan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Dari sisi provider, terdapat lima dimensi dari akses yaitu: (1) Kedekatan,

pengguna mendapatkan pelayanan kesehatan yang bisa diidentifikasi dalam

bentuk keberadaan pelayanan, bisa dijangkau dan berdampak pada kesehatan

pengguna. (2) Kemampuan menerima, berhubungan dengan faktor sosial budaya

yang memungkinkan masyarakat menerima pelayanan yang ditawarkan. (3)

Ketersediaan, mengacu pada pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau kapanpun

dan dimanapun. Ketersediaan tidak hanya secara fisik, namun secara sumber daya

mampu memberikan pelayanan sesuai kemampuan. (4) Kesangguapan pengguna,

mengacu pada kemampuan dari pengguna untuk menggunakan fasilitas kesehatan

secara ekonomi maupun sosial. (5) Kesesuaian, mengacu pada kesesuaian antara

pelayanan yang diberikan dan kebutuhan dari pengguna.

Selain itu, akses ke pelayanan kesehatan juga dipengaruhi oleh

kemampuan pengguna diantaranya kemampuan menerima (kepercayaan dan

harapan), kemampuan mencari (nilai sosial, budaya dan gender), kemampuan

menjangkau (lingkungan tempat tinggal, transportasi dan dukungan sosial),

kemampuan membayar (pendapatan, asset dan asuransi), kemampuan ikut serta

(ketaatan, support).

Penilaian mutu pelayanan kesehatan dapat ditinjau dari beberapa sisi, yaitu

sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan dan penyelenggara pelayanan kesehatan.


Dari sisi pemakai, pelayanan kesehatan yang bermutu adalah suatu pelayanan

kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan, diselenggarakan dengan cara yang

sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya

serta mencegah berkembang atau meluasnya penyakit. Masyarakat menganggap

kemudahan mengakses pelayanan, baik itu akses jarak maupun akses bahasa, serta

hubungan interpersonal dengan petugas sebagai suatu dimensi mutu yang sangat

penting.

Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan

menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub sistem pelayanan

kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan

promotif( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan

menurut Levey dan Loomba (1973), Pelayanan Kesehatan Adalah upaya yang

diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau

masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah

setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,

kelompok dan atupun masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah
dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak

macamnya. Karena kesemuanya ini ditentukan oleh:

a) Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi. 

b) Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan

kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan

kesehatan atau kombinasi dari padanya.

Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara

umum dapat dibedakan atas dua, yaitu:

a) Pelayanan kedokteran: Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam

kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara

pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara

bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya untuk

menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya

terutama untuk perseorangan dan keluarga.

b) Pelayanan kesehatan masyarakat: Pelayanan kesehatan yang termasuk

dalam kelompok kesehatan masyarakat (public health service) ditandai

dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam

suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk kelompok dan

masyarakat.
Sumber Daya Kesehatan

Sumber Daya Kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan

kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan

dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang

dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (Pasal 1

Angka 2 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan).

Sumber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat

lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

a) Tenaga Kesehatan dan Standar Profesi

Jenis tenaga kesehatan menurut Peraturan Pemerintah No.32 tahun

1996, yaitu Tenaga medis (dokter,dokter gigi), tenaga keperawatan

(perawat, bidan, perawat gigi), tenaga kefarmasian (apoteker, analisis

farmasi, asisten apoteker), tenaga kesehatan masyarakat (epidemiologi

kesehatan, etomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyluh

kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian), tenaga gizi

(nutrisionis,dietisien), tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasi terapis,

terapis wicara), dan tenaga keteknisan medis (radiografer, radio terapis,

teknisi gigi, teknisi elektromedis, analisis kesehatan, refraksionis optifsien,

otorik prostetik, teknisi tranfusi, perekam medis).

b) Sarana kesehatan

Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan

masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus (RS paru, RS mata,

RS kusta, RS jiwa), praktik dokter,praktik dokter gigi, praktik dokter


spesialis, praktik dokter gigi spesialis, praktik bidan, toko obat, apotek,

pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium sekolah

dan akademi kesehatan,balai pelatihan kesehatan dan sarana kesehatan

lainnya.

Pedagang besar farmasi adalah sarana pelayanan kesehatan penunjang

yang berfungsi menyalurkan sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada

sarana pelayanan kesehatan yang membutuhkannya.

Pemberian izin penyelenggaraan sarana kesehatan harus

memperhatikan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam upaya

peningkatan derajat kesehatan, jumlah dan jenis perbekalan kesehatan,

mutu pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.

c) Perbekalan Kesehatan

Perbekalan kesehatan yang diperlukan dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan lainnya

(adalah peralatan yang tidak secara langsung digunakan dalam pemberian

pelayanan kesehatan seperti ambulan,tempat tidur).

Pengelolaan perbekalan kesehatan dilakukan agar dapat terpenuhinya

kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta perbekalan lainnya

yang terjangkau oleh masyarakat. Perbekalan kesehatan merupakan unsusr

penting dalam upaya kesehatan khususnya obat, bahan obat dan alat

kesehatan. Oleh karena itu, jumlahnya harus memadai, mudah didapat,

mutunya baik, harganya terjangkau.


d) Peran serta Masyarakat

Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya.

Penyelenggaraan upaya kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah

dan masyarakat. Masyarakat tidaklah menjadi objek semata, tetapi

sekaligus merupakan subjek penyelenggaraan upaya kesehatan.

Masyarakat memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta

dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya mulai

dari inventarisasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap

penilaian, sedangkan peran serta dapat berbentuk sumbangan pemikiran,

tenaga atau sumber daya lainnya seperti kelembagaan,sarana serta dana.

Kontribusi Sektor Terkait

Kontribusi sektor yang terkait dengan pelayanan kesehatan terdiri dari

persentase keluarga yang mempunyai akses terhadap air bersih : 85%, persentase

pasangan usia subur yang menjadi akseptor keluarga berencana : 70%, angka

kecelakaan lalu-lintas per-100.000 penduduk : 10%, persentase penduduk yang

melek huruf : 95%.

Kegunaan Indikator Kesehatan

Indikator kesehatan adalah ukuran yang menggambarkan atau menunjukkan

status kesehatan sekelompok orang dalam populasi tertentu, misalnya angka

kematian kasar. Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan

berbagai indikator kesehatan, yang secara garis besar dibagi dalam dua kelompok,

kelompok pertama berisikan indikator yang menghitung jumlah kematian yang


terjadi selama periode tertentu.Kelompok kedua berisikan berbagai indikator

kesehatan yang memperlihatkan jumlah orang yang menyandang cacat akibat

penyakit tertentu, misalnya polio, AIDS, Tuberkulosis (TB), dan sakit mental.

Kegunaan indikator kesehatan merupakan suatu acuan bagi Daerah untuk

mendapatkan kesamaan tolok ukur. Daerah tentu saja dapat menambahkan hal-hal

yang belum tercantum di dalamnya. Khususnya yang berkaitan dengan keadaan,

kebutuhan dan aspirasi setempat, termasuk kontribusi sektor-sektor terkait. Apa

lagi bila diingat bahwa pengorganisasian sektor-sektor pembangunan di Daerah,

khususnya Kabupaten/Kota dewasa ini masih sangat bervariasi. Dengan demikian

tidak tertutup kemungkinan sektor-sektor yang berkontribusi dalam pencapaian

Kabupaten/Kota Sehat dan Provinsi Sehat dapat diciutkan atau dikembangkan

sesuai dengan tatanan organisasi setempat. Demikian pun peran mereka dalam

mengupayakan tercapainya Visi Pembangunan Kesehatan.

Formula Indikator

Agar dapat dijamin kesamaan persepsi dan pengertian terhadap indikator-

indikator yang telah ditetapkan dan cara-cara menghitungnya, diperlukan

keseragaman dalam formula indikator dan definisi operasional.

1. Derajat Kesehatan
a. Mortalitas
1. Angka Kematian Bayi per-

1.000 Kelahiran Hidup


2. Angka Kematian Balita

per 1.000 Kelahiran

Hidup

3. Angka kematian ibu

melahirkan per 100.000

kelahiran hidup

4. Angka kelahiran hidup

waktu lahir
b. Morbiditas
1. Angka

kesakitan

malaria per

penduduk
2. Angka

kesem

buhan

penderi

ta TB

paru

BTA+
3. Prev. Pnderita HIV AIDS

thdp penduduk beresiko


4. Angka Acute Flaccid

Paralisis (AFP) pd anak

usia <15 tahun per

100.000 anak
5. Angka kesakitan DBD per

100.000 penduduk

c. Status Gizi
1. Persentasi Balita

dengan Gizi Buruk

2. Persentasi kecamatan

bebas rawan gizi

2.Hasil Antara

a. Keadaan Lingkungan

1. Persentasi rumah sehat

2. Persentasi tempat

umum sehat

b. Perilaku Hidup Masyarakat


1. Persentasi rumah

tangga berperilaku

hidup bersih &

sehat
2. Persentasi

posyandu purnama

dan mandiri
c.Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
1. Persentase

penduduk yang

menggunakan

puskesmas
2. Persentase

penduduk yang

menggunakan

rumah sakit
3. Persentase sarana

kesehatan dengan

kemampuan lab

kesehatan
4. Persentase RS yg

menyelenggarakan 4

pelayanan Kes

spesialis dasar
5. Persentase obat

generic berlogo

(OGB) dalam

persediaan obat
3. Proses dan Masukkan
a. Pelayanan Kesehatan
1. Persentase pertolongan

persalinan oleh tenaga

kesehatan

2. Persentase desa

mencapai

‘Universal Child

Immunization’

(UCI)
3. Persentase desa

terkena kejadian

luar biasa (KLB) yg

ditangani <24 jam


4. Persentase murid SD yang

mendapat pemeriksaan gigi dan

mulut

5. Presentase pekerja yang mendapat

pelayanan keselamatan kerja

6. Presentase keluarga miskin

yang mendapat pelayanan

kesehatan

b. Sumber Daya Kesehatan


1. Rata – rata dokter per

100.000 penduduk
2. Rata – rata dokter

spesialis per 100.000

penduduk
3. Rata – rata dokter

keluarga per 1000

kelurga
4. Rata – rata dokter gigi per

100.000 penduduk

5. Rata – rata apoteker per

100.000 penduduk

6. Rata – rata bidan per 100.000

penduduk

7. Rata – rata perawat per

100.000 penduduk

8. Rata – rata ahli gizi per

100.000 penduduk

9. Rata – rata ahli sanitasi per

100.000 penduduk

10. Rata – rata ahli kesehatan

masyarakat per 100.000

penduduk
11. Presentase penduduk yang

menjadi peserta jaminan

pemeliharaan kesehatan

d. Manajemen Kesehatan
1. Rata – rata presentase

anggaran kes APBD

kab/ kota
2. Alokasi anggaran

pemerintah perkapita

pertahun (ribuan rupiah)


3. Presentase kab/ kota yang

mempunyai dokumen

sistem kesehatan

4. Presentase kab/ kota

yang memiliki

“Contingency Plan”

masalah kesehatan

akibat bencana
5. Presentase kab/ kota yang

membuat profil kesehatan

6. Presentase provinsi yang

melaksanakan Surkesda
7. Presentase provinsi

yang mempunyai

“Provincial Health

Account”
8. Presentase keluarga

yang memiliki akses

terhadap air bersih

9. Presentase pasangan usia

subur yang menjadi aseptor

KB

10. Angka kecelakaan lalulintas

per 100.000 penduduk

11. Presentase penduduk yang

melek huruf

BAB III Penutup

Kesimpulan

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan

pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia

dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan

kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana


dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945. Pembangunan kesehatan adalah

upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

terwujud.

Saran

Agar Sistem Kesehatan Nasional dapat tercapai dengan baik diperlukan

kerjasama dan koordinasi dari semua komponen bangsa mulai dari masyarakat

hingga pemerintah sehingga kelak kesejahteraan rakyat khususnya di bidang

kesehatan dapat tercapai. Dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan

tercapainya tujuan Sistem Kesehatan Nasional, bangsa Indonesia bisa menjadi

lebih maju. Derajat kesehatan masyarakat juga meningkat ditandai dengan

meningkatnya angka harapan hidup rakyat Indonesia.

Daftar Pustaka

Adam, Yusri. 2013. Konsep dan Mutu dalam Pelayanan Kesehatan. Diakses pada
18 September 2014 dari World Wide Web:
http://aceh.tribunnews.com/2013/12/02/konsep-mutu-dalam-pelayanan-
kesehatan.html

Asanab, Dedison. 2014. Akses Pelayanan Kesehatan: Kesempatan untuk


Mengidentifikasi Kebutuhan Kesehatan. Diakses pada tanggal 18 Desember
2014 dari World Wide Web:
http://mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/110
3.html

CST. Kansil. 1991. Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia. Jakarta: Rineka


Cipta, hal. 202-203

Handa. 2013. Pengertian Sumber Daya Di Bidang Kesehatan. Diakses pada 18


September 2014 dari World Wide Web:
http://penelitihukum.org/tag/pengertian-sumber-daya-di-bidang-kesehatan/

Humaidi, Moh. Adib. 2014. Sistem Kesehatan Nasional untuk Ketahanan


Nasional. Diakses pada 18 September 2014 dari World Wide Web:
http://nasional.sindonews.com/read/865352/18/sistem-kesehatan-nasional-
untuk-ketahanan-nasional

Riswa, Sina. (2012). Sistem Kesehatan Nasiponal. Diakses pada 15 September


2014 dari World Wide Web: http://sina2q.blogspot.com/2012/06/sistem-
kesehatan-nasional-skn-dan-skp.html

Suyatno.(2010). Pedoman Indikator Indonesia Sehat 2010. Diakses pada 17


September 2014 dari World Wide Web: http://suyatno.blogundip.ac.id//html.

Tania, Fransiska. 2012. Lingkungan Sehat. Diakses pada 17 September 2014 dari
World Wide Web: http://Fransiska.blogspot.com/2012/skn/Derajat-
Kesehatan-Masyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai