Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN ALUR PIKIR

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Dalam mengungkapkan pemahaman tentanag variabel dari konsep

konformitas dan disiplin maka diperlukan adanya kajian yang relevan dari

penelitian terdahulu. Adapun hasil penelusuran dari penelitian terdahulu

adalah sebagai berikut :

Penelitian tentang implementasi program sensus penduduk telah banyak

dilakukan dalam penelitian terdahulu, namun antara fokus dan lokusnya serta

indikator yang digunakan berbeda dengan penelitian yang satu dengan yang

lainnya.

Persamaan penelitian ini dengan hasil penelitian terdahulu adalah variabel

yang digunakan dalam pokok permasalahannya yaitu variabel implementasi

program. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ( George C. Edward

III) dari teori inilah akan dilihat tingkat keberhasilan implementasi program

Sensus Elektronik tersebut.

Agus Heryanto, 2013 Implementasi Aplikasi Sensus Penduduk di Kelurahan

Bugel Karawaci Tangerang, STMIK Bina Sarana Global, Tangerang.

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Bugel karawaci tangerang,

khususnya dalam hal sensus penduduk yang berlokasi di Jalan Nikel Raya C.

23/5, Bugel Mas Indah, Kecamatan Karawaci, Tangerang, Banten 15113.

12
Saat ini Kelurahan Bugel menangani semua data sensus penduduk dengan

cara manual untuk menangani seluruh kebutuhan informasi penduduk, tapi

data yang dihasilkan masih banyak kekurangan dan kelemahan karena

pengelolahan dan penyimpanannya hanya mengunakan cara manual, sehingga

informasi yang dihasilkan terkadang masih mengalami kekeliruan dan

keterlambatan dalam pembuatan laporan. Hal ini disebabkan terbatasnya

sumber daya manusia dan banyaknya data yang dikelola tidak sesuai dengan

personil yang menangani data tersebut.

Tujuan dari pembuatan sistem aplikasi ini adalah untuk membuat aplikasi

sensus penduduk dengan menggunakan PHP MySQL agar mempermudah dan

mempercepat proses pendataan penduduk oleh petugas kelurahan.

Dalam laporan penelitian ini perancangan sistem yang diusulkan merupakan

rancangan Unified Modeling Language (UML), output, input, database,

struktur user interface dan algoritma pemrograman menurut Booch,Rumbaugh

(OMT) dan Jacobson.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam perancangan sistem

informasi ini memberikan banyak kemudahan dalam proses pengelolaan data

penduduk khususnya penduduk Kelurahan Bugel Karawaci Tangerang.

Sayyid Hasan, 2015 Implementasi Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun

2011tentang Penegakan Disiplin Jam Kerja pada dinas kependudukan Dan

Catatan Sipil Kabupaten penajam Paser Utara, Universitas Mulawarman 2009,

kalimantan timur.

13
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan

Impelementasi Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penegakan

Disiplin Jam Kerja Pada Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten

Penajam Paser Utara Analisis data yang digunakan adalah analisis data

kualitatif, penelitian ini menggunakan teori implementasi menurut VAn Meter

Van Horn (1997)

Berdasarkan kondisi saat ini pemahaman pegawai negeri sipil tentang

pelayan publik masih sangat kecil, hal ini dapat dilihat dari kepatuhan pegawai

negeri sipil dalam menjalankan disiplin jam kerja dan Masih ditemukannya

pegawai yang kembali datang ketempat setelah kerja yang sebelumnya pergi

dan datang kembali hanya absen jam pulang.

Dari hasil penelitian yang di peroleh gambaran secara keseluruhan bahwa

Impelementasi Peraturan Bupati Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Penegakan

Disiplin Jam Kerja Pada Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten

Penajam Paser Utara kurang baik karena dalam hal ketaatan pada jam kerja,

melaksanakan tugas, belum seutuhnya tepat waktu.

Roni Ekha Putera, 2011 Implementasi Program KTP Elektronik (e-KTP) di

Daerah Percontohan. Universitas Andalas, Padang

Sejak diluncurkan, e-KTP nasional telah memunculkan kontroversi.

Namun, program yang telah dicanangkan secara nasional ini tetap terlaksana.

Kajian berikut memfokuskan penelitiannya pada pelaksanaan Program e-KTP

Nasional di Padang Selatan, Sumatera Barat, yang terpilih sebagai satu di

antara enam daerah pilot project e-KTP nasional.

14
Dalam pelaksanaanya program ini juga menghadapi berbagai masalah di

antaranya masalah minimnya koordinasi dengan SKPD lain, tidak tersedianya

Standard Operating Procedure (SOP) atau petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis (juklak dan juknis), kurangnya petugas e-KTP di kecamatan dan di

kelurahan, minimnya peralatan, kurangnya kesadaran masyarakat, panjangnya

struktur birokrasi pelaksana e-KTP dan tidak jelasnya pembagian wewenang

antar SKPD dalam mengimplementasikan e-KTP.

Data memperlihatkan, target e-KTP masih jauh dari harapan. Setelah dua

tahun dilaksanakan, e-KTP hanya berhasil memproduksi 7.401 kartu,

sementara targetnya mencapai 26.000 kartu. Lokasi Penelitian ini dilakukan di

Daerah Percontohan,Padang Selatan, Sumatera Barat teori yang digunakan

adalah teori implementasi menurut George C.Edward III, dengan metode

penelitian deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pilot project program e-KTP di

Kota Padang belum berjalan dengan maksimal. Hal ini ditandai dengan tidak

tercapainya target yang ditentukan yaitu sebanyak 26.000 wajib KTP.

Agung Setiawan, 2021 Implementasi program sensus elektronik di kota palu

oleh dinas kependudukan dan pencatatan sipil kota palu, untad, palu.

Badan Pusat statistik kota palu telah menerapkan sensus penduduk online

mulai awal tahun 2020 lalu melalui instruksi pemerintah, sensus penduduk

online ini dilakukan bukan tanpa permasalahan didalamnya, jika kita melihat

dari jumlah penduduk di kota palu pada tahun 2020 menurut bps pada bulan

september 2020 berdasarkan sensus online (SP2020) tercatat 373.218 dari

15
semua kelompok umur dan jenis kelamin, namun ada yang berbeda disini

yaitu ada 3.213 yang tidak diketahui kelompok umurnya, memang sangat

banyak hal yang sangat mempengaruhi hal tersebut mengingat kota palu

pernah dilanda bencana pada 2018 silam yang mengakibatkan seluruh

masyarakat dan pemerintahan harus berbenah kembali di susul oleh pandemi

hingga hari ini, hal tersebut sangat berdampak pada kelancaran sensus

penduduk di kota palu.

penelitian ini dilkaukan di dinas kependudukan dan pencatatan sipil kota palu,

tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan

teori george c.edward iii.

2.1.2 Landasan Teoritis dan Kepustakaan yang Relevan

2.1.2.1 Kebijakan

Istilah kebijakan (policy) seringkali penggunaannya di tukarkan dengan

istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang

dan rancangan besar. Bagi para pembuat kebijakan (policy makers) istilah-

istilah tersebut tidaklah akan menimbulkan masalah apapun karena mereka

menggunakan referensi yangs sama. Namun bagi orang-orang yang berada di

luar struktur pengambilan kebijakan istilah-istilah tersebut mungkin akan

membingungkan. Syafiie (2006:104), mengemukakan bahwa kebijakan

(policy) hendaknya dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom) karena

kebijaksanaan merupakan pengejewantahan aturan yang sudah ditetapkan

sesuai situasi dan kondisi setempat oleh person pejabat yang berwenang.

Untuk itu Syafiie mendefinisikan kebijakan publik adalah semacam jawaban

16
terhadap suatu masalah karena akan merupakan upaya

memecahkan,mengurangi, dan mecegah suatu kebutukan serta sebaliknya

menjadi penganjur, inovasi, dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara

terbaik dan tindakan terarah.

Kamus besar Bahasa Indonesia kebijakan dijelaskan sebagai rangkaian

konsep dan azas yang menjadi garis dasar rencana dalam pelaksanaan

pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tentang perintah, organisasi

dan sebagainya). Mustopadidjaja (1992:30) menjelaskan, bahwa istilah

kebijakan lazim digunakan dalam kaitannya atau kegiatan pemerintah, serta

perilaku negara pada umumnya dan kebijakan tersebut ditunagkan dalam

berbagai bentuk peraturan.

Kalau konsep ini diikuti, maka dengan demikian perhatian kita dalam

mempelajari kebijakan seyogyanya diarahkan pada apa yang nyata dilakukan

oleh pemerintah dan bukan sekedar apa yang ingin dilakukan. Dalam kaitan

inilah maka mudah dipahami jika kebijakan acap kali diberikan makna

sebagai tindakan politik. Sehubungan dengan hal tersebut Dunn, (2002: 22),

mengemukakan bahwa proses analisis kebijaka dalah serangkaian aktivitas

intelektual yang dilakukan di dalam proses pembuatan kebijakan dan

diaktualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang

diatur menurut urutan waktu penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi

kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Itulah sebabnya

Utomo (2006:76), mengemukakan setiap peraturan daerah, undang-undang

maupun kebijakan akan selalu terkait atau dikaitkan atau bahkan dipengaruhi

17
oleh sistem politik, sistem pemerintahan atau suasana politik atau bahkan

keinginan power elit pada suatu waktu. Senada dengan hal tersebut

(Nugroho, 2003: 7), mengemukakan bahwa kebijakan adalah suatu aturan

yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat

seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot

pelanggaran yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh

lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.

Dari pengertian tersebut kebijakan dapat diartikan sebagai suatu hukum.

Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun perlu dipahami secara utuh

dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama

dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan

publik harus dilakukan dan disusun san disepakati oleh para pejabat yang

berwewenang dan ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu

kebijakan publik, apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi

Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah,

maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus ditaati.

2.1.2.2 Implementasi

Secara etimologis Implementasi berasal dari bahasa inggris, yaitu To

Implement. Dalam kamus Webster disebutkan bahwa to implement

(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out

(menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu). dan to give practical

effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). (Wahab,

2005 : 64).

18
Pengertian implementasi tersebut dijelaskan oleh Van Meter dan Van

Horn (Wahab, 2005 : 66) bahwa implementasi adalah "tindakan yang

dilakukan oleh individu/pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijakan."

Donald S. Van Metter dan Calr E. Van Horn (Widodo, 2007 : 64)

memberikan pengertian implementasi dengan mengatakan bahwa :

"Penerapan kebijakan mencakup tindakan-tindakan tersebut oleh individu

(atau kelompok) publik dan swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan

yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya. Ini termasuk upaya

satu kali untuk mengubah keputusan menjadi istilah operasional, serta upaya

berkelanjutan untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang diamanatkan

oleh keputusan kebijakan."

Widodo dalam Herabudin (2016 : 113), Mazmanian dan Sabatier

menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa :

"untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi setelah suatu program


dianalisa atau dirumuskan adalah subjek dari implementasi kebijakan.
Peristiwa dan kegiatan yang sesuai setelah dikeluarkannya arahan
kebijakan publik outhoritatif, yang meliputi upaya untuk mengelola dan
subtantif, yang berdampak pada masyarakat dan acara”

Dari kedua definisi tersebut, Widodo dalam Herabudin (2016 : 113)

memberikan kesimpulan pengertian bahwa:

"Implementasi merupakan proses yang melibatkan sejumlah sumber yang


termasuk manusia, dana, dan kemampuan organisasional yang dilakukan
oleh pemerintah ataupun swasta (individu atau kelompok). Proses
tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh pembuat kebijakan."

19
Hakikat utama implementasi adalah memahami hal-hal yang seharusnya

terjadi setelah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan.

Pemehaman tersebut mencakup usaha-usaha untuk mengadministrasikan dan

menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

(Herabudin 2016 : 114).

2.1.2.3 Model-Model Implementasi Kebijakan

a. Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Implementasi Kebijakan Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

menjelaskan bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja

implementasi, yaitu Sasaran, sumber daya, Komunikasi, Karakteristik badan

pelaksana, Kondisi (sosial, ekonomi, politk) dan sikap pelaksana.

Keseluruhan variabel saling berhubungan dan saling memengaruhi satu sama

lain dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan implementasi. (AG

Subarsono, 2013 : 99).

1. Standar dan sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, sehingga tidak

menimbulkan interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya knlik

diantara para agen implementasi.

2. Sumber daya

Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik itu sumber daya

manusia maupun sumber daya non manusia.

3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas

20
Dalam berbagai kasus, implementasi sebuah program terkadang perlu

didukung dan dikoordinasikan dengan instansi lain agar tercapai

keberhasilan yang diinginkan.

4. Karakteristik agen pelaksana

Sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan

bagi implementasi kebijakan. Termasuk di dalamnya karakteristik

pasrtisipan yakni mendukung atau menolak, kemudian juga bagaimana

sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elite politik

mendukung implementasi kebijakan.

5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Kondisi sosial, ekonomi dan politik mencakup sumber daya ekonomi

lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.

6. Disposisi implementor

Disposisi implementor mencakup tiga hal penting, yaitu :

a. Respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan;

b. Kognisi (kondisi), yakni pemahaman terhadap kebijakan;

c. Intensitas disposisi implementor yakni preferensi nilai yang dimiliki

oleh implementor.

21
Gambar 1

Model implementasi kebijakan menurut van meter dan van horn

Komunikasi antar organisasi


dan kegiatan pelaksanaan

Ukuran dan tujuan


kegiatan Kinerja

Imple-
Karakteristik badan Disposisi
peloaksana pelaksana mentasi

Sumeberdaya

Lingkungan ekonomi, sosial


dan politik

Sumber : Van meter dan Horn, 1975:463


b. Implementasi Kebijakan Edward III

Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh George C.

Edward III ia namakan dengan Direct and Indirect Impact on

Implementation. Dalam pendekatan yang diteoremakan oleh edward III,

terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi

suatu kebijakan, yaitu: (1) komunikasi; (2) sumberdaya; (3) disposisi; dan (4)

struktur birokrasi.

Menurut George C. Edward III dalam Leo Agustino (2014: 150)

mengatakan bahwa : Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi suatu kebijakan adalah komunikasi. Komunikasi, menurutnya

lebih lanjut, sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila

para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan.

22
Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila

komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan

peraturan implementasi harus ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kepada

bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun

harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi (atau pentranmisian

informasi) diperlukan agar para pembuat keputusan dan dan para

implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan

yang akan diterapkan dalam masyarakat.

Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam

mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut diatas, yaitu:

a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan

suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam

penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi),

hal tersebut disebagiankan karena komunikasi telah melalui beberapa

tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi ditengah

jalan.

b. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan

(street-level-bureuacrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak

ambigu/mendua).Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu

menghalangi implementasi, pada tataran tertentu, para pelaksana

membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada

tataran yang lain hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang

hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

23
c. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu

komunikasi haruslah konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau

dijalankan). Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah

maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan.

Variabel atau faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi suatu kebijakan adalah sumberdaya. Sumberdaya merupakan

hal penting lainnya, menurut George C. Edward III, dalam

mengimplementasikan kebijakan. Indikator sumberdaya terdiri dari beberapa

elemen, yaitu:

a. Staf, sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf.

Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah

satunya disebagiankan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai,

ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan

implementor saja tidak mencukupi, tetapi diperlukan juga kecukupan staf

dengan keahlian dan kemmpuan yang diperlukan (kompeten dan kapabel)

dalam mengimplementasikan kebijakan atau melaksanakan tugas yang

diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.

b. Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua

bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus

mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan.

Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana

terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.

24
Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam

pelaksanaan kebijaka tersebut patuh terhadap hukum.

c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar

perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau

legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang

ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para

implementor dimata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat

menggagalkan proses implemntasi kebijakan.

Tetapi, dalam konteks yang lain, ketika wewenang formal tersebut

ada, maka sering terjadi kesalahan dalam melihat efektifitas kewenangan.

Di satu pihak, efektifitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan

implementasi kebijakan; tetapi di sisi lain, efektifitas akan menyurut

manakala wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi

kepentingannya sendiri atau demi kepentingan kelompoknya.

d. Fasilitas, fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam

implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang

mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki

wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas

pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut

tidak akan berhasil.

Variabel ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan publik, bagi George C. Edward III, adalah

disposisi. Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor

25
penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan

publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para

pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang kan

dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk

melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias.

Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut

George C. Edward III, adalah:

a. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan

menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi

kebijakn bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan

yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan

pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang

memliliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan; lebih khusus

lagi pada kepentingan warga.

b. Insentif; Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan

untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan

memenipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak

menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh

para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana

kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu

mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana

kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai

upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi.

26
Variabel keempat, menurut Edward III, yang mempengaruhi tingkat

keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi.

Walaupun simber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia,

atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan

mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan,

kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi

karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang

begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika

struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal

ini akan menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif

dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah

kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara

politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.

Dua karakteristik, menurut Edward III, yang dapat mendongkrak

kinerja struktur birokrasi/organisasi kearah yang lebih baik, adalah:

melakukan Standar Operating Prsedures (SOPs) dan melaksanakan

Fragmentasi. SOPs adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para

pegawai (atau pelaksana kebijakan/administrator/birokrat) untuk

melksanakan kegiatan-kegiatannya pada tiap harinya sesuai dengan

standar yang ditetapkan (atau standar minimum yang dibutuhkan warga).

Sedangkan pelaksanaan fragmentasi adalah upaya penyebaran tanggung

jawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara

beberapa unit kerja.

27
Gambar 2
Model hubungan antar variabel implementasi kebijakan Edward III

Komunnikasi

Sumber Daya

Implementasi

Disposisi

Struktur Birokrasi

Sumber : Hubungan berdasarkan pemikiran Edward III (1980: 148)


e. Impelementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

Implementasi Kebijakan Pendekatan Merilee S. Grindle : Content of

Policy and Context of Implementation(1980) Grindle dalam bukunya

yang berjudul Politics and Policy Implementation in the Third Word

(1980) mengatakan bahwa dalam Mengimplementasikan sebuah

kebijakan bergantung pada Content (isi) dan Context-nya, serta tingkat

keberhasilannya bergantung pada kondisi tiga komponen variabel sumber

daya implementasi yang diperlukan. (Wahab, 2016 : 254)

a. Content of Policy (Isi Kebijakan)

Isi kebijakan atau program akan berpengaruh pada tingkat

keberhasilan implementasi. Kebijakan kontroversial, kebijakan yang

dipandang tidak populis, kebijakan menghendaki perubahan besar, akan


28
mendapatakn perlawanan baik dari kelompok sasaran, maupun dari

implementornya yang merasa sulit melaksanakan kebijakan tersebut atau

merasa dirugikan. Isi kebijakan yang dapat memengaruhi implementasi

menurut Grindle adalah sebagai berikut.

1) Kepentingan yang dipengaruhi oleh adanya program

Apabila kepentingan tersebut tidak menimbulkan kerugian di salah

satu pihal (misalnya, jenis kebijakan redistribution menurut kategori

Ripley dan Lowie), implementasinya akan lebih mudah karena tidak

menimbulkan perlawanan bagi yang kepentingannya dirugikan.

2) Jenis manfaat yang akan dihasilkan

Kebijakan yang memberikan manfaat kolektif atau pada banyak orang

akan mudah diimplementasikan karena mendapatkan dukungan dari

kelompok sasaran atau masyarakat.

3) Jangkauan perubahan yang diinginkan

Semakin luas dan besar perubahan yang diinginkan melalui kebijakan

tersebut, akan semakin sulit pula dilaksanakan. Misalnya, kebijakan

antikorupsi dan KKN yang telah berkali-kali dibuat oleh beberapa

presiden RI dengan berbagai badan pemeriksa, tetapi menjadikan

Indonesia sebagai negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia

karena kebijakan tersebut menuntut banyak perubahan perilaku yang

tidak dilaksanakan dengan konsekuen. Kredibilitas pesan kebijakan

tidak tepenuhi karena isi kebijakan yang mengatur tentang adanya

sanksi tidak dilakukan dengan konsisten.

29
4) Kedudukan pengambilan keputusan

Semakin tersebar kedudukan pengambil keputusan dalam kebijakan

(baik secara geografis maupun organisatoris), akan semakin sulit pula

implementasinya. Kasus demikian banyak terjadi pada kebiajakn yang

implementasinya melibatkan banyak instansi.

5) Pelaksana program

Ketika pelaksana program memiliki kemampuan dan dukungan yang

dibutuhkan oleh kebijakan, tingakat keberhasilannya juga akan tinggi.

6) Sumber daya yang disediakan

Tersedianya sumberdaya yang dibutuhkan untuk

mengmplementasikan kebijakan akan mempermudah pelaksanaanya.

Sumber daya ini berupa tenaga kerja, keahlian, dana, sarana, dan lain-

lain.

b. Context of Implementation (Konteks Implementasi)

Konteks implementasi juga akan berpengaruh pada tingkat

keberhasilannya karena baik mudahnya kebijakan maupun dukungan

kelompok sasaran, hasil implementasi tetap bergantung pada

implementornya. Karakter dari pelaksana akan memengaruhi tindakan

pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan pelaksana adalah

individu yang tidak mungkin bebas dari kepercayaan, aspirasi, dan

kepentingan pribadi yang ingin dicapai.

Dalam mengimplementasikan suatu kebijakan, terdapat suatu

kemungkinan dari pelaksana untuk membelokkan sesuatu yang sudah

30
ditentukan demi kepentingan pribadinya sehingga dapat menjauhkan

tujuan dari kebijakan sebenarnya. Konteks implementasi yang

berpengaruh pada keberhasilan implementasi menurut Grindle adalah

sebagai berikut.

1) Kekuasaan, Kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat

Strategi, sumber, dan posisi kekuasaan implementor akan menentukan

tingkat keberhasilan kebijakan yang diimplementasikannya. Apabila

suatu kekuatan politik merasa berkepentingan atas suatu program,

mereka akan menyususn strategi untuk memenangkan parsaingan

yang terjadi dalam implementasi sehingga mereka dapat menikmati

Output-nya.

2) Karakteristik lembaga dan penguasa

Implementasi suatu program dapat menimbulkan konflik bagi yang

kepentingannya dipengaruhi. Strategi penyelesaian konflik mengenai

“siapa mendapatkan apa” (misalnya, penggusuran pasar tradisional

menjadi supermarket) dapat menjadi petunjuk tidak langsung

mengenai ciri-ciri penguasa atau lembaga yang menjadi implementor.

31
Gambar 3
Model Implementasi kebijakan menurut Merilee S. Grindle (1980)
Melaksanakan kebijakan dipengaruhi oleh
(a). Isi kebijakan :
1. Kepentingan yang terpengruhi oleh
Tujuan kebijakan
Kebijakan 2. Tipe manfaat yang akan dihasilkan Hasil kebijakan
3. Derajat perubahan yang akan a. Dampak pada masyarakat,
diinginkan Individ dan kelompok
4. Letak pengambilan keputusan
5. Pelaksana program b. Perubahan dan
6. Sumberdaya yang dikerahkan penerimaan oleh
(b). Konteks implementasi Masyarakat.
1. Kekuasaan, kepentingan, dan
strategi actor yang terlibat
2. Karakteristik lembaga dan penguasa
3. Keputusan dan daya tanggap
Tujuan yang
ingin dicapai

Program aksi dan proyek individu yang


didesain dan dibiayai

Program yang dijalankan


seperti yang direncanakan

Mengukur keberhasilan

Sumber : Diadaptasi dari Merille S. Gerindle (1980)


2.1.2.4 Program

Pariata Westra (2002 : 15-16), dalam ensikolopedi Administrasi Negara

memberi batasan tetang program yaitu :

“Perumusan yang membuat gambaran pekerjaan yang akan


dilaksanakan berikut petunjuk-petunjuk mengenai cara-cara
pelaksanaanya, biasanya dalam program ini dikemukakan pada
fasiltas-fasilitasnya yang diperlukan cepat, waktu, penggunaan alat-alat
perlengkapan dan ketentuan, wewenang, serta tanggung jawab dari
pada program tersebut”,

Kata program itu sendri berkaitan erat dengan penyusunan kegiatan,

usaha, pekerjaan fisik, dan pekerjaan non fifik, penggunaan Human

Resources (sumber daya manusia) dan non-Human resources (sumber daya

lainnya). Singkat kata program sangat mirip dengan kata rencana atau
32
perencanaan karena kedua-duanya memiliki objek dan subjek yang sama

untuk membuat suatu program tertentu (rencana), perlu dilihat beberapa

pokok sasaran yang harus terlebih dahulu dihitung, diukur manfaatnya dan

kendala serta akibat pelaksanaan yang berkaitan 5 W + 1 H , Yang

maksudnya bila diuraikan adalah :

1. What : Apa tujuan dan apa program (rencana)

2. Why : Mengapa harus rencana (program) itu yang dipiih

3. Where : Dimana kegiatan yang ada didalam program itu dlaksanakan dan

diaktifkan

4. When : Kapan pelaksanaan kegiatan itu dilaksanakan

5. Who : Siapa saja yang akan terlibat dalam proses peranan dan

pelaksanaan kegiatan tersebut

6. How : Bagaimana program/rencana itu diproses atau dilakukan.

2.1.2.5 Program Sensus Online (SP2020)

Sensus adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan

semua unit populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk

memperoleh karakteristik suatu populasi pada saat tertentu.

Menurut Bitar (2020), penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam

suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling

berinteraksi satu sama lain secara terus menerus/kontinu. Sensus penduduk

dilaksanakan maksmimal dalam kurun waktu 10 tahun sekali.

Sensus Penduduk dilaksanakan pemerintah bukan hanya untuk

mengetahui jumlah penduduk pada wilayah tertentu. Sensus Penduduk juga

33
dilaksanakan untuk keperluan pemetaan perbandingan jumlah dan

karakteristik penduduk tiap daerah di Indonesia. Sensus penduduk berarti

perhitungan jumlah penduduk secara periodik. Data yang dicapai, biasanya

tidak hanya meliputi jumlah orang, tetapi juga fakta mengenaimisalnya jenis

kelamin, usia, bahasa, dan hal-hal lain yang dianggap perlu (BPS, 2020).

Sensus Penduduk 2020 yang diselenggarakan dalam dua periode, periode

pertama yang berbasis daring yang berlangsung pada bulan Februari sampai

Maret 2020, selama bulan Februari-Maret 2020 adalah Sensus Penduduk

Online 2020 yang dilakukan secara online (pengambilan data dari warga atau

penduduk atau responden menggunakan gawai Android) melalui website

BPS,www.sensus.bps.go.id dan periode kedua yang berbasis wawancara

langsung berlangsung pada bulan Juli 2020 dengan mendatangi rumah warga

yang belum terdata.

Sensus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a diselenggarakan

sekurang-kurangnya sekali dalam 10 (sepuluh) tahun oleh Badan, yang

meliputi :

1. Sensus penduduk adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui

pencacahan seluruh penduduk yang bertempat tinggal atau berada di

wilayah Republik Indonesia.

2. Sensus pertanian adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui

pencacahan seluruh petani, rumah tangga pertanian, dan perusahaan

pertanian di wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karateristik

pertanian pada saat tertentu.

34
3. Sensus ekonomi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui

pencacahan seluruh usaha dan atau perusahaan non pertanian di wilayah

Republik Indonesia untuk memperoleh karateristik usaha dan atau

perusahaan pada saat tertentu.

Tata Cara Mengikuti Sensus Penduduk

Tanggal 15 Februari hingga 31 Maret 2020 Badan Pusat Statistik (BPS)

mulai melaksanakan sensus penduduk. Untuk tahun 2020 ini, sensus

penduduk dilakukan dengan cara online melalui aplikasi di sensus.bps.go.id

yang dirancang sedemikian rupa hingga mudah digunakan. Diperlukan waktu

tak lebih dari 5 menit bagi Anda untuk mengisi setiap kolom pertanyaan

dalam sensus online ini.

Namun sebelum melakukan pengisian sensus Anda diminta untuk

menyiapkan beberapa dokumen pribadi seperti Kartu Keluarga (KK), Kartu

Tanda Penduduk (KTP), buku nikah, dokumen cerai/surat keterangan

kematian, termasuk untuk anggota keluarga tambahan jika diperlukan.

Lalu bagaimana cara pengisian sensus penduduk secara online 2020? Berikut

adalah langkah-langkahnya:

1. Siapkan dokumen-dokumen pribadi yang dibutuhkan.

2. Masuklah ke laman sensus.bps.go.id untuk mengakses laman Sensus

Penduduk Online (SPO) 2020

3. Masukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan nomor Kartu

Keluarga (KK)

4. Klik kotak kosong pada captcha lalu klik "Cek Keberadaan"

35
5. Jika pertama kali melakukan akses pada SPO, buatlah kata sandi dan

pilih pertanyaan keamanan yang paling sesuai, lalu klik "Buat

Password"

6. Masukkan kata sandi yang telah dibuat,lalu klik "Masuk"

7. Bacalah panduan awal mengenai pengisian SPO, lalu klik "Mulai

Mengisi"

8. Pilihlah bahasa yang paling dikuasai.

9. Ikuti petunjuk dan jawablah seluruh pertanyaan yang diberikan dengan

jujur dan sebenar-benarnya

10. Pada halaman pertama Anda diminta mengisikan alamat tinggal

keluarga saat ini, seperti provinsi, kota atau kabupaten, kecamatan,

desa/kelurahan, RT/RW dan nama jalan dan nomor rumah.

11. Kemudian halaman selanjutnya Anda diminta untuk mengisikan

keterangan data mengenai kondisi tempat tinggal Anda saat ini.

12. Selanjutnya Anda diminta mengisikan data keluarga satu persatu

berurutan dimulai dari kepala keluarga, istri, anak atau anggota

lainnya.

13. Kemudian Anda diminta mengisikan data tentang aktivitas sehari-hari.

14. Setelah mengisi seluruh pertanyaan, klik tombol "Kirim"

15. Unduh atau kirimkan bukti pengisian pada email anda dengan terlebih

dahulu mengisikan alamat email

Setiap anggota keluarga yang terdaftar di dalam Kartu Keluarga bisa mengisi

sensus penduduk online.

36
Bagi Anda yang baru pertama kali membuka portal, akan dimintai untuk

membuat kata sandi atau password. Bagi Anda yang sudah pernah login

sebelumnya, Anda cukup memasukkan kata sandi saja. Saat mengisi data

sensus, jika Anda ingin menyimpan data sementara maka Anda harus

menekan tombol'Simpan Sementara.

Pengisian mandiri secara online ini diharapkan bisa menciptakan

pengumpulan data yang akurat dan mutakhir serta dapat menjadi bahan

pengambilan kebijakan terkait kependudukan dan perencanaan pembangunan

yang lebih baik.

2.2 Alur Pikir

Alur pikir adalah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan dan memrupakan suatu bantuan kita sendiri (bukan bantuan dari

orang lain) yaitu dengan cara kita berargumentasi dalam memutuskan suatu

masalah. Argumentasi itu harus menggunakan teori yang relevan sehingga

menghasilkan kesimpulan.

Bepedoman pada penjelasan tersebut diatas bahwa Implementasi program

sensus elektronik adalah perwujudan pelaksanaan program pemuktakhiran data

statistic yang di laksanakan guna mempermudah penghitungan penduduk dan

lainnya yang lebih efisien sebagai satu kesatuan data yang terorganisir dan akurat.

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

memahami apa yang harus dilakukan. setiap tujuan dan sasaran kebijakan harus di

sosialiasikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi

implementasi. Di sisi lain keberhasilan implementasi kebijakan harus didukung

37
oleh sumberdaya yang memiliki kompetensi implementor dan sumberdaya

finansial.

Dari penjelasan tersebut diatas maka yang menjadi Indikator dari Implementasi

Program Sensus Online adalah sebagai berikut (Edward III dalam Dwiyanto

Indiahono, 2009: 31) :

a. komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan

dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program

(kebijakan) dengan para kelompok sasaran (target group).Tujuan dan sasaran

dari program/kebijakan dapat disosialiasikan secara baik sehingga dapat

menghindari adanya distorsi atas kebijakan dan program.

b. Sumber Daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh sumber

daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun sumber daya

finansial. Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun

kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran.

Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah program

/kebijakan.

c. Disposisi yaitu menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada

implementor kebijakan/program. Karakter yang penting dimiliki oleh

implementor adalah kejujuran, komitmen dan demokratis. Implementor yang

memiliki komitmen tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara

hambatan yang ditemui dalam program/kebijakan.

d. Sruktur birokrasi, menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam

implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal


38
penting pertama adalah mekanisme, dan struktur organisasi pelaksana sendiri.

Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standar

operating procedur (SOP) yang dicantumkan dalam guideline

program/kebijakan.

Jika Dukcapil Kota Palu melakukan tindakan daripada ke empat variabel diatas

yang menjadi acuan dalam implementasi program maka Implementasi Program

Sensus Elektronik Di Kota Palu oleh Dukcapil Kota Palu dapat berjalan dengan

baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

39
Gambar 4

Alur Pikir

Sensus Elektronik

Pelaksanaan Program Sensus


Elektronik

Implementasi Kebijakan :
1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi
4. Sturktur Birokrasi
( George Edward III: 1980 dalam Leo
Agustino )

Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya


sensus yang dapat dilakukan dengan mudah dan efisien.

40

Anda mungkin juga menyukai