FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
REFARAT
Oktober 2020
Disusun Oleh :
1. Anatomi
Prostat adalah kelenjar berbentuk buah pear yang berasal dari sinus
urogenital yang bertambah besar setelah lahir hingga mencapai 2 cm pada saat
usia puberitas. Pada saat pubertas prostat membesar dengan cepat dipengaruhi
oleh hormon androgen hingga mencapai 20 gram3.
Prostat dibagi menjadi 4 zona yaitu3:
a. Zona perifer : zona terbesar sebanyak 65% dari prostat normal. Zona ini
mengelilingi uretra bagian distal. Kebanyakan karsinoma muncul dari zona
perifer prostat dan akan terpalpasi saat melakukan pemeriksaan rectal
touché, zona ini paling rentan terkena radang.
b. Zona sentral : zona terbesar kedua sebanyak 30% dari volume prostat
normal. Duktus ejakulatorius dikelilingi zona ini. Sel pada zona ini lebih
mencolok dan sitoplasma sedikit basofilik dengan nukleus lebih besar.
Kemungkinan zona ini secara embriologik berasal dari inklusi duktus
mesonefrikus saat prostat berkembang.
c. Zona transisi : menyusun 5% kompoonen kelenjar, yang terdiri glandula
mukosal. Zona yang berada disegmen proksimal uretrra dan seringkali
mengalami hyperplasia dan membentuk massa nodular sel epitel yang
dapat menekan uretra prostatika menyebabkan gangguan urinasi. Kondisi
tersebut dinamakan BPH (Benign Prostatic Hyperplasia).
d. Zona anterior fibromuskular : zona non-glandular yang berada di
anteromedial prostat.
Gambar 1. Pembagian 4 zona prostat
Pertumbuhan epithelium glandula prostat dipengaruhi oleh hormon
tertentu yakni dihidrotestosteron (DHT). Hormon tersebut diperoleh dari
konversi testoteron dan androgen adrenal yang memasuki sel sekretorik
epithelium glandular untuk kemudian diubah menjadi dihidrotestosteron oeh
enzim 5alfa-reduktase. DHT memilliki aktivitas 30 kali lebih kuat dari
testosteron dan ikatan DHT dengan reseptor androgen (AR) akan menyebabkan
perubahan konformasional reseptor menuju nukleus yang pada akhirnya
mempengaruhi transkripsi gen yang menstimulasi pertumbuhan normal
epithelium prostat selain itu juga dapat membuat pertumbuhan benign
prostatic hyperplasia (BPH) bahkan dapat menjadi kanker prostat yang
dependen terhadap androgen.
Prostat bersama dengan kelenjar aksesoris lainnya akan menghasilkan
cairan sekretorik yang akan bercampur dengan spermatozoa membentuk
semen. Penjelasan yangl ebih detail lagi, yakni prostat akan menghasikan
cairan sedikit asam, tipis, cair, dan berkontribusi sebesar 20% volume total
semen dengan sekretnya yang kaya akan asam sitrat, spermin, kolestrol,
fosfolipid, fibrinolisin, fibrinogenase, seng, prostatic acid phosphatase (PAP),
amilase, dan prostate-specific antigen (PSA).
2. Definisi
Castrate Resistant Prostate Cancer (CRPC) didefinisikan sebagai tahap
lanjut kanker prostat yang tetap progresif dalam terapi penekanan androgen
(androgen deprivation theraphy/ADT), dengan manifestasi berupa peningkatan
kadar serum (Prostate Spesific Antigen/PSA), bertambahnya keluhan klinis
atau munculnya metastasis baru. CRPC masih responsif terhadap terapi
hormon lini kedua, termasuk anti-androgen, esterogen dan kortikosteroid4.
3. Epidemiologi
Sekitar 10-20% dari pasien kanker prostat stadium lanjut akan mengalami
CRPC dalam waktu 5 tahun dan ≥ 84% mengalami metastasis saat didiagnosis
CRPC. Jika tidak mengalami metastasis saat didiagnosis CRPC, sekitar 33%
akan mengalami metastasis dalam waktu 2 tahun5.
4. Faktor Risiko
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang tampaknya
meningkatkan resiko terkena karsinoma prostat, termasuk6:
a. Usia : Jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, namun insidensi
meningkat dengan cepat pada usia di atasnya.
b. Ras : Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Afrika
Amerika di Amerika dan laki-laki Karibia. Di Amerika Serikat, ras Afrika
memiliki risiko lebih tinggi dari jenis kanker, dibandingkan orang Asia
maupun Hispanik.
c. Diet dan gaya hidup : Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, sedikit buah
dan sedikit sayuran, rendah tomat, rendah ikan dan atau rendah kedelai
meningkatkan resiko terkena kanker prostat. Diet tinggi kalsium juga
berhubungan dengan peningkatan resiko kanker prostat. Hubungan kanker
prostat dengan obesitas masih kontroversial, namun obesitas berhubungan
dengan tingginya grading kanker prostat.
d. Riwayat keluarga : Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma prostat
meningkatkan risiko penyakit. Seorang laki-laki yang memiliki ayah atau
saudara laki laki yang terdiagnosa kanker pada usia 50 tahun memiliki
resiko 2 kali lipat lebih tinggi terkena karsinoma prostat. Resiko
meningkat menjadi tujuh samapi delapan kali lipat lebih tinggi pada laki
laki yang memiliki dua atau lebih keluarga yang menderita kanker prostat.
e. Mutasi Genetik Berhubungan dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2 dan
sindrom Lynch.
f. Merokok
5. Patogenesis
Secara umum patogenesis CRPC dapat dibagi menjadi dua kelompok
teori, yaitu Androgen Receptor dan AR independent (seperti stem cell). Untuk
AR independent dibagi lagi menjadi ligand dependent (seperti intratumoral
steroidogenesis - produksi androgen di dalam tumor, selain dari testis dan
kelenjar adrenal - yang tetap aktif dan amplifikasi gen AR) dan ligand
independent (seperti varian bentuk AR, mutasi gen AR, perubahan coactivator
dan epigenetic pada jalur aktivasi AR)7.
6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada pasien CRPC sangat bervariasi. Mulai dari tidak
ada tanda dan gejala (asimtomatik), gejala dan tanda minimal (simtomatik
minimal) dengan tanda-tanda penyakit yang sangat menonjol. Gejala yang
mungkin timbul pada pasien CRPC adalah seperti pada umumnya gejala
penderita kanker prostat stadium lanjut. Keluhan berkemih mulai dari sulit
berkemih, disuria, sering berkemih, perih saat berkemih, hematuria, sampai
retensio urin akut/kronik. Nyeri tulang, terutama pada tulang belakang, panggul
dan iga merupakan gejala yang pada umumnya melemahkan dan menurunkan
keadaan umum menderita. Pada penyakit lebih lanjut dapat ditemukan defisit
neurologis terutama tubuh bagian bawah (kelemahan tungkai, retensio urin dan
alvi)8.
7. Kriteria CRPC
Kriteria CRPC6:
Kadar kastrasi serum testosterone < 50 ng/dl atau < 1.7 nmol/L, ditambah
salah satu dibawah ini :
a. Progresi biokimia : 3 kali peningkatan berturut-turut kadar PSA serum
dengan minimal interval 1 minggu, dimana 2 peningkatan 50% di atas nadir
dengan PSA > 2 ng/dl
b. Progresi radiologis: penampakan dua atau lebih lesi tulang pada bone scan
atau lesi jaringan lunak menggunakan Response Evaluation Criteria in
Solid Tumours (RECIST). Tetapi ini tidak cukup untuk mendiagnosis
CRPC.
8. Klasifikasi
Berdasarkan publikasi data terkini, dan bertujuan membantu dalam
membuat keputusan klinis, 6 indeks pasien di bawah ini dibuat berdasarkan
representasi yang paling sering terjadi dalam praktek sehari-hari, yaitu
berdasarkan ada atau tidak adanya metastasis, derajat gejala, status performa
pasien (berdasarkan skala ECOG atau Karnofsky) dan berdasarkan terapi
dengan kemoterapi sebelumnya9.
Tabel 1. Status performa pasien
Ca
strate Resistant Prostate Cancer (CRPC) didefinisikan sebagai tahap
lanjut kanker prostat yang tetap progresif dalam terapi penekanan androgen
(androgen deprivation theraphy / ADT), dengan manifestasi berupa peningkatan
kadar serum (Prostate Spesific Antigen / PSA), bertambahnya keluhan klinis atau
munculnya metastasis baru. CRPC masih responsif terhadap terapi hormon lini
kedua, termasuk anti-androgen, esterogen dan kortikosteroid. Pasien sebaiknya
diinformasikan tentang derajat kondisi penyakit saat ini, perjalanan penyakit,
dan pemantauan yang akan dilakukan, serta potensi manfaat dan kerugian (risiko
efek samping) dari pilihan-pilihan terapi yang akan dilaluinya. Selain kepada
spesialis Urologi dan onkologi medik, pasien juga perlu diberi kesempatan untuk
berkonsultasi dengan spesialis yang terkait dalam penatalaksanaan terapi
paliatifnya sebagai suatu tim kerja. Pasien juga perlu diingatkan akan risiko terapi
kanker prostat yang dapat menyebabkan disfungsi seksual, infertilitas,
masalah pada organ rectum (gangguan defekasi) dan inkontinensia (gangguan
berkemih).
DAFTAR PUSTAKA