Anda di halaman 1dari 13

BAB 13

KOMPON
EN
DASAR
Setelah
membaca
Bab ini
Mahasiswa
atau
Pembaca
Dapat
Memahami
Mendefinis
ikan dan
Menjelaska
n:
A. Komponen Dasar Komunikasi Bisnis

Setiap proses komunikasi memiliki tujuan untuk efisiensi dan efektivitas. Efisiensi
maksudnya adalah dengan sumber daya yang ada, tetap diusahakan sebuah proses
komunikasi mencapai hasil yang maksimal. Ketika seorang komunikator
menyampaikan pesan. Materi pesan yang disampaikan sebisa mungkin mendaptkan
feed back yang positif dari penerima pesannya. Efektivitas diartikan sebagai cara
mengoptimalkan setiap fungsi komponen dalam proses komunikasi. Setiap unsur yang
terlibat dalam proses komunikasi, baik itu komunikator, media, pesan maupun
komunikan harus memainkan perannya secara tepat untuk menciptakan iklim yang
kondusif sehingga proses komunikasi mencapai tujuannya.1
Melihat setidaknya ada dua aliran utama (mazhab) ahli komunikasi dalam merumuskan
pengertian komunikasi. Pertama, ahli komunikasi yang merumuskan komunikasi
sebagai penyampaian atau transmisi pesan yang kemudian disebut sebagai “mazhab
proses”. Kedua, ahli komunikasi yang melihat komunikasi sebagai pembuatan dan
pertukaran makna yang disebut sebagai “mazhab semiotika”.2
Sedangkan adanya tiga kerangka pemahaman atas komunikasi, yaitu
(a). komunikasi sebagai tindakan satu arah,
(b). komunikasi sebagai interaksi
(c). komunikasi sebagai transaksi.
Komunikasi sebagai tindakan satu arah melihat komunikasi sebagai penyampaian pesan
(informasi) dari seseorang/lembaga kepada orang lain. Komunikasi sebagai interaksi
menunjukkan komunikasi sebagai proses sebab-akibat atau aksireaksi yang arahnya
bergantian. Sedangkan komunikasi sebagai transaksi memandang komunikasi sebagai
proses personal karena makna atau pemahaman kita atas apa yang kita peroleh
sebenarnya bersifat pribadi. 3
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pem- bentukan
pendapat dan sikap.
Dalam “bahasa” komunikasi, pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang
menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang
1
Komala, Lukiati. (2009). Ilmu Komunikasi Perspektif, dan Konteks. Bandung: Widya Padjadjaran hal 139-140
2
Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Ketiga. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada hal 8-9
3
Deddy Mulyana 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Hal 61 Edisi Satu. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,
menerima pesan diberi nama komunikan (communicatee). Maka lebih jelasnya,
Komunikasi berarti proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan4
Mendefenisikan komunikasi sebagai proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau merubah sikap dan pendapat baik secara langsung
dan tidak langsung melalui media5.
dengan kata lain dalam setiap peristiwa komunikasi terdapat komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Komunikator (communicator, source, sender)
b. Pesan (message)
c. Media (channel, media)
d. Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)
e. Efek (effect, impact, influence)6

Komponen komunikasi meliputi sepuluh unsur pokok, yaitu :

a. Komponen Komunikasi
Dalam proses komunikasi terdapat komponen komunikasi yang wajib
terpenuhi karena merupakan sebuah bentuk kesatuan yang utuh dan bulat.
Bila salah satu unsur tidak ada, maka komunikasi tidak akan terjadi. Setiap
komponen dalam komunikasi itu mempunyai hubungan yang sangat erat dan
saling ketergantungan satu sama lainnya. Jalannya proses komunikasi beserta
komponen-komponen komunikasi pendukungnya telah coba digambarkan
oleh para ahli melalui model-model komunikasi. Yang dimaksud dengan
model komunikasi adalah grafis yang dirancang untuk menjelaskan cara kerja
dari berbagai variabel yang ada. Beberapa model komunikasi yang telah kita
kenal adalah model komunikasi Aristoteles, model komunikasi
Lasswell, model komunikasi Berlo, model komunikasi Shannon dan Weaver,
model komunikasi Barlund, dan model komunikasi Schramm. Proses
komunikasi selalu melibatkan beberapa komponen dan tahapan, yaitu 

source, message, encoding, channel, decoding, receiver,


feedback, context, noise, dan effect.

B. Peran Encoder/Komunikator

4
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi Hal 28 Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993

5
Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi Hal 5 Bandung : Citra Aditya Bakti

6
Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi Hal 10 Bandung : Citra Aditya Bakti
a) Komunikator /Sumber/Pengirim Pesan (Communicator/Source/Sender)
Dalam proses komunikasi, yang menjadi sumber komunikasi
adalah sender atau pengirim pesan. Komunikator adalah seseorang yang
mengirimkan pesan. Terdapat beberapa faktor dalam diri komunikator yang
menentukan efektivitas komunikasi yaitu sikap komunikator dan pemilihan
berbagai simbol yang penuh makna. Yang dimaksud dengan sikap komunikator
adalah bahwa komunikator harus memiliki sikap yang positif. Sementara itu,
yang dimaksud dengan pemilihan berbagai simbol yang penuh makna yang
dilakukan oleh komunikator adalah bahwa pemilihan simbol-simbol yang tepat
bergantung pada siapa yang menjadi khalayak sasaran dan bagaimana situasi
lingkungan komunikasi.

Dengan demikian, untuk menjadi komunikator yang baik, terdapat


beberapa hal yang harus kita pertimbangkan, diantaranya adalah :

 Kita harus mengenali siapa yang menjadi komunikate/penerima


pesan/khalayak sasaran.
 Pesan yang akan kita kirimkan kepada komunikate/penerima
pesan/khalayak sasaran harus jelas.
 Kita juga harus memahami mengapa kita mengirimkan pesan kepada
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran.
 Hasil apakah yang kita harapkan.

Jika sebagai komunikator kita tidak mempertimbangkan hal-hal di atas, maka


proses komunikasi akan menemui kegagalan.

Dengan mengutip Edward T. Hall menyatakan ada dua kategori komunikator


yaitu komunikator konteks tinggi dan komunikator konteks rendah.

Carté dan Fox menjelaskan, komunikator konteks rendah cenderung


mengekspresikan diri mereka secara eksplisit dan tegas. Hampir tidak ada arti
yang tersembunyi dari kata yang dipergunakan Dengan demikian kita bisa
menafsirkan apa adanya maksud pernyataannya.

Sedangkan komunikator konteks tinggi cenderung berkomunikasi lebih


implisit, sehingga kita diharapkan untuk menafsirkan maksud pernyataannya
berdasarkan pengetahuan kita atas kata yang dipergunakan sesuai dengan
latar belakang budayanya.

Akan halnya komunikasi bisnis, menunjukkan, dalam komunikasi dengan


komunikator berkonteks rendah maka komunikasi perlu dilakukan secara
terus terang, eksplisit dan apa adanya. Sedangkan komunikasi dengan
komunikator berkonteks tinggi, komunikasi perlu dilakukan secara
diplomatis, implisit dan tidak langsung. 7

Carté dan Fox menyebutkan Amerika Serikat, Jerman, Skandinavia dan


Finlandia sebagai negara yang komunikatornya dalam komunikasi bisnis
berkonteks rendah. Sedangkan Perancis dan Jepang termasuk kategori
berkonteks tinggi.8

Encoding
Encoding adalah proses mengambil pesan dan mengirim pesan ke dalam
sebuah bentuk yang dapat dibagi dengan pihak lain. Informasi yang akan
disampaikan harus dapat di-encode atau dipersiapkan dengan baik. Sebuah
pesan harus dapat dikirimkan dalam bentuk dimana komunikate/penerima
pesan/khalayak sasaran mampu melakukan decode atau pesan tidak akan dapat
dikirimkan.

Untuk dapat melakukan encode sebuah pesan, maka kita sebagai


komunikator harus memikirkan apa yang komunikate/penerima pesan/khalayak
sasaran butuhkan agar dapat memahami atau melakukan decode sebuah pesan.
Kita harus menggunakan bahasa yang dapat dengan mudah dimengerti dan
konteks yang dikenal baik oleh komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran.
Orang yang melakukan encode disebut dengan encoder.

C. Mengidentifikasi Pesan/Media
Pesan (Message)
Yang dimaksud dengan pesan adalah informasi yang akan kita kirimkan
kepada komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran. Pesan yang kita kirimkan
dapat berupa pesan-pesan verbal maupun pesan nonverbal. Agar pesan menjadi
efektif, maka komunikator harus memahami sifat dan profil
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran, kebutuhan khalayak sasaran,
serta harapan dan kemungkinan respon yang diberikan oleh
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran terhadap pesan yang dikirimkan.

Hal ini sangat penting baik dalam komunikasi tatap muka maupun
komunikasi bermedia. Tanpa adanya pesan, maka kita tidak memiliki alasan
untuk melakukan komunikasi. Jika kita tidak dapat mengemas informasi
dengan baik, maka kita belum siap untuk memulai proses komunikasi.

Encoding

7
Carté, P dan Fox, C. (2006). Bridging The Culture Gap Komunikasi Lintas Budaya Hal 19
8
Carté, P dan Fox, C. (2006). Bridging The Culture Gap Komunikasi Lintas Budaya Hal 20
Encoding adalah proses mengambil pesan dan mengirim pesan ke dalam
sebuah bentuk yang dapat dibagi dengan pihak lain. Informasi yang akan
disampaikan harus dapat di-encode atau dipersiapkan dengan baik. Sebuah
pesan harus dapat dikirimkan dalam bentuk dimana komunikate/penerima
pesan/khalayak sasaran mampu melakukan decode atau pesan tidak akan dapat
dikirimkan.

Untuk dapat melakukan encode sebuah pesan, maka kita sebagai


komunikator harus memikirkan apa yang komunikate/penerima pesan/khalayak
sasaran butuhkan agar dapat memahami atau melakukan decode sebuah pesan.
Kita harus menggunakan bahasa yang dapat dengan mudah dimengerti dan
konteks yang dikenal baik oleh komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran.
Orang yang melakukan encode disebut dengan encoder.

b) Media atau Saluran Komunikasi (Channel)


Media atau saluran komunikasi adalah media atau berbagai media yang kita
gunakan untuk mengirimkan pesan. Jenis pesan yang kita miliki dapat
membantu kita untuk menentukan media atau saluran komunikasi yang akan kita
gunakan. Yang termasuk ke dalam media atau saluran komunikasi adalah kata-
kata yang diucapkan, kata-kata yang tercetak, media elektronik, atau petunjuk
nonverbal. Dalam komunikasi modern, yang dimaksud media atau saluran
komunikasi sebagian besar merujuk pada media komunikasi massa seperti radio,
televisi, dan lain-lain serta internet sebagai media komunikasi. Pemilihan media
atau saluran komunikasi yang tepat dapat menentukan sukses tidaknya
komunikasi yang kita lakukan.

D. Peran Decoder/Komunikan
Decoding
Decoding  terjadi ketika komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran
menerima pesan yang telah dikirimkan. Dibutuhkan keterampilan komunikasi
untuk melakukan decode sebuah pesan dengan baik, kemampuan membaca
secara menyeluruh, mendengarkan secara aktif, atau menanyakan atau
mengkonfirmasi ketika dibutuhkan.

Jika sebagai komunikator kita menemui orang yang mengalami kesulitan


atau kelemahan dalam keterampilan komunikasi, maka kita perlu untuk
mengirim ulang pesan dengan cara berbeda. Atau, kita dapat membantu
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran untuk memahami pesan dengan
cara memberikan informasi tambahan yang bersifat menjelaskan atau
mengklarifikasi. Orang yang menerima pesan disebut dengan decoder.
c) Komunikate/Penerima pesan (Communicatee/Receiver)
Komunikasi tidak akan terjadi tanpa kehadiran komunikate/penerima pesan.
Ketika komunikate/penerima pesan menerima sebuah pesan, maka ia akan
menafsirkan pesan, dan memberikan makna terhadap pesan yang diterima.
Komunikasi dapat dikatakan berhasil manakala komunikate/penerima pesan/
menerima pesan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komunikator.

d) Umpan Balik (Feedback)


Apapun media atau saluran komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan
pesan, kita dapat menggunakan umpan balik untuk membantu kita menentukan
sukses tidaknya komunikasi yang kita lakukan. Jika kita berada dalam
komunikasi tatap muka dengan komunikate/penerima pesan, maka kita dapat
membaca bahasa tubuh dan memberikan pertanyaan untuk memastikan
pemahaman. Jika kita berkomunikasi secara tertulis maka kita dapat mengetahui
sukses tidaknya komunikasi melalui respon atau tanggapan yang kita peroleh
dari komunikate/penerima pesan.

Dalam beberapa kasus, umpan balik memiliki peran yang tak ternilai dalam
membantu kita sebagai komunikator untuk memperbaiki keterampilan
komunikasi. Kita dapat belajar apa yang berjalan dengan baik dan apa yang
tidak sehingga kita dapat berlaku secara efisien ketika kita melakukan
komunikasi di lain waktu.

e) Konteks (Context)
Yang dimaksud dengan konteks dalam proses komunikasi adalah situasi
dimana kita melakukan komunikasi. Konteks dapat berupa lingkungan dimana
kita berada dan dimana komunikate/penerima pesan berada, budaya organisasi,
dan berbagai unsur atau elemen seperti hubungan antara komunikator dan
komunikate. Komunikasi yang kita lakukan dengan rekan kerja bisa jadi tidak
sama jika dibandingkan dengan ketika kita berkomunikasi dengan atasan kita.
Sebuah konteks dapat membantu menentukan gaya kita berkomunikasi.

f) Gangguan (Noise)
Dalam proses komunikasi, gangguan atau interferensi dalam
proses encode atau decode dapat mengurangi kejelasan komunikasi. Gangguan
dalam proses komunikasi dapat berupa gangguan fisik seperti suara yang sangat
keras, atau perilaku yang tidak biasa. Gangguan dalam proses komunikasi juga
dapat berupa gangguan mental, gangguan psikologis, atau gangguan semantik.
Dalam proses komunikasi, gangguan dapat berupa segala sesuatu yang dapat
mengganggu dalam proses penerimaan, penafsiran, atau penyediaan umpan balik
tentang sebuah pesan.
E. Mengdentifikasi Effect
Efek (Effect)
Yang dimaksud dengan efek dalam proses komunikasi adalah pengaruh
atau dampak yang ditimbulkan komunikasi yang dapat berupa sikap atau
tingkah laku komunikate/penerima pesan. Komunikasi dapat dikatakan berhasil
apabila sikap serta tingkah laku komunikate/penerima pesan sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh komunikator. Namun, apabila efek yang diharapkan oleh
komunikator dari komunikate/penerima pesan tidak sesuai maka dapat
dikatakan komunikasi menemui kegagalan.

Menurut Soeganda Priyatna efek yang ditimbulkan dari proses komunikasi


dapat kita lihat dari adanya pendapat pribadi, pendapat publik, ataupun
pendapat mayoritas9.

B. Proses Komunikasi
Dalam prosesnya, komunikasi memiliki dua tahap, yaitu proses
komunikasi secara primer dan sekunder.

1. Proses Komunikasi Secara Primer


Proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa,
, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak digunakan dalam
komuniasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu
menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu
berbentuk ide, informasi atau opini; baik mengenai hal yang konkret
9
S Priyatna, E Ardianto  Tujuh Pilar Strategi Komunikasi Bisnis - Jakarta: Widya Padjajaran, 2009
maupun abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada
saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan
datang.
Bahasa merupakan yang paling banyak digunakan untuk
menerjemahkan pikiran seseoarang kepada orang lain. Kial, isyarat,
gambar, warna dan lain sebagainya, hanya dapat mengomunikasikan hal-
hal tertentu saja (sangat terbatas). Lambang yaitu pikiran atau perasaan
seseorang baru akan diketahui oleh orang lain dan ada dampaknya
kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media
primer. Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol).
Pada tahapan pertama, seorang komunikator menyandi (encode)
pesan atau informasi yang akan disampaikan kepada komunikan. Pada
tahap ini komunikator mentransisikan pikiran/ perasan ke dalam lambang
yang diperkirakan 7 dapat dimengerti oleh komunikan. Kemudian
komunikan mengawas sandi (decode) pesan ataupun informasi tersebut
dimana komunikan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau
perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya. Setelah itu,
komunikan akan bereaksi (response) tehadap pesan tersebut dan
memberikan umpan balik (feedback). Jika terdapat umpan balik positif,
komunikan akan memberikan reaksi yang menyenangkan sehingga
komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, jika terdapat umpan balik
negatif, komunikan memberikan reaksi yang tidak menyenangkan
sehinngga komunikator enggan melanjutkan komunikasinya. Dalam
tahap umpan balik ini, terdapat transisi fungsi dimana komunikan
menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder.10

b.  Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Encoding

Pihak-pihak yang melakukan komunikasi, terutama pengirim pesan


pasti mengehendaki tujuan komunikasi yang dilakukannya membawa hasil
yaitu pesan dapat diterima dan dipahami oleh pihak penerima pesan dan
memberikan respon terhadap apa yang disampaikan pihak penerima sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh penerima.  Untuk itu berbagai faktor yang
mempengaruhi keberhasilan komunikasi harus dipertimbangkan dan salah
satu diantaranya adalah faktor encoding.
Dalam komunikasi pihak penyampai pesan bukan hanya
mempertimbangkan pesan apa yang akan disampaikan tetapi juga
bagaimana menyampaikannya. Oleh karena itu pihak penyampai pesan
harus tepat dalam mengemas pesannya. Proses pengemasan pesan dalam
10
Effendy, Onong Uchyana. 2011. Ilmu Komunikasi: Teori dan Prakteknya, Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 11-
18
komunikasi disebut encoding . Dengan encoding, pengirim atau penyampai
pesan memasukkan atau mengungkapkan pesannya ke dalam kode atau
lambang baik secara verbal atau non verbal. Dalam encoding, ada dua hal
penting yang harus dilakukan oleh penyampai pesan, yaitu 11

1. mempertimbangkan dengan  cermat apa yang akan disampaikan,

2. menterjemahkan dengan baik dan benar gagasan yang akan disampaikan


menjadi isi pesan.

Encoding dapat dilakukan dengan tepat sehingga tujuan komunikasi tercapai jika


penyampai pesan mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini.

1. Pesan apa yang akan disampaikan?

Sebelum pesan dikemas melalui proses yang disebut encoding, penyampai pesan


harus paham betul ide atau gagasan yang akan disampaikan tanpa memahami
tentang apa yang akan disampaikan, penyampai pesan bisa mengalami kekeliruan
dalam memilih kemasan pesan dan media untuk menyampaikannya.

2. Siapa pihak yang akan menerima pesan darinya?

Siapa yang dimaksud dengan pertanyaan di atas bukan sekadar menyangkut nama
tetapi latar belakang pendidikan dan sosial, tingkat perkembangan
jiwanya, mindset, dst. Isi pesan  sama namun jika penerima pesan berbeda
misalnya dalam tingkat perkembangan, pendidikan, status sosial, latar belakang
keahlian, maka kemasan pesan juga harus berbeda.

3. Dalam  bentuk apa pesan disampaikan: verbal atau non verbal?

Jika dalam bentuk verbal, kata apa atau kalimat yang   bagaimana yang dipilih.
Kekeliruan dalam mengemas pesan dapat menyebabkan tujuan komunikasi tidak
tercapai. Sekadar contoh pengemasan pesan yang tidak tepat dapat disimak dari
pengalaman penulis berikut ini.

Suatu saat penulis menerima pesan via handphone dari seseorang yang bunyinya
“U di mana? Q sudah menanti sejak jam 2.30” Penulis membalas dengan
jawaban: “Maaf, anda siapa?” Ternyata dia adalah seorang mahasiswa yang akan
mengikuti ujian perbaikan, yang sebenarnya tidak perlu menghubungi penulis.
11
Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi intrapersonal & Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Hal 15
Contoh tesebut menggambarkan bahwa apa yang disampaikan dan bagaimana
menyampaikannya salah.
Ada contoh lain dari kekeliruan dalam pengemasan pesan. Sekitar pukul 12.30
seorang dosen menerima sms dari mahasiswanya: “Ibu nanti sore mengajar atau
tidak?”  Si penerima pesan tak mengerti apa maksud pertanyaan tersebut dan juga
agak tersinggung dengan isi pertanyaan tersebut. Sebagai penanggung jawab
kelas untuk mata kuliah tertentu, pengirim pesan punya hak untuk menghubungi
dan bertanya kepada dosen. Namun kemasan pesannya dan juga waktu
penyampaiannya tidak tepat.  Seandainya pesan dikemas dengan kalimat:
“Mohon maaf, sekadar mengingatkan bahwa sekarang ini ibu waktunya memberi
kuliah di kelas kami”, dan disampaikan setelah lewat waktu dimulainya
perkuliahan, misalnya setelah ditunggu 10 menit dosen belum hadir, tentu respon
dari penerima pesan bisa seperti yang diharapkan oleh pengirim pesan.

Jika komunikator senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang berasal dari


dirinya,
yaitu kemampuan dalam encoding, berarti dirinya sudah berusaha meminimalkan
kekeliruan dalam komunikasi. Oleh karena itu  encoding merupakan kemampuan
yang harus dikuasai setiap setiap individu, kecuali anak-anak, karena komunikasi
merupakan aktivitas yang dapat terjadi kapan saja, dengan siapa saja, dan dalam
situasi apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Komala, Lukiati. (2009). Ilmu Komunikasi Perspektif, dan Konteks. Bandung: Widya
Padjadjaran
Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi - Edisi Ketiga. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Deddy Mulyana 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar Edisi Satu. Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya,
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1993

Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi Bandung : Citra Aditya
Bakti

Carté, P dan Fox, C. (2006). Bridging The Culture Gap Komunikasi Lintas Budaya
Kogan Page; 2nd edition (August 1, 2008)
S Priyatna, E Ardianto  Tujuh Pilar Strategi Komunikasi Bisnis - Jakarta: Widya
Padjajaran, 2009
Effendy, Onong Uchyana. 2011. Ilmu Komunikasi: Teori dan Prakteknya, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi intrapersonal & Komunikasi Interpersonal.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Ambar. 2017. Komponen – Komponen Komunikasi. Dikutip dari


https://pakarkomunikasi.com/komponen-komponen-komunikasi Diakses
pada 16 Pebruari 2020 pukul 15.45.
Inayah, M. 2014. Komunikasi. Dikutip dari Library Bus:

https://www.librarybus.com/search?q=komponen+komunikasi. Diakses pada


16 Pebruari 2020 pukul 16.02.

Ambar. 2017. Komponen – Komponen Komunikasi. Dikutip dari


https://pakarkomunikasi.com/komponen-komponen-komunikasi . Diakses
pada 17 Pebruari 2020 pukul 15.45.
Inayah, M. 2014. Komunikasi. Dikutip dari Library Bus:

https://www.librarybus.com/search?q=komponen+komunikasi. Diakses pada


17 Pebruari 2020pukul 16.02

Paramitha. 2016. Komunikasi. Dikutip dari http://repository.unpas.ac.id/11586/5/BAB


%202.pdf

Diakses pada 17 Pebruari 2020 pukul 19.00

Ginintasasi, Rahayu. 2012. Komunikasi. Dikutip dari


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/Komunikasi.pdf .
Diakses pada 20 Pebruari 2020 pukul 08.35
Antartika, RA. 2015. Komunikasi. Dikutip dari Widyathama Repository:
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/5648/B
ab%202.pdf?sequence=11. Diakses pada tanggal 20 Pebruari 2020pukul
09.00
Putra. 2017. Komunikasi. Dikutip dari
http://repository.unpas.ac.id/30283/4/BAB%20II%20%284%29.pdf pada
tanggal 20 Pebruari 2020 pukul 11.00

Anonim. 2013. Komunikasi. Dikutip dari Library Binus:


http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-1-01134-MC
%20Bab2001.pdf
pada tanggal 20 Pebruari 2020 pukul 11.30

Anda mungkin juga menyukai