Anda di halaman 1dari 2

Azzahra Saffanisa S

1906318325
Paralel
Antisipasi Vaksin COVID-19

Kuliah umum pada hari ini disampaikan oleh Prof. Tjandra Aditama. Penyakit
COVID-19 berawal dari kota Wuhan, China yang diduga berasal dari seperti ular, kelelawar
dan tringiling. Penyakit ini menyerang paru-paru dan diteruskan beberapa penyakit yang
lainnya. COVID-19 menyebar dengan sangat cepat ke seluruh penjuru dunia sehingga pada
tanggal 11 maret Direktur Jendral WHO menyatakan penyakit COVID-19 ini sebagai wabah
pandemi dan setiap pemerintah negara harus bersiap untuk mengantasipasi wabah ini.

COVID-19 merupakan kepanjangan dari Corona Virus Disease 2019. COVID-19 ini
menularkan lewat cairan yang berasal dari pasien. Hal ini lah yang menyebabkan masyarakat
diwajibkan untuk melakukan menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Selain
itu, COVID-19 ini juga dapat menyebar pada udara “Airborne” pada ruangan tertutup. Di
Indonesia sendiri, penyakit COVID-19 ini baru terdeteksi pada bulan Maret dan menyebar
dengan cepat. Berdasarkan epidomologi WHO negara yang banyak terpapar penyakit
COVID-19 ini adalah daerah Amerika yang disusul beberapa benua lainnya seperti eropa dan
asia tenggara. Namun, beberapa bulan ini terjadi second wave di benua eropa yang membuat
beberapa negara melakukan lockdown seperti negara German yang sudah melakukan partial
lockdown dan Inggris lewat perdana menteri menyatakan akan menajalankan lockdown
kedua. Beberapa ahli menyatakan di benua eropa terjadi second wave karena orang-orang
eropa sudah jenuh dan cape terdapat pandemi ini yang membuat kebebasan mereka terganggu
(Restriction Fatigue).

Cara mengetahui apakah seseorang mengidap COVID-19 awalnya dengan mencegah


atau ditemukan secara dini dengan tes. Tes untuk mengidentifikasi suatu orang terkena
COVID-19 direkomendasikan oleh WHO untuk menggunakan PCR atau Swab Test. Dalam
perkembangannya WHO untuk mengidentifikasi COVID-19 menggunakan Rapid Tes
Antigen diperbolehkan karena untuk menemukan antigen yang masuk hanya saja tes ini harus
sesintif dan spesifik. Membahas mengenai pengobatan, saat ini belum ada obat yang
dikhususkan untuk menyembuhkan COVID-19. Dalam penyakit ini, yang terserang adalah
antibodinya.

Dalam mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan vaksin. Kasus COVID-19 ini
merupakan kasus darurat, semua perhatian dan pemikiran tetuju pada COVID-19 ini karena
COVID-19 ini memberhentikan kehidupan Walaupun ada kandidat vaksin harus mengenal
kandidat vaksin COVID-19 ini dengan cara membuatnya, cara membuatnya ada delapan dan
Azzahra Saffanisa S
1906318325
Paralel
kedelapan cara tersebut sah untuk digunakan. Meskipun terdapat perbedaan dengan pandemi
sebelumnya, prosedur tetap harus dilaksanakan. uji preclinical atau uji terhadap binatang
percobaan dan uji clinical yang sudah dimulai uji kepada manusia. Memperhatikan
efektifitasan ini merupakan salah satu cara mengantisipasinya. Jika sudah 50% efektif maka
sudah WHO menyatakan boleh diterima karena keadaan darurat. Penyebaran dan pemberian
vaksin harus merata ke seluruh dunia. Aspek siapa yang diutamakan untuk mendapatkan
vaksin juga harus diperhatikan. Tetapi, penyebaran vaksin inipun memiliki tantangan karena
terdapat beberapa orang yang menolak diberikan vaksin.

Setelah uji kliniknya selesai, terdapat emergency use authorization yang artinya tidak perlu menunggu
uji klinik dan menggunakan data yang sudah ada tapi tetap tidak boleh sewenang-wenang. Dengan
adanya emergency use authorization, uji coba tetap harus dipantau keefektifannyaSalah satu vaksin
yang menjanjikan adalah Pfizer Vaccine namun ada kendala dimana vaksin harus disimpan di -70
derajat Celcius. Pendistribusian pertama jika sudah ada vaksin yang terbukti efektif adalah, menurut
WHO, vaksin didistribusikan 3% terlebih dahulu untuk yang paling rentan contohnya tenaga medis.

Anda mungkin juga menyukai