Anda di halaman 1dari 8

Pemberian obat secara parenteral

Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat selain


melalui enteral atau saluran pencernaan. Lazimnya, istilah parenteral dikaitkan
dengan pemberian obat secara injeksi baik intradermal, subkutan, intramuscular ,
atau intravena. Pemberian obat secara parentral mempunyai aksi kerja lebih
cepat dibanding dengan secara oral. Namun, pemberian secara parenteral
mempunyI berbagi resiko antara lain merusak kulit . menyebabkan nyeri pada
pasien , salah tusuk dan lebih mahal. Demi keamanan pasien , perawat harus
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara pemberian obat secara
parenteral termasuk cara menyiapkan , memberikan obat dan menggunakan
teknik steril.

Dalam memberikan obat secara parenteral , perawat harus mengetahui


dan dapat menyiapkan peralatan yang benar yaitu ; alat suntik ( spuit/ syringe ) ,
jarum, vial dan ampul . menurut bentuknya spuit mempunyai tiga bagian yaitu
bagian ujung yang berkaitan dengan jarum , bagian tabung dan bagian pendorong
obat .

Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat

Dilihat dari bahan pembuatannya spuit dapat berupa spuit kaca ( Jarang
digunakan ) dan spuit pelastik ( Disposible). Ditinjau dari penggunaannya spuit
dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu spuit strandard hipordemik, spuit insulin
dan spuit tuberkulin.

Jarum merupakan alat pelengakapan spuit. Jarum injeksi terbuat dari bahan
stainless yang mempunyai ukuran panjang dan besar yang bervariasi. Jarum
mempunyai ukuran panjang berkisar antara 1,27 sampai dengan 12,7 sm. Besar
jarum dinyatakan dengan satuan gauge antara nomer 14 samapai dengan 28
gauge . semakin besar ukuran gauge nya semakin kecil diameternya. Diameter
yang besar dapat menimbulkan rasa sakit saat ditusukkan. Penggunaan ukuran
jarum ini disesuaikan dengan keadaan pasien yang meliputi umur , gemuk/kurus ,
jalur yang akan dipakai dan obat yang akan dimasukkan .

Cairan obat untuk diberikan secara perenteral , biasanya dikemas dalam


ampul atau vial. Ampul biasanya terbuat dari bahan gelas. Sebagian besar bagian
leher ampul mempunyai tanda berwarna melingkar yang dapat dipatahkan . Bila
bagian leher tidak mempunyai tanda berate begian pangkal leher harus digergaji
dengan gergaji ampul sebelum dipatahkan. Vial mempunyai ukuran yang
bervariasi. Bagian penutupnya biasanya terbuat dari plastic yang dilindungi
dengan logam.

Vial dibuka dengan cara membuka logam tipis penyegalam bagian atas vial
sehingga bagian karet akan kelihatan. Cairan obat diambil dengan cara
memasukkan jarum spuit pada karet penutup vial. Untuk lebih jelasnya baca cara
kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial.

Cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial :

1. Siapkan peralatan yang meliputi ;


a. Vial atau ampul yang berisi cairan obat steril
b. Kapas alcohol
c. Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan
d. Air steril atau normal salin bila diperlukan
e. Kassa pengusap
f. Turniket untuk injeksi intravena
g. Kartu obat atau catatan rencana pengobatan
2. Periksa dan yakinkan bahwa order pengobatan dan cara pemberiannya
telah akurat
3. Siapkan ampul atau vial yang berisi obat sesaui yang diperlukan dan
kemudian buka dengan cara sebagai berikut;
a. Untuk ampul : pegang ampul dan bila cairan obat banyak terletak
diabagian kepala, jentiklah kepala ampul atau putar ampul beberapa
kali sehingga obat akan turun kebawah. Bila perlu dibersihkan bagian
leher ampul. Ambil kassa steril letakkan diantara ampul dan ibu jari
dengan jari-jari anda kemudian patahkan leher ampul ke arah
berlawanan dengan anda.
b. Untuk vial ; bila perlu campur larutan dengan memutar-mutar vial
dalam genggaman anda ( bukan dengan mengocok) . Buka logam
penyegal kemudian disenfeksi karet vial dengan kapas alcohol 70%
4. Ambil cairan obat dengan cara sebagai berikut :
a. Untuk obat dalam ampul; sebaiknya gunakan jarum berfilter . Buka
penutup jarum kemudiann secara hati-hati masukkan jarum yang
terpasang pada spuit kedalam ampul dan hisap cairan sesuai yang
dibutuhkan . Bila spuit akan digunakkan untuk injeksi , ganti jarum
filter dengan jarum biasa.
b. Untuk obat dalam vial ; pasang jarum berfilter pada spuit buka
penutup jarum dan tarik pengokang spuit agar udara masuk ke
tabung spuit. Secara hati-hati tusukkan jarum ditengah karet
penutup vial lalu masukkan udara. Pertahankan jarum tidak
menyentuh cairan obat sehingga udara tidak mmbuat gelembung.
Pegang vial sejajar dengan mata lalu tarik obat secukupnya secara
hati-hati. Tarik spuit dari vial kemudian tutup jarum dengan kap
penutup lalu gantin jarum pada spuit dengan jarum biasa.
c. Bila obat berbentuk bubuk ( powder) , bacalah cara penggunaanya .
obat injeksi bentuk bubuk harus dibuat dalam larutan dulu sebelum
diambil. Untuk membuat larutan obat bubuk maka sebelum dibuat
larutan , hisap udara dalam vial yang berisi obat tersebut dengan
spuit ( kecuali untuk obat yang tidak diperbolehkan). Masukkan air
steril atau cairan lain sesaui yang dibutuhkan ke dalamnya ,
kemudian putar-putar vial sampai obat menjadi larutan.Bila obat
merupakan multidosis, beri label pada vial tersebut tentang tanggal
dicampur, banykanya obat dalam vial dan tanda tangan amda. BIla
perlu disimpan , baca cara penyimpanannya sesuai yang dianjurkan
oleh pabrik farmasi.
d. Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial, muka
perawat harus berupaya mencegah tercampurnya obat pada kedua
vial tersebut . Cara mencapur obat dari dua vial adalah : Masukkan
udara secukupnya pada vial A dan jaga jarum tidak menyentuh
cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap udara secukupnya lalu
masukkan pada vial B. Hisap cairan obat dari B sesuai yang
diperlukan kemudian cabut spuit tersebut. Ganti jarum kemudian
tusukkan pada vial A dan hisap cairan obat dari vial A sesuai yang
diperlukan berikutnya sacbut spuit dari vial A.
Injeksi Intradernal
Injeksi intradernal atau intrakutan merupakan injeksi yang
ditusukkan pada lapisan dermis atau dibawah epidermis/ permukaan
kulit. Injeksi ini dilakukan secara terbatas , karena hanya sejumlah
kecil obat yang dapat dimasukkan . Cara ini lazim digunakan untuk
test tuberculin dan test untuk mengetahui reaksi alergi terhadap
obat tertentu serta vaksinasi. Kadang-kadang cara ini dugunakan
pada anestesi local kemudian dilanjutkan untuk injeksi pada area
yang lebih dalam . Area yang lazim digunakkan untuk inejksi
intradermal adalah lengan bawah bagian dalam , dada bagian atas
dan punggung pada area scapula.

Cara kerja :
1. Siapkan peralatan anatara lain :
a. Spuit ukuran 1 ml dengan kalibrasi ratusan milliliter
b. Jarum dengan ukuran sesuai kebutuhan , biasanya nomer 25 ,
26, 27 gauge , panjang ¼ sampai dengan 5/8
c. Kapas alcohol
d. Buku pengobataan dan intruksi pengobataan
2. Beritahu pasien
3. Siapkan area yang akan diinjeksi misalnya lengan kanan dan
lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol
4. Pegang erat lengan pasien dengan tangan kiri anda dan tangan
satunya memegang spuit ke arah pasien.
5. Tusukan spuit dengan sudut 15 pada epidermis kemudian
ditersukkan sampai dermis lalu dorong cairan obat. Obat ini akan
menimbulkan tonjolan dibawah permukaan kulit.
6. Cabut spuit , usap pelan-pelan area penyuntikan dengan kapas
antiseptic tanpa memberikan massage ( masege dapat
menyebabkan obat masuk kejaringan atau kelaur melalui lubang
injeksi ).

Injeksi Subkutan

Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area di bawah kulit yaitu pada
jaringan konektif atau lemak dibawah dermis. Setiap jaringan subkutan dapat
dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim adalah pada lengan atas bagian luar,
paha bagian depan. Area lain yang lazim digunakan adalah perut, area scapula,
ventroglutcal dan dorsoglutcal. Injeksi harus tidak diberikan pada area yang nyeri,
merah, pruritis atau edema. Pada pemakaian injeksi subkutan jangka lama, maka
injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.
Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat-obatan
preoperasi, narkotik, insulin, dan heparin.

Cara kerja :

1. Siapkan peralatan yang berupa :


a. Buku catatan rencana atau order pengobatan.
b. Vial atau ampul berisi obat yang akan diberikan.
c. Spuit dan jarum steril (spuit 2ml, jarum ukuran 25 gauge, 5/8 – ½ inci).
d. Kapas anti septic steril.
e. Kassa steril untuk membuka ampul (bila diperlukan).
2. Masukkan obat dari vial artau ampul ke dalam tabung spuit dengan cara
yang benar.
3. Beritahu pasien dan atur dalam posisi yang nyaman. (Jangan keliru pasien;
bantu pasien pada posisi yang mana lengan, kaki, atau perut yang akan
digunakan injeksi dapat rileks).
4. Pilih area tubuh yang tepat, kemudian usap dengan kapas anti septic dari
tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm menggunakan tangan yang
tidak untuk menginjeksi.
5. Siapkan spuit, lepas kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu
antiseptik kering dan keluarkan udara dari spuit.
6. Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari-jari pada area
injeksi dengan telapak tangan menghadap ke bawah untuk kemiringan 45
atau dengan telapak tangan menhadap ke bawah untuk kemiringan 45.
Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk mengangkat atau
merentangkan kulit, lalu secara hati-hati dan mantap tangan yang lain
menusukkan jarum. Lakukan aspirasi, bila muncul darah maka segera cabut
spuit untuk dibuang dan diganti spuit dan obat baru. Bila tidak muncul
darah, maka pelan-pelan dorong obat ke dalam jaringan.
7. Cabut spuit lalu usap dan massage pada area injeksi. Bila tempat
penusukkan mengeluarkan darah, maka tekan area tusukkan dengan kassa
steril kering sampai perdarahan berhenti.
8. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya (mencegah cidera
bbagi perawat) pada tempat pembuangan secara benar.
9. Catat tindakkan yang telah dilakukan.
10.Kaji keefektifitasan obat.
Injeksi Intramuskular

Injeksi intramuscular dilakukan dengan beberapa tujuan yaitu untuk


memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar disbanding obat yang
diberikan melalui subkutan. Absorpsi juga lebih cepat disbanding dengan
pemberian secara subkutan karena lebih banyak suplai darah di otot tubuh.
Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah/mengurangi iritasi obat.
Namun, perawat harus hati-hati dalam melakukan injeksi secara intramuscular
karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri serta akut
pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai