Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MEMAHAMI BISNIS RITEL

MANAJEMEN BISNIS RITEL

KELOMPOK 3

DISUSUN OLEH :

D3 MARKETING

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2018
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tujuan penulisan ini adalah
untuk menyelesaikan tugas matakuliah yang kami ampu yakni tugas Manajemen Bisnis Ritel,
selain itu juga untuk meningkatkan wawasan kami mengenai materi yang akan kami bahas
kali ini.

Dengan membaca makalah ini kami harap dapat membantu teman-teman semua
dalam memahami materi ini dan memperkaya wawasan teman-teman melalui materi yang
ada didalam makalah ini.

Dan pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini hingga selesai tepat waktu,
kepada dosen matakuliah Manajemen Bisnis Ritelyang telah memberikan materi ini sebagai
wawasan kepada kami, dan kepada pembaca yang mau meluangkan waktunya membaca
makalah yang telah kami susun.

Serang, 7 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1. PENDAHULUAN

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.3. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Pentingnya Bisnis Ritel

2.2. Struktur Dasa Bisnis Ritel

2.3. Konsep Pemasaran Ritel

2.4. Karakteristik Bisnis Ritel

2.5. Jenis-jenis Bisnis Ritel

2.6. Peran Penjualan Ritel

2.7. Fungsi, Kelebihan, dan Kekurangan Bisnis Ritel

2.8. Saluran Pemasaran Ritel

2.9. Memulai Bisnis Ritel

3.0. Faktor Sukses Menjalankan Bisnis Ritel

3.1. Kesalahan-kesalahan dalam Bisnis

3.2. Penyebab Pelanggan Meninggalkan Bisnis Ritel

3.3. Mengubah Ancaman menjadi Peluang

3.4. Mengubah Kelemahan menjadi Kekuatan

BAB III PENUTUPAN

3.1. KESIMPULAN

3.2. DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

Bekal pemahaman terhadap konsep-konsep pengelolaan ritel modern sangat penting


untuk dipahami, mengingat kegagalan dalam pengelolaan akan menimbulkan risiko kerugian
yang cukup besar. Sedangkan jika seorang pelaku bisnis ritel tetap bertahan dengan
pengelolaan ritel secara tradisional tidak memungkinkan untuk memiliki keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan bila dihadapkan dengan semakin banyaknya ritel-ritel modern
yang dikelola dengan modal cukup besar.

Pengelolaan ritel modern skala besar dan kecil membutuhkan kesiapan pengelola
dalam arti sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan dalam hal
manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan dalam melihat peluang.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud bisnis ritel?
2. Bagaimana konsep-konsep bisnis ritel?
3. Apa Saja jenis-jenis bisnis ritel?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan bisnis ritel
2. Untuk mengetahui konsep-konsep bisnis ritel
3. Untuk Mengetahui jenis-jenis bisnis ritel
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Dalam kamus Bahasa Inggris – Indonesia, retail bisa juga diartikan sebagai “Eceran”.
Pengertian retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan
jasa secara langsung kepada pelanggan. Pengertian retailer adalah semua organisasi bisnis
yang memperoleh lebih dari setengah hasil penjualannya dari retailing. Jadi retail adalah
semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk
memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti
dari distribusi. Atau retail adalah suatu kegiatan yang terdiri dari aktivitas-aktivitas bisnis
yang terlibat dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri,
keluarga ataupun rumah tangga.

Pada saat ini bisnis ritel telah mengalami perubahan, yaitu terjadi peralihan dari
konsep took-toko local yang independen atau took-toko di jalan utama menjadi situasi took
berskala nasional dan internasional dalam bentuk pusat-pusat perbelanjaan yang modern,
supermarket, pasar swalayan, took serba ada dan sebagainya. Namun di sisi lain, keberadaan
ritel-ritel tradisional memang masih cukup diperlukan dalam konteks-konteks melayani
segmen ekonomi bawah. Namun kemajuan teknologi dan tuntutan kebutuhan konsumen yang
terus meningkat menjadi pendorong adanya perubahan orientasi bisnis dalam lingkup bisnis
ritel.

2.2 Struktur Dasar Bisnis Ritel

Saat ini telah terjadi perubahan yang sangat signifikan baik pola piker, selera maupun
pola berbelanja masyarakat luas, khususnya konsumen, dari pola yang berkecendurung
tradisonal ke pola yang berkecendurungan modern. Adapun struktur dasar bisnis ritel secara
sederhana yang merupakan jalur distribusi barang dagangan dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 1.1 Struktur Dasar Bisnis Ritel Jalur Distribusi Barang Dagang

Konsumen
Produsen Pedangan Besar Ritel
Akhir
Produsen menjual produknya kepada pelaku ritel atau pedagang besar (grosir).
Selanjutnya pedagang besar (peritel besar) membeli, menyimpan persediaan,
mempromosikan, memajang, menjual, mengirimkan, dan membayar kepada produsen.
Sedangkan pelaku ritel menjalankan fungsi pembelian, menyimpan persediaan,
mempromosikan, memajang, menjual, mengirimkan, dan membayar kepada agen atau
distributor.

2.3 Konsep Pemasaran Ritel

Menurut Wal Mart, telah memanfaatkan suatu pendekatan yang terkoordinasi dan
merata di seluruh perusahaan terhadap perkembangan dan implementasi strategi dan memiliki
suatu orientasi tujuan yang jelas. Berikut konsep pemasaran ritel:

Gambar 1.2 Konsep Pemasaran Ritel

Orientasi Konsumen

Usaha Yang
Konsep Ritel Strategi Ritel
Terkoordinasi

Orientasi Konsumen

Keterangan:

 Berorientasi konsumen, seorang peritel harus menentukan atribut-atribut dan


kebutuhan-kebutuhan para konsumennya, serta harus menyediakan diri untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut secara maksimal.
 Usaha yang terkoordinir, di mana seorang peritel harus mengintegrasikan semua
rencana dan kegiatan untuk melakukan efisiensi.
 Berorientasi tujuan di mana seorang peritel harus menetapkan tujuan dan selanjutnya
menggunakan strateginya untuk mencapai tujan-tujuan tersebut.

Konsep ritel mensyaratkan komunikasi dengan para konsumen dan mempertimbangkan


keinginan-keinginan para konsumen ini sebagai sesuatu yang sangat penting bagi
keberhasilan peritel yang bersangkutan, mengembangkan, dan menindaklanjuti suatu strategi
yang konsisten dan bekerja keras untuk mencapai tujuan-tujuan yang berarti, khusus dan
mudah dijangkau.

2.4 Karakteristik Bisnis Ritel

Menurut Berman dan Evans ada beberapa karakterisktik bisnis ritel sebagai berikut:

 Small Enough Quantity


Penjualan barang atau jasa pada karakteristik ini dalam partai kecil yaitu jumlah
secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam waktu tertentu. Meskipun peritel
mendapatkan barang dari supplier dalam bentuk cases (kartonan), tetapi peritel men-
display dan menjualnya dalam bentuk pecahan per unit.
 Impulse Buying
Dalam karakteristik ini, kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah
dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan dalam proses
belanja konsumen. Seringkali konsumen dalam proses pembeliannya, keputusan yang
diambil untuk membeli suatu barang adalah yang sebelumnya tidak tercantum dalam
pembelian barang. Keputusan ini timbul begitu saja terstimulasi oleh variasi bauran
produk dan tingkat harga barang yang ditawarkan.
 Store Condition
Pada karakteristik ini, dipengaruhi oleh lokasi toko, efektivitas penanganan barang,
jam buka toko, dan tingkat harga yang bersaing. Menurut Asep S.Sujana (2005)
aspek-aspek internal bisnis ritel terdiri atas assets, human, finance, dan merchandise.

2.5 Jenis-jenis Bisnis Ritel

Industry ritel memberikan satu pandangan hidup untuk jutaan orang yang mencari nafkah
dalam sector perekonomian kita. Peritel memberikan barang dan jasa yang kita semua
butuhkan, dari makan hingga alat elektronik. Sebagai salah satu dari perusahaan perusahaan
terbesar, industry retail menyediakan peluang bisnis yang menjanjikan untuk anda. Sector
ritel adalah segmen dengan tingkat pertumbuhan paling cepat dibanyak negara termasuk
Indonesia. Berikut ini jenis-jenis ritel;
1 Ritel Toko
Situasi ritel masakini terdiri dari berbagai macam toko independen, sector
belanjaan, perusahaan diskon, toko pengecer yang menawarkan kenyamanan belanja,
jaringan peritel nasional maupun internasional, supermarket konvensional dan
perusahaan-perusahaan lain dengan skala lebih besar. Semua ini tampak mendominasi
sector ritel. Ritel toko beroperasi di lokasi penjualan yang didesain untuk menarik
konsumen dalam jumlah yang cukup besar agar mau berkunjung ke toko mereka.
2 Ritel Khusus
Sementara peritel raksasa Wal Mart atau Carrefour cenderung untuk menjual
barang-barang kebutuhan pokok, para peritel khusus ini cenderung menjual barang-
barang sekunder atau tersier. Mereka berfokus pada peningkatan kenyamanan
lingkungan rumah tangga, kekayaan pengalaman dalam berbelanja, dan inventaris
yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang menjadi target dengan frekuensi yang bisa
disesuaikan. Toko toko kecil menunjukan kekuatan dan keuetan yang mencengangkan
dihadapan pesaing dari retail sekala besar dan gerai gerai e-commers yang banyak
bermunculan saat ini. Mreka menwarkan atmosfer yang hangat, dan mungkin sebuah
pemilihan barang dagang yang lebih berfariasi dan dalam.
3 Ritel Non Toko
Saat andan melihat berbagai fariasi peluang bisnis dalam sector retail,
yakinlah dan sertaan sector retail kedalamnya. Bisnis bisnis ini sebagai besar melalui
tv, beanja elektronik, kertas dan katalog elektronik, pengundangan dari pintu ke pintu,
demostrasi dalam rumah, kios portebel, mesin pengecer dan pemasaran via pos.
dengan penjualan eceran di tepi jalan sebagai pengecualian, bisnis bisnis ini tidak
biasanya mempertahankan saham untuk dijual dengan plenis. Ada begitu banyak
manfaat yang bisa dituai dari jenis ritel diantaranya ialah pembelian, pemeliharaan
dan perlindungan investasi besar tidaklah diperlukan saat anda memiliki kontrak
dengan pihak lain untuk menangani urusan urusan ini.
4 Pemasaran via pos
Dari buku hingga brosr dasar, katalog sudah banyak dikenal bagi mreka yang
tinggal jauh dari keramaian pusat perbelanjaan. Katalog juga akrab bagi para manula,
mreka yang suka barang atau jasa yang dijual bebas atau memiliki spesifikasi yang
kurang lajim, dan bagi orang orang yang kurang suka berdesekan. Dengan pemasaran
via pos, katalog berisi barang yang dijual bisa dikirimkan ke ribuan pembeli potensial
pada satu waktu untuk bisa menaikan angka penjual atau penghasilan konsumen yang
riil. Perusahaan pemasaran via pos termasuk bisnis barang jual, perusahaan yang
menjual barang barang khusus banyak menjual variasi, perusahaan menjual benda
benda baru, berbagai jenis klub (CD, DVD , BUKU) dan sebgainya.
5 Internet
Internet sudah merubah kondisi ritel saat ini, menghubungkan perusahaa
dengan perusahaan lain dan pasar lain serta pelanggan individu. Terlepas dari jenis
jenis dari bisnis ritel anda tidak bisa mengabaikan internet. Jangan menjadikan
internet sevagai penghambat juga. Setiap jenis ritel memiliki kelebihan dan
kekurangannya sendiri sehingga anda harus memutuskan pendekatan pendekatan
mana yang anda hendak gunakan dalam bisnis anda
6 Mesin pengecer otomatis
Mesin pengecer otomatis telah menjadi konsep bisnis yang terbukti ampuh
selama lebih dari satu abad. Dinegara negara maju seperti America serikat kudapan
dan soda meraup angka penjual lebih dari 20 miliard dolar. Berkenan dengan
penjualan lain, memiliki produk yang tepat ditempat yang tepat pada saat yang tepat
ialah kuncinya.
Jika dirinci jenis jenis ritel menurut Davidson (1998) dan berman & efans (1992)
dikutip oleh asep s. sujana 2005 dikelompokan kedalam empat jenis yaitu :
1) Jenis bisnis ritel berdasarkan kepemilikan bisnis.
a. toko waralaba
Toko waralaba adalah toko ritel yang dibangun berdasarkan
kontrak kerja bagi hasil antara oengusaha investor perseorangan dengan
perawalaba yang merupakan pemegang lisensi atau nama toko, sponsor
dan pengelola usaha, seperti fast food, restaurant, bengkel, toko optikal
atau supermarket ( mcdonal, indomart, alfamart).
b. Rantai toko ritel
Jenis ini merupakan toko ritel dengan banyak cabang dan pada
umumnya dimiliki oleh suatu institute bisnis bukan perorangan, namun
dalam bentuk perseroan. Bentuknya seperti rantai toko minimarket atau
Mega hyperstore, misalnya Hero Supermarket, Sogo Dapartement Store &
Supermarket, Matahari Mall, Ramayana Mall, dan sebagainya.
c. Peritel toko tunggal
Peritel toko tunggal (single store retailer) merupakan jenis bisnis
ritel yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya di
bawah 100 m 2, mulai dari kios atau toko di pasar tradisional sampai
minimarket modern dan kepemilikannya secara individual.
2) Jenis bisnis ritel berdasarkan kategori barang dagang
Jenis bisnis ritel ini meliputi toko khusus, tok serba ada, departement
store, dan hyperstore.
a) Toko khusus
Toko khusus (speciality store) merupakan toko ritel yang menjual satu
jenis barang atau suatu rentang kategori barang (merchandise category)
yang relatife sedikit, misalnya apotik, optic store, artshop, toko perhiasan
(jewely store) dan toko buku.
b) Toko serba ada
Toko serba ada (grocey store) merupakan toko ritel yang menjual
sebagai besar kategori barangnya yaitu barang kebutuhan sehari-hari
(groceries), fresh food, perishable, dry food, beverages, dan cosmetic.
Sedangkan toko ritel modern yang sudah mapan telah berbasis grocery
retailers, di mana yang mereka jual lebih dari 60% dari assortment (bauran
produk) yaitu kebutuhan pokok (basic need), misalnya Makro, hero, Lion
Spertindo, dan Tip Top.
c) Departement store
Pada jenis ini sebagaian besar assortment yang dijual merupakan non
basic items atau bukan kebutuhan pokok, fashionables, dan branded items
atau bermarek, dengan lebih dari 80% pola konsinyasi. Item-item grocery
jika di jual hanya sebagai perlengkapan, misalnya di Ramayana Mall,
Borobudur, Pasaraya, dan sebagainya.
d) Hyperstore
Jenis bisnis ritel ini menjual barang-barang dalam rentang kategori
barang yang sangat luas yaitu menjual sebagian besar barang kebutuhan
setiap lapisan konsumen, sehingga sedikitnya membutuhkan luas toko dan
area sebesar 10.000 m 2 dan di Indonesia belum ada seluas ini.

3) Jenis bisnis ritel berdasarkan luas area penjualan


Jenis bisnis ritel ini ada empat, yaitu:
a. Small store adalah toko kecil, seperti kios, yang pada umumnya
merupakan toko ritel tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan
sales area kurang dari 100 m 2.
b. Minimarket, dioperasikan dengan luas sales area antara 100 s/d 1.000 m 2.
c. Supermarket, dioperasikan dengan luas sales area antara 1.000 s/d 5.000
m 2.
d. Hypermarket, dioperasikan dengan luas sales area lebih dari 5.000 m2
4) Jenis bisnis ritel berdasarkan peritel tanpa toko
a. Multi level marketing, merupakan suatu metode penjualan barang secara
langsung dengan system komisi penjualan berperingkat berdasarkan status
keanggotaan dalam peringkat distribusi.
b. Mail & phone order ritel, atau toko pesan antar merupakan perusahaan
yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat dan telepon.
Prinsip dari perusahaan ini mengkompensasikan overhead cost
pengoperasian sebuah toko (secara fisik) dengan pengoperasian delivery
service. Perusahaan ini mengandalkan ciri khas atau spesialis produk dan
penerapan kebijakan promosi di media cetak atau elektronik yang gencar.
c. Internet/ online store/e-commerce
Menurut Colombo (1999) dikutip Asep S. Sajuna (2005) penyebab utama
kegagalan banyak e-commerce adalah karena bagitu didewakannya
internet sehingga muncul asumsi keyakinan semua bahwa e-commerce
bisa menggantikan offline retail store. Padahal menurutnya offline ritel
stor yang tidak tergantikan dengan dengan online retailing store yaitu
buying experience (kenikmatan pengalaman berbelanja dengan memilih
langsung), aspek rekreasi, dan aspek social dari proses berbelanja.
2.6 Peran Penjualan Ritel

Pada umumnya penjualan ritel mendapatkan barang yang dijualnya dari produsen
utama. Produsen menjual barangnya kepada grosir untuk dijual kembali. Dari grosir barang
tersebut kemudian dijual kepada pedagang eceran atau ritel. Pedangan ritel inilah yang
merupakan pelaku utama dalam mengecerkan barang. Pengecer ini menjual barangnya pada
konsumen akhir.

Penjual ritel ini sangat penting bagi ke langsungan produsen suatu barang. Hal ini
dikarenakan melalui usaha ritel, produsen dapat mengetahui dan memperoleh informasi
berharga mengenai produk yang dibuatnya. Produsen biasanya akan memberikan beberapa
pertanyaan kepada pengecer yang meliput bentuk produk, rasa, daya tahan, harga, dan segala
sesuatu mengenai produknya. Selain itu produsen juga bisa memperoleh informasi mengenai
produk pesaing dari produsen pesaingannya. Produsen dan pengecer dapat menjalin kerja
sama yang salinh menguntungkan .

Pada dasarnya usaha ritel memberikan kebutuhan ekonomis bagi para pelanggannya melalui
lima cara sebagai berikut:

 Memberikan suplai atau pasokan barang atau jasa pada saat dan ketika barang tersebut
dibutuhkan oleh konsumen atau pelanggan. Usaha ritel ini biasanya berlokasi di dekat
rumah pelanggan, sehingga pelanggan bisa dengan segera mendapatkan barang yang
dibutuhkan tanpa perlu menunggu lama.
 Memudahkan pelanggan atau konsumen dalam memilih, membandingkan bentuk,
kualitas barang dan jasa yang ditawarkan. Pada umumnya pelanggan tidak hanya
ingin mendapatkan barang yang dibutuhkan, namun pelanggan juga menginginkan
barang yang lebih dari yang dibutuhkan. Pelanggan biasanya ingin mendapatkan
barang dengan kualitas, dan harga yang sesui dengan keinginannya, sehingga menjadi
sebuah keharusan bagi pengecer untuk memberikan kenyamanan berbelanja.
 Menjaga harga jual tetap rendah agar mempuan bersaing dalam memuaskan
pelanggan.
 Membangun meningkatkan standar hidup masyarakat. Produk yang dijual dalam
usaha ritel bergantung pada apa yang dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat. Upaya
promosi yang dilakukan tidak hanya membeikan informasi kepada masyarakat
mengenai beragam produk barang atau jasa. Upaya promosi pengecer juga dapat
meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli suatu produk atau barang,

2.7 Fungsi, Kelebihan, dan Kekurangan Bisnis Ritel

Bisnis ritel ini merupakan kegiatan yang terkait dengan penjualan atau pelanggan
barang, jasa ataupun keduanya. Penjualan atau pelanggan ini dilakukan secara sedikit-sedikit
atau satu-satu langsung kepada konsumen akhir untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga
ataupum rumah tangga. Bakan peritel ini juga bisa digunakan untuk keperluan bisnis atau
untuk dijual kembali, bisnis ritel tidak hanya berfokus pada penjualan barang seperti sabun,
minuman, deterjen dan lain-lain. Penjualan ritel juga dapat mencakup layanan jasa seperti
potong rambut, cuci pakauan, penyewaan mobil dan sepeda motor, penyewaan peralatan
music dan panggung pertunjuksn dan lain-lain.berikut ini fungsi, kelebihan dan kelemahan
bisnis ritel:

1. Fungsi Bisnis Ritel


Fungsi ini dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan meliputi berbagai
macam hal, sebagai berikut:
 Melakukan kegiatan bisnis di lokasi yang nyaman dan mudah untuk diakses oleh
pelanggan, seperti daerah rumah-rumah penduduk, lingkungan sekolah dan
sebagainya.
 Memberikan beragam produk, sehingga pelanggan dapat memilih produk yang
diinginkan.
 Membagi produk yang besar sehingga dapat menjual produk tersebut dalam
kemasan kecil.
 Mengubah produk menjadi bentuk yang menarik.
 Menyimpan produk agar dapat menyediakan produk untuk pelanggan dengan
harga yang relatife tepat.
 Membuatan produsen untuk memindahkan kepemilikan dari produsen kepada
konsumen yang dalam hal ini melalui proses jual beli.
 Mengakibatkan perpindahan barang memalui system distribusi.
2. Kelebihan Bisnis Ritel
Kelebihan bisnis ritel antara lain:
 Modal yang diperlukan cukup kecil namun keuntungan yang di dapat bisa
cukup besar, bahkan keuntungan yang didapat bisnis ritel ini hampir melebihi
modal yang dikeluarkan para pengecer.
 Pada umumnya lokasi bisnis ritel ini sangat strategis sehingga memudahkan
pelanggan untuk mendapatkan kebutuhkan barangnya.
 Hubungan antara peritel dan pelanggan sangat dekat, hal ini dikarenakan
terjadinya komunikasi dua arah antar peritel dengan pelanggan.
3. Kekurang Bisnis Ritel
Kekurang bisnis ritel ini antara lain:
 Pengelolahan toko ritel dengan skala kecil sering mendapatkan kurang
perhatian dari peritel sendiri.
 Administrasi atau pembukuan dalam bisnis ritel ini kurang atau bahkan tidak
diperhatikan.
 Promosi bisnis ritel sering dilakukan secara tidak optimal.

2.8 Saluran Pemasaran Ritel

Yang membedakan ritel multilevel & ritel konvensional adalah strategi


pemasarannya, stategi-staregi yang diimplementasikan tujuannya adalah tidak lebih tidak
kurang, yaitu menyediakan produk yang diproduksi dari pabrik kepada konsumen akhir.
Staregi yang diaplikasikan oleh ritel konvensional adalah melalui media iklan secara gencar
memalui media massa, radio, televise. Strategi yang diaplikasikan oleh ritel multilevel adalah
memalui individu per individu, yang dimana testimony atau positive word of mouth menjadi
media promosi utama ritel multilevel, terkadang media-media lain juga digunakan, tetapi hal
cara promosi yang paling utama tetapi memalui individu-individu yang di-support secara
penuh oleh perusahaan dapat memalui sampling produk, seminar atau berpromosi pada
komunitas-komunitas besar dan lain lain. Kedua jenis ritel di atas sama-sama memiliki
strategi pemasaran yang baik. Ada beberapa yang perlu dijadikan pertimbangan:

 Tujuan organisasi, kapabilitas serta sumber daya. Produsen yang memiliki bauran
produk banyak harus sedeket mungkin dengan end usenya dan lain-lain.
 Karakteristik pasar, geografi semakin jauh jarak maka dibutuhkan perantara yang
banyak juga, ukuran pasar, perilaku konsumennya, dan lain-lain.
 Atribut produk, perlu service apa tidak, penyimpanan, ukuran produk, kompleksitas.
 Pengaruh lingkungan, seperti tingkat persaingan, dan teknologi.

Ada tiga tipe strategi distribusi yang dapat digunakan:

1. Distribusi intensif
Digunakan untuk produk-produk convenience, di mana produk (barang) perlu
tersedia di mana saja atau tersebut luas serta tingkat utilitasnya tinggi (high
replacement). Strategi ini berarti perusahaan melakukan soft drink, gum, pereman, dan
lain-lain.
2. Distribusi Selektif
Sering dipakai untuk produk-produk yang termasuk kategori shopping
product, ketika konsumen menghabiskan waktu, membandingkan serta memiliki
preferrensi tertentu terhadap merek. Service terhadap konsumen dianggap sangat
perlu. Melalui selektif distribusi, maka perusahaan menyediakan lebih dari satu, tetapi
tidak banyak distributor.
3. Distribusi Ekslusif
Digunakan untuk produk-produk yang termasuk dalam kategori specialy
product, di mana konsumen memiliki preferensi mereka yang kuat, frekuensi
pembelian produk jarang serta membutuhkan service tambahan. Dengan cara ini
perusahaan memiliki distributor yang terbatas serta masing-masing memiliki hak
eksklusif untuk mendistribusikan produk perusahaana di wilayahnya masing-masing.
Biasa digunakan untuk produk-produk mobil, pakaian eksklusif.

2.9 Memulai Bisnis Ritel

Industry ritel menyediakan cara yang menarik hidup bagi lebih dari 24 juta orang
yang mencari nafkah di sector ini dari ekonomi AS. Ritel adalah salah satu segmen yang
tumbuh paling cepat ekonominya. Sebagai salah satu perusahaan terbesar di negara itu,
industry ritel memberikan peluang bisnis yang sangat baik untuk anda. Para pengusaha
dibalik usaha ini risiko modal mereka, menginvestasikan waktu mereka dan membuat hidup
dengan menawarkan konsumen sesuatu yang mereka butuhkan atau inginkan.

Kebanyakan ritel melibatkan membeli barang atau jasa dari produsen, grosir, agen,
importir atau pengecer lain dan menjualnya kepada konsumen untuk penggunaan pribadi.
Harga yang dikenakan untuk barang atau jasa meliputi biaya pengecer dan termasuk
keuntungan. Setiap tahun, sector vital perekonomian kita menyumbang sekitar 38% dari
produk nasional bruto – lebih dari 3 Triliun.

3.0 Faktor Sukses Menjalankan Bisnis Ritel

Faktor tersebut sebagai berikut:

1. Kegigihan
Sebagai pemilik bisnis ritel, anda harus ulet, bertahan dalam menghadapi
rintangan serta mempunyai kemampuan berpikir di luar kotak. Pada awal bisnis, anda
mungkin tidak memiliki pendapat yang banyak. Pengetahuan ini berguna untuk
membantu anda dalam menempatkan kesulitan dalam perspektif yang positif.

2. Kreativitas
Sebagai pemilik bisnis, anda harus kreatif dalam mengembangkan dan
memasarkan produk serta mencari cara untuk menjalankan perusahaan. Anda dengan
baik menggunakan sumber daya yang anda inginkan. Selain itu, anda harus
membentuk perusahaan yang mencerminkan visi anda.
3. Praktis dan realistis
Tidak perlu seberapa inovatif anda sebagai pengusaha, anda juga harus memiliki
pemahaman yang realistis dari aspek keuangan dalam menjalankan perusahaan anda.
Anda mungkin memiliki produk brilian yang semua orang inginkan, tetapi jika hanya
cukup untuk menutupi pengeluaran, perusahaan anda akhirnya akan gagal.
4. Pendagangan
Dalam rangka menunjukan keberhasilan sebagai pemilik bisnis kecil, anda harus
memiliki akses modal yang cukup untuk mempertahankan bisnis anda. Karena
perusahaan begitu sedikit mencetak laba pada awalnya, kemungkinan anda akan harus
mencari uang dari berapa sumber lain selama fase awal operasi bisnis anda. Berapa
pemilik usaha kecil menggunakan dana pribadi, mengandalkan pinjaman bank, dan
sumber lainnya.
3.1 Kesalahan-kesalahan dalam Bisnis
1. Mencoba untuk mendapatkan kekayaan dengan cepat
Kesuksesan biasanya membutuhkan waktu 15 sampai 20 tahun untuk
mencapainya. Jika anda mengharapkan untuk menjadi kaya dalam semalam, anda
mungkin menjadi berkecil hati dari awal dan menyerah untuk impian anda
sebelum waktunya. Ketahuilah bahwa keberhasilan membutuhkan waktu,
ketekunan, dan sedikit keberuntungan.
2. Mengasumsikan tidak memiliki pesaing
Bahkan jika anda memiliki yang terbaru, terbesar, yang tidak pernah dilakukan
sebelum pendekatan untuk sesuatu, tidak berasumsi bahwa anda tidak memiliki
persaingan. Kompetisi adalah lebih dari sekedar langsung, persaing jelas.
Persaingan juga semua alternative yang tersedia.
3. Menjadi pemimpin yang lemah
Kesuksesan perusahaan anda tergantung pada anda untuk menjadi pemimpin,
seorang efektif yang kuat. Ini tidak berarti anda tidak harus menjadikan semua
teman. Seorang pemipin besar menetapkan kursus untuk perusahaan,
berkomunikasi terus-menerus, dan menginspirasi tim untuk mendapat ke tingkat
berikutnya.
4. Menjadikan semua bisnis setiap saat
Banyak pengusaha menerapkan kehidupan pribadi mereka ditahan untuk focus
secara eksklusif pada bisnis mereka. Pada akhirnya, keduanya menderita. Tidak
ada pertanyaan tentang bisnis anda yang membutuhkan perhatian penuh dan
usaha, tetapi hanya dalam ledakan singkat.
5. Menetapkan tujuan keuangan dengan tidak realistis
Jika semua rencana bisnis manjadi kenyataan, menjadi miliarder akan tidak
sesuatu yang luar biasa. Banyak pengusaha mamasuki kembali astronomi
perencanaan baru. Tapi kebanyakan bahkan tidak pernah mandapatka bisnis.
6. Tidak memiliki ‘Titik Penggalangan’
Ada alasan mengapa karyawan maninggalkan pekerjaan bergaji tinggi untuk
mamulai lagi dan itu bukan untuk uang. Masyarakat dianjurkan untuk melayani
tujuan penting, disamping gaji. Banyak perusahaan tidak pernah menetapkan
tujuan untuk keberadaan mereka yang sesungguhnya, dan terus-menerus menarik
karyawan yang mencari sukses dengan cara yang berdeda.
7. Memotong harga
Sering kali, hal pertama yang pengusaha resor ketika bisnis yang sulit adalah
mencoba untuk membedakan harga. Harga yang lebih murah bearti lebih banyak
pelanggan, kan? Salah! Kebanyakan pelanggan bersedia untuk membeli barang-
barang lebih mahal karena kualitas yang lebih besar atau menambanh
kenyamanan.
8. Tidak memiliki strategi pemasaran yang jelas
Anda tidak pernah tahu di mana, kapan, atau bagimana prospek baru akan
terdengar dari bisnis anda. Jika anda memiliki pesan yang bercampuraduk di luar
sana, calon pelanggan akan memiliki harapan yang tidak jelas tentang bisnis apa
yang anda dapat tawarkan. Perusahaan anda harus menyajikan pesan, konsisten
yang jelas di semua lini.
9. Tidak jujur
Jika bisnis anda sedang mencoba untuk menutupi kesalahan, itu hanya soal
waktu sebelum bocor dan anda diberi label pembohongan. Itu tidak baik untuk
bisnis. Menjadi oaring yang menyampaikan berita buruk diri sendiri, dan anda
akan dianggap sebagai orang yang tidak jujur dan dapat dipercaya
10. Mencoba untuk melakukan semua
Kesalahan terbesar yang dibuat pengusaha adalah percaya bahwa mereka dapat
melakukan semua sendiri. Sementara pengusaha dapat melakukan hampir
segalanya, yang mereka lakukan hampir semua buruk

3.2 Penyebab Pelanggan Meninggalkan Bisnis Ritel


Ada lima hal yang bisa menyebabkan pelanggan kabru antara lain:
1. Salah menentukan harga
Selain harag pokok produk, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam menetukan harga, yaitu pasar, rantai distribusi, dan persaingan. Pastikan kita
menghitung betul, berapa harga pokok produk kita. Pertimbangan juga berapa pesaing
kita menjuak produk yang sama, apakah lebih mahal atau sebaliknya.
2. Buruknya pelayanan
Terkadang kita tidak bisa menghindari pelanggan yang rawel. Sebagus apa
pun produk yang kita jual, atau sebaik apa pun kita memberikan pelayanan, masalah
pelanggan yang rewel ini tetap akan muncul. Bagaimana menghadapinya? Setidaknya
kita harus tetap tenang, biarkan pelanggan menyampaikan keluhannya, dengarkan
baik-baik, pastikan kita menanyakan apa yang membuat dia marah. Dengan
mendengarkan keluhannya, setidaknya dia tahu bahwa kita peduli betu dengan
masalah yang dia hadapi.
3. Suasana toko yang kurang mendukung
Image sebuah toko adalah segalanya. Kita perlu memperhatikan bagaimana
keseluruhan penataan toko. Pastikan kita menciptakan suasana balanja yang benar-
benar nyaman, sehingga membuat pelanggan kita betah.
4. Tidak mengetahui pesaing
Selama proses perencanaan bisnis, kita perlu memahami bagaimana peta persaingan
yang ada. Termasuk memahami strategi pemasaran, strategi pennetuan harg,
manajemen, serta tahu siapa yang menjadi pesaing kita.
5. Kurang memahami produk yang dijual

Tentunya akan sangat susah bagi kita untuk menjual sebuah produk atau jasa, jika kita
sendiri tidak menguasai produk tersebut. Kita tidak bisa menunjukan apa manfaat
produk tersebut untuk pelanggan.

3.3 Mengubah Ancaman menjadi Peluang

Dalam bisnis ritel, juga nelakukan penyesuaian agar dapat melayani para konsumen
dengan harga yang masih terjangkau. Untuk itu diperlukan perencanaan bisnis ritel yang
matang. Namun kalua pada akhirnya gagal pada sebuah rencana, rencana cadangan telah siap
untuk dijalankan. Pengusaha yang tangguh adalah yang dapat mengubah berbagai ancaman
manjadi sebuah peluang. Berikut ini beberapa peluang yang secara umum dapat dimanfaatkan
oleh pelaku ritel (M. Taufiq Amir, 2004):

 Bekerja sama dengan hal pembelian dan promosi, baik dengan pemasok barang, pemilik
ruang ritel (pusat belanja), atau jasa perbankan.
 Bekerja sama dengan pemasok dan pemberi jasa manajemen persediaan dan hak
pengembalian barang.
 Memilih lokasi di tempat kelas dua di mana harganya lebih murah dan gaji karyawan
tidak terlalu tinggi.
 Membeli peralatan bekas atau second hand yan masih bagus kualitasnya.
 Menghemat biaya gudang, focus saja kepada lokasi gudang yang paling murah dan
mudah akses pencapaiannya.
 Lebih memiliki keterkaitan secara vertical dengan pemasok produsen dan perushaan
distribusi serta berbagai elemen ritel lainnya.
 Menjalankan usaha patungan dengan produsen barang.

3.4 Mengubah Kelemahan menjadi Kekuatan


Dalam mengidentifikasi kekuatan toko anda, bandingkan secara relatif dengan
pesaing terdekat anda. Jika persaingan terus memperkuat posisinya dengan berbagai
strategi baru, barangkali posisi toko anda juga perlu pengembangan. Semakin baik anda
mengkomunikasikan kelebihan anda, maka semakin meningkat pula citra anda di mata
lingkungan anda. Ada beberapa aspek penting yang harus anda ukur untuk mengetahui
sampai di mana kakuatan anda, yaitu lokasi, layout toko, ragam barang dagangan, proses
pengembalian barang, strategi penetapan harga, karyawan, periklanan dan promosi
penjualan, pelayanan yang diberikan, teknologi, kekuatan manajemen dan keuangan (M.
Taufiq Amir 2004).
Sebagaimana pentingnya anda mengamati kekuatan anda, begitu pula dengan dengan
kelemahan anda. Hampir mustahil jika kita sama sekali tidak mampunyai kelemahan.
Karena itu coba identifikasi agar anda bisa berusaha untuk memperkecil kelemahan itu,
dan jika mungkin menghapuskan. Lebih baik lagi anda sudah memahami kelemahan dan
mengerti cara-cara mengatasinya, anda bisa mengubahnya menjadi ke kuatan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bisnis Ritel adalah bisnis yang menjual berbagai macam produk secara ecer. Bisnis
berjalan karena struktur-struktur dasar yang mempengaruhi alur jual-beli produk. Bisnis
memliki karakteristik tersendiri, jenis tersendiri, dan fungsinya sendiri. Oleh sebab itu perlu
penguasaan, mental, serta ide untuk memulai dan mengelola bisnis ritel secara tepat. Para
pelaku bisnis juga, wajib mempelajari kesalahn-kesalahan dan factor sukses supaya bisa
mengelolanya dengan baik dan tidak bertele-tele. Selain itu, manajemen yang baik juga
mempengaruhi maju atau tidaknya bisnis ritel.
DAFTAR PUSTAKA

 Buku Manajemen Bisnis Ritel. Drs.Danang Sunyoto, S.H., S.E., M.M.

Anda mungkin juga menyukai