Anda di halaman 1dari 41

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan bagi

sebagian besar penduduk Indonesia. Total jumlah penduduk yang

menggantungkan hidupnya menjadi petani sekitar 41,18% dari total

jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2009).

Sub sektor Hortikultura sebagai salah satu komoditas andalan juga

telah berkontribusi secara nyata dalam mendukung perekonomian

nasional, baik dalam penyediaan produk pangan, kesehatan dan

kosmetika, budaya dan pariwisata, perdagangan, pencipta produk

domestik bruto maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Usaha

peningkatan produksi tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan diversifikasi pangan.

Selain itu pengembangan produksi sayur-sayuran dan buah-buahan

diharapkan akan mendorong upaya peningkatan status gizi masyarakat.

Total produksi sayuran dan buah-buahan semusim provinsi Sulawesi

selatan tahun 2015 sebesar 415.037 ton (BPS Sulawesi Selatan, 2015).

Kecamatan Galesong dikenal sebagai salah satu daerah pemasok

bahan pangan di Sulawesi Selatan dengan komoditas utama padi yang

kemudian diikuti oleh komoditas hortikultura lainnya. Berdasarkan data

BPS tahun 2016 total luas lahan dan produksi tanaman sayuran mencapai

535 Ha dan 1668,5 ton namun pada tahun 2017 tercatat luas panen
2

tanaman sayur-sayuran dikecamatan galesong hanya mencapai 228 Ha

dengan produksi 441,5 ton (BPS Kecamatan galesong, 2018).

Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan

komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan dan banyak dikembangkan

dikalangan masyarakat. Produksi tanaman tomat di Kecamatan Galesong

belumlah benar-benar optimal hal ini dapat dilihat dari total produksi

tanaman tomat yang hanya mampu mencapai 10 ton/Ha (Programa

Kecamatan Galesong, 2018) padahal rata-rata produksi tanaman tomat

dapat mencapai 15,84 ton/Ha bahkan untuk varietas tertentu dan

didaerah-daerah tertentu bisa mencapai 25-30 ton/Ha (Alam Tani, 2015).

Hal ini mengindikasikan bahwa masih diperlukan upaya-upaya untuk

meningkatkan produksi tanaman tomat. Salah satu faktor yang

menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman adalah dengan menjaga

ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang melalui

pemupukan.

Pemakaian pupuk anorganik dikalangan petani saat ini telah menjadi

kebiasaan dalam bercocok tanam. Akibat penggunaan pupuk anorganik

yang berlebihan mulai menunjukkan dampak negatif bagi lingkungan

seperti menurunnya bahan organik tanah, rentannya tanah terhadap erosi,

menurunnya permeabilitas tanah, menurunnya populasi mikroba tanah

dan sebagainya (Herdiyanto, dkk. 2015). Hal ini menjadi permasalahan

lingkungan tanam yang perlu ditindaki sejak dini yaitu berupa pengadaan

upaya-upaya untuk mengembalikan kondisi tanah seperti semula.


3

Pupuk organik dapat menjadi salah satu alternatif yang tepat dalam

mengatasi permasalahan tersebut karena fungsinya yang dapat

memberikan tambahan bahan organik, hara, memperbaiki sifat fisik tanah

serta mengembalikan hara yang terangkut oleh hasil panen (Leovini,

2012). Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanaman dengan

baik bahan organik dapat diubah menjadi pupuk organik cair. Pupuk

organik cair lebih mudah terserap oleh tanaman dikarenakan senyawa

kompleks yang terkandung didalamnya sudah terurai didalamnya dalam

bentuk cair sehingga mudah terserap oleh tanaman baik melalui akar

maupun daun (Hidayati dkk, 2011). Salah satu limbah yang potensial

dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair adalah

ampas kopi.

Ampas kopi pada umumnya hanya dibuang dan menjadi limbah rumah

tangga. Pada awalnya, minum kopi hanya diminati oleh kalangan dewasa,

terutama kaum pria. Seiring dengan dengan kemajuan dan perkembangan

zaman, kebiasaan minum kopi menjadi gaya hidup modern sehingga

digemari oleh kaula muda. Padahal berdasarkan pengalaman di lapangan

limbah ampas kopi dapat menyuburkan tanaman ketika dibuang

disamping tanaman dan dapat berperan sebagai pestisida organik.

Berdasarkan data BPS (2018), jumlah penduduk kecamatan galesong

pada tahun 2017 berjumlah 40.962 jiwa dengan jumlah laki-laki 20.207

jiwa hal ini dapat mengindikasikan potensi limbah ampas kopi yang cukup

besar dan memungkinkan untuk dimanfaatkan belum lagi bila di hitung


4

dengan adanya kedai-kedai kopi yang mulai menjamur dikalangan

masyarakat. Selain bermanfaat untuk tubuh, ampas kopi dapat dijadikan

sebagai pupuk organik karena dapat menambah asupan nitrogen, fosfor,

Kalium, mineral dan karbohidrat serta dapat membantu terlepasnya

nitrogen bagi nutrisi tanaman (Yunus, 2010). Hasil penelitian Ahmad

(2014), menemukan bahwa dengan memberikan ampas kopi pada media

tanah dengan dosis 20 gram/tanaman dapat menghasilkan pengaruh

pertumbuhan tanaman.

Keong mas (Pomaceae canaliculata) merupakan siput sawah dengan

warna cangkang keemasan yang dianggap sebagai salah satu hama

dalam produksi padi. Sebagai daerah dengan komoditas unggulan

tanaman padi tentunya potensi keong mas di Kecamatan Galesong

sangat potensial untuk dimanfaatkan. Keong mas telah banyak

dimanfaatkan dalam dunia pertanian karena keong mas mengandung kitin

yang cukup besar dan unsur lainnya yang dapat digunakan untuk

menyuburkan tanah. Keong mas dapat diolah menjadi pupuk organik cair

karena memiliki kemampuan untuk memperbaiki kualitas tanah juga

berfungsi sebagai sumber mikroba yang menguntungkan (Suhastyo, dkk

2013). Hasil kajian yang dilaksanakan oleh Anna (2017), menyatakan

bahwa pemberian POC keong mas dengan kosentrasi 6% dengan

menggunakan mulsa plastik hitam perak (MPHP) berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan tinggi batang dan jumlah polong tanaman kacang

hijau.
5

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas maka akan dilakukan

kajiwidya tentang Pemberian Pupuk Organik Cair (POC) ampas kopi-

keong mas pada pertumbuhan dan produksi tanaman tomat

(Lycopersicum esculentum Mill)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC) ampas

kopi-keong mas dengan dosis terbaik terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) ?

2. Bagaimana respons (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani

terhadap Pemberian POC ampas kopi-keong mas pada pertumbuhan

dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC) ampas

kopi-keong mas dengan dosis terbaik terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill).

2. Mengetahui Respons (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani

terhadap Pemberian POC ampas kopi-keong mas pada pertumbuhan

dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill)


6

D. Manfaat

1. Bagi mahasiswa, dapat menambah pengetahuan terutama tentang

pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum

Mill) dengan pemberian pupuk organik cair (POC) ampas kopi-keong

mas.

2. Bagi petani, diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan produksi

tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) serta memberi

sumbangsih terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan

keterampilan petani dalam memanfaatkan ampas kopi-keong mas

sebagai POC.
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Aspek Teknis

1. Pertanian Organik dan Pupuk Organik Cair

"Organik" adalah istilah pelabelan yang menyatakan bahwa suatu

produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi organik dan

disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi resmi. Pertanian organik

didasarkan pada penggunaan masukan eksternal yang minimum, serta

menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetis. Tujuan utama dari

pertanian organik adalah untuk mengoptimalkan kesehatan dan

produktivitas komunitas interdependen dari kehidupan di tanah,

tumbuhan, hewan dan manusia. Sejauh ini pertanian organik disambut

oleh banyak kalangan masyarakat, meskipun dengan pemahaman yang

berbeda (Badan Standardisasi Nasional, 2002). Sebagian besar penggiat

pertanian organik memilih cara-cara pembuatan pupuk organik sebagai

pintu masuk memperkenalkan pertanian organik (Batara L.N. 2011).

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik

seperti sisa-sisa sayuran, kotoran ternak dan sebagainya dan juga berasal

dari mahluk hidup yang telah mati. Pembusukan dari bahan -bahan

organik dan mahkluk hidup yang telah mati menyebabkan perubahan sifat

fisik dari bentuk sebelumnya. Berdasarkan bentuknya, pupuk organik

dibedakan menjadi dua, yaitu: pupuk cair dan pupuk padat (Hadisuwito,

2012). Pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya
8

dapat memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada

tanah (Taufika, 2011). Pupuk organik cair berasal dari penguraian bahan

organik seperti daun tanaman dan kotoran hewan. Pupuk organik cair

memiliki kelebihan antara lain mengandung dan mampu menyediakan

unsur hara lengkap yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh,

memperbaiki struktur tanah, memperbaiki kehidupan mikroorganisme

dalam tanah, pembagianya dapat lebih merata dan mudah digunakan.

(Hadisuwito, 2012 dan Soenandar dkk., 2010)

Keunggulan dari pupuk organik cair adalah dapat menyehatkan

lingkungan, revitalisasi produktivitas tanah, menekan biaya, dan

meningkatkan kualitas produk (Hadisuwito, 2012).

Standar kualitas pupuk organik cair berdasarkan Peraturan Menteri

Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 seperti ditampilkan dalam

Tabel 1.

Tabel 1. Standar Mutu Pupuk Organik Cair


Parameter Satuan Standar Mutu
C – Organik % Min 6
Ph - 4–9
N, P, K % 3–6
Mn, Cu, Zn Ppm 250 – 5000
Fe total Ppm 90 – 900
Fe tersedia Ppm 5 – 50
Co Ppm 5 – 20
Mo Ppm 2 – 10
La, Ca Ppm 0
Sumber : Peraturan Menteri Pertanian No.
70/Permentan/SR.140/10/2011
2. Ampas Kopi
9

Kopi yang adalah minuman yang juga sering dikonsumsi oleh

masyarakat. Kopi yang diminum biasanya menyisakan ampas yang hanya

dibuang saja dan tidak dimanfaatkan. Ampas kopi mempunyai banyak

manfaat, termasuk bagi tumbuhan yaitu dapat menambah asupan

Nitrogen, Fosfor dan Kalium (NPK) yang dibutuhkan oleh tanaman

sehingga dapat menyuburkan tanah. Ampas kopi dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk organik karena mengandung mineral, karbohidrat,

membantu terlepasnya nitrogen sebagai nutrisi tanaman, dan ampas kopi

bersifat asam sehingga menurunkan pH tanah (Yunus, 2010).

Ampas kopi mengandung 2,28% nitrogen, fosfor 0,06% dan 0,6%

kalium dengan pH sedikit asam, berkisar 6,2. Selain itu, ampas kopi

mengandung magnesium, sulfur, dan kalsium yang berguna bagi

pertumbuhan tanaman (Losito, 2011). Limbah kopi mengandung 1,2%

Nitrogen, 0,02% Fosfor, dan 0,35% Kalium Menurut (Cruz et.al., 2012)

selanjutnya Kasongo dkk., (2011) mengemukakan kandungan ampas

kopi adalah C-organik (44,87%), pH (5,6), N (1,69%), P (0,18%), K

(2,49%) dan Na (0,04%). Uniknya penggunaan ampas kopi untuk pupuk

organik ternyata tidak berefek negatif terhadap cacing tanah, tetapi dapat

berkembang dengan baik dengan cara mengolahnya menjadi nutrisi yang

sangat dibutuhkan tanaman. Tingginya kandungan fosfor, potassium,

magnesium dari tembaga memberikan nutrisi yang sangat baik untuk

tanah. Hal inilah yang menyebabkan ampas bubuk kopi ini sangat
10

bermanfaat dijadikan pupuk tanaman yang dicampur dengan tanah yang

baik.

3. Keong Mas (Pomaceae canaliculata)

a. Morfologi dan Klasifikasi

Gambar 1. Morfologi keong mas

Keong mas (Pomacea canaliculata) adalah satu jenis keong air tawar

yang berasal dari benua Amerika, khususnya Amerika Utara dan Amerika

Selatan. Mula - mula dibawa ke Asia sebagai menu makanan penduduk

lokal, kemudian dilepas begitu saja (Cowie, 2005).

Klasifikasi Keong Mas Cazzaniga (2002) dalam Anna (2017) adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phyllum : Moluska

Classis : Gastropoda

Subclassis: Prosobranchiata

Ordo : Mesogastropoda

Familia : Ampullariidae

Genus : Pomacea

Spesies : Pomacea canaliculata


11

Hasil identifikasi dari Agricultural Development in American Pacific

Project (2003) menyebutkan bahwa keong emas mempunyai bentuk

cangkang yang bulat dan melingkar Secara morfologi ditandai oleh

karakteristik sebagai berikut : rumah siput bundar dan menara pendek;

rumah siput besar, tebal, lima sampai enam putaran didekat menara

dengan kanal yang dalam, mulut besar dengan bentuk bulat sampai oval,

operculum tebal rapat menutup mulut, berwarna coklat sampai kuning

muda tergantung pada tempat berkembangnya, dagingnya lunak

berwarna putih krem atau merah jambu keemasaaan atau kuning orange.

Operculum betina cekung dan tepi mulut rumah siput melengkung

kedalam, sebaliknya operculum jantan cembung dan tepi mulut rumah

siput melengkung keluar (Cazzaniga,2002). Keong ini termasuk hewan

berjenis kelamin tunggal. Perkawinan keong mas dapat dilakukan

sepanjang musim. Seekor keong mas mampu memproduksi sekitar 1.000-

1.200 butir telur tiap bulan atau 200-300 butir tiap minggu. Menurut mohan

(2002) dalam Anna (2017), Keong mas dapat hidup dalam keadaan

berbagai macam Kondisi pertanaman sehingga disebut mesin pemakan

(eating machenis) disebabkan Karena keong mas ini yang pola hidupnya

Bias makan selama 24 jam sehari.

b. Komposisi Kimia Keong Mas (Pomaceae canaliculata)

Pupuk organik keong mas sebagai salah satu alternatif pengendalian

hama juga dapat mewujudkan pertanian organik yang lebih sehat. Keong

mas sebagai sumber nutrisi pada pupuk organik ternyata dapat


12

memberikan pertumbuhan yang lebih cepat bila dibandingkan

menggunakan pupuk kimia. Selain itu dapat menyuburkan tanah karena

zat yang terkandung pada keong mas yang sudah diolah menjadi pupuk

organik dapat menghidupkan organisme dalam tanah yang sudah mati,

dapat mencegah hama dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

(Rahmad, 2012). Pupuk organik cair keong mas mengandung Nitrogen

0,2165%, Kalium 0,254% dan fosfor 0,0821% (Anna, 2017).

Beberapa mineral yang ditemukan dalam daging keong mas antara

lain kalsium, natrium, kalium, fosfor, magnesium, seng, dan zat besi.

Komposisi kandungan mineral pada keong mas dapat dilihat pada table

berikut :

Tabel 2. Komposisi Kandungan Mineral Keong Mas


Komposisi Kadar (bk) Komposisi Kadar (bk)
mineral makro (mg/100gr) mineral makro (mg/100gr)
Kalsium 759.81 Besi 44.16
Natrium 620.84 Seng 20.57
Kalium 824.84 Selenium Tidak terdeteksi
Fosfor 1454.32 Tembaga Tidak terdeteksi
Magnesium 238.05
Sumber : Pambudi (2011) dalam Anna (2017)

4. Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)

a. Deskripsi dan Morfologi

Tomat merupakan tanaman sayuran yang berperan penting dalam

pemenuhan gizi masyarakat. Tomat merupakan tumbuhan asli Amerika

Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tanaman tomat


13

merupakan tanaman perdu yang tergolong tanaman semusim yang

berumur pendek.

Klasifikasi tanaman tomat menurut Tim Bina Karya Tani (2009) adalah

sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicum

Spesies : Lycopersicum esculentum Mill

Tanaman tomat terdiri atas bagian-bagian akar, batang, daun, dan

bunga. Bagian - bagian tubuh tanaman tersebut sangat berperan dalam

aktivitas hidup tanaman tomat, seperti penyerapan, respirasi, fotosintesis,

pengangkutan zat makanan, dan perkembangbiakan. Tanaman tomat

merupakan tanaman yang memiliki 2 perakaran tunggang dengan akar

samping yang banyak dan dangkal. Batang tanaman tomat bewarna hijau,

berbentuk persegi empat hingga bulat serta bagian permukaan batangnya

ditumbuhi bulu dan tinggi batang mencapai 2-3 meter (Agromedia, 2007).

Tanaman tomat memiliki daun majemuk yang bersirip gangsal. Daun

tanaman tomat bewarna hijau dan berbentuk oval. Bagian tepi daun

bergerigi dan membentuk celah yang menyirip. Selain memiliki daun

tanaman tomat juga memiliki bunga majemuk yang bersifat hermaprodit


14

dan dapat melakukan penyerbukan sendiri. Bunga tanaman tomat

berbentuk terompet bewarna kuning cerah dan memiliki kelopak dan

mahkota bunga berjumlah enam. Tanaman tomat memiliki bentuk buah

yang bervariasi. Buah tomat ada yang berbentuk bulat, lonjong dan oval.

Buah tomat memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang paling kecil

memiliki berat sekitar 9 g/buah dan yang berukuran besar sekitar 180

g/buah (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Berdasarkan sifat pertumbuhannya tanaman tomat dibagi menjadi dua

tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Tipe determinate memiliki

tipe pertumbuhan yang diakhiri dengan tumbuhnya rangkaian bunga atau

buah, sehingga batang tanaman tidak bisa tumbuh tinggi. Tanaman tomat

tipe determinate memiliki umur panen yang relatif pendek. Tanaman tomat

indeterminate memiliki tipe pertumbuhan yang tidak diakhiri dengan

tumbuhnya bunga dan buah dan umur panennya relatif lama (Agromedia,

2007).

b. Syarat Tumbuh

Tanaman tomat dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan yang

beragam. Untuk menghasilkan produksi yang optimal tanaman tomat

membutuhkan lingkungan yang memiliki sistem perairan dan sinar

matahari yang cukup. Pengairan yang berlebihan dapat menyebabkan

kelembaban tanah disekitar tanaman menjadi meningkat dan dapat

menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit. Curah hujan yang

optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman tomat antara 100-


15

120 mm/hujan dengan temperatur ideal antara 25-30°C. Proses

pembungaan pada tanaman tomat membutuhkan temperatur pada malam

hari sekitar 15-20°C (Purwati dan Khairunisa, 2008). Jenis tanah yang baik

untuk tanaman tomat adalah tanah liat yang mengandung pasir, keadaan

tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, sirkulasi dan

tata air dalam tanah baik. Tanah untuk menanam tanaman tomat sangat

dipengaruhi oleh sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat fisik

tanah berpengaruh terhadap peredaran dan ketersediaan oksigen dalam

tanah, sifat kimia tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

sedangkan sifat biologi tanah berpengaruh dalam membantu

menyediakan unsur-unsur hara dalam tanah (Tim Bina Karya Tani, 2009).

5. Pertumbuhan, Perkembangan dan Produksi

Pertumbuhan merupakan salah satu karakteristik organisme yang

melibatkan banyak proses didalamnya. Pertumbuhan tersebut

menunjukkan pertambahan ukuran dan berat yang tidak dapat kembali ke

bentuk semula. Soemanto (2010), mendefinisikan pertumbuhan adalah

perubahan kuantitatif pada materil sesuatu sebagai sebagai akibat dari

adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini dapat berupa

pembesaran atau pertambahan dari kecil menjadi besar, dari sedikit

menjadi banyak, dari sempit menjadi luas. Pertumbuhan menunjukkan

suatu pertambahan dalam ukuran dengan menghilangkan konsep-konsep

yang menyangkut perubahan kualitas seperti pengertian ukuran penuh


16

(full size) dan kedewasaan (maturity) yang tidak relevan dengan

pertambahan. Pertumbuhan dapat diukur sebagai pertambahan panjang,

lebar, luas, dan diameter, volume, massa atau berat segar dan berat

kering (Bahar, 2011).

Berkembang merupakan salah satu perubahan organisme kearah

kedewasaan dan biasanya tidak dapat diukur dengan alat ukur atau

bersifat kualitatif (Anonymus, 2012). Perkembangan adalah perubahan

atau deferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Pada tumbuhan

perkembangan ini menghasilkan bermacam-macam jaringan dan organ

tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan

interaksi antara faktor genetik dan lingkungan (Soemanto, 2010).

Produksi adalah suatu kegiatan antar faktor-faktor produksi dan

capaian tingkat produksi yang dihasilkan, dimana faktor tersebut sering

disebut output (Boediono,1999 dalam Yanuari, 2017). Produksi dalam

Bidang dipengaruhi berbagai macam faktor seperti luas lahan, bibit,

pupuk, obat hama (pestisida), sistem irigasi, tenaga kerja, iklim dan

sebagainya. Soejono, dkk., (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

signifikan terhadap produksi adalah pupuk, obat-obatan dan tenaga

kerja. Sedangkan faktor yang tidak signifikan berpengaruh terhadap

produksi adalah luas lahan dan benih (Hidayati, 2015). Produksi akan

menunjukan tingkat hasil dari kuantitas pertanian, menurunnya produksi

dipengaruhi oleh berbagai hal salah satunya yaitu iklim dan pola curah

hujan, penurunan produksi pertanian ini dikarenakan terjadinya penurunan


17

luas lahan akibat dari dampak perubahan iklim. Perubahan iklim memiliki

pengaruh negatif terhadap produksi pertanian (Utami, dkk., 2011).

B. Aspek Penyuluhan

1. Pengertian penyuluhan pertanian

Penyuluhan pertanian sering diartikan sebagai suatu pendidikan non

formal yang diberikan kepada keluarga petani di pedesaan. Tujuan jangka

pendek adalah berusaha untuk mengubah perilaku (sikap, tindakan dan

pengetahuan) petani ke arah yang lebih baik lagi dan tujuan jangka

panjangnya adalah guna terwujudnya peningkatan kualitas hidup petani

kearah yang lebih baik.

Penyuluhan pertanian adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan

politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat

melalui proses belajar mengajar yang sama dan parsipatif, agar terjadi

perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (Individu, kelompok,

kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi

terwujudnya kehidupan yang semakin sejahtera secara berkelanjutan

untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan

keluarganya beserta pelaku agribinis melalui peningkatan produktifitas

dan efisiensi usaha, dengan cara meningkatkan sumberdaya mereka

(Mardikanto, 2003).

Undang–undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) menyebutkan bahwa


18

penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku

usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan

dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan

sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas,

efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan

kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2. Materi penyuluhan pertanian

Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan

oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam

berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial,

manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan adalah materi pokok yang harus diberikan sebagai

bahan penumbuhan minat respoden yang pada dasarnya bersifat

diperlukan oleh masyarakat petani, sesuai dengan tingkat pengetahuan,

kemampuan dan keterampilan serta biaya petani sasaran, tidak

bertentangan dengan adat istiadat serta dapat menguntungkan secara

ekonomis (Mardikanto, 2003).

3. Teknik dan Metode penyuluhan pertanian

Metode penyuluhan pertanian adalah cara penyampaian materi

penyuluhan melalui media komunikasi oleh penyuluh pertanian kepada

petani beserta anggota keluarganya, agar bisa membiasakan diri

menggunakan teknologi baru.


19

Ada 3 macam metode penyuluhan berdasarkan jumlah sasaran yang

sering digunakan yaitu:

1) Pendekatan massal, metode ini digunakan untuk menjangkau sasaran

yang lebih luas dan banyak, biasanya menggunakan media seperti

radio, televisi, slide dan surat kabar.

2) Pendekatan kelompok, metode ini diarahkan pada kegiatan kelompok

untuk melaksanakan kegiatan yang lebih produktif atas dasar

kerjasama. Metode ini biasa menggunakan media pertemuan atas

dasar kerjasama dalam kegiatan seperti kursus, latihan, diskusi dan

demontrasi. Pendekatan kelompok diarahkan untuk tahap menilai dan

mencoba.

3) Pendekatan perorangan, metode ini didasarkan atas hubungan

langsung penyuluh dengan sasaran, hal ini dilakukan untuk membuat

petani merasa dihargai oleh petugas, sehingga petani akan lebih

leluasa dan terbuka untuk membicarakan persoalannya secara

pribadi. Disisi lain kunjungan rumah dan kunjungan usaha tani

menciptakan rasa kekeluargaan (Mardikanto, 2003).

Penyampaian Pesan secara lisan pada suatu kelompok massa

merupakan hal penting. Orang-orang yang mahir berbicara bukan hanya

mudah menguasai massa tetapi juga akan mendapatkan keberhasilan

(Mardikanto, 2003). Oleh karena itu, teknik penyuluhan pertanian adalah

keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh pertanian dalam

memilih serta menata simbol dan isi pesan, menentukan pilihan cara dan
20

frekuensi penyampauan pesan serta menentukan bentuk penyajian

pesan.

4. Media penyuluhan pertanian

Media penyuluhan pertanian dapat diklasifikasikan berdasarkan panca

indra dan jumlah sasaran penyuluhan, jenis media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan antara lain: media benda/situasi sesungguhnya

(demontrasi cara, benda asli, laboratorium), media benda/situasi tiruan

(mode, maket, simulasi, miniature), media proyeksi (OHP, slide, TV),

media cetak (koran, majalah, jurnal, poster, brosur dan folder), media

terekam kaset dan VCD (Mardikanto, 2003).

5. Evaluasi penyuluhan pertanian

Evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efektifitas

program, perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap inovasi

teknologi yang disampaikan (Padmowiharjo, 2002).

Evaluasi penyuluhan pertanian merupakan suatu proses memperbaiki

dan penyempurnaan program/kegiatan penyuluhan pertanian sehingga

lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan membandingkan antara

kegiatan yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan terhadap

sasaran yang telah ditentukan yaitu sejauh mana proses penyuluhan

dapat merubah pola pikir (Pengetahuan), pola perilaku (Sikap) dan pola

tindak (Keterampilan) petani, dalam menggunakan seluruh kemampuan

dan potensi yang dimiikinya sehingga mampu menghidupi keluarganya


21

secara mandiri. Selanjutnya Mardikanto (2003) menyatakan bahwa adopsi

adalah proses perubahan perilaku baik pengetahuan, sikap, maupun

keterampilan pada seseorang setelah menerima inovasi.

Adapun ruang lingkup evaluasi penyuluhan pertanian terbagi menjadi

tiga cakupan yaitu evaluasi hasil, evaluasi metode dan evaluasi sarana

dan prasana (Padmowihardjo, 2002).

1. Evaluasi hasil

Evaluasi hasil penyuluhan pertanian adalah evaluasi perubahan

perilaku petani dan anggita keluarganya dengan kegiatan-kegiatan

penyuluhan pertanian. Tujuan penyuluhan pertanian adalah perubahan

perilaku petani (kognitif, afektif dan psikomotor).

Kognitif : Kemampuan mengembangkan intelegensia

(Pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis,

sentesis)

Afektif : Sikap, minat, nilai, menanggapi, menilai/tata nilai dan

menghayati

Psikomotor : Gerak motor kekuatan, kecepatan, kecermatan,

ketepatan, ketahanan dan keharmonisan.

2. Evaluasi Metode

Evaluasi semua metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan

penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dalam

rangka mencapai perubahan perilaku sasaran.


22

3. Evaluasi sarana prasarana

Sarana dan prasarana adalah pendukung penyuluhan pertanian yang

sangat penting dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Efektifitas

penyuluhan sebagian tergantung pada alat bantu penyuluh, perlengkapan,

peralatan, bahan-bahan sarana-prasarana yang digunakan. Evaluasi

sarana-prasarana pada dasarnya mengevaluasi kesiapan perangkat yang

menunjang kegiatan penyuluhan.

6. Respons

Respons berasal dari kata rensponse, yang berarti jawaban, balasan

atau tanggapan (reaction). Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)

edisi ketiga dijelaskan definisi respons adalah berupa tanggapan, reaksi

dan jawaban. Pembahasan teori respons tidak terlepas dari pembahasan,

proses teori komunikasi, karna respons merupakan timbal balik dari apa

yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses

komunikasi (Wikipedia, 2008).

Respons adalah sikap atau perilaku seseorang dalam proses

komunikasi ketika menerima suatu pesan yang ditujukan kepadanya.

Respons juga berarti umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau

pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya komunikasi.

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam komunikasi,

sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya

komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Oleh sebab itu, umpan

balik dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Umpan balik positif
23

adalah tanggapan atau respons atau reaksi komunikan yang

menyenangkan komunikator, sehingga komunikasi berjalan lancar.

Sebaliknya umpan balik negatif adalah tanggapan komunikan yang tidak

menyenangkan komunikatornya, sehingga komunikator tidak mau

melanjutkan komunikasinya.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan suatu alur yang digunakan dalam

menjalankan suatu kajiwidya yang mana didalamnya tediri suatu susunan

atau rancangan sehingga kegiatan kajiwidya yang dilakukan bisa berjalan

dengan baik. Adapun kerangka pikir yang dilakukan selama pelaksanaan

kajiwidya ini dapat dilihat pada gambar 2.


24

Respons Petani Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair


(POC) Ampas Kopi-Keong Mas Pada Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)

Rumuan Masalah Tujuan


Bagaimana pengaruh pemberian pupuk
organik cair (POC) ampas kopi-keong mas Mengetahui pengaruh pemberian pupuk
dengan dosis terbaik pada pertumbuhan organik cair (POC) ampas kopi-keong
dan produksi tanaman tomat mas dengan dosis terbaik pada
(Lycopersicum esculentum Mill) ? pertumbuhan dan produksi tanaman
Bagaimana respons (Pengetahuan, sikap tomat (Lycopersicum esculentum Mill)
dan keterampilan) petani terhadap Mengetahui respons (Pengetahuan, sikap
pemberian POC ampas kopi-keong mas dan keterampilan) petani terhadap
pada pertumbuhan dan produksi tanaman pemberian POC ampas kopi-keong mas
tomat (Lycopersicum esculentum Mill) ? pada pertumbuhan dan produksi tanaman
tomat (Lycopersicum esculentum Mill)

Kaji Widya

Evaluasi awal

Rancangan Penyuluhan
Materi : Pupuk organik cair (POC ampas kopi-keong mas pada
tanaman tomat.
Metode:Pendekatan kelompok dan perorangan, demonstrasi hasil,
ceramah dan diskusi.
Media: Peta singkap dan folder

Penyuluhan

Sasaran
Kelompok Tani dan keluarganya

Evaluasi akhir

Tidak Ya
Respon (P, S, K)

Gambar 2. Skema Kerangka Pikir


25

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas maka penulis

mengambil keputusan sementara terhadap permasalahan yaitu:

1) Terdapat salah satu dosis terbaik pupuk organik cair (POC) ampas

kopi-keong mas terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat

(Lycopersicum esculentum Mill)

2) Adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani

terhadap pemberian POC ampas kopi-keong mas pada pertumbuhan

dan produksi Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill)


26

III. METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu

Kegiatan Kajiwidya ini dilaksanakan di lahan balai penyuluhan

pertanian (BPP) Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar mulai bulan

Maret sampai dengan Juni 2020. Penyuluhan dilaksanakan di kelompok

tani Masunggua, Desa Bontomanggape, Kecamatan Galesong,

Kabupaten Takalar.

B. Alat dan Bahan

1) Alat

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan kajian dan kegiatan

penyuluhan yaitu: handtraktor, cangkul, ember, gembor, tali, meteran,

timbangan analitik, gelas ukur, saringan, alat tulis, map jepit, gunting,

spidol, kertas HVS, botol plastik, alat ukur pH tanah, kamera, botol plastik,

selang, proyektor, perangkat komputer, peta singkap dan kuesioner.

2) Bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan kajian dan

kegiatan penyuluhan yaitu pupuk kandang 18 kg, kapur dolomit 5,4 kg, ajir

bambu ukuran 1,2 m 72 batang, polybag ukuran 15 cm × 12 cm, benih

tomat servo F1, Mol sayur 750 ml, air kelapa 4 liter, ampas kopi 1,5 kg,

keong mas 4 kg, dedak padi 2 kg, tali 1 rol, gula merah 500 g , air cucian

beras 2 liter, air 10 liter, serta materi penyuluhan (folder).


27

C. Pelaksanaan Kajian

1. Metode Pelaksanaan Kajian

Kajian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak

kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga

terdapat 12 petakan/plot percobaan. Dalam pelaksanaan kajian terdapat 6

tanaman dalam setiap petak sehingga total tanaman terdapat 72 tanaman.

Kajian dilaksanakan dengan menggunakan perlakuan sebagai berikut:

P0 = Tanpa pemberian POC

P1 = Pemberian POC 1600L/ha atau setara dengan 240 ml/Petakan

P2 = Pemberian POC 3200L/ha atau setara dengan 480 ml/Petakan

P3 = Pemberian POC 4800L/ha atau setara dengan 720 ml/Petakan

Sampel yang diambil adalah 3 tanaman setiap petakan sehingga

terdapat 36 sampel untuk semua petakan percobaan. Kajian ini

menggunakan petakan percobaan berupa bedengan dengan luas 1,5 m ×

1 m dengan tinggi bedengan 30 cm dan jarak antar bedeng 50 cm.

2. Teknis pelaksanaan kajian

a) Pembuatan POC ampas kopi dan keong mas

Pembuatan pupuk ini dilakukan melalui proses fermentasi terlebih

dahulu yang dimulai dengan :

1. Mengumpulkan limbah kopi atau hasil endapan kopi lalu dikeringkan

menjadi bubuk kembali melalui penjemuran selama 1-2 hari. Keong

mas yang sudah dikumpulkan ditumbuk hingga agak halus lalu


28

campurkan dengan ampas kopi tadi dalam wadah sendiri yang

sebelumnya sudah disediakan berupa ember 30 liter lalu tambahkan

air 10 liter.

2. Langkah selanjutnya adalah membuat larutan bioaktivator degan cara

menyediakan wadah berupa ember baru berukuran 10 liter masukkan

air kelapa 4 liter, 2 kg dedak, lalu diaduk hingga merata selanjutnya

masukkan 2 liter air cucian beras dan 500 g gula merah yang

sebelumnya sudah dihaluskan.

3. Kemudian tambahkan mol sayur kedalam ember lalu lakukan

pengadukan hingga semua bahan tercampur lalu diamkan selama 20-

30 menit untuk melarutkan bahan-bahan tadi.

4. Masukkan larutan bioaktivator kedalam ember yang berisi air, keong

mas dan kopi tadi, aduk hingga benar-benar tercampur dengan baik

lalu selanjutnya ember ditutup rapat.

5. Penutup ember dilubangi sebagai tempat ujung selang, ujung selang

dimasukkan dalam tutup ember yang telah dilubangi tersebut

kemudian bagian tutup luar ember yang dilubangi diberi plastisin untuk

menghindari ada udara yang masuk. Ujung selang yang lain

dihubungkan dengan botol berisi air, fungsinya adalah untuk menjaga

tekanan udara. Ember lalu disimpan di tempat yang lembab dan tidak

terkena paparan sinar matahari langsung.

Penambahan gula merah dan air kelapa berfungsi sebagai sumber

glukosa yang akan digunakan oleh mikrooganisme yang terkandung pada


29

air cucian beras sebagai sumber energinya. Penambahan dedak menjadi

sumber karbohidrat yang juga berfungsi sebagai sumber energi pada

mikroorganisme. Dedak juga sebagai sumber penghasil karbon yang baik

yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan mikrobia efektif sehingga

proses fermentasi dapat berjalan secara optimal.

Waktu fermentasi POC ampas kopi-keong mas adalah selama 2

minggu, hasil fermentasi POC terbaik yaitu pada minggu 3 karena diduga

jumlah CO2 yang terkandung sudah cukup besar sehingga mulai

menghambat perkembangan organisme yang diinginkan disamping itu

ketersediaan nutrisi sudah sangat terbatas, sehingga berdasarkan kurva

pertumbuhan mikroorganisme mulai memasuki fase menuju kematian

(Juanda dkk., 2011).

Setelah fermentasi 2 minggu POC ampas kopi-keong mas yang

dihasilkan disaring menggunakan saringan. Hasil saringa dapat langsung

digunakan atau dimasukkan ke dalam wadah berupa botol plastik atau

jerigen untuk disimpan.

b) Persemaian

Tahap persemaian yang dilakukan yaitu dengan menanam benih

tomat pada polybag berukuran 12 cm × 15 cm yang sebelumnya telah diisi

dengan campuran topsoil dan pupuk bokashi dengan perbandingan 1 : 1

benih yag digunakan adalah benih servo F1. Lakukan penyiraman untuk

menjaga kelembaban media persemaian. Bibit ditumbuhkan dan dirawat

selama 14-21 hari.


30

c) Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak tanah

menggunakan handrtraktor dengan kedalaman 20-30 cm selanjutnya

tanah dibiarkan selama 3 hari untuk proses penguapan. Setelah 3 hari

lakukan pengukuran ph tanah dengan menggunakan pH meter kemudian

diperoleh hasil pH tanah adalah 5 sehingga perlu dilakukan penambahan

kapur untuk menetralkan pH tanah. Tanah kembali dengan menggunakan

cangkul lalu dibentuk petakan-petakan kasar berukuran 1,5 m × 1 m.

Selanjutnya melakukan pengapuran dengan dosis 450 g pada masing-

masing petakan dan tanah diolah kembali menggunakan cangkul

kemudian dilakukan penyiraman dan dibiarkan lagi selama 1 minggu.

Setelah 1 minggu tambahkan pupuk kandang dengan dosis 1,5 kg pada

masing-masing petakan lalu bentuk petakan secara sempurna dan

kembali lakukan penyiraman secukupnya. Setelah 1 minggu bedengan

sudah siap ditanami.

d) Penanaman

Bibit yang sudah berusia 3 minggu setelah semai sudah dapat

dipindahkan pada media tanam yang telah disiapkan (bedengan).

Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari. Jarak penanaman

tomat yang akan digunakan adalah 50 cm × 50 cm dan setiap lubang

tanam ditanami 1 bibit tanaman tomat. Setelah penanaman lakukan

penyiraman untuk menjaga kelembaban tanaman dan media tanam.


31

e) Pemeliharaan Tanaman.

1) Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang

tumbuh disekitar areal tanaman tomat. Kegiatan ini bertujuan untuk

menghindari persaingan unsur hara tanaman oleh gulma.

2) Pembumbunan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperbaiki peredaran udara dalam

tanah, mengurangi gas-gas atau zat-zat beracun yang ada dalam tanah

serta meningkatkan daya serap tanah.

3) Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan secara manual menggunakan gembor

dan dilakukan setiap pagi dan sore hari (sesuai kondisi dan kebutuhan)

untuk menjaga kelembaban tanah dan mencukupi kebutuhan air tanaman.

4) Pemasangan ajir dan pengikatan

Pemasangan ajir dimaksudkan untuk mencegah tanaman tomat

roboh. Ajir yang digunakan berupa potongan bambu dengan panjang 1 m.

pemasangan ajir dilakukan sejak tanaman tomat 3 hari setelah tanam

(HST) sedangkan pengikatan dilakukan setelah tanaman tomat berusia 1

minggu setelah pindah tanam lalu selanjutnya pengikatan dilakukan

setelah tanaman tomat mengalami peningkatan tinggi tanaman kurang

lebih 20 cm.
32

5) Pemupukan

Sebelum aplikasi ke tanaman tomat POC ampas kopi-keong mas

diencerkan dengan air terlebih dahulu. Fungsi pengenceran dalam

penelitian ini adalah agar pupuk tidak terlalu pekat sehingga dapat diserap

oleh akar tanaman secara maksimum.

Perhitungan pembuatan larutan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Perlakuan Konsentrasi Pupuk


Perlakuan/konsentras Jumlah cairan (ml)
Jumlah air (ml)
i POC
P0 0 2000
P1 40 1960
P2 80 1920
P3 120 1880

Aplikasi pupuk dilakukan sebelum dan setelah bibit tomat sudah

ditumbuhkan di bedengan. Total aplikasi pupuk dilakukan sebanyak 6 kali

yakni 1 kali pada media tanam/petakan (3 hari sebelum penanaman bibit),

3 kali selama fase vegetatif dan 2 kali setelah fase generatif. Jumlah

tanaman tomat dalam satu petakan adalah 6 tanaman dan dalam satu

petakan dibutuhkan 2 Liter larutan POC dan air. pupuk diaplikasikan

dengan cara menyemprotkan sebagian POC pada daun tanaman dan

sebagian disiramkan pada media tanam (petakan). Penyemprotan

dilakukan pada sore hari.

6) Pemangkasan tunas air

Pemangkasan tunas air dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan

vegetatif dan merangsang pertumbuhan generatif. Pemangkasan tunas air

dilakukan pada saat tanaman berumur 2-8 minggu. Pemangkasan


33

dilakukan dengan memotong cabang atau ranting yang tumbuh tidak

tepat, memotong tunas-tunas air dan ranting-ranting yang terjangkit

penyakit (Tim Karya Bina Tani, 2009). Pemotongan tunas air dilakukan

secara manual atau menggunakan gunting tajam.

7) Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit hanya dilakukan bila ditemukan

adanya serangan atau tanaman yang terserang penyakit. Pengendalian

hama dilakukan dengan secara mekanis dan fisik yakni membuang bagian

tanaman yang terserang dan atau memusanahkan hama yang ditemukan

serta pengendalian penyakit dengan cara memusnahkan bagian tanaman

yang terjangkit penyakit.

8) Panen dan pasca panen

Pemanenan buah tomat dapat dilakukan setelah berumur 60-100

hari setelah tanam tergantung varietasnya. Panen tanaman tomat varietas

servo F1 adalah 60-65 HST dengan kriteria panen tomat dapat dilihat dari

perubahan warna kulit buah yang mulai menguning atau kemerahan,

ukuran buah yang sudah tampak maksimal, daun tampak tua dan

mengering serta mengeringnya batang tanaman.Pemetikan buah tomat

sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika cuaca cerah.

Pemetikan dilakukan dengan cara memuntir buah atau menggunakan

menggunting secara hati-hati hingga tangkai buah terputus.

f) Pengamatan
34

Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data yang dianalisis.

Pengambilan data dilakukan 7 hari setelah tanaman diberikan POC

ampas kopi-keong mas dengan cara mengukur pertumbuhan tanaman

dengan mistar ukur dan meteran serta produksi tanaman menggunakan

timbangan analitik. Pengambilan data dilakukan pada saat tanaman

berumur 7, 14, 21, 28 dan 75 Hari Setelah Tanam (HST). Pengambilan

data dilakukan sesuai dengan parameter yang diteliti, yakni :

1. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada umur 7, 14, 21 dan 28

HST dengan cara mengukur dari pangkal batang yang sudah diberi tanda

(berupa tancapan kayu/ajir dengan panjang 1,2 m pada media tanam)

hingga tajuk akhir tanaman.

2. Jumlah daun

Perhitungan Jumlah daun tanaman dilakukan pada umur 7, 14, 21 dan

28 HST dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka

secara sempurna.

3. Berat basah buah (g)

Pengukuran berat basah dilakukan setelah pemanenan pertama

sampai ketiga. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung bobot

buah panen tiap sampel tanaman.

B. Analisis Data
35

Populasi tanaman di setiap petakan percobaan yaitu 6, dengan

mengambil 3 sampel mewakili tiap petak penanaman.

Data dari hasil pengukuran selanjutnya diolah dengan menggunakan

rumus uji F sebagai berikut:

Yij = μ + Ti + Bj+∈ij ................................................................................................... ( 1 )

Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

μ = Nilai tengah umum.

Ti = Pengaruh perlakuan ke-i

Bj = Pengaruh blok ke-j.

∈ij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Hipotesis yang diuji

H0 : T1 = T2 = T3 = .....= Ti = T0 ................................................................................( 2 )

H1 : Paling sedikit ada sepasang Ti yang tidak sama atau

H0 : μ1 =μ2 = μ3 = .....= μj ............................................................................................. ( 3 )

H1 : Paling sedikit ada sepasang μi yang tidak sama atau μi = μi

Jika ada perbedaan yaitu pengaruh nyata atau sangat yata maka

dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) dengan rumus sebagai

berikut :

BNT α = tα (v) ×
√ 2. kuadrat tengah ..................................(4)
ulangan
Keterangan :

Tα = Nilai baku yang terdapat pada taraf uji α dan derajat bebas galat v

C. Teknik Pengumpulan Data


36

Data yang diambil untuk penelitian adalah data primer dan data

sekunder, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh

dari pengamatan langsung dan wawancara langsung dengan petani

responden berdasarkan kuisioner yang telah disusun sesuai dengan

tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari literature berbagai pustaka

dan instansi-instansi terkait lainnya yang dapat melengkapi data yang

diperlukan untuk penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode:

1) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti di lapangan yang meliputi

pengamatan daerah penelitian dan pencatatan informasi yang

diberikan oleh para petani didaerah penelitian.

2) Wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung.

3) Pencatatan adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen dari lembaga atau instansi yang berkaitan dengan penelitian.

E. Desain Penyuluhan

Desain penyuluhan merupakan alat bantu bagi penyuluh sebelum

melakukan penyuluhan dengan melihat pertimbangan berbagai aspek

analisis kebutuhan, masalah, tujuan yang ingin dicapai, metode serta

teknik penyuluhan yang akan digunakan agar proses transfer teknologi


37

dan inovasi dalam menerapkan POC ampas kopi-keong mas dapat

diadopsi secara maksimal oleh sasaran.

1. Identifikasi keadaan dan potensi wilayah

Identifikasi potensi wilayah dilakukan untuk memperoleh data keadaan

wilayah dengan menggunakan data primer maupun data sekunder. Data

primer diperoleh dilapangan baik dari petani maupun masyarakat

sedangkan data sekunder diperoleh dari monografi desa/BPP dan atau

dari sumber-sumber lain yang relevan.

2. Identifikasi petani responden

Identifikasi potensi sasaran dilakukan untuk mengetahui karakteristik

petani yang mencakup jumlah petani berdasarkan kelompok umur, tingkat

pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas kepemilikan lahan dan

status kepemilikan lahan.

3. Penentuan petani responden

Penentuan petani responden atau sampel dalam evaluasi penyuluhan

pertanian mengacu pada keterwakilan dari petani/kelompok tani.

Responden yang digunakan dalam penyuluhan adalah 25 orang

responden pada kelompok Tani Masunggua, di Desa Bontomanggape,

Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar. Metode pengambilan

responden yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu metode sensus

dengan perwakilan dari responden anggota kelompok tani atau

mengambil semua anggota kelompok tani sebagai responden.

4. Penetapan materi
38

Penetapan materi penyuluhan pertanian yang harus dipertimbangkan

adalah dari aspek teknis, karakter petani, ekonomi serta lingkungan yang

ada dengan menjadikan potensi dan masalah menjadi acuan dasar

penetapan materi. Materi penyuluhan yang akan dibawakan dalam

kegiatan penyuluhan adalah pupuk organik cair (POC) ampas kopi-keong

mas pada pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

5. Metode dan Teknik penyuluhan

Metode yang digunakan adalah metode pendekatan perorangan dan

kelompok untuk menjangkau sasaran lebih efektif sedangkan teknik

penyuluhan yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan adalah ceramah,

diskusi dan demonstrasi hasil (Demhas).

6. Media Penyuluhan

Media penyuluhan merupakan segala sesuatu yang membantu

penyaluran pesan/informasi kepada petani berlangsung secara optimpal.

Adapun media yang digunakan adalah peta singkap, laptop, proyektor,

folder dan benda sesungguhnya.

F. Pelaksanaan Penyuluhan

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilakukan di Kelompok Tani

Masunggua, Desa Bontomanggape, Kecamatan Galesong melalui

pendekatan kelompok dan perorangan, yakni memperkenalkan pupuk

organik cair (POC) ampas kopi-keong mas pada pertumbuhan dan

produksi tanaman tomat dengan diskusi, ceramah serta demonstrasi hasil

dengan menggunakan benda sesungguhnya.


39

G. Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui respons petani terhadap materi

yang disampaikan. Metode yang akan digunakan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan, dengan menggunakan Rating Scale atau skala nilai

kemudian diolah dan ditabulasi dengan menggunakan garis Continuum

(Padmowihardjo, 2002). Evaluasi awal (pree test) untuk mengukur tingkat

pengetahuan, sikap dan keterampilan awal responden terhadap hasil

kajian dilakukan pada pendataan responden. Evaluasi akhir (post test)

untuk mengukur pengetahuan, sikap dan keterampilan dilakukan pada

akhir penyuluhan terakhir dengan metode kelompok. Evaluasi yang

dilakukan untuk mengukur pengetahuan, sikap dan keterampilan

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan (kuesioner) kepada petani,

yang terdiri dari 15 Pertanyaan. Masing-masing bagian terdiri dari 5

pertanyaan dengan 4 kriteria. Jawaban a nilai 4, jawaban b nilai 3,

jawaban c nilai 2 dan jawaban d nilai 1.

Adapun cara perhitungan skor pada tingkat pengetahuan, skap dan

keterampilan yang apabila digambarkan dalam garis continuum

Maka digunakan rumus :

Jumlah jawaban yang diperoleh


Tingkat pengetahuan = x 100...(5)
Jumlah nilai maksimum yang diperoleh

Nilai tersebut selanjutnya dimasukkan pada garis continuum.


Skor evaluasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel. 4 Kriteria Penilaian
Pengetahuan Nila Sikap Nila Keterampilan Nila
40

i i i
Sangat Mengetahui 4 Sangat Setuju 4 Sangat Terampil 4
Mengetahui 3 Setuju 3 Terampil 3
Kurang Mengetahui 2 Kurang Setuju 2 Kurang Terampil 2
Tidak Mengetahui 1 Tidak Setuju 1 Tidak Terampil 1

Untuk mengetahui efektivitas penyuluhan menggunakan kriteria

presentase efektivitas dengan menggunakan rumus :

Ps - Pr
EP = x 100%........................................................... (6)
(N.4.Q) – Pr

Keterangan :

Ps = Post Test (tes akhir)

Pr = Pre Test (tes awal)

N = Jumlah Responden

4 = Nilai Tertinggi

Q = Jumah Pertanyaan

100% = pengetahuan yang ingin dicapai

Dimana:

Ps – Pr = Peningkatan Pengetahuan

N.4.Q = Nilai Kesenjangan

Kriteria persentase efektifitas penyuluhan adalah :

1-25 % = Tidak efektif

26-50 % = Kurang efektif

51-75 % = Efektif

76-100 %= Sangat efektif , (Padmowihardjo, 2002)

H. Definisi operasional
41

Definisi operasional merupakan penjelasan apa saja yang

dimaksudkan oleh istilah-istilah penting yang menjadi judul penelitian ini.

Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan yaitu:

1. POC ampas kopi-keong mas adalah pupuk organik cair yang

dihasilkan dengan cara mencampurkan ampas kopi dan keong mas

kemudian difermentasi selama 2 minggu dengan bantuan bioaktivator.

2. Mikroorganisme Lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang digunakan

sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun cair.

Bahan dasar untuk fermentasi MOL dapat berasal dari hasil pertanian,

perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga.

3. Respons adalah reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh

panca indra, biasa diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan.

4. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analisis memperlajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku

dan karakteristik petani didalam suatu kelompok tani/organisasi yang

bisa terpengaruh oleh informasi/inovasi yang diberikan maupun

aktivitas yang sudah ada yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan.

5. Dosis merupakan banyaknya larutan yang dibutuhkan dalam satu

luasan.

6. Konsentrasi merupakan banyaknya larutan pengenceran yang

diperlukan untuk melarutkan suatu cairan.

Anda mungkin juga menyukai