Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.M DENGAN MASALAH DIAGNOSA MEDIK:


ABSES HEPAR

Disusun Oleh :
NAMA : SYAHDAN
P20002060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020
TINJAUAN TEORI
ABSES HEPAR

A. DEFINISI
Abses pada hati (liver/hepar) adalah kantung nanah yang terjadi pada organ
hati akibat cedera yang dapat berkembang menjadi infeksi. Nanah adalah cairan
yang terdiri dari sel darah putih dan sel mati yang terbentuk saat tubuh melawan
infeksi. Alih-alih mengalir dari tempat infeksi, nanah yang muncul berkumpul
di dalam sebuah saku pada hati. Kondisi ini biasanya disertai dengan
pembengkakan dan peradangan pada daerah sekitarnya dan menyebabkan rasa
sakit dan bengkak pada perut. Abses nanah umumnya dikategorikan menjadi
dua yaitu piogenik atau amuba. Walaupun demikian, sebagian kecil dari
penyakit liver ini disebabkan oleh parasit dan jamur. Bila tidak segera ditangani,
kondisi yang disebut abses hepar ini dapat berakibat fatal (Czerwonko,et al.
2016).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh suatu
mikroorganisme yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai
dengan adanya pembentukan pus hati sebagai proses invasi dan multiplikasi
yang masuk secara langsung dari cedera pembuluh darah atau sistem ductus
biliaris. Abses hati yang paling banyak ditemukan yaitu piogenik, kemudian
amoebic ataupun campuran infeksi dari keduanya (Italiya H, et al. 2015).

B. ETIOLOGI
Abses hati umumnya terjadi akibat infeksi dari kuman, seperti bakteri,
parasit, atau jamur. Jenis patogen yang menyerang hati Anda akan menentukan
jenis abses yang dialami, seperti :
1. Bakteri, yaitu Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae (abses piogenik)
2. Amoeba, yaitu Entamoeba histolytica (abses amuba), dan
3. Jamur penyebab abses hati, yakni Candida sp (abses hati jamur).
Masalah peradangan, seperti usus buntu, divertikulitis, dan kolesistitis juga
sering menyebabkan abses amuba dan menimbulkan cairan nanah. Kondisi ini
juga sering terjadi pada lingkungan dengan kondisi sanitasi yang buruk. Selain
itu, infeksi juga dapat terjadi ketika :
 Menyebar ke hati dari kantong empedu, saluran empedu, atau usus buntu
 Mengalir ke dalam aliran darah menuju hati dari organ lainnya, dan
 Pasca-operasi atau cedera pada hati (Understanding Liver Abscess, 2020).

C. KLASIFIKASI
Abses hepar di klasifikasikan menjadi dua , yaitu :
1. Abses amuba hati (AHA)
Abses amuba hati paling sering di sebabkan oleh Enthamuba histolitica,
abses hati oleh Enthamuba histolitica umumnnya ditemukan dinegara
berkembang, di kawasan tropis dan subtropis akibat sabitasi lingkungan
yang buruk, termasuk Indonesia.
2. Abses pirogenik hati (AHP)
Abses pirogenik hati jarang ditemukan, namun lebih sering ditemukan di
negara maju. (Herman Bintang Parawira, et al, 2019).

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala abses hati mungkin tampak seperti dengan penyakit lainnya. Namun,
ada beberapa tanda dan gejala yang paling sering muncul ketika seseorang
mengalami kondisi ini, seperti :
1. Demam
2. Tubuh menggigil dan berkeringat
3. Penurunan berat badan
4. Mual atau muntah
5. Diare
6. Sakit perut (nyeri bagian kanan atas perut)
Pada kasus yang lebih jarang, Anda mungkin merasakan sesak pada dada,
nafsu makan menurun, hingga kulit dan mata menguning (Understanding Liver
Abscess, 2020).
E. KOMPLIKASI
Kebanyakan kasus menunjukkan bahwa abses liver dapat diatasi dengan
mudah bila segera ditangani. Apabila dibiarkan, abses hepar dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, antara lain :
1. Abses pecah
2. Sepsis, dan
3. Peritonitis (Akhondi H, Sabih DE, 2020)

F. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi infeksi di sepanjang saluran pencernaan, mikroorganisme
penyebab infeksi dapat sampai ke hati. Mikroorganisme tersebut masuk ke hati
melalui sitem billier, sistem vena porta, sistem arterial hepatik. Kuman yang
masuk kedalam tubuh akan menyebabkan kerusakanakan jaringan dengan cara
mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis),
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan
endotoksin yang ada hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas
terjadi bila ada perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan perubahan
reaksi imun yang merusak jaringan.
Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan kerusakan
jaringan, kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi
merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal
yang terlihat akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro
sirkulasi kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan
suhu dapat terjadi secara sistemik. Akibat endogen pirogen yang dihasilkan
makrofaq mempengaruhi termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga
produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi. Peradangan terjadi
perubahan diameter pembuluh darah mengalir keseluruh kapiler, kemudian
aliran darah kembali pelan.
Sel-sel darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona plasmatik.
Leukosit menempel pada epitel sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam
ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang mengikuti fase hyperemia
meningkatkan permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarnya plasma
kedalam jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat
tekanan hidrostatik meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi
akumulasi cairan didalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari
cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan
tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri.
Mediator kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin, dan serotonin
merusak ujung saraf sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor
mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan nyeri dan muncul
gangguan pola tidur. Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan
sehingga mengalami penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan terganggunya
mobilitas, Battacica B F (2009) dan Brunner & Suddarth (2002).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan abses hati biasanya akan tergantung pada jenis abses yang
dialami. Pada kebanyakan kasus, cara mengobati abses liver akan dimulai dari
rumah sakit dan berlanjut di rumah, meliputi :
1. Minum antibiotik, baik lewat IV (intravena) atau secara oral
2. Menguras nanah dengan jarum atau kateter melalui kulit
3. Menjalani operasi abses bila sudah sangat parah.
Untuk pengobatan di rumah normalnya, kebanyakan orang yang mengalami
abses hati akan membaik dalam waktu 2 minggu dengan antibiotik dan
pembuangan nanah. Sementara itu, pasien dengan abses akibat amuba, mungkin
akan mengalami demam ringan selama 4 – 5 hari, agar infeksi patogen tidak
semakin parah, anda bisa menerapkan rutinitas sehat, termasuk :
 Minum antibiotik sesuai petunjuk
 Rutin memeriksakan diri ke dokter
 Mencuci tangan sebelum makan, dan
Hubungi dokter bila sakit perut, demam, atau diare (Akhondi H, Sabih DE,
2020).
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setelah pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit, dokter mungkin akan
meminta untuk menjalani pemeriksaan tertentu untuk mengetahui penyebab
abses hati, seperti :
1) Hiperbilirubinemia hanya sebagian kecil kasus
2) Hitung darah lengkap (sering terjadi anemia), hitung sel leukosit
(meningkat), dan laju endap darah (meningkat)
3) Profil biokimia (tes fungsi hati,albumin,dan ureum /kreatinin) peningkatan
fosfatase alkali sering ditemukan
4) Kultur darah (positif pada abses piogenik)
5) Serologi untuk E.histolytica
6) Abses hati akut, yang aspartat aminottransferase (AST) tingkat tinggi, pada
abses hati kronis, yang tingkat fosfatase alkali cenderung meningkat dan
tingkat AST cenderung berada dalam batas normal, secara keseluruhan,
tingkat fostase alkali meningkat pada sekitar 70% kasus abses hati amoeba.
7) Pemeriksan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transmainase) dan ALT
(alanine aminotranferase) juga meningkat karena kerusakan sel-sel hepar
8) Pemeriksaan feses mikroskopis tinja pada abses hati terbatas. kultur feces
untuk amoeba sensitive.
9) Radiologi :
 Ultrasonografi Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
 CT Scan Dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
mengambil sampel bagi pemeriksaan kultur mikroorganisme
 Biopsi hati jika pengobatan dengan antibiotik tidak efektif.
Umumnya, abses hepar dapat terlihat sebagai benjolan yang mengandung
gas dan cairan saat dilihat dengan CT scan (Gaillard F, 2020).
I. WOC

 Vena Porta
Infeksi Kuman Saluran Pencernaan  Sistem Billier Hepar
 Sistem Artial hepatik

Mengalami
Merangsang Kerusakan
pengeluaran jaringan
sistensi zat
pirgen oleh
Inflamasi Hepar
leukosit pada
jaringan yang Merangsang Infeksi
meradang ujung saraf
mengeluarkan
bradikinin, Rongga abses
serotonin, dan yang penuh
Mencapai postaglandin dengan cairan
hipotalamus yang berisi
leukosit mati dan
hidup, sel-sel hati
Thalamus yang mencair
serta bakteri
Reaksi
peningkatan
Nyeri Akut Gangguan Pola
suhu tubuh Abses pada Hepar
Tidur

Produksi energy ↓ Metabolisme nutrisi ↓


Hipertermi

Kelemahan fisik Resiko Defisit Nutrisi

Intoleransi
Aktivitas
J. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas Data klien
Mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No
MR, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan ruangan tempat klien
dirawat.
Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Klien Riwayat kesehatan pada klien dengan kanker lidah adalah
sebagai berikut :
1) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus abses hepar adalah lelah,
penurunan kemampuan aktivitas, tidak nafsu makan, mual dan
muntah, nyeri perut di bagian kanan atas, nyeri padabahu sebelah
kanan, demam
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
 Riwayat penyakit sekarang Pengumpulan data dilakukan sejak
munculnya keluhan dan secara umum mencakup awitan gejala
dan bagaimana gejala tersebut berkembang.
 Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya abses hepar seperti infeksi bakteri di
dalam perut, luka tusuk yang mengenai hepar, infeksi dari bagian
tubuh lain yang terbawa oleh aliran darah.
 Riwayat penyakit keluarga
Dilakukan pengkajian pada anggota keluarga apakah pernah
menderita penyakit yang sama atau tidak.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Rambut bersih atau kotor, warna rambut, ada lesi atau tidak
2) Mata dan telinga
Konjungtiva anemis atau tidak, pupil isokor anisokor, lubang telinga
kotor atau tidak
3) Hidung
Lubang hidung sama besar atau tidak, sekitar hidung kotor atau
bersih, ada polip atau tidak
4) Mulut
Sianosis atau tidak, sekitar mulut kotor atau bersih
5) Kulit
Inspeksi : ada perubahan warna atau tidak, ada lesi, warna lesi,
luas lesi, banyak area yang terkena.
Palpasi : kering atau lembab, halus atau kasar, nyeri atau tidak
saat ditekan, teraba hangat atau dingin, akral dingin atau panas.
6) Dada/jantung/paru
Paru-paru
 Inspeksi : Bagaimana kembang kempis dada, simetris
atau tidak
 Palpasi : Bagaimana sterfimitus kanan kiri sama atau
tidak
 Perkusi : Pekak seluruh lapang paru atau tidak
 Auskultasi : Suara cordius tampak atau tidak
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tampak atau tidak
 Palpasi : Ictus cordis teraba atau tidak
 Perkusi : Konfigurasi normal atau tidak
 Auskultasi : Terdapat suara abnormal atau tidak
7) Perut
Inspeksi : tidak asites
Auskultasi : terdengar bising usus
Palpasi : ada nyeri atau tidak
Perkusi : kembung atau tidak
8) Genitalia
Apakah terpasang kateter atau tidak, bersih atau tidak
9) Extremitas
Atas : oedem atau tidak, terpasang infus atau tidak
Bawah : oedem atau tidak
10) Kebutuhan Fisik, spiritual dan psikologis
 Aktivitas dan istirahat
Menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah,
latergi, penurunan massa otot/tonus
 Eliminasi
Diare, keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus,
distensi abdomen, penurunan/tidak ada nya bising usus, feses
berwarna tanah liat, melena, urine gelap pekat
 Makanan/cairan
Menunjukkan adanya anoreksia, tidal toleran terhadap
makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat
badan dan peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk,
ikterik.
 Nyeri/kenyamanan
Menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b/d Proses Penyakit
2. Resiko Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan Mencerna Makanan
3. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisik
L. NURSING CARE PLANS
Intervensi keparawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang
telah di identifikasikan dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan
cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efesien (Rohmah & Walid, 2012).
No SDKI SLKI SIKI
1. Hipertermia b/d Proses Termoregulasi 1. Manajemen Hipertermia
Penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Intervensi :
3 x 24 jam ekspektasi termogulasi membaik 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis; dehidrasi,
Kriteria Hasil : terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
Dikaji Tujuan 2. Monitor tanda-tanda vital (suhu tubuh)/Monitor kadar
Suhu tubuh 1, memburuk 4, cukup elektrolit
membaik 3. Monitor kadar elektrolit
Suhu kulit 1, memburuk 4, cukup 4. Monitor pengeluaran urin
membaik 5. Monitor komplikasi akibat hipertermi
Menggigil 1, meningkat 4, cukup
menurun Terapeutik :
TTV 3, sedang 4, cukup 1. Sediakan lingkungan yang dingin
membaik 2. Longgarkan atau lepasakan pakaian
3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri yaitu kompres dingin
4. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Resiko Defisit Nutrisi b/d Status Nutrisi 2. Manajemen Gangguan Makan
Ketidakmampuan
Mencerna Makanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Tindakan-tindakan :
3 x 24 jam ekspektasi status nutrisi membaik 2.1 Monitor tanda-tanda vital
Kriteria Hasil : 2.2 Monitor asupan dan keluarnya maknan dan cairan serta
Dikaji Tujuan kebutuhan kalori.
Porsi makan 1, menurun 4, cukup 2.3 Timbang berat badan secara rutin
yang dihabiskan meningkat 2.4 Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik
Kekuatan otot 1, menurun 4, cukup 2.5 Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan
pengunyah meningkat situasi pemicu pengeluaran makanan
Kekuatan otot 1, menurun 4, cukup 2.6 Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah
menelan meningkat perilaku makan
Sariawan 1,Meningkat 4, cukup 2.7 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan,
menurun kebutuhan kalori dan pilihan maknan.
3. Nyeri Akut b/d Agen Tingkat Nyeri 3. Dukungan Mobilisasi
Pencedera Fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu
3 x 24 jam ekspektasi tingkat nyeri menurun Tindakan-tindakan :
Kriteria Hasil : 3.1 Monitor tanda-tanda vital kondisi umum selama
Dikaji Tujuan melakukan mobilisasi
Keluhan nyeri 1, 4, cukup 3.2 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
meningkat menurun 3.3 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Meringis 1, 4, cukup 3.4 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis; pagar
meningkat menurun tempat tidur)
Sikap protektif 1, 4, cukup 3.5 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkat menurun meningkatkan pergerakan
Gelisah 1, 4 , cukup 3.6 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis ;
meningkat menurun duduk di tempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah
Kesulitan tidur 1, 4, cukup dari tempat tidur ke kursi).
meningkat menurun
TTV 3, sedang 5, membaik
TINJAUAN KASUS

BIODATA PASIEN
Nama / Inisial : Ny.M
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
No RM : 210190
Diagnosa Medis : Abses Hepar
Tanggal Masuk RS : 02 Februari 2021
Alamat : Jl.Juanda 7

KASUS : ABSES HEPAR

Ny.M (52 Thn) alamat jalan juanda 7 dengan RM : 210190, klien masuk RS. Abdul
Wahab Sjahranie diantar oleh keluarganya melalui IGD pada tanggal 02 Februari 2021
pukul 18.30 wib dengan keluhan nyeri pada ulu hati sejak ±2 bulan yang lalu, klien
mengatakan nyeri khas pada perut bagian kanan atas, nyeri yang dirasakan hilang
timbul, klien mengatakan nyeri saat ditekan pada abdomennya, lamanya nyeri 10
menit dengan skala nyeri 6. Nyeri yang dirasakan menyebar sampai kepunggung
belakang, klien mengatakan nyeri bertambah saat klien duduk atau saat klien bergerak
dan yeri berkurang saat klien tidur dan minum obat. Klien mengalami demam naik
turun, sering menggigil dan berkeringat. Nafsu makan menurun disertai mual dan
muntah, klien mengalami penurunan BB yaitu 3 kg, sebelum sakit BB:65 kg dan saat
sakit BB:62 kg. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD: 130/90 mmhg, N:98
x/menit, RR:23 x/menit, S:38.0˚C. Hasil pemeriksaan lab HB: 9.0, Leukosit: 27.000,
HT: 39, Trombosit: 150.000, LED (32), sgOT (45 µ/L), sgPT (58 µ/L) dan hasil USG
abdomen adanya abses di hepar. Klien mendapatkan therapy ceftriaxone 1 gr/12 jam,
ranitidine 1 am/12 jam, sistenol tab 3x1, metronidazole 3x1.
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makan maupun obat
obatan, tidak mempunyai riwayat kecelakaan. Klien mengatakan mengidap penyakit
ini sejak ± 2 bulan yang lalu. Sebelumnya klien pernah dirawat di Rumah Sakit Abdul
Wahab Sjahranie dengan keluhan yang sama yaitu nyeri pada ulu hati.klien memiliki
riwayat gastritis ± 4 - 5 bulan yang lalu. Klien hanya minum obat warung saat
gastritisnya kambuh.klien mengtakan tidak pernah opersai sebelumnya.
FORMAT PENGKAJIAN DAN ANALISIS KETERAMPILAN

ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

Nama mahasiswa : Syahdan


Tempat praktek : RS Abdul Wahab Syahrani
Tanggal : 02 Februari 2021

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Inisial nama : Ny.M
Umur : 52 tahun Suku : Banjar
J. kelamin : Perempuan Pendidikan : SLTA
Alamat : Jln.Juanda 7 Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 02 Februari 2021
Status : Menikah Tanggal Pengkajian : 03 Februari
Agama : Islam 2021
Sumber Informasi : Keluarga klien
II. RIWAYATPENYAKIT
1. Keluhan utama saat masuk RS:
Nyeri pada ulu hati

2. Riwayat penyakit sekarang:


Klien masuk RS. Abdul Wahab Sjahranie diantar oleh keluarganya melalui IGD
pada tanggal 02 Februari 2021 pukul 18.30 wib dengan keluhan pada saat
dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri sejak ±2 bulan yang lalu, nyeri khas
pada perut bagian kanan atas, nyeri yang dirasakan hilang timbul, klien
mengatakan nyeri saat ditekan pada abdomennya, lamanya nyeri 10 menit
dengan skala nyeri 6. Klien mengalami demam naik turun, sering menggigil
dan berkeringat. Nafsu makan menurun disertai mual dan muntah, klien
mengalami penurunan BB yaitu 3 kg, sebelum sakit BB:65 kg dan saat sakit
BB:62 kg. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD: 130/90 mmhg,
N:98 x/menit, RR:23 x/menit, S:38.0˚C.
3. Riwayat penyakit dahulu:
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makan maupun
obat obatan, tidak mempunyai riwayat kecelakaan. Klien mengatakan
mengidap penyakit ini sejak ± 2 bulan yang lalu. Sebelumnya klien pernah
dirawat di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie dengan keluhan yang sama
yaitu nyeri pada ulu hati. klien memiliki riwayat gastritis ± 4 - 5 bulan yang
lalu. Klien hanya minum obat warung saat gastritisnya kambuh.klien
mengtakan tidak pernah opersai sebelumnya

4. Riwayat penyakit keluarga


Saat dilakukan pengkajian pada anggota keluarga tidak ada riwayat menderita
penyakit yang sama dengan yang dialami klien.

Genogram

Ny.M

Keterangan :
Laki-Laki :
Perempuan :
Meninggal :
Tinggal satu rumah :
Pasien :
5. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan
yang telah dilakukan :
Diagnosa medik : Abses Hepar
Pemeriksaan penunjang :
a. Laboratorium
Pada tanggal 02 Februari 2021 dilakukan pemeriksaan dengan hasil :
Parameter Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
HB 9,0 12.0-15,0 g/dl
Hematokrit 39 37.0-43.0 %
Lekosit 27.000 4.000-11.000 103/mm
Trombosit 150.000 150.000-400.000 /ml

LED 32 0-30 usia diatas 50 thn mm

sgOT 45 5-40 µ/L

sgPT 58 7-56 µ/L

b. USG abdomen adanya abses di hepar


Terapi yang didapat :
1. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
2. Ranitidine 1 am/12 jam
3. Sistenol tab 3x1
4. Metronidazole 3x1

III. PENGKAJIAN SAAT INI (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/ perawatan
Klien tidak mengetahui tentang penyakit yang dialaminya dan pengobatan yang
akan dilakukan kedepannya terhadap dirinya.
2. Pola nutrisi/metabolic
Intake makanan :
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 3x sehari 1-2x sehari
Jenis Nasi, lauk, sayur, buah, teh Nasi, lauk, sayur, air putih
manis, dan air putih
Porsi 1 porsi habis Menurun
Intake Cairan :
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Pola Minum 10 gelas/hari, air putih, dan teh 4-5 gelas dalam sehari

3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 1-2 x /hari 1 x /hari
Konsistensi Lembek berbentuk Lembek berbentuk
Bau Khas khas
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
b. Buang air kecil
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 6-8x sehari 2-3 x sehari
Pancaran Kuat sedang
Jumlah ±250 cc sekali (BAK) -
Bau Amoniak Amoniak
Warna Kuning Pucat Kunimg pucat
Perasaan Setelah BAK Lega Lega

4. Pola aktifitas dan latihan:


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas di tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat, 4: tergantung total
5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasa saat bangun
tidur)
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jumlah jam tidur siang 1-2 jam Sulit tidur
Jumlah jam tidur malam 6 ─ 7 jam 3 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
Perasaan waktu bangun Nyaman Nyeri

6. Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):


Pendengaran : klien mendengar rangsangan suara
Penciuman : klien dapat mencium aroma yang diberikan
Pengecapan : Klien tidak merasakan rasa obat yang diberikan
Pengelihatan : klien dapat melihat dengan baik

7. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep


diri)
Klien tampak tenang dan menganggap bahwa sakitnya adalah ujian dari tuhan,
emosi klien stabil.

8. Pola seksualitas :
Tidak ada masalah terkait pola seksualitas.

9. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain):


a. Pasien dapat berkomunikasi dengan relevan, mampu mengekspresikan dan
mampu memahami orang lain, tetapi ketika nyeri yang dialami muncul
sangat sulit untuk berkomunikasi kepada orang lain.
b. Pasien dekat dengan anggota keluarganya dan mereka-lah yang paling
berpengaruh dalam hidup pasien dan pasien meminta bantuan pada keluarga
terdekatnya jika memiliki masalah.
c. Hubungan dengan keluarga dan orang lain baik.
10. Pola managemen koping-stess (perubahan terbesar dalam hidup pada
akhir-akhir ini) :
Dalam mengambil keputusan, pasien selalu bermusyawarah dan meminta
pendapat dengan anggota keluarganya terutama suami. Pasien menyelesaikan
masalahnya dengan berbicara kepada anggota keluarganya
11. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan,dll) :
Agama : Islam
Pengaruh agama dalam kehidupannya : yakin dengan agama sendiri karena ini
hanyalah cobaan.
Permintaan kunjungan rohaniawi pada saat ini : Tidak ada

IV. PEMERIKSAAN FISIK


(Cephalocaudal) yang meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
Keluhan yang dirasakan saat ini :
TD : 130/90 mm/Hg
RR : 23 x/m
N : 98 x/m
S : 38.0OC
BB sehat : 65 kg
BB saat sakit : 62 kg
P = Paliatif / provokatif Nyeri akibat adanya pergerakan dan hilang saat
minum obat dan tidur
Q = Kualitas Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R = Regio / tempat Nyeri pada bagian ulu hati pada perut bagian
kanan atas
S = Skala 6
T = Waktu Hilang timbul

1. Kepala :
Inspeksi: simetris, tidak ada lesi, rambut hitam, rambut tebal
Palpasi: tidak ada benjolan, rambut halus
2. Mata dan telinga (penglihatan dan pendengran)
a. Penglihatan
Berkurang Ganda Kabur Buta/gelap
Visus : baik
Sclera ikterik : (ya/ tidak)
Konjungtiva : (anemis/tidak anemis)
Nyeri : (ya/tidak) intensitas :-
Kornea : jernih/keruh/berbintik
Alat bantu : tidak ada/lensa kotak/kaca mata
b. Pendengaran
Normal √ Berdengung Berkurang Alat bantu Tuli

3. Hidung
Inspeksi: Tidak ada inflamasi pada hidung, tidak ada secret, nafas cuping
hidung (-).
Palpasi: Tidak ada teraba pembengkakan, tidak ada fraktur pada hidung

4. Mulut/gigi/lidah :
Inspeksi: simetris, tidak ada sariawan, tidak ada putih di lidah, tidak ada caries
gigi

5. Leher :
Inspeksi: tidak terlihat pembesaran kelenjar tiroid, kiri dan kanan besarnya
sama, tidak ada gondongan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.

6. Respiratori:
 Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada kanan sama
dengan dada kiri.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan
 Aukultasi : Bunyi nafas vesikuler, whezing (-), ronchi (-)

7. Kardiovasakuler
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Saat dilakukan perkusi bunyi jantung redup
 Aukultasi : Bunyi jantung I : Lup, bunyi jantung II : Dup. Tidak ada bunyi
jantung tambahan.

8. Neurologis
a. Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada
b. GCS : Eye : 4 verbal : 5 motoric : 6
c. Pupil : isokor/unsiokor
d. Reflek cahaya : baik
e. Sinistra : +/- cepat/lambat
f. Dextra : +/- cepat/lambat
g. Bicara : tidak terlalu jelas
h. Komunikasi : tidak lancar akibat sakit yang dialami

9. Integument
a. Warna kulit:
Kemerahan: pucat: √ sianosis: jaundice: normal:
b. Kelembapan: Lembab : kering: √
c. Turgor: Elastis / tidak elastis
>2 detik: <2 detik

10. Abdomen
 Inspeksi : tidak asites
 Perkusi : terdengar bising usus dan perkusi hepar pekak
 Palpasi : Terdapat nyeri pada bagian kanan atas perut
 Aukultasi : suara nornal

11. Musculoskeletal
a. Nyeri otot/tulang, lokasi : Tidak ada
b. Kaku sendi, lokasi : tidak ada
c. Bengkak sendi, lokasi : tidak ada
d. Fraktur (terbuka/ tertutup), lokasi : tidak ada
e. Alat bantu, jelaskan : tidak ada

12. Seksualitas
Selama sakit klien tidak melakukan hubungan seksual

13. Program terapi


 Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Ranitidine 1 am/12 jam
 Sistenol tab 3x1
 Metronidazole 3x1

V. ANALISA DATA

Data Kemungkinan penyebab Masalah


Infeksi kuman masuk ke Hipertermia d/d
DS :
dalam tubuh (sistem Proses Penyakit:
 Klien mengatakan sering
demam pencernaan) Infeksi
 Klien mengatakan sering
menggigil dan berkeringat Vena porta, system bilier,
DO : sistem arterial hepatic
 Suhu tubuh klien diatas normal
 Klien tampak menggigil dan Hepar
berkeringat
 TTV : Mengalami kerusakan
S : 38.0oC
jaringan hepar

Peradangan/inflamasi hepar
Merangsang pengeluaran
sistensi zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang
meradang

Melepaskan zat prostaglandin

Mencapai hipotalamus

Reaksi peningkatan suhu


tubuh

Hipertermia

Hepar Risiko Defisit Nutrisi


DS : d/d Ketidakmampuan
 Klien mengatakan nafsu Mengalami kerusakan Menelan makanan
makan menurun jaringan
 Klien mengatakan BB nya
menurun. Inflamasi hepar

 Klien mengatakan mengalami


Rongga abses yang penuh
mual dan muntah
dengan cairan yang berisi
DO : leukosit mati dan hidup, sel-
 Klien tampak lemas sel hati yang mencair serta
bakteri
 Makanan klien tampak tidak
habis
Abses hepar
 Berat badan terjadi penurunan :
Sehat : 65 Kg & Sakit : 62 Kg Metabolisme nutrisi ↓

Risiko Defisit Nutrisi

DS : Inflamasi Hepar Nyeri Akut d/d Agen


 Klien mengatakan nyeri pada Pencedera Fisik
ulu hati (bagian kanan atas Infeksi
perut)
 Klien mengatakan nyeri nya Merangsang ujung saraf
seperti tertusuk-tusuk
mengeluarkan bradikinin,
 Klien mengatakan nyerinya
hilang timbul. serotonin, dan prostaglandin
 Skala nyeri 6
DO : Thalamus
 Klien tampak meringis
 TTV : Menekan saraf
TD : 130/90 mm/Hg
RR : 23 x/m Nyeri dipersepsikan
N : 98 x/m
S : 38.0OC Nyeri Akut

DS : Inflamasi hepar Gangguan Pola Tidur


 Klien mengatakan sulit tidur d/d Nyeri
 Klien mengatakan sulit tidur Infeksi
akibat nyeri
DO : Penekanan sel syaraf
 Klien tampak lemes
 Klien tampak nyeri Mengalami nyeri

Pola tidur terganggu akibat


nyeri

Gangguan pola tidur

Data subjektif : Abses hepar mengakibatkan Intoleransi Aktivitas


nyeri d/d Imobilitas
 Klien mengatakan bahwa merasa
lemas Metabolisme nutrisi ↓
 Klien mengatakan merasa nyeri
 Rentang gerak menurun
Produksi energy ↓
Data objektif :
 Klien tampak lemas
 Klien tampak nyeri
Kelemahan fisisk
 Rentang gerak klien menurun :
Kemampuan
0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan/minum  Mobilitas fisik terganggu
Mandi  
Toileting 
Berpakaian 
Intoleransi Aktivitas
Mobilitas di

tempat tidur
Berpindah 
Ambulasi/ROM 
*0: Mandiri; 1: Alat bantu; 2: Dibantu
orang lain; 3: Dibantu orang lain dan alat;
4: Tergantung total
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia d/d Proses Penyakit: Infeksi
2. Risiko Defisit Nutrisi d/d Ketidakmampuan Menelan makanan
3. Nyeri Akut d/d Agen Pencedera Fisik
4. Gangguan Pola Tidur d/d Nyeri
5. Intoleransi Aktivitas d/d Imobilitas
VII. NURSING CARE PLAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan SIKI


Hipertermia d/d Proses Termoregulasi 1. Manajemen Hipertermia
1.
Penyakit: Infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam Tindakan-tindakan :
waktu 1 x 3 jam ekspektasi termoregulasi membaik 1.1 Identifikasi penyebab hipertermia (mis;
Kriteria Hasil : dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Dikaji Tujuan
penggunaan incubator)
1.2 Monitor tanda-tanda vital (suhu
Menggigil 1, meningkat 5, menurun
tubuh)Sediakan lingkungan yang dingin
Suhu tubuh 2, cukup 5, membaik
1.3 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
memburuk
mengurangi demam yaitu kompres
Suhu kulit 2, cukup 5, membaik dingin/hangat
memburuk 1.4 Kolaborasi pemberian cairan dan
TTV 3, sedang 5, membaik elektrolit intravena
2. Risiko Defisit Nutrisi d/d Status Nutrisi 2. Manajemen Nutrisi
Ketidakmampuan Menelan
Makanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam Tindakan-tindakan :
waktu 3 x 24 jam ekspektasi status nutrisi cukup 2.1 Identifikasi status nutrisi
membaik 2.2 Monitor asupan makan
Kriteria Hasil : 2.3 Monitor berat badan
2.4 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
Dikaji Tujuan
makan (mis; pereda nyeri, antiemetik)
Porsi makan yang 1, menurun 5, meningkat 2.5 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dihabiskan menentukan jumlah kalori dan jenis
Kekuatan otot 1, menurun 5, meningkat nutrient yang dibutuhkan
menelan
Berat badan 2, cukup 5, membaik
memburuk
Nafsu makan 2, cukup 5, membaik
memburuk

3. Nyeri Akut d/d Agen Tingkat Nyeri 3. Manajemen Nyeri


Pencedera Fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam Tindakan-tindakan :
waktu 1 x 3 jam ekspektasi tingkat nyeri menurun 3.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi ,kualitas ,intensitas nyeri dan
Dikaji Tujuan
skala nyeri
3.2 Monitor tanda-tanda vital
Keluhan nyeri 1, meningkat 5, menurun
3.3 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Meringis 1, meningkat 5, menurun
mengurangi nyeri yaitu relaksasi nafas
Gelisah 1, meningkat 5, menurun dalam
Pola tidur 2, cukup 5, membaik 3.4 Kontrol lingkungan yang memperberat
memburuk nyeri (mis; suhu ruangan, pencahayaan,
TTV 3, sedang 5, membaik kebisingan)
3.5 Kolaborasi pemberian analgetik.

4. Gangguan Pola Tidur d/d Pola Tidur 4. Dukungan Tidur


Nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam Tindakan-tindakan :
waktu 1 x 3 jam ekspektasi pola tidur membaik 4.1 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Kriteria Hasil : 4.2 Identifikasi faktor pengganggu tidur
Dikaji Tujuan
4.3 Fasiltasi tidur (mis; pencahayaan,
kebisingan, suhu ruangan)
Keluhan sulit tidur 4,cukup 1, menurun
4.4 Ajarkan teknik relaksasi untuk
meningkat
meningkatkan tidur
Keluhan sering 4, cukup 1, menurun
terjaga meningkat
Keluhan pola tidur 4, cukup 1, membaik
berubah meningkat

5. Intoleransi Aktivitas d/d Toleransi Aktivitas 5. Manajemen Energi


Imobilitas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam Tindakan-tindakan :
waktu 3 x 24 jam ekspektasi toleransi aktivitas 5.1 Identifikasi gangguan tubuh yang
meningkat mengakibatkan kelelahan
5.2 Monitor pola dan jam tidur
Kriteria Hasil :
5.3 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Dikaji Tujuan
selama tidur
Keluhan lelah 1, meningkat 5, menurun 5.4 Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
Perasaan lemah 1, meningkat 5, menurun 5.5 Anjurkan melakukan aktivitas secara
Kemudahan dalam 1, menurun 5, meningkat bertahap
melakukan 5.6 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
aktivitas sehari- meningkatkan asupan makanan.
hari
TTV 3, sedang 5, membaik
ANALISA KETERAMPILAN (KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH)

Nama Mahasiswa : Syahdan


NIM : P20002060
Tanggal : 04 Februari 2021
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien Usia : Ny.M
2. Diagnosa medis : Abses Hepar
3. Pemenuhan kebutuhan : Hipertermi (demam)
4. Diagnosa keperawatan : Hipertermi
5. Tindakan yang : Kompres Dingin
dilakukan
7. Tanggal tindakan : 04 Februari 2021
8. Waktu : 15-20 menit
B. STANDAR
PROSEDUR Kompres Dingin
OPERASIONAL

1. Pengertian Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan
atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. (Yunita, 2015)
2. Tujuan tindakan 1. Menurunkan suhu tubuh
2. Memberi rasa nyaman dan tenang pada klien
3. Mengurangi kongesti
3. Prinsip tindakan Bersih
(rasional) Rasional: Kegiatan untuk menurunkan suhu tubuh

4. Indikasi 1. Hipertermi (demam)


5. Kontraindikasi Tidak terdapat kontraindikasi
6. Alat 1. Handscoon
2. Masker
3. Kom kecil berisi air es
4. Beberapa buah waslap
5. Handuk kering
6. Perlak/pengalas
7. Pra interaksi 1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
8. Interaksi 1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
9. Kerja
1. Dekatkan alat-alat kedekat klien
Rasional: mempermudah saat melakukan tindakan
2. Perhatikan privaci klien
Rasional: mejaga privasi klien, seperti menutup pintu dan menutup sampiran
3. Cuci tangan
Rasional: Melindungi diri dari berbagai macam infeksi dan penyakit
berbahaya. mencegah penyebaran bakteri dan virus ke orang lain melalui
tangan
4. Atur posisi klien yang nyaman
Rasional: Memudahkan tindakan yang akan dilakukan
5. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
Rasional: Agar klien tidak membasahi bagian yang lain saat dilakukan
kompres dingin
6. Kenakan sarung tangan
Rasional: untuk mencegah infeksi silang dan penularan kuman
7. Ukur suhu air yang sesuai jangan terlalu dingin
Rasional: untuk mengetahui suhu air tidak terlalu dingin
8. Masukkan waslap ke dalam air dingin yang sudah disiapkan
Rasional: bahan yang digunakan untuk melakukan pengompresan
9. Kemudian letakkan waslap pada area yang akan dikompres seperti kepala
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh
10. Lakukan prasat ini selama 10-15 menit atau sesuai program dengan ganti
kompres tiap 5 menit
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh lebih cepat
11. Lepaskan sarung tangan
Rasional: mencegah terjadinya infeksi silang dan menghilangkan bakteri
setelah melakukan tindakan
12. Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
Rasional: agar pasien dapat rileks
13. Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali
Rasional: agar ruangan pasien bersih kembali dan alat-alat dibawa kembali
keruangan untuk dibersihkan atau disterilkan.
14. Cuci tangan
Rasional: Untuk mencegah terjadinya infeksi silang dan menghilangkan
bakteri setelah melakukan tindakan
10. Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan

2. Merapikan pasien dan lingkungan

3. Berpamitan dengan klien


4. Membereskan alat-alat dan kembalikan alat ketempat semula

5. Mencuci tangan
11. Referensi Reza Dwi Agustiningrum. (2019). EFEKTIFITAS PENGGUNAAN KOMPRES
HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP TINGKAT NYERI
PADA BALITA. Perpustakaan Universitas Airlangga.

C. ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin 1. Suhu Dingin
terjadi dan cara Waktu pemberian kompres dingin yang disarankan adalah 10–15 menit
pencegahan hingga maksimal 20 menit. Hindari memberikan kompres dingin terlalu
lama karena dapat menghambat sirkulasi darah.
Cara pencegahan : pastikan waktu pemberian kompres dingin dengan
tepat
Identikasi tindakan 1. Monitor waktu selama pemberian
keperawatan lainnya 2. Monitor kondisi kulit selama terapi
untuk mengatasi masalah 3. Monitor kondisi umum,kenyamanan dan keamanan selama terapi
tersebut 4. Monitor respon pasien terhadap terapi
5. Bungkus alat terapi dengan menggunakan kain
6. Ajarkan cara mengunakan terapi tersebut

2. Identifikasi masalah 1. Kompres dingin terlalu lama karena dapat menghambat sirkulasi darah
keperawatan lain yang
mungkinmuncul
(rasional)
3. Evaluasi diri 1. Lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan
2. Mempersiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dengan lengkap

4. Rencana tindak lanjut 1. Lakukan pemantauan terhadap suhu tubuh


2. Kolaborasi dengan dokter pemberian antipiretika
5 Referensi SDKI, DPP & PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: definisi
dan indikator diagnostik. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI
SIKI, DPP & PPNI.(2016). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia: definisi dan
tindakan keperawatan. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI
https://www.alodokter.com/jenis-kompres-dan-aturan-pakainya 12 juli 2020
ANALISA KETERAMPILAN (KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH)

Nama Mahasiswa : Syahdan


NIM : P20002060
Tanggal : 04 Februari 2021
NO ITEM REVIEW
A. IDENTITAS PASIEN
1. Initial pasien Usia : Ny.M
2. Diagnosa medis Pemenuhan : Abses Hepar
3. kebutuhan Diagnosa keperawatan : Nyeri
4. Tindakan yang dilakukan : Nyeri Akut
5. Tanggal tindakan : Manajemen Nyeri
Waktu
7. : 04 Februari 2021
8. : 10-15 menit

B. STANDAR PROSEDUR Relaksasi Nafas Dalam


OPERASIONAL

1. Pengertian Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot,
rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri.
2. Tujuan tindakan 4. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
5. Memberi rasa nyaman dan tenang pada klien
6. Meningkatkan kualitas tidur
3. Prinsip tindakan Suasana lingkungan tenang
(rasional) Bersih
Rasional: Kegiatan untuk meredahkan rasa nyeri dengan prinsip bersih
4. Indikasi Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut dan nyeri kronis

5. Kontraindikasi Tidak terdapat kontraindikasi

6. Alat APD :
- Masker

7. Pra interaksi 4. Membaca status klien


5. Identifikasi klien
6. Mencuci tangan
8. Interaksi 4. Mencuci tangan
5. Identifikasi klien
6. Memberikan salam terapeutik
7. Validasi kondisi pasien saat ini
8. Menjaga keamanan privasi pasien
9. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan
keluarga
9. Kerja 1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang
kurang dipahami / jelas
2. Atur posisi agar pasien rileks tanpa adanya bebab fisik, baik duduk
maupun berdiri. Apabila pasien memilih duduk, maka bantu pasien duduk
di tepi tempat tidur atau posisi duduk tegak di kursi. Posisi juga bisa
semifowler, berbaring di tempat tidur dengan punggung tesangga bantal
3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga pasru berisi
udara
4. Instruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara
membiarkannya keluar diri setiap bagian anggota tubuh, pada waktu
bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatian betapa nikmatnya
rasanya
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-
2 menit)
6. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian
menghembuskan dengan cara perlahan dan merasakan saat ini udara mulai
mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru dan seterusnya udara dan
rasakan udara mengalir keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara
yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki
dan rasakan kehangatannya
8. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apa bila rasa nyeri
kembali lagi
9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan
secara mandiri
10. Ulangin latihan nafas dalam ini sebanyak 3 sampai 5 kali
10. Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
11. Referensi Skripsi Luthfiana Rahmawati (2018) Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Aman Nyaman Di RSUD Sleman
C. ANALISA Relaksasi Nafas Dalam
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin terjadi dan Tidak ada bahaya yang mungkin terjadi pada relaksasi nafas dalam
cara pencegahan

Identikasi tindakan keperawatan Tidak ada


lainnya untuk mengatasi masalah
tersebut
2. Identifikasi masalah keperawatan Tidak ada
lain yang mungkinmuncul
(rasional)
3. Evaluasi diri 3. Lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan
4. Jangan terlalu terburu-buru dalam melakukan tindakan

4. Rencana tindak lanjut 1. Melakukan pemantauan terhadap nyeri yang dialami klien dengan
menggunakan PQRST.
2. Monitor terapi komplementer yang diberikan
5 Referensi Skripsi Luthfiana Rahmawati (2018) Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada
Pasien Post Operasi Apendiktomi Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman Nyaman Di RSUD Sleman
DAFTAR PUSTAKA

Akhondi H, Sabih DE. (2020). Liver Abscess. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing. Retrieved 14 December 2020,
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538230/

Czerwonko ME, Huespe P, Bertone S, Pellegrini P, Mazza O, Pekolj J, de


Santibañes E, Hyon SH, de Santibañes M. Pyogenic liver abscess: current
status and predictive factors for recurrence and mortality of first
episodes. HPB (Oxford). 2016 Dec;18(12):1023-1030. [PMC free article]
[PubMed]

Gaillard, F. (n.d). Hepatic abscess | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org.


Retrieved 14 December 2020, from https://radiopaedia.org/articles/hepatic-
abscess-1

Herman Bintang Parawira, et al. (2019). ABSES HATI PADA INFEKSI


HEPATITIS B . Jurnal Medical Profession (MedPro).

Italiya H, Shah P, Rajyaguru A, Bhatt J. A prospective study of USG guided pigtail


catheter drainage in management of liver abscess. Int J Res Med Sci.
2015;3(3):574.

Reza Dwi Agustiningrum. (2019). EFEKTIFITAS PENGGUNAAN KOMPRES


HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP TINGKAT NYERI
PADA BALITA. Perpustakaan Universitas Airlangga.

Sudoyo AW, Setiati S, Alwi I, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing; 2009

Understanding Liver Abscess. (n.d). Fairview. Retrieved 14 December 2020,


from https://www.fairview.org/sitecore/content/Fairview/Home/Patient,Ed
ucation/Articles/English/u/n/d/e/r/Understanding_Liver_Abscess_90738

Anda mungkin juga menyukai