Disusun Oleh :
NAMA : SYAHDAN
P20002060
A. DEFINISI
Abses pada hati (liver/hepar) adalah kantung nanah yang terjadi pada organ
hati akibat cedera yang dapat berkembang menjadi infeksi. Nanah adalah cairan
yang terdiri dari sel darah putih dan sel mati yang terbentuk saat tubuh melawan
infeksi. Alih-alih mengalir dari tempat infeksi, nanah yang muncul berkumpul
di dalam sebuah saku pada hati. Kondisi ini biasanya disertai dengan
pembengkakan dan peradangan pada daerah sekitarnya dan menyebabkan rasa
sakit dan bengkak pada perut. Abses nanah umumnya dikategorikan menjadi
dua yaitu piogenik atau amuba. Walaupun demikian, sebagian kecil dari
penyakit liver ini disebabkan oleh parasit dan jamur. Bila tidak segera ditangani,
kondisi yang disebut abses hepar ini dapat berakibat fatal (Czerwonko,et al.
2016).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh suatu
mikroorganisme yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai
dengan adanya pembentukan pus hati sebagai proses invasi dan multiplikasi
yang masuk secara langsung dari cedera pembuluh darah atau sistem ductus
biliaris. Abses hati yang paling banyak ditemukan yaitu piogenik, kemudian
amoebic ataupun campuran infeksi dari keduanya (Italiya H, et al. 2015).
B. ETIOLOGI
Abses hati umumnya terjadi akibat infeksi dari kuman, seperti bakteri,
parasit, atau jamur. Jenis patogen yang menyerang hati Anda akan menentukan
jenis abses yang dialami, seperti :
1. Bakteri, yaitu Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae (abses piogenik)
2. Amoeba, yaitu Entamoeba histolytica (abses amuba), dan
3. Jamur penyebab abses hati, yakni Candida sp (abses hati jamur).
Masalah peradangan, seperti usus buntu, divertikulitis, dan kolesistitis juga
sering menyebabkan abses amuba dan menimbulkan cairan nanah. Kondisi ini
juga sering terjadi pada lingkungan dengan kondisi sanitasi yang buruk. Selain
itu, infeksi juga dapat terjadi ketika :
Menyebar ke hati dari kantong empedu, saluran empedu, atau usus buntu
Mengalir ke dalam aliran darah menuju hati dari organ lainnya, dan
Pasca-operasi atau cedera pada hati (Understanding Liver Abscess, 2020).
C. KLASIFIKASI
Abses hepar di klasifikasikan menjadi dua , yaitu :
1. Abses amuba hati (AHA)
Abses amuba hati paling sering di sebabkan oleh Enthamuba histolitica,
abses hati oleh Enthamuba histolitica umumnnya ditemukan dinegara
berkembang, di kawasan tropis dan subtropis akibat sabitasi lingkungan
yang buruk, termasuk Indonesia.
2. Abses pirogenik hati (AHP)
Abses pirogenik hati jarang ditemukan, namun lebih sering ditemukan di
negara maju. (Herman Bintang Parawira, et al, 2019).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala abses hati mungkin tampak seperti dengan penyakit lainnya. Namun,
ada beberapa tanda dan gejala yang paling sering muncul ketika seseorang
mengalami kondisi ini, seperti :
1. Demam
2. Tubuh menggigil dan berkeringat
3. Penurunan berat badan
4. Mual atau muntah
5. Diare
6. Sakit perut (nyeri bagian kanan atas perut)
Pada kasus yang lebih jarang, Anda mungkin merasakan sesak pada dada,
nafsu makan menurun, hingga kulit dan mata menguning (Understanding Liver
Abscess, 2020).
E. KOMPLIKASI
Kebanyakan kasus menunjukkan bahwa abses liver dapat diatasi dengan
mudah bila segera ditangani. Apabila dibiarkan, abses hepar dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, antara lain :
1. Abses pecah
2. Sepsis, dan
3. Peritonitis (Akhondi H, Sabih DE, 2020)
F. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi infeksi di sepanjang saluran pencernaan, mikroorganisme
penyebab infeksi dapat sampai ke hati. Mikroorganisme tersebut masuk ke hati
melalui sitem billier, sistem vena porta, sistem arterial hepatik. Kuman yang
masuk kedalam tubuh akan menyebabkan kerusakanakan jaringan dengan cara
mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis),
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan
endotoksin yang ada hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas
terjadi bila ada perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan perubahan
reaksi imun yang merusak jaringan.
Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan kerusakan
jaringan, kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi
merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal
yang terlihat akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro
sirkulasi kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan
suhu dapat terjadi secara sistemik. Akibat endogen pirogen yang dihasilkan
makrofaq mempengaruhi termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga
produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi. Peradangan terjadi
perubahan diameter pembuluh darah mengalir keseluruh kapiler, kemudian
aliran darah kembali pelan.
Sel-sel darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona plasmatik.
Leukosit menempel pada epitel sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam
ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang mengikuti fase hyperemia
meningkatkan permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarnya plasma
kedalam jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat
tekanan hidrostatik meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi
akumulasi cairan didalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari
cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan
tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri.
Mediator kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin, dan serotonin
merusak ujung saraf sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor
mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan nyeri dan muncul
gangguan pola tidur. Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan
sehingga mengalami penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan terganggunya
mobilitas, Battacica B F (2009) dan Brunner & Suddarth (2002).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan abses hati biasanya akan tergantung pada jenis abses yang
dialami. Pada kebanyakan kasus, cara mengobati abses liver akan dimulai dari
rumah sakit dan berlanjut di rumah, meliputi :
1. Minum antibiotik, baik lewat IV (intravena) atau secara oral
2. Menguras nanah dengan jarum atau kateter melalui kulit
3. Menjalani operasi abses bila sudah sangat parah.
Untuk pengobatan di rumah normalnya, kebanyakan orang yang mengalami
abses hati akan membaik dalam waktu 2 minggu dengan antibiotik dan
pembuangan nanah. Sementara itu, pasien dengan abses akibat amuba, mungkin
akan mengalami demam ringan selama 4 – 5 hari, agar infeksi patogen tidak
semakin parah, anda bisa menerapkan rutinitas sehat, termasuk :
Minum antibiotik sesuai petunjuk
Rutin memeriksakan diri ke dokter
Mencuci tangan sebelum makan, dan
Hubungi dokter bila sakit perut, demam, atau diare (Akhondi H, Sabih DE,
2020).
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setelah pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit, dokter mungkin akan
meminta untuk menjalani pemeriksaan tertentu untuk mengetahui penyebab
abses hati, seperti :
1) Hiperbilirubinemia hanya sebagian kecil kasus
2) Hitung darah lengkap (sering terjadi anemia), hitung sel leukosit
(meningkat), dan laju endap darah (meningkat)
3) Profil biokimia (tes fungsi hati,albumin,dan ureum /kreatinin) peningkatan
fosfatase alkali sering ditemukan
4) Kultur darah (positif pada abses piogenik)
5) Serologi untuk E.histolytica
6) Abses hati akut, yang aspartat aminottransferase (AST) tingkat tinggi, pada
abses hati kronis, yang tingkat fosfatase alkali cenderung meningkat dan
tingkat AST cenderung berada dalam batas normal, secara keseluruhan,
tingkat fostase alkali meningkat pada sekitar 70% kasus abses hati amoeba.
7) Pemeriksan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transmainase) dan ALT
(alanine aminotranferase) juga meningkat karena kerusakan sel-sel hepar
8) Pemeriksaan feses mikroskopis tinja pada abses hati terbatas. kultur feces
untuk amoeba sensitive.
9) Radiologi :
Ultrasonografi Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
CT Scan Dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
mengambil sampel bagi pemeriksaan kultur mikroorganisme
Biopsi hati jika pengobatan dengan antibiotik tidak efektif.
Umumnya, abses hepar dapat terlihat sebagai benjolan yang mengandung
gas dan cairan saat dilihat dengan CT scan (Gaillard F, 2020).
I. WOC
Vena Porta
Infeksi Kuman Saluran Pencernaan Sistem Billier Hepar
Sistem Artial hepatik
Mengalami
Merangsang Kerusakan
pengeluaran jaringan
sistensi zat
pirgen oleh
Inflamasi Hepar
leukosit pada
jaringan yang Merangsang Infeksi
meradang ujung saraf
mengeluarkan
bradikinin, Rongga abses
serotonin, dan yang penuh
Mencapai postaglandin dengan cairan
hipotalamus yang berisi
leukosit mati dan
hidup, sel-sel hati
Thalamus yang mencair
serta bakteri
Reaksi
peningkatan
Nyeri Akut Gangguan Pola
suhu tubuh Abses pada Hepar
Tidur
Intoleransi
Aktivitas
J. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
a. Identitas Data klien
Mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No
MR, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan ruangan tempat klien
dirawat.
Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Klien Riwayat kesehatan pada klien dengan kanker lidah adalah
sebagai berikut :
1) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus abses hepar adalah lelah,
penurunan kemampuan aktivitas, tidak nafsu makan, mual dan
muntah, nyeri perut di bagian kanan atas, nyeri padabahu sebelah
kanan, demam
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat penyakit sekarang Pengumpulan data dilakukan sejak
munculnya keluhan dan secara umum mencakup awitan gejala
dan bagaimana gejala tersebut berkembang.
Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya abses hepar seperti infeksi bakteri di
dalam perut, luka tusuk yang mengenai hepar, infeksi dari bagian
tubuh lain yang terbawa oleh aliran darah.
Riwayat penyakit keluarga
Dilakukan pengkajian pada anggota keluarga apakah pernah
menderita penyakit yang sama atau tidak.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Rambut bersih atau kotor, warna rambut, ada lesi atau tidak
2) Mata dan telinga
Konjungtiva anemis atau tidak, pupil isokor anisokor, lubang telinga
kotor atau tidak
3) Hidung
Lubang hidung sama besar atau tidak, sekitar hidung kotor atau
bersih, ada polip atau tidak
4) Mulut
Sianosis atau tidak, sekitar mulut kotor atau bersih
5) Kulit
Inspeksi : ada perubahan warna atau tidak, ada lesi, warna lesi,
luas lesi, banyak area yang terkena.
Palpasi : kering atau lembab, halus atau kasar, nyeri atau tidak
saat ditekan, teraba hangat atau dingin, akral dingin atau panas.
6) Dada/jantung/paru
Paru-paru
Inspeksi : Bagaimana kembang kempis dada, simetris
atau tidak
Palpasi : Bagaimana sterfimitus kanan kiri sama atau
tidak
Perkusi : Pekak seluruh lapang paru atau tidak
Auskultasi : Suara cordius tampak atau tidak
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak atau tidak
Palpasi : Ictus cordis teraba atau tidak
Perkusi : Konfigurasi normal atau tidak
Auskultasi : Terdapat suara abnormal atau tidak
7) Perut
Inspeksi : tidak asites
Auskultasi : terdengar bising usus
Palpasi : ada nyeri atau tidak
Perkusi : kembung atau tidak
8) Genitalia
Apakah terpasang kateter atau tidak, bersih atau tidak
9) Extremitas
Atas : oedem atau tidak, terpasang infus atau tidak
Bawah : oedem atau tidak
10) Kebutuhan Fisik, spiritual dan psikologis
Aktivitas dan istirahat
Menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah,
latergi, penurunan massa otot/tonus
Eliminasi
Diare, keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus,
distensi abdomen, penurunan/tidak ada nya bising usus, feses
berwarna tanah liat, melena, urine gelap pekat
Makanan/cairan
Menunjukkan adanya anoreksia, tidal toleran terhadap
makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat
badan dan peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk,
ikterik.
Nyeri/kenyamanan
Menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b/d Proses Penyakit
2. Resiko Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan Mencerna Makanan
3. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisik
L. NURSING CARE PLANS
Intervensi keparawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang
telah di identifikasikan dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan
cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efesien (Rohmah & Walid, 2012).
No SDKI SLKI SIKI
1. Hipertermia b/d Proses Termoregulasi 1. Manajemen Hipertermia
Penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Intervensi :
3 x 24 jam ekspektasi termogulasi membaik 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis; dehidrasi,
Kriteria Hasil : terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
Dikaji Tujuan 2. Monitor tanda-tanda vital (suhu tubuh)/Monitor kadar
Suhu tubuh 1, memburuk 4, cukup elektrolit
membaik 3. Monitor kadar elektrolit
Suhu kulit 1, memburuk 4, cukup 4. Monitor pengeluaran urin
membaik 5. Monitor komplikasi akibat hipertermi
Menggigil 1, meningkat 4, cukup
menurun Terapeutik :
TTV 3, sedang 4, cukup 1. Sediakan lingkungan yang dingin
membaik 2. Longgarkan atau lepasakan pakaian
3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri yaitu kompres dingin
4. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Resiko Defisit Nutrisi b/d Status Nutrisi 2. Manajemen Gangguan Makan
Ketidakmampuan
Mencerna Makanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu Tindakan-tindakan :
3 x 24 jam ekspektasi status nutrisi membaik 2.1 Monitor tanda-tanda vital
Kriteria Hasil : 2.2 Monitor asupan dan keluarnya maknan dan cairan serta
Dikaji Tujuan kebutuhan kalori.
Porsi makan 1, menurun 4, cukup 2.3 Timbang berat badan secara rutin
yang dihabiskan meningkat 2.4 Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik
Kekuatan otot 1, menurun 4, cukup 2.5 Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan
pengunyah meningkat situasi pemicu pengeluaran makanan
Kekuatan otot 1, menurun 4, cukup 2.6 Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah
menelan meningkat perilaku makan
Sariawan 1,Meningkat 4, cukup 2.7 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan,
menurun kebutuhan kalori dan pilihan maknan.
3. Nyeri Akut b/d Agen Tingkat Nyeri 3. Dukungan Mobilisasi
Pencedera Fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu
3 x 24 jam ekspektasi tingkat nyeri menurun Tindakan-tindakan :
Kriteria Hasil : 3.1 Monitor tanda-tanda vital kondisi umum selama
Dikaji Tujuan melakukan mobilisasi
Keluhan nyeri 1, 4, cukup 3.2 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
meningkat menurun 3.3 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Meringis 1, 4, cukup 3.4 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis; pagar
meningkat menurun tempat tidur)
Sikap protektif 1, 4, cukup 3.5 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkat menurun meningkatkan pergerakan
Gelisah 1, 4 , cukup 3.6 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis ;
meningkat menurun duduk di tempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah
Kesulitan tidur 1, 4, cukup dari tempat tidur ke kursi).
meningkat menurun
TTV 3, sedang 5, membaik
TINJAUAN KASUS
BIODATA PASIEN
Nama / Inisial : Ny.M
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
No RM : 210190
Diagnosa Medis : Abses Hepar
Tanggal Masuk RS : 02 Februari 2021
Alamat : Jl.Juanda 7
Ny.M (52 Thn) alamat jalan juanda 7 dengan RM : 210190, klien masuk RS. Abdul
Wahab Sjahranie diantar oleh keluarganya melalui IGD pada tanggal 02 Februari 2021
pukul 18.30 wib dengan keluhan nyeri pada ulu hati sejak ±2 bulan yang lalu, klien
mengatakan nyeri khas pada perut bagian kanan atas, nyeri yang dirasakan hilang
timbul, klien mengatakan nyeri saat ditekan pada abdomennya, lamanya nyeri 10
menit dengan skala nyeri 6. Nyeri yang dirasakan menyebar sampai kepunggung
belakang, klien mengatakan nyeri bertambah saat klien duduk atau saat klien bergerak
dan yeri berkurang saat klien tidur dan minum obat. Klien mengalami demam naik
turun, sering menggigil dan berkeringat. Nafsu makan menurun disertai mual dan
muntah, klien mengalami penurunan BB yaitu 3 kg, sebelum sakit BB:65 kg dan saat
sakit BB:62 kg. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD: 130/90 mmhg, N:98
x/menit, RR:23 x/menit, S:38.0˚C. Hasil pemeriksaan lab HB: 9.0, Leukosit: 27.000,
HT: 39, Trombosit: 150.000, LED (32), sgOT (45 µ/L), sgPT (58 µ/L) dan hasil USG
abdomen adanya abses di hepar. Klien mendapatkan therapy ceftriaxone 1 gr/12 jam,
ranitidine 1 am/12 jam, sistenol tab 3x1, metronidazole 3x1.
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makan maupun obat
obatan, tidak mempunyai riwayat kecelakaan. Klien mengatakan mengidap penyakit
ini sejak ± 2 bulan yang lalu. Sebelumnya klien pernah dirawat di Rumah Sakit Abdul
Wahab Sjahranie dengan keluhan yang sama yaitu nyeri pada ulu hati.klien memiliki
riwayat gastritis ± 4 - 5 bulan yang lalu. Klien hanya minum obat warung saat
gastritisnya kambuh.klien mengtakan tidak pernah opersai sebelumnya.
FORMAT PENGKAJIAN DAN ANALISIS KETERAMPILAN
Genogram
Ny.M
Keterangan :
Laki-Laki :
Perempuan :
Meninggal :
Tinggal satu rumah :
Pasien :
5. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan
yang telah dilakukan :
Diagnosa medik : Abses Hepar
Pemeriksaan penunjang :
a. Laboratorium
Pada tanggal 02 Februari 2021 dilakukan pemeriksaan dengan hasil :
Parameter Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
HB 9,0 12.0-15,0 g/dl
Hematokrit 39 37.0-43.0 %
Lekosit 27.000 4.000-11.000 103/mm
Trombosit 150.000 150.000-400.000 /ml
III. PENGKAJIAN SAAT INI (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/ perawatan
Klien tidak mengetahui tentang penyakit yang dialaminya dan pengobatan yang
akan dilakukan kedepannya terhadap dirinya.
2. Pola nutrisi/metabolic
Intake makanan :
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 3x sehari 1-2x sehari
Jenis Nasi, lauk, sayur, buah, teh Nasi, lauk, sayur, air putih
manis, dan air putih
Porsi 1 porsi habis Menurun
Intake Cairan :
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Pola Minum 10 gelas/hari, air putih, dan teh 4-5 gelas dalam sehari
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 1-2 x /hari 1 x /hari
Konsistensi Lembek berbentuk Lembek berbentuk
Bau Khas khas
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
b. Buang air kecil
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 6-8x sehari 2-3 x sehari
Pancaran Kuat sedang
Jumlah ±250 cc sekali (BAK) -
Bau Amoniak Amoniak
Warna Kuning Pucat Kunimg pucat
Perasaan Setelah BAK Lega Lega
8. Pola seksualitas :
Tidak ada masalah terkait pola seksualitas.
1. Kepala :
Inspeksi: simetris, tidak ada lesi, rambut hitam, rambut tebal
Palpasi: tidak ada benjolan, rambut halus
2. Mata dan telinga (penglihatan dan pendengran)
a. Penglihatan
Berkurang Ganda Kabur Buta/gelap
Visus : baik
Sclera ikterik : (ya/ tidak)
Konjungtiva : (anemis/tidak anemis)
Nyeri : (ya/tidak) intensitas :-
Kornea : jernih/keruh/berbintik
Alat bantu : tidak ada/lensa kotak/kaca mata
b. Pendengaran
Normal √ Berdengung Berkurang Alat bantu Tuli
3. Hidung
Inspeksi: Tidak ada inflamasi pada hidung, tidak ada secret, nafas cuping
hidung (-).
Palpasi: Tidak ada teraba pembengkakan, tidak ada fraktur pada hidung
4. Mulut/gigi/lidah :
Inspeksi: simetris, tidak ada sariawan, tidak ada putih di lidah, tidak ada caries
gigi
5. Leher :
Inspeksi: tidak terlihat pembesaran kelenjar tiroid, kiri dan kanan besarnya
sama, tidak ada gondongan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
6. Respiratori:
Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada kanan sama
dengan dada kiri.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan
Aukultasi : Bunyi nafas vesikuler, whezing (-), ronchi (-)
7. Kardiovasakuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Saat dilakukan perkusi bunyi jantung redup
Aukultasi : Bunyi jantung I : Lup, bunyi jantung II : Dup. Tidak ada bunyi
jantung tambahan.
8. Neurologis
a. Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada
b. GCS : Eye : 4 verbal : 5 motoric : 6
c. Pupil : isokor/unsiokor
d. Reflek cahaya : baik
e. Sinistra : +/- cepat/lambat
f. Dextra : +/- cepat/lambat
g. Bicara : tidak terlalu jelas
h. Komunikasi : tidak lancar akibat sakit yang dialami
9. Integument
a. Warna kulit:
Kemerahan: pucat: √ sianosis: jaundice: normal:
b. Kelembapan: Lembab : kering: √
c. Turgor: Elastis / tidak elastis
>2 detik: <2 detik
10. Abdomen
Inspeksi : tidak asites
Perkusi : terdengar bising usus dan perkusi hepar pekak
Palpasi : Terdapat nyeri pada bagian kanan atas perut
Aukultasi : suara nornal
11. Musculoskeletal
a. Nyeri otot/tulang, lokasi : Tidak ada
b. Kaku sendi, lokasi : tidak ada
c. Bengkak sendi, lokasi : tidak ada
d. Fraktur (terbuka/ tertutup), lokasi : tidak ada
e. Alat bantu, jelaskan : tidak ada
12. Seksualitas
Selama sakit klien tidak melakukan hubungan seksual
V. ANALISA DATA
Peradangan/inflamasi hepar
Merangsang pengeluaran
sistensi zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang
meradang
Mencapai hipotalamus
Hipertermia
1. Pengertian Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan
atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan. (Yunita, 2015)
2. Tujuan tindakan 1. Menurunkan suhu tubuh
2. Memberi rasa nyaman dan tenang pada klien
3. Mengurangi kongesti
3. Prinsip tindakan Bersih
(rasional) Rasional: Kegiatan untuk menurunkan suhu tubuh
5. Mencuci tangan
11. Referensi Reza Dwi Agustiningrum. (2019). EFEKTIFITAS PENGGUNAAN KOMPRES
HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP TINGKAT NYERI
PADA BALITA. Perpustakaan Universitas Airlangga.
C. ANALISA
KETERAMPILAN
1. Bahaya yang mungkin 1. Suhu Dingin
terjadi dan cara Waktu pemberian kompres dingin yang disarankan adalah 10–15 menit
pencegahan hingga maksimal 20 menit. Hindari memberikan kompres dingin terlalu
lama karena dapat menghambat sirkulasi darah.
Cara pencegahan : pastikan waktu pemberian kompres dingin dengan
tepat
Identikasi tindakan 1. Monitor waktu selama pemberian
keperawatan lainnya 2. Monitor kondisi kulit selama terapi
untuk mengatasi masalah 3. Monitor kondisi umum,kenyamanan dan keamanan selama terapi
tersebut 4. Monitor respon pasien terhadap terapi
5. Bungkus alat terapi dengan menggunakan kain
6. Ajarkan cara mengunakan terapi tersebut
2. Identifikasi masalah 1. Kompres dingin terlalu lama karena dapat menghambat sirkulasi darah
keperawatan lain yang
mungkinmuncul
(rasional)
3. Evaluasi diri 1. Lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan
2. Mempersiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan dengan lengkap
1. Pengertian Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot,
rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri.
2. Tujuan tindakan 4. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
5. Memberi rasa nyaman dan tenang pada klien
6. Meningkatkan kualitas tidur
3. Prinsip tindakan Suasana lingkungan tenang
(rasional) Bersih
Rasional: Kegiatan untuk meredahkan rasa nyeri dengan prinsip bersih
4. Indikasi Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut dan nyeri kronis
6. Alat APD :
- Masker
4. Rencana tindak lanjut 1. Melakukan pemantauan terhadap nyeri yang dialami klien dengan
menggunakan PQRST.
2. Monitor terapi komplementer yang diberikan
5 Referensi Skripsi Luthfiana Rahmawati (2018) Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada
Pasien Post Operasi Apendiktomi Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman Nyaman Di RSUD Sleman
DAFTAR PUSTAKA
Akhondi H, Sabih DE. (2020). Liver Abscess. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing. Retrieved 14 December 2020,
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538230/