Anda di halaman 1dari 8

SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI

ILMU SOSIAL
Ruang Lingkup Kajian Sosiologi Antropologi Pendidikan
Dilihat dari kerangka pandangan keilmuan, sosiologi memiliki sudut pandang dan
metode serta susunan tertentu, secara tegas dapat dinyatakan bahwa objek telaah sosiologi
adalah manusia dalam kelompok, dengan memandang hakekat masyarakat, kebudayaan dan
individu secara ilmiah. Susunan sosiologi terdiri atas konsep, prinsip kehidupan kelompok
sosial, kebudayaan dan perkembangan pribadi. Sedangkan yang menjadi kajian sosilologi
adalah tingkah laku sosial, terutama tingkah laku dalam institusi sosialnya. Sedangkan
tingkahlaku sosial manusia adalah merupakan pelahiran dari keseluruhan unsur-unsur yang
terdapat dalam proses kelompok, seperti : konflik, kerjasama dan sosialisasi.
Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang memfokuskan kajian pada relasi dalam
masyarakat. Ilmu ini lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan (science).
Oleh karena iti, dalam sejarah perkembangannya sosiologi didasarkan pada kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai ilmu pengetahuan lain yang telah berkembangan lebih dahulu.
Ditegaskan oleh Max Weber (1864-1920) bahwa pendidikan pada masyarakatdan
tahap atau sebagai alat transfer keahkliasn teknis, akan tetapi sebagai sesuatu bagian dalam
tahap atau sebagai  suatu bagian dalam proses mempengaruhi manusia. Terlebih lagi jika
pendidikan dihadapkan kepada kecenderungan perkembangan masyarakat yang sangat
beragam sesuai dengan tahap pertumbuhannya. Max Weber (1864-1920) menegaskan pula
bahwa pendidikan pada masyarakat dan tahap perkembangan sangat beragam. Keadaan dan
peran pendidikan pada masyarakat pra indrustri jauh berbeda dengan masyarakat modern
dewasa ini. Bila pendidikan pada masyarakat pra indrustri menempatkan orang pada status
sosial tertentu, pendidikan pada masyarakay maju justru merupakan alat mobilitas sosial
vertikal.
1.      Latar belakang Sosiologi
Istilah sosiologi pertama kali muncul dan digunakan oleh Auguste Comte (1798-
1857) untuk memberi nama suatu disiplin ilmu ysng mempelajari masyarakat. Kemudian
pemikiran tersebut dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer(1980-1903) dan Emile
Durkheim (1858-1917). Durkheim menguraikan bahwa masyarakat merupakan realisasi
objektif, suatu fenomena tersendiri yang benar-benar nyata dan kokkrit, dimana masing-
masing orang mengalaminya sebagai suatu realisasi independen. Kenyataan sosial seperti ini
merupakan bahan mentah dan ruang garapan sosiologi. Aristoteles mempelajari tingkah laku
manusia, baik sebagai individu maupun kelompok sejauh merupakan kenyataan yang
berkaitan dengan empat hal berikut.
a.       Dalam mengungkapkan suatu philia atau kecenderungan bawaan kepada kebersamaan dan
solidaritas.
b.      Dalam membentuk kelompok khusus seperti keluarga yang merangkap sebagai unit ekonomi,
desa, kota, perkumpulan-perkumpulan sukarela. Dengan ini disebut koinonia.
c.       Dalam mendirikan negara dan pemerintah
d.      Dalam menunjukan suatu keterkaitan kepada peraturan sosial, adat, kaidah, moral dan hukum
(nomos) yang semuanya itu kini disebut dengan istilah pengendalian sosial.

2.      Pengertian Sosiologi Pendidikan


Secara garis besar sosiologi dapat diklasifikasikan atau dibedakan menjadi dua
kategori, yakni:
1.      Sosiologi umum, yang tugas utamanya menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum
2.      Sosiologi khusus yakni pengkhususan dari sosial umum yang tugasknya  menyelidiki suatu
aspek kehidupan sosio-kultural secara mendalam. Yang termasuk kategori ini adalah
sosiologimasratakat pedesaan dan perkotaan, sosiologi hukum dan sosiologi pendidikan.
Vembriarto (1993:2) menegaskan bahwa sosiologi pendidikan sebagai salah satu
cabang dari sosiologi khusus dapat diartikan sebagai sosiologi yang diterapkan untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental yang memusatkan perhatian
pada penyelidikan daerah yang saling dilingkupi antara sosiologi dengan pendidikan. Salah
seorang tokoh penting dalah khazanah perkembangan sosiologi pendidikan adalah Emile
Durkheim (1858-1917) terutama pandangannya terhadapt pendidikan sebagai suatu social
thing (1858-1917). Atas dasar pandangan ini beliau mengatakan bahwa pendidikan itu
bukanlah hanya suatu bentuk, baik dalam artian idel maupun aktualna, tetapi bermacam-
macam. Keragaman benruk dimaksud sebenarnya mengikuti banyaknya perbedaan
lingkungan di masyarakat sendiri.

3.      Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan


Beberapa ilmu yang subjek pada masyarakat, seperti hukum, ekonomi, politik,
atropologi, geografi dan sosiologi, tetap mempunyai bidang telaah yang berbeda. Sosiologi
sendiri berbeda dari ilmu sosial lainnya karena sosiaologi berpusat pada struktur dan proses
sosial yang terjadi di masyarakat, meliputi distribusi peran yang ada dalam komponen-
komponen pembentuk dan hubungan antara komponen-komponen itu, serta interaksi
perubahan yang terjadi. Lebih lanjut ruang lingkup sosiologi pendidikan secara terperinci
menurut Brookeover dibagi menjadi empat kategori:
a.       Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain
b.      Hubungan sekolah dengan komuniti sekitarnya
c.       Hubunagn antar manusia dalam sistem persekolahan
d.      Pengaruh sekolah terhadap prilaku anak didik
Pengaruh kebudayaan terhadap pendidikan dapat dibedakan dalam dua hal, yaitu
kebudayaan ditinjau dari sudut individu dan kebudayaan ditinjau dari sudut
masyarakat. Kebudayaan ditnjau dari sudut individu maka individi berperan:
a.       Mempelajari hasil-hasli yang telah diperoleh generasi terdahulu, agar individu dapat
menyadari posisi kedudukannya dan mengetahui perjuangan yang dilakukan generasi
terdahulu.
b.      Mengembangkan hasil yang diperoleh generasi terdahulu, apa-apa yang telah diperoleh
dianggapnya sebagai asumsi untuk lebih menyempurnakan perkembangnnya yang telah
dihasilkan itu.
Perubahan yang ada dalam masyarakat akan sangat berbeda karena perbedaan
pendidikan tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi yang ada dalam masyarakat. Perubahan
akan terus terjadi dalam masyarakat selama masyarakat tersebut berkeinginan untuk merubah
sistem yang ada, misalnya; masyarakat tersebut ingin merubah status sosialnya di masyarakat
untuk menunjang perubahan tersebut masyarakat meemrlukan pendidikan sebagai sarana
untuk mewujudkannya. Lingkungan pendidikan yaitu keluarga dan lingkungan masyarakat
akan mempengaruhi perkembangan sosial yang terjadi, sistem pendidikan formal di sekolah
dan lembaga pendidikan tinggi, juga akan mempengaruhi pendidikan.
ardiantomogalih
SELAMAT DATANG
Skip to content

 HOME
 ABOUT

MAKALAH SOSIOLOGI DAN


ANTROPOLOGI (SEJARAH,
PENGERTIAN, KEPRIBADIAN)
Leave a reply

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan sosiologi antropologi pendidikan di Indonesia awalnya hanya sebagai ilmu
pembantu tetapi sekarang menjadi ilmu yang penting, di indonesia sosiologi antropologi
merupakan ilmu yang masih baru. Mempelajari sosiologi dan antropologi memiliki banyak
manfaat serta meningkatkan peradaban baik dalam masyarakat maupun bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan lingkup kajian sosiologi dan antropologi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan sosiologi dan antropologi di indonesia?
3. Bagaimana peran manusia sebagai makhluk sosial budaya?
4. Bagaimana hubungan kepribadian ditinjau dari kepribadian?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian dan lingkup kajian sosiologi dan antropologi.
2. Mengetahui sejarah perkembangan sosiologi dan antropologi di indonesia.
3. Mengetahui peran manusia sebagai makhluk sosial budaya.
4. Mengetahui hubungan kepribadian bila ditinjau dari kebudayaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian dan lingkup kajian sosiologi dan antropologi
Sosiologi berasal dari dua kata yaitu kata socious (bahasa latin) yang artinya teman dan logos
(bahasa yunani) yang berarti kata, perkataan atau pembiacaraan.Wah sosiologi ternyata punya
darah campuran nih (makin menarik aja). Sedangkan secara harfiah, sosiologi berarti berbicara
mengenai masyarakat. Dan berikut menurut pendapat para ahli :
• Emile Durkheim
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial.
• Soerjono Soekanto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat
umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum masyarakat.
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya,
perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani
yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos memiliki arti
cerita atau kata.
Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan
prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam
bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu
sendiri.
Macam-Macam Jenis Cabang Disiplin Ilmu Anak Turunan Antropologi :
i. Antropologi fisik :
• Paleontologi ( mempelajari prasejarah / sejarah mengenai fosil hewan atau tumbuhan )
• Somatologi ( mempelajari ras, warna kulit, warna rambut )
ii. Antropologi budaya :
• Arkeologi ( mempelajari segala macam penemuan sejarah )
• Antropologi linguistik ( mempelajari bahasa )
• Etnologi ( ilmu tentang suku bangsa )
• Etnopsikologi ( ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada bangsa
dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep
psikologi)
Menurut Koentjaraningrat perkembangan Ilmu Antropologi di bagi menjadi empat fase yaitu
sebagai berikut :
Fase Pertama (Sebelum 1800)
Perkembangan Ilmu Antropologi diawali dengan kedatangan bangsa Eropa ke Afrika, Asia,
Amerika bahkan Australia pada akhir abad ke- 15 sampai awal abad ke-16. Bersamaan dengan
perkembangan itu bangsa Eropa Barat mulai mengkumpul buku yang mendeskripsikan tentang
adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan berbagai cirri fisik lainnya dari beraneka ragam
suku di Afrika, Asia, Amerika dan Australia. Yang tentunya sangat menarik bagi bangsa Eropa
karena sangat berbeda dengan adat-istiadat mereka. Bahan pengetahuan tadi disebut etnografi,
berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa.
Di Eropa etnografi sangat menarik perhatian para pelajar. Setelah itu dalam perkembangannya
timbul tiga macam sikap yang bertentangan yaitu:
1. Mengatakan bahwa Bangsa-bangsa itu bukan manusia sebenarnya.
2. Mengatakan bahwa masyarakat Bangsa-bangsa itu adalah contoh masyarakat yang masih
murni.
3. Sebagian orang tertarik akan adat-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkannya.

Pada pawal abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap etnografi menjadi sangat besar,
sehingga menimbulkan usaha untuk mengintegrasikan etnografi menjadi satu.

Fase Kedua (Pertengahan Abad ke-19)


Integritas yang sesunguhnya baru muncul pada fase ini, yang menimbulkan Karangan-karangan
yang dirumuskan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat yang berisi sebagai berikut:
Masyarakat dan kebudayaannya telah berevolusi secara lambat dan berkembang secara
bertahap dari tingkat rendah ketingkat yang tinggi. Bangsa Eropa beranggapan bentuk
kebudayaan yang tinggi itu adalah bentuk kebuyaan sepeti di Eropa. Serta menyebut bangsa
diluar Eropa primitive.
Dengan timbulnya beberapa karangan-karangan sekitar tahun 1860, yang mengklasifikasikan
bahan tentang beraneka ragam kebudayaan di seluruh dunia kedalam tingkat evolusi tertentu,
maka munculah Ilmu Antropologi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam fase ini
perkembangan ilmu Antropologi berupa suatu ilmu akademikal yang bertujuan: mempelajari
masyarakat dan kebudayaan primitive dengan dengan maksud untuk mendapat suatu
pengertian tentang Tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran
kebudayaan manusia.

Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20)


Pada permulaan abad ke-20 sebagian besar bangsa Eropa berhasil menjajah Daerah-daerah di
luar Eropa. Untuk keperluan pemerintahan jajahan Ilmu Antropologi menjadi sangat penting,
karena Bangsa–bangsa itu pada umumnya masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks
sepeti masyarakat bangsa Eropa.
Ilmu Atropologi sangat berkembang di Negara-negara kolonial terutama Inggris. Selain itu Ilmu
antropologi juga berkembang di Amerika Serikat yang bukan negara penjajah. Dalam fase ini
Ilmu Antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis. Dengan tujuan: mempelajari masyarakat dan
kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintahan colonial dan guna
mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
Fase Keempat (Kira-kira 1930)
Pada fase ini Ilmu Antropologi berkembang secara pesat, baik bahan pengetahuan yang diteliti,
maupun ketajaman dari Metode-metode ilmiahnya. Kecuali dua perubahan di dunia:
1. Timbulnya antipasti terhadap kolonialisme sesudah Perang DuniaII.
2. Cepat hilangnya budaya primitive karena pengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Proses tersebut menyebabkan Ilmu Antropologi seolah kehilangan lapangan, tetapi dengan
adanya proses tersebut juga mendorong untuk mengembangkan pokok dan tujuan baru. Dengan
adanya warisan dari Fase-fase terdahulu berupa bahan Etnografi dan metode ilmiah yang
menjadi landasan untuk perkembangannya yang baru. Terutama di Universitas-universitas di
Amerika Serikat.
Pokok penelitian para ahli Antropologi sejak tahun 1930 tidak lagi hanya Suku-suku bangsa
primitive di luar Eropa, melainkan di daerah pedesaan pada umumnya. Dalam hal itu perhatian
tidak lagi tertuju pada penduduk di luar Eropa saja, tatapi juga kapada penduduk pedesaan di
Eropa, seperti suku bangsa Soami, Flam, Lapp, Albania, Irlandia Dll.
Tujuan Ilmu Antropologi pada fase ini terbagi dua yaitu:
1. Tujuan Akademikal adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya
dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya.
2. Tujuan Praktis adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku-bangsa
guna membangun masyarakat suku-bangsa itu.

B. Sejarah perkembangan sosiologi dan antropologi di indonesia


• Sosiologi

Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja dan pemimpin di Indonesia sudah
mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia.
Misalnya saja Ajaran Wulang Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari
Surakarta, mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari
golongan-golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi, terutama dalam
bidang hubungan antar golongan (intergroup relations).
Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional di Indonesia, memberikan sumbangan
di bidang sosiologi terutama mengenai konsep-konsep kepemimpinan dan kekeluargaan di
indonesia yang dengan nyata di praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, seorang sarjana
Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948)
pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta (kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM
. Beliau memberika kuliah dalam bahasa Indonesai ini merupakan suatu yang baru, karena
sebelum perang dunia ke dua semua perguruan tinggi diberikan dalam bahasa Belanda. Pada
Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam
Jurusan Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri dan publisistik. Kemudian
pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan kepara para mahasiswa dan
sarjana untuk belajar di luar negeri sejak tahun 1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia
yang memperdalam pengetahuan tentang sosiologi.
• Antoropologi
Menurut catatan sejarah, perjalanan studi antropologi di Indonesia sudah cukup lama. Bermula
dari studi etnografi, yaitu kajian tentang manusia, kebudayaan dan masyarakat Indonesia yang
telah mulai ada sejak abad 16. Karya-karya etnografi yang ditulis oleh orang-orang Eropa pada
masa-masa itu umumnya memang masih mengandung banyak kelemahan, biasanya bersifat
dangkal, kurang teliti, kebanyakan mengkhusus pada unsur-unsur yang di mata mereka tampak
aneh saja. Hal ini dapat dimaklumi karena karya tulis tersebut dibuat oleh orang-orang yang tidak
memiliki keahlian dalam penulisan etnografi (Koentjaraningrat, 1980: 4). Meskipun demikian,
tidak dapat dipungkiri karya-karya tersebut mempunyai peranan penting dalam perkembangan
antropologi. Namun demikian, ada juga beberapa penulis yang menghasilkan karya etnografi
cukup baik, dan karyanya dianggap cukup penting dalam menjelaskan kehidupan suatu suku
bangsa. Misalnya, Snouck Hurgronye yang menghasilkan karya etnografi tentang suku bangsa
Aceh dan orang Gayo, dan Niewenhuis menghasilkan karya etnografi tentang orang Dayak,
serta A.C. Kruyt menulis tentang orang Toraja di Sulawesi.
Perkembangan antropologi di Indonesia selanjutnya, terutama setelah tahun 1950-an tidak dapat
dilepaskan dari peranan Koentjaraningrat sebagai tokoh utamanya. Melalui tangan
Koentjaraningrat, antropologi Indonesia menjadi alat penting untuk proyek nasionalisme. Pada
masa selanjutnya, Antropologi berperan dalam menggali “mentalitas budaya Indonesia” yang
akan dijadikan modal sosial untuk menyokong pembangunan. Mahasiswa antropologi dikirim ke
daerah-daerah “terpencil” untuk meneliti perilaku menabung, pola makan, sikap terhadap
kebersihan, urusan mengisi waktu luang, nilai anak, budaya berlalu lintas, sampai pada konsep
sehat dan sakit-informasi yang bisa dipakai untuk “memerdayakan” yang “belum berbudaya”.
Sedangkan di pusat kekuasaan nasional di Jawa dan Bali, antropolog-antropolog dikerahkan
mengumpulkan informasi tentang “puncak-puncak kebudayaan” daerah yang mampu
mempromosikan keberadaban Indonesia.

C. Peran manusia sebagai makhluk sosial budaya


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Manusia dinilai berbudaya jika manusia tersebut memiliki akal dan pikiran yang selalu aktual
dalam mengisi kehidupannya dengan tidak lelah mencari ilmu pengetahuan apapun untuk
mengembangkan kepribadiannya. Dengan berbekal akal dan pikiran yang terus-menerus diasah,
diharapkan manusia tersebut mencapai tujuan-tujuan hidup mereka dengan baik. Sehingga dari
hal tersebut, manusia dapat membagi apa yang telah meraka dapatkan dengan manusia-
manusia lainnya yang membutuhkan.
Dalam kehidupan sebagai makhluk sosial yang berbudaya, manusia hidup bermasyarakat dan
berinteraksi satu sama lain haruslah didasari dengan budi dan akal yang dimiliki. Aspek ini turut
menentukan perilaku komunikatif diantara keduanya.
Fungsi dan peran sosial budaya dalam kehidupan manusia, adalah :
• Pedoman dan aturan dalam hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok,
dan kelompok dengan kelompok.
• Sebagai pembeda antara manusia dengan hewan, hewan hanya memiliki insting bertahan
hidup, bukan kebiasaan yang berkembang.
• Petunjuk bagaimana manusia harus berperilaku dalam kehidupan sosial.
• Modal dasar pembangunan umat manusia membentuk peradaban.
Dalam sebuah sosial budaya yang tercipta juga tak jarang menimbulkan ekses yang negative.
Hal ini dikarenakan tidak cukupnya pengendalian masyarakat terhadap budaya tersebut.
Beberapa dampaknya adalah :
• Kerusakan lingkungan dan ekosistem alam.
• Terjadinya kesenjangan sosial dan penyakit masyarakat yang berujung pada tingkat
kriminalitas.
• Dapat megurangi dan menghilangkan ikatan batin dan moral diantara sesama masyarakat.

D. Pembentukan kepribadian dari segi budaya


Kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah
laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itu.
Unsur-unsur kepribadian diantaranya :
1. Pengetahuan
Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, yang secara nyata
terkandung dalam otaknya.
2. Perasaan
Sesuatu yang mengisi penuh alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya.
3. Dorongan Naluri
Kesadaran manusia yang mengandung perasaan lain karena pengaruh pengetahuannya.
Kepribadian bukan terbentuk secara kodrati,tetapi kepribadian terbentuk karena adanya proses
seseorang dengan lingkungan sekitarnya termasuk salah satu nya karena adanya Kebudayaan.
Kepribadian juga merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah
laku sosial tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun
perbuatan.
Kebudayaan sangat berperan dalam membentuk kepribadian seseorang, karena kebudayaan itu
dapat berbentuk norma dalam keluarga, lingkungan, teman dan kelompok sosial. Hal tersebut
dapat membantu manusia dalam membentuk kepribadian dalam dirinya. Budaya membentuk
norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan
menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens
berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.
Secara sederhana hubungan antara Kebudayaan dan Kepribadian adalah manusia yang
terbentuk dalam suatu kepribadian dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan
manusia dari sisi lain. Hubungan antara manusia dan kepribadian adalah setiap kebudayaan
yang berada di lingkungan manusia itu akan tinggal membentuk kepribadian, dan biasanya
faktor lingkungan dan kebudayaan yang berada disekitarnya itu yang dapat membentuk suatu
kepribadian sehingga di setiap tempat atau lingkungan pasti setiap orang nya mempunyai
kepribadian yang bermacam – macam.
Jadi, apabila Kebudayaan telah di terapkan dengan baik kepada seseorang, maka seseorang
tersebut akan membentuk Kepribadian yang baik serta sesuai dengan apa yang telah diajarkan
kepadanya.

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Sosiologi adalah ilmu sosial yang mempunyai banyak manfaat guna meningkatkan peradaban
manusia
Manusia sebagai makhluk sosial budaya dapat mengembangkan pembentukan kepribadian
Antropologi berpengaruh dalam membentuk kepribadian individu.

B. SARAN
Sosiologi dan antropologi mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan sosial, alangkah baiknya
bila kita mempelajarinya.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta:Rineke Cipta.


Soekanto,soerjono.2012.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali Pers.
“Perkembangan ilmu antropologi menurut koentjaraningrat” diakses
dari http://myfikom.wordpress.com/2012/11/14/perkembangan-ilmu-antropologi-menurut-
koentjaraningrat/, diunduh pada tanggal 21 oktober 2013 pukul 09.05
“peran kebudayaan dalam membentuk kepribadian” diakses
dari http://faradinalwp.blogspot.com/2012/03/peran-kebudayaan-dalam-membentuk.html,
diunduh pada tanggal 21 oktober pukul 09.10
“Definisi/Pengertian Antropologi, Objek, Tujuan, dan Cabang Ilmu Antropologi”, diakses
dari http://organisasi.org/definisi-pengertian-antropologi-objek-tujuan-dan-cabang-ilmu-
antropologi, diunduh pada tanggal 21 oktober 2013 pukul 09.15
“Sejarah perkembangan sosiologi” diakses dari http://www.bangmu2.com/2012/05/sejarah-
perkembangan-sosiologi.html, pada tanggal 21 oktober pukul 09.30
“Pentas Antropologi di Indonesia“ diakses dari http://trijokoantro-
fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-63985-Antropologi%20Indonesia-PENTAS
%20ANTROPOLOGI%20DI%20INDONESIA.html, diunduh pada tanggal 21 oktober 2013 pukul
10.15

MAKALAH
SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
SEMESTER 1

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dan Antropologi


Dosen Pengampu : Ika Devi Paramita, S.Psi, M.Psi

Disusun Oleh : Ardiantomo Galih H (1511413004)


Rombel 1
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2013

Share this:

 Twitter
 Facebook

This entry was posted in Uncategorized on October 24, 2013.


Post navigation
Ilustrasi komunikasi antar pribadi →
Leave a Reply

Search
Search for:  

RECENT POSTS

 Ilustrasi komunikasi antar pribadi


 MAKALAH SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI (SEJARAH, PENGERTIAN,  KEPRIBADIAN)

ARCHIVES

 October 2013

CATEGORIES

 Uncategorized

META

 Register
 Log in
 Entries feed
 Comments feed
 WordPress.com
Blog at WordPress.com.Do Not Sell My Personal Information
Close and accept
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to
their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Anda mungkin juga menyukai