Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 KONDISI WILAYAH SUMATERA BARAT

Propinsi Sumatera Barat terletak antara 00 54’ Lintang Utara (LU) sampai

30 30’ Lintang Selatan (LS) dan dari 98 0 36’ sampai 53’ Bujur Timur (BT) dengan

luas daerah sekitar 42.297,30 km2. Luas itu setara dengan 2,17% dari luas wilayah

Republik Indonesia.

Berdasarkan letak geografis maka daerah Sumatera Barat tepat dilalui oleh

garis Khatulistiwa (garis lintang nol derajat). Karena pengaruh letak ini pula,

maka propinsi Sumatera Barat tergolong beriklim tropis dengan suhu udara

kelembapan yang tinggi. Ketinggian permukaan daratan Propinsi Sumatera Barat

sangat bervariasi, sebagian daerahnya berada di daratan tinggi kecuali Kabupaten

Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten

Pasaman Barat dan Kota Padang. Sampai tahun 2005, secara administratif

propinsi Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan 157

kecamatan, selanjutnya pada 12 kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan

Mentawai) dibagi lagi menjadi 519 nagari.

Sedangkan pada 7 kota (ditambah Kabupaten Kepulauan Mentawai) terdiri

dari 257 kelurahan dan 124 desa, khusus untuk kabupaten kepulauan Mentawai

seluruhnya dibagi menjadi 43 desa

Potensi sumber daya alam Sumatera Barat tergolong cukup banyak.

Daerah ini mempunyai perairan laut yang cukup luas disepanjang tepi barat pulau

Sumatera dan Kepulauan Mentawai yang menjadi perisai untuk menahan


42

gelombang Lautan Hindia yang cukup besar. Sumber daya alam baik dari laut

maupun darat masih sangat besar peluangnya untuk ditingkatkan.

Secara historis potensi sumber daya manusia yang ada di propinsi

Sumatera Barat sangat bagus. Banyak pemimpin bangsa, ulama dan cendikiawan

lahir dari daerah ini dan telah berkiprah pada tingkat regional, nasional maupun

internasional. Fasilitas pendidikan terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan

kecerdasan anak bangsa. (BPS, 2007)

4.2 PENDUDUK

Salah satu tujuan jangka panjang dari pembangunan nasional Indonesia

adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mengingat jumlah penduduk

yang besar manusia yang memadai justru akan menghambat pembangunan.

Data kependudukan dengan berbagai karateristiknya sangat dibutuhkan

dalam perencanaan pembangunan, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat seperti fasilitas pendidikan, lapangan kerja, fasilitas kesehatan, tempat

ibadah, tempat rekreasi dan lain-lain.

Berdasarkan data proyeksi penduduk kabupaten/Kota, jumlah penduduk

Sumatera Barat pada tahun 2006 mencapai 4,63 juta orang. Jumlah penduduk

laki-laki sebanyak 2,28 juta orang dan jumlah penduduk perempuan 2,35 juta

orang. (BPS, 2007)

Menurut Kabupaten dan kota, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kota

Padang (819.765 jiwa) sedangkan Kota Padang Panjang merupakan daerah yang

paling sedikit penduduknya (49.780 jiwa)


43

Sesuai dengan luas daerah pada tahun 2006, Kota Bukittinggi merupakan

daerat terpadat penduduknya yaitu tiap-tiap km2 dihuni 4.061 orang dan

Kabupaten Kepulauan Mentawai sampai saat ini merupakan daerah yang terjarang

penduduknya yakni hanya dihuni oleh 11 orang pada setiap km2.

4.3 TINGKAT PENGELUARAN RUMAH TANGGA

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat pada tahun 2006 tercatat

189,28 ribu jiwa atau sekitar 10,89 % dari total penduduk Sumatera Barat pada

tahun tersebut. Jumlah tersebut berdasarkan konsep “batas garis kemiskinan”

dimana besarnya untuk Propinsi Sumatera Barat tahun 2006 adalah Rp 142.000,-

per kapita per bulan. (BPS, Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2006).

4.4 PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Pentingnya pendidikan dituangkan dalam UUD 1945

dimana dinyatakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan pendidikan merupakan

hak setiap warga negara. Untuk mendapatkan gambaran seberapa jauh

kesempatan memperoleh pendidikan oleh masyarakat Propinsi Sumatera Barat

dapat dilihat dari indikator pendidikan seperti angka partisipasi sekolah, angka

melek huruf dan angka putus sekolah.

Dari sisi pelayanan yang disediakan pemerintah dalam pendidikan baik

secara kuantitas maupun kualitas dapat dilihat dari beberapa indikator seperti

ketersediaan sarana pendidikan seperti jumlah sekolah dan jumlah ruang kelas,

jumlah tenaga pengajar, rasion jumlah murid terhadap jumlah sekolah, terhadap
44

jumlah guru dan terhadap jumlah kelas, serta jumlah lulusan setiap angkatan tiap

tahunnya.

Arah Kebijakan Nasional Pembangunan Pendidikan sebagaimana

dituangkan dalam Renstra Pembinaan SMK (2005-2009), prioritas pembangunan

ke depan diarahkan pada Mengembangkan Mutu dan Relevansi SMK dan

Membina Sejumlah SMK yang Bertaraf Internasional; Perluasan dan Pemerataan

Akses dengan Tetap Memperhatikan Mutu; Meningkatkan Manajemen SMK

dengan Menerapkan Prinsip Good Governance. Pada rancangan pembangunan

pendidikan kejuruan tahun 2006 beberapa program untuk pembinaan SMK telah

dialokasikan dalam berbagai kegiatan pembangunan dan pengembangan SMK,

yang biayanya dialokasikan baik melalui APBD maupun dana dekonsentrasi dan

dana pusat (Depdiknas, 2007)

Menurut Suyanto (2006) saat ini rasio SMK dengan SMK adalah masih

30:70. Target pada tahun 2008 ini menjadi 40:60 dan pada tahun 2015 rasio

perbandingan SMK menjadi 70:30

Agar pelaksanaan kegiatan pengembangan SMK dapat berjalan

sebagaimana mestinya dipandang perlu untuk menginventigasir dan membahas

masalah indikator Pemerataan dan Perluasan Pendidikan kejuruan, Mutu dan

Relevansi Pendidikan kejuruan, serta Manajemen efisiensi internal

penyelenggaraan pendidikan kejuruan lintas kabupaten dan kota se Sumatera

Barat.
45

4.4.1 TINGKAT PARTISIPASI SEKOLAH

Secara umum tingkat partisipasi sekolah adalah persentase penduduk yang

masih berstatus sekolah pada usia tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok

usia tertentu. Berdasarkan data BPS (2006), tingkat partisipasi sekolah usia 7-12

tahun di Sumatera Barat mencapai angka 95,33%, baik di desa maupun di

perkotaan. Sedangkan kelompok usia 13-15 tahun sudah diatas 88,03% Kelompok

usia ini merupakan kelompok usia jenjang pendidikan dasar yang merupakan

sasaran program wajib belajar 9 tahun.

Pada kelompok usia jenjang pendidikan menengah (usia 16-18 tahun)

partisipasi sekolah mencapai 65,87% yang berpartisipasi di sekolah menengah di

seluruh Sumatera Barat.

Untuk melihat partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah tentu

lebih tepat dilihat dari usia 16-18 tahun yang sudah menamatkan jenjang

pendidikan dasar 9 tahun, atau telah memiliki ijazah setingkat SMP/sederajat.

Pada tahun 2006 di Propinsi Sumatera Barat terdapat penduduk usia 16-18

tahun dengan ijazah tertinggi yang dimiliki SMP/sederajat sebanyak 85,1%. Dari

jumlah tersebut yang masih bersekolah yang tentunya di tingkat SMA/sederajat

sebesar 88,03 %.

4.4.2 TINGKAT PENDIDIKAN KEPALA RUMAH TANGGA

Gambaran tingkat pendidikan kepala rumah tangga diperlukan untuk

mengetahui seberapa besar modal manusia (pendidikan orang tua) yang dimiliki

oleh Propinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2006 masih terdapat kepala rumah
46

tangga yang belum pernah sekolah/tidak tamat sekolah menengah atas atau

sederajat (BPS, 2006)

4.4.3 PERKEMBANGAN SMK DI SUMATERA BARAT

Salah satu pilar kebijakan Departemen Pendidikan Nasional adalah

perluasan akses untuk memperoleh pendidikan pada semua jenis dan jenjang

pendidikan termasuk Sekolah Menengah Kejuruan.

Berangkat dari kebijakan tersebut Direktorat Pembinaan SMK semenjak

tahun 2002 melalui Dikmenjur telah berjalan dengan program Unit Sekolah Baru

(USB), program SMK besar, Community Collage (CC) dan pengembangan

program SMK kecil di SMP, khususnya sebagai konsekkuensi dari adanya

pemekaran wilayah maka terjadi keterbatasan layanan pendidikan di beberapa

wilayah kabupaten dan kota.

Perkembangan SMK sampai tahun 2006, berdasarkan Rekapitulasi Data

Pokok SMK tahun 2006 diperoleh perkembangan jumlah SMK dari tahun 202-

2006 dan hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1. SMK-SMK selalu muncul setiap

tahun. Tetapi kalau dilihat dari pengembangan SMK yang ada belum juga

mencapai titik pokok persoalan. Yaitu menjadikan SMK sebagai sekolah tujuan

bukan sekolah nomor 2 (dua) lagi di mata masyarakat.

Banyak SMK baru yang dibangun di berbagai kabupaten dan kota tapi

sangat disayangkan sekali siswa kurang berminat masuk ke SMK. Unit Sekolah

baru yang dibangun kadangkala tidak sesuai dengan potensi daerah, sehingga

setelah tamat SMK siswa terpaksa mencari pekerjaan di luar Sumatera Barat.
47

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Pokok SMK Tahun 2006


Jumlah SMK Perkembangan SMK 2002-2006
No Kabupaten /Kota USB SMK SMK
Negeri Swasta Total
SMK Kecil Di Ponpes
1 2 3 4 5 6 7 8

  Kabupaten/Kota            
1 50 Kota 3 1 4      
2 Agam 4 3 7 1    
3 Kep.Mentawai - - -      
4 Padang Pariaman - 9 9 1    
5 Pasaman 3 4 7      
6 Pesisir Selatan 3 8 11 1   1
7 SWL/SJJ 3 2 5      
8 Solok 2 4 6 1 2  
9 Tanah Datar 4 5 9   2  
10 Pasaman Barat 2 2 4      
11 Dharmasraya 2 0 2      
12 Solok Selatan 3 1 4 1    
13 Bukittinggi 2 13 15      
14 Padang Panjang 1 3 4 1    
15 Padang 9 37 46 1    
16 Payakumbuh 3 10 13      
17 Sawahlunto 2 1 3      
18 Solok 2 4 6      
19 Pariaman 2 3 5 1    
  TOTAL 50 110 160 8 4 1

Sumber: Profil SMK Sumatera Barat 2006


Pada tahun tahun pelajaran 2006-2007 di Propinsi Sumatera Barat

komposisi jumlah sekolah pada pendidikan menengah sebagi berikut : SMP = 482

sekolah, SMA = 219 dan SMK = 170 sekolah (Sumber:Balitbang Depdiknas).

Dan jika dilihat pada tujuan sekolah menengah secara umum dan awam

orang mengetahui bahwa SMA bertujuan menyiapkan tamatan untuk melanjutkan

pendidikan tinggi, sedangkan SMK bertujuan menyiapkan tamatan menjadi

tenaga terampil tingkat menengah.

Menyadari akan kelemahan bangsa Indonesia melalui Depdiknas sekarang

banyak berkaca pada negara tetangga seperti China, Korea dan lain-lain dimana
48

mereka memiliki komposisi tenaga kerja yang terampil, berpendidikan tingkat

menengah lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja berpendidikan tinggi,

maka tertuang dalam renstra Program Penguatan Kebijakan Depdiknas dengan

RPJM Bappenas yang salah satunya adalah pengembangan sekolah berbasis

keunggulan lokal kabupaten dan kota.

Perkembangan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta,

SMK Kecil, pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) dan kelas jauh di pondok

pesantren di Sumatera Barat 2006.

Gambar 4.1 Perkembangan Jumlah SMK Di Sumatera Barat Tahun 2006

Jumlah SMK = 161


Negeri = 51
Swasta = 110

SMK Kelas Jauh di Pondok Unit Sekolah Baru


Pesantren
= 1 Sekolah
SMK (USB)
= 8 Sekolah

SMK Kecil di SMP


= 2 Sekolah

Sumber : Profil SMK Sumatera Barat 2006 (diolah)


4.4.3.1 REKAPITULASI SISWA BARU

Peminat dan jumlah diterima siswa SMK tahun 2006/2007 mengalami

penurunan, dimana tahun 2005/2006 jumlah pendaftar sebanyak = 33.534 orang,

Penurunan ini terjadi di Kabupaten 50 Kota, Pesisir Selatan, Kota Bukittinggi,

Kota Padang, Kota Payakumbuh, Kota Solok, Kota Pariaman dan Kota

Sawahlunto. Sedangkan daya tampung berkurang dari 17.169 orang menjadi

15.562 orang. Kondisinya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Jumlah Siswa Pendaftar,


Siswa diterima, Mengulang, dan Putus Sekolah SMK Tahun 2006
49

Jumlah Siswa SMK


No Kabupaten/Kota Siswa Siswa
Pendaftar Diterima
Mengulang DO
1 2 3 4 5 6
  Kabupaten/Kota      
1 50 Kota 451 304    
2 Agam 1240 93    
3 Kep.Mentawai        
4 Padang Pariaman 904 543    
5 Pasaman 945 602    
6 Pesisir Selatan 1205 832    
7 SWL/SJJ 557 361 12 11
8 Solok 509 357    
9 Tanah Datar 1244 784 68 49
10 Pasaman Barat 833 650 9 71
11 Dharmasraya 399 239    
12 Solok Selatan 457 427   1
13 Bukittinggi 3555 1598    
14 Padang Panjang 974 842 7 42
15 Padang 10256 4453 96 292
16 Payakumbuh 3280 1515 37 214
17 Sawahlunto 606 401 3 8
18 Solok 2061 885 57 32
19 Pariaman 1326 677 6 71
  TOTAL 30802 15563 295 791
Sumber : Profil SMK 2006

Sementara itu menurut data dari Balitbang Departemen Pendidikan

Nasional yang melanjutkan pendidikan ke SMK berjumlah 19.062 orang dan

melanjutkan sekolah ke selain SMK 38.645 orang.

Lulusan SLTP pada tahun 2005 berjumlah 57.737 orang, berasal dari

SLTP dan Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta dengan perincian 16.546

orang dari SLTP, 2.487 orang dari Tsanawiyah dan 29 orang berasal dari paket B.

4.4.3.1 REKAPITULASI SISWA SMK TAHUN 2006


50

Kabupaten yang tidak memiliki SMK Negeri di Propinsi Sumatera Barat

adalah Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Kepulauan Mentawai

berdasarkan negeri dan swasta

Tabel 4.3 Rekapitulasi Siswa SMK Tahun 2006


Jumlah Siswa SMK
No Kabupaten/Kota Negeri Total
TK 1 TK 2 TK 3
1 2 3 4 5 6
  Kabupaten / Kota      
1 50 Kota 272 271 348 891
2 Agam 708 409 350 1,467
3 Kep.Mentawai       -
4 Padang Pariaman       -
5 Pasaman 447 424 264 1,135
6 Pesisir Selatan 513 406 448 1,367
7 SWL/SJJ 285 265 296 846
8 Solok 227 163 80 470
9 Tanah Datar 641 596 603 1,840
10 Pasaman Barat 311 192 173 676
11 Dharmasraya 238 222 114 574
12 Solok Selatan 419 324 182 925
13 Bukittinggi 978 830 891 2,699
14 Padang Panjang 381 294 262 937
15 Padang 2,384 1,985 1,795 6,164
16 Payakumbuh 1,133 690 687 2,510
17 Sawahlunto 376 335 287 998
18 Solok 671 451 480 1,602
19 Pariaman 614 501 474 1,589
  TOTAL 10,598 8,358 7,734 26,690
Sumber : Profil SMK 2006

4.4.3.2 PERKEMBANGAN JUMLAH PROGRAM KEAHLIAN 2006

Komitmen peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan syarat

mutlak dalam rangka mengantisipasi era globalisasi dan pasar bebas. Dengan

demikian peningkatan mutu serta relevansi pendidikan perlu mendapatkan

perhatian yang memadai dari semua pihak, agar lembaga pendidikan terkait dapat
51

menghasilkan SDM yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang sesuai

dengan kebutuhan pembangunan.

Kebutuhan wilayah akan tersedianya Sumber Daya Manusia yang

kompeten pada berbagai sektor semakin mendesak sejak diberlakukannya

kebijakan otonomi daerah. Karena perencanaan strategis (renstra) dalam rangka

penataan dan pengembangan pendidikan di setiap kabupaten dan kota menjadi

sangat penting.

Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan Nasional berkaitan dengan

hal tersebut adalah program penataan dan pengembangan Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) melalui “Re-Engineering”. Kegiatan ini telah berjalan mulai

tahun 1999 melalui berbagai tahaapan kegiatan mulai tingkat pusat, propinsi

sampai ke kabupaten/kota dan SMK yang bersangkutan. Mulai tahun 2002

program Re-Engineering sudah berada pada tahapan implementasi yang meliputi :

1. Penataan kembali Bidang/Program Keahlian SMK;

2. Peningkatan peran SMK menjadi PPKT dan Community Collage; serta

3. Peningkatan mutu SMK berstandar Nasional dan Internasional.

Untuk mendukung terlaksananya penataan dan pengembangan SMK

tersebut Departemen Pendidikan Nasional telah mengupayakan bantuan dana

dalam bentuk imbal swadaya kepada SMK sasaran yang dialokasikan pada Daftar

Isian Proyek (DIP) pusat maupun sebagai dana dekonsentrasi di propinsi.

Salah satu tolak ukur imbal swadaya yang dialokasikan pada DIP proyek

propinsi tahun anggaran 2005 dalam rangka re-engineering SMK adalah penataan

kembali Bidang Keahlian(BK)/Program Keahlian (PK)SMK. Kegiatan tersebut

adalah :
52

1. Penutupan program keahlian yang sudah jenuh diganti

dengan program keahlian yang lebih prospektif dan laku di pasar kerja.

2. Pengembangan program keahlian baru yang sesuai dengan

potensi ekonomi, keunggulan lokal, dan tuntutan pasar kerja.

Berdasarkan data Profil SMK Sumatera Barat tahun 2006 yang disusun tim

School Mapping Sumatera Barat dari 6 (enam) kelompok kejuruan dan 34 (tiga

puluh empat) bidang keahlian dengan 120 (seratus dua puluh) program keahlian

yang ada tersedia, Sumatera Barat memiliki 56 (lima puluh enam) program

keahlian. Sedangkan penyebaran jumlah siswa dan program keahlian belum

merata. Kondisi tersebut dapat dilihat pada lampiran I.

4.4.3.3 PROYEKSI KE DEPAN SMK DI SUMATERA BARAT

Untuk kepentingan ke depan maka diperlukan proyeksi ke depan tentang

keadaan SMK. Proyeksi ini berupa, jumlah siswa SLTP, jumlah SMK, jumlah

murid SMK, jumlah guru, jumlah kelas, Angka Partisipasi Murni dan angka

Partisipasi Kasar yang diproyeksikan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2015

sesuai dengan rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional

Tabel 4.4 Proyeksi SMK Tahun 2007/2008 s.d 2015

Jumlah
Tahun Jumlah Siswa Jumlah Murid Jumlah Jumlah APK APM
  SLTP SMK SMK Guru Kelas    
Capaian Program
15
2002/2003 52,223 5 18,637 3,578 1,467 63,26 46,40
15
2003/2004 53,107 6 18,789 3,659 1,503 63,99 46,45
15
2004/2005 54,201 8 19,062 3,794 1,596 64,63 46,96
15
2005/2006 54,832 8 23,230 3,863 1,653 64,67 47,01
53

16
2006/2007 57,737 0 24,564 3,960 1,662 65,56 47,23
Proyeksi
176,9
2007/2008 63,511 27,020 4,356 1,828 65,57 47,98
192,3
2008/2009 69,227 29,452 4,748 1,993 66,01 48,01
19
2009/2010 75,457 4 32,103 5,175 2,172 66,45 48,45
211,7
2010/2011 80,739 34,992 5,641 2,368 66,70 48,86
213,4
2011/2012 83,003 38,141 6,149 2,581 66,96 48,90
232,5
2012/2013 90,473 41,574 6,702 2,813 67,04 50,02
234,6
2013/2014 98,616 45,316 7,305 3,066 68,87 50,23
25
2014/2015 106,505 5 49,394 7,963 3,342 69,54 50,25
258,9
2015/2016 112,895 53,840 8,680 3,643 71,60 50,56
Komitmen
176,9
2007/2008 124,185 29,993 4,792 2,011 65,54 48,05
192,3
2008/2009 135,361 32,692 5,223 2,192 66,45 48,66
19
2009/2010 147,544 4 35,634 5,693 2,389 66,71 48,85
211,7
2010/2011 157,872 38,841 6,205 2,604 66,92 48,78
213,4
2011/2012 162,298 42,337 6,764 2,839 67,05 48,98
232,5
2012/2013 176,905 46,147 7,372 3,094 68,77 50,25
234,6
2013/2014 192,826 50,301 8,036 3,373 69,58 50,34
25
2014/2015 208,253 5 54,828 8,759 3,676 71,30 50,67
26
2015/2016 220,748 0 59,762 9,548 4,007 71,44 50,98
Sumber : Diolah dari Profil Pendidikan SMK 2006 dan Balitbang Depdiknas (2007)

Anda mungkin juga menyukai