Bab 5 Hampir OKE Untuk Kompre
Bab 5 Hampir OKE Untuk Kompre
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab III tentang analisis data yang
digunakan uji regresi logistik untuk memprediksi pengaruh yang terjadi diantara
pengeluaran rumat tangga, X6 = jenis kelamin dan X7= lokasi antara desa dan
kota.
ratio/metric melainkan data kategori/nominal dan terdiri dari dua kategori yaitu 1
dan 0. Penerapan analisa regresi logistik dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui probabilitas partisipasi sekolah anak usia 13-18 tahun yang sekolah di
koefisien regresi tersebut dalam bentuk odds ratio (kecendrungan) atau dalam
Exp (B).
Tabel 5.1 Hasil Regresi Logistik Partisipasi Siswa SMP melanjutkan Pendidikan ke SMK
Constant -5,236
Sumber:Susenas 2006 (data diolah)
Dari analisis tabulasi silang dengan uji chi-square telah diketahui faktor-
variabel penjelas terhadap variabel terikat. Untuk melihat pengaruh variabel bebas
logistik.
Dari nilai koefisien regresi yang diperoleh maka di dapat dibuat persamaan
(-3,595) X6 + (-0,529) X7
56
diketahui bahwa pengeluaran rumah tangga, pendidikan orang tua laki-laki dan
perempuan, pekerjaan orang tua laki-laki dan perempuan dan jenis kelamin
pendidikan ke SMK.
Pada tahap pertama didapat slope positif sebesar 1,811 dimana slope
partisipasi siswa tamatan SLTP melanjutkan pendidikan ke SMK dengan kata lain
Bapak yang tamat kurang dari SLTA dalam partisipasi siswa SLTP melanjutkan
pendidikan ke SMK sebesar 6,116 kali dibanding dengan pendidikan bapak yang
tamat SLTA ke atas. Jadi pendidikan bapak yang tamat dibawah SLTA cendrung
SLTA ke atas.
Pada uji signifikansi variabel ini significance pada á=5 % ini menandakan
berasal dari bapak yang berpendidikan tamat di bawah SLTA tapi dan ini
partisipasi sekolah anaknya. Hal ini bisa disebabkan oleh peranan bapak sebagai
keluarganya.
tamat dari SMK anaknya dari pekerjaan yang bisa menopang perekonomian
rumah tangga.
Tingkat pendidikan yang ditamatkan bapak dan ibu dibagi dua yaitu tamat
dibawah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan tamat Sekolah menengah Lanjutan
Atas dan sederajat atau sekolah keagamaan seperti Madrasah Aliyah ke atas.
SLTA diperoleh 109 orang memilih SMK dan 507 orang memilih selain SMK.
bapak berpendidikan tamat SLTA ke atas adalah 40 orang memilih SMK dan 336
Gambar 5.1 :
Partisipasi Siswa di SMK dan Lainnya
Menurut Pendidikan Orang Tua Laki-laki Tahun 2006
600
500
400
orang 300 SMK
200 Lainnya
100
0
Tamat di bawah SLTA lainnya
pendidikan orang tua laki-laki
perbandingan resiko sebesar e3,085. Artinya bila ibu mempunyai pendidikan tamat
dengan ibu yang mempunyai pendidikan tamat SLTA ke atas. Dengan artian ibu
atas.
Pada uji signifikansi variabel ini significance pada á=5 % ini menandakan
yang berasal dari ibu yang berpendidikan tamat di bawah SLTA menunjukkan
SMK hanya berkisar 4,157-6,885 kali dibandingkan pendidikan ibu yang tamat
SLTA ke atas.
ibu yang tamat di bawah SLTA rata-rata adalah mempunyai pekerjaan sebagai ibu
diperoleh 131 orang memilih SMK dan 657 orang memilih selain SMK.
ibu yang berpendidikan tamat SLTA ke atas adalah 42 orang memilih SMK dan
Gambar 5.2 :
Partisipasi Siswa di SMK dan Selain SMK
Menurut Pendidikan Orang Tua Perempuan Tahun 2006
700
600
500
400
orang SMK
300
Lainnya
200
100
0
Tamat di bawah SLTA lainnya
Pendidikan Orang Tua Perempuan
resiko sebesar e-1,142= 0,319 interaksi ini mempunyai hubungan yang negatif.
formal.
0,319 kali dibandingkan dengan bapak yang bekerja di sektor formal. Dengan
62
uji signifikan à=5%, tada hubungan yang signifikan antara pekerjaan bapak di
partisipasi sekolah anaknya dengan nilai Exp.(B) nya sebesar 0,319 dengan
Bidang pekerjaan ayah dibagi dua yaitu sektor formal dan informal.
dengan pekerjaan bapak di bidang informal diperoleh 127 orang memilih SMK
63
dan 596 orang memilih selain SMK. Sedangkan partisipasi siswa sekolah ditinjau
dari pekerjaan bapak di bidang formal adalah 52 orang memilih SMK dan 312
Gambar 5.3 :
Partisipasi Siswa di SMK dan Selain SMK
Menurut Pekerjaan Orang Tua Laki-laki Tahun 2006
600
500
400
100
0
Non formal lainnya
Pekerjaan orang tua laki-laki
Sementara itu dari pengolahan data didapatkan slope positif sebesar 2,242,
dimana slop variabel bidang pekerjaan ibu memiliki hubungan yang searah
dengan partisipasi siswa SLTP melanjutkan pendidikan ke SMK, dengan kata lain
bahwa semakin banyak pekerjaan ibu di sektor informal semakin banyak siswa
tamat SLTP ke SMK sebesar 9,409 kali dibandingkan ibu yang bekerja di sektor
formal.
informal pada uji signifikan à=5%, mempunyai hubungan yang signifikan antara
sebesaar 4,048 dengan convidence interval odd ratio 1,314-3,514 dapat diartikan
berasal dari ibu yang bekerja di sektor informal berkisar antara 1,314-3,514 kali
pekerjaan ibu di sektor formal dan informal dapat dilihat pada tabel 5.5
pendidikan dengan ibu yang mempunyai pekerjaan di sektor informal adalah 129
65
orang memilih SMK dan 642 orang memilih selain SMK. Sedangkan partisipasi
formal adalah 38 orang memilih SMK dan 302 orang memilih selain SMK.
Gambar 5.4 :
Partisipasi Siswa di SMK dan Selain SMK
Menurut Pekerjaan Orang Tua Perempuan Tahun 2006
700
600
500
400
orang SMK
300
Lainnya
200
100
0
Non Formal lainnya
Pekerjaan Orang Tua Perempuan
menyekolahkan anaknya di SMK dan hanya 22,75 % ibu bekerja di sektor formal
1,203 dan menggambarkan bahwa peluang untuk keluarga yang berada di bawah
anaknya di SMK. Hal ini dapat dilihat dari data sebagai berikut Ln (pi/1-pi)=
66
kemiskinan.
suatu rumah tangga, semakin tinggi kesadaran rumah tangga tersebut untuk
menyekolahkan anak.
Pengeluaran rata-rata per bulan dan per kapita masing-masing rumah tangga
sampel yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : “diatas garis kemiskinan” dan
yang berada di atas garis kemiskinan lebih dominan dari kelompok pengeluaran di
Tabel 5.6 Hasil Crosstabs Pengeluaran Rumah Tangga Dan Partisipasi Sekolah
41 orang memilih sekolah di SMK dan 313 orang memilih sekolah di selain SMK.
67
Sedangkan yang diatas garis kemiskinan didapatkan 115 orang memilih SMK
Gambar 5.4 :
Partisipasi Siswa di SMK dan Selain SMK
Menurut Pengeluaran Rumah Tangga Tahun 2006
700
600
500
400
orang
300 SMK
200 Lainnya
100
0
Dibawah Garis lainnya
Kemiskinan
Pengeluaran Rumah Tangga
memilih sekolah di SMK dan 73,72 % rumah tangga diatas garis kemiskinan
terjadi lagi karena adanya emansipasi wanita yang sedang digiatkan oleh
pemerintah.
68
jumlahnya antara laki-laku dan perempuan dengan persentase laki-laki 468 orang
Gambar 5.5 :
Partisipasi Siswa di SMK dan Selain SMK
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2006
500
400
300
orang SMK
200
Lainnya
100
0
Laki-laki lainnya
Jenis Kelamin
Slope variabel ini mempunyai parameter koefisien negatif yaitu sebesar -3,395
sebesar e-3,395= 0,027 interaksi ini mempunyai hubungan yang negatif. Tanda
pendidikan antara desa dan kota oleh setiap pihak yang berkepentingan. Rata-rata
tiap ibukota kecamatan telah memiliki satu buah SMK dan 3 buah SMK untuk
tiap-tiap kabupaten.
berjumlah 45 orang sama dan yang memilih selain SMK sebanyak 39 orang dan
untuk partisipasi siswa di selain SMK juga hampir sama persentasenya antara desa
dipengaruhi oleh pendidikan orang tua (bapak dan ibu) tetapi pada kenyataan
pendidikan bapak lebih besar pengaruhnya daripada pendidikan ibu dengan sistem
kontrol persamaan, dan diketahui juga bahwa variabel ekonomi rumah tangga
berkorelasi sangat kuat sehingga sukar sekali untuk memisahkan pengaruh atau
dampak masing-masing terhadap variabel tak bebas. Disini terlilihat dari R 2 yang
tinggi serta hasil yang tidak signifikan. Pengeluaran rumah tangga akan semakin
meningkat seiring dengan naiknya tingkat pendidikan dan serta adanya pekerjaan
rumah tangga yang berada di atas garis kemiskinan lebih peduli untuk
tamat di bawah SLTA. Dan pekerjaan bapak di bidang informal juga berpengaruh
menyekolahkan anak di SMK karena umumnya orang tua dalam hal ini orang tua
perekonomian keluarga maka dari itu lah partisipasi siswa SLTP melanjutkan
Penelitian ini relatif sama dengan penelitian terdahulu karena karena faktor
menfokuskan pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tua yang secara langsung
Tetapi kalau kita perhatikan dari semua tabel crosstab hasil penelitian
pendidikan ke SMK sangat kecil. Dari data awal yang berupa sampel hanya 342
yang memilih bersekolah di SMK dari jumlah 3052 sampel yang dipilih.
70:30.
Sementara kalau saat ini kalau kita lihat dilapangan usaha yang kongkrit
(rembug nasional pendidikan : 2006) selisih siswa antara SMA dan SMK berkisar
kabupaten dan kota. Tapi pembangunan USB SMK ini belum menjamin siswa
melanjutkan pendidikan ke selain SMK. Bahkan ada beberapa SMA yang berubah
menjadi SMK seperti di kota Malang, yang beberapa buah SLTA di sana berubah
menjadi SMK.
Depdiknas seperti yang diuraikan diatas karena orang tua beranggapan bahwa
Selain itu kalau orang tua yang berpendidikan tamat SLTA keatas
cendrung menyekolahkan anaknya ke SLTA karena SMK yang ada dari segi
sarana dan prasarana tidak mencukupi sehingga, sehingga orang tua tersebut
beranggapan bahwa di SMK tersebut kebanyakn hanya belajar teori saja sehingga
banyak anak tidak memiliki keterampilan apapun setelah tamat dari SMK.
Orang tua (bapak dan ibu) yang berpendidikan tamat SLTA ke atas takut
anak yang tamat SMK tidak bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,
sementara banyak orang tua tersebut berorientasi gelar atau sekedar mendapatkan
gelar sarjana.
Ketakutan inilah yang menghantui para orang tua sehingga mereka enggan
SMK itu adalah “sekolah kelas dua” atau alternatif bila tidak diterima di SLTA
favorit, dan kompetensi siswa SMK saat ini banyak yang tidak tepat sasaran
yang terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan melalui sekolah di tingkat SLTP perlu
masyarakat terutama kepada orang tua siswa yang akan melanjutkan pendidikan
kedepan.
tergantung kepada pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang arti sekolah
74
tercapai.
Ditambah dengan program bimbingan karir, agar siswa SLTP dan para
Karena kekurangtahuan orang tua siswa maka minat masuk SMK sangat
kurang. Masyarakat awam tahu bahwa yang penting masuk sekolah negeri karena
Dan pada sosialisasi atau acara rapat komite sekolah pihak yang
berkepentingan dalam hal ini Dinas Pendidikan dan sekolah dapat memberikan
lapangan kerja menjadi terbuka lebar, walaupun tidak bekerja pada orang lain
Saat ini kebanyakan orang tua siswa baik itu SMA maupun SMK banyak
bekerja di sektor informal seperti tani, buruh, penjahit, tukang las, montir, industri
rumah tangga dan lain sebagainya. Dalam hal inilah peran pemerintah dalam
satu caranya adalah dalam acara-acara kelompok tani pemerintah dapat memberi
menengah kejuruan.
75
berorientasi kepada materi kejuruan. Jadi dengan program kecakapan hidup yang
seseorang dan kecakapan itu dapat diperoleh di Sekolah Menengah Kejuruan dan
Community Collage.
studi kelayakan yang benar agar jenis bidang keahlian yang dibuka benar-benar
lain-lain sebagainya.
Serta langkah awal harus dilakukan adalah memperbaiki SMK yang ada
pada saat ini. Mulai dari kurikulum, tenaga pendidik, dana operasional, fasilitas,
dan manajemen sekolah. Kerjasama dengan DU/DI dan organisasi profesi perlu
sehingga dengan adanya beasiswa bisa merangsang minat siswa tamatan SLTP
bisa teratasi.
76
Dalam otonomi daerah ini maka pemerintah daerah dapat saja membuat
atau strategi yang nantinya bisa diaplikasikan dalam meningkatkan minat dan
adalah :
karir dan sosialisasi kepada orang tua tentang program keahlian/jurusan atau
dan formal dan peluang usaha lainnya di masa yang akan datang.
yang benar agar jenis program yang dibuka benar-benar sesuai dengan
keunggulan lokal
77
5. Mencari terobosan baru dalam hal proses transfer ilmu di SMK, misalnya
kota.
beberap kelas SMK di sebuah SMA. Jurusan yang paling mungkin dibuat
tenaga kerja.
kebutuhan pasar.
melalui APBD yang telah disepakati jika adanya bantuan pusat memerlukan
78
dana pendamping untuk setiap program bukanlah hal yang mudah untuk
dipenuhi.
manajemen harus dijalankan secara cermat dan tepat guna. Dan setiap
informasi yang ada harus selalu disosialisasikan kepada setiap pihak yang
ikut serta meningkatkan terealisasi hasil yang baik bagi pembangunan SMK.
jurusan yang sudah jenuh (jumlah siswa tidak sesuai lagi dengan lapangan
pekerjaan yang tersedia) dan bahkan ada program keahlian yang tidak