Anda di halaman 1dari 36

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA


MAKASSAR SELATAN

OLEH:

FRANSISKA DAI DONI

17 501 100

JURUSAN MANAGEMEN
BIDANG PERMINATAN MANAJEMEN PERPAJAKAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
MAKASSAR
2021
FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

MAKASSAR SELATAN

OLEH:

FRANSISKA DAI DONI

17 501 100

Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian sarjana ekonomi

JURUSAN MANAJEMEN
BIDANG PERMINATAN MANAJEMEN PERPAJAKAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
MAKASSAR
2021

2
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa proposal yang disusun oleh:

Nama : Fransiska Dai Doni

Nomor Pokok Mahasiswa : 17 501 100

Program Studi : Manajemen

Bidang Minat : Manajemen Perpajakan

Judul : Faktor-Faktor Penentu Penerimaan Pajak

Penghasilan Orang Pribadi Kantor

Pelayanan Pajak Makassar Seldatan.

Telah kami periksa, perbaiki dan menyetujui untuk dapat diajukan

dalam seminar proposal.

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Maryani, S.E.,M.Si Sutriana, S.E,M.M

Mengetahui

Ketua STIE Indonesia

Dr. Hj. Maryani, S.E.,M.Si

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………

ABSTRAK ……………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR …………………………………………………………

DAFTAR ISI.......................................................................................................

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................................

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...............................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian perpajakn.................................................................................

B. Pajak Penghasilan......................................................................................

C. Kepatuhan Wajib Pajak.............................................................................

D. Jumlah Wajib Pajak...................................................................................

E. Jumlah Surat Setoran Pajak.......................................................................

H. Pemeriksaan Pajak.....................................................................................

I. Penelitian Terdahulu...................................................................................

iii
J. Kerangka Pikir............................................................................................

K. Hipotesis Penelitian...................................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Daerah dan Waktu Penelitian ...................................................................

B. Populasi dan Sampel..................................................................................

C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................

D. Jenis Data..................................................................................................

E. Metode Analisis.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu penerimaan Negara yang sangat penting untuk

membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan perekonomian

Negara. Setiap tahun pemerintah berusaha untuk memaksimalkan penerimaan

pajak, guna membiayai pengeluaran Negara karena, semakin tinggi tingkat

penerimaan pajak maka semakin tinggi kemampuan Negara membiayai

pembangunan dan sebaliknya jika semakin kecil penerimaan pajak maka semakin

rendah kemampuan Negara dalam hal mewujudkan pembangunan Negara.

Dalam implementasinya pajak mempunyai fungsi yang berperan dalam

menunjang aktivitas pemerintah yaitu :

1. Fungsi pendanaan (Budgetair), pajak sebagai dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi mengatur (Regulair), pajak sebagai alat mengatur atau

melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Menurut Mardiasmo (2011:1) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas

Negara berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak

mendapatkan jasa timbal (kontra prestasi) secara langsung dapat ditujukan dan

digunakan untuk pembiayaan umum. Penerimaan pajak dapat berasal dari Pajak

Penghasilan (PPh) dari sektor migas dan non migas, Pajak Pertambahan Nilai

(PPn), Pajak Atas Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Bea Perolehan atas Tanah

1
2

dan Bangunan ( BPHTB), Penerimaan Bea Cukai, Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) dan pajak-pajak lainnya.

Salah satu jenis pajak yang mempengaruhi penerimaan Negara adalah

pajak penghasilan (PPh). pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan

terhadap subjek pajak atau penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam

satu tahun pajak (resmi 2008). Penerimaan pajak penghasilan yang di dapat dari

pemungutan PPh mempunyai peranan yang sangat penting karena semakin besar

pajak penghasilan terutang semakin besar pula penerimaan Negara dan dapat

diartikan pula bahwa terjadinya peningkatan yang positif terhadap penghasilan

masyarakat.

Dalam perkembangannya, penerimaan di sektor pajak penghasilan

memegang peranan yang lebih menonjol di bandingkan dengan penerimaan pajak

lainnya. Pajak penghasilan terdiri dari wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak

badan. Untuk wajib pajak orang pribadi terdiri di dalamnya adalah penghasilan

dari usaha atau menjalankan usaha, penghasilan dari pekerjaan sebagai karyawan,

dan penghasilan dari pekerjaan bebas, untuk masing-masing penghasilan tersebut

dilakukan pembayaran pajak penghasilan.

Pada awalnya Indonesia menerapkan UU no 36 tahun 2008 pasal 14 yang

mengatur tentang pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Adapun bunyi UU tersebut adalah Wajib

Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang

peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000


3

diperkenankan untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dalam

menghitung Penghasilan Kena Pajaknya.

Penerimaan pajak penghasilan di Indonesia umumnya masih mengalami

kesulitan pemantauan dan pendeteksian terutama pada penghasilan kena pajak

orang pribadi, selain telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga telah

meningkatkan pendapatan perkapita perorangan. Demikian pula untuk

penghasilan yang di terima oleh warga sebagai orang pribadi semakin bervariasi,

kalau semula penghasilan yang diterima hanya berbentuk gaji dan upah, dari satu

tempat pemberi kerja, sekarang banyak yang mempunyai penghasilan dari

beberapa tempat kerja atau usaha sendiri dan profesi. Selaras dengan semakin

membesarnya kebutuhan pembiayaan Negara dan desakan kemandirian

pembiayaan, pemerintah harus menemukan sumber penerimaan Negara yang

elastis dan berkelanjutan. Pajak penghasilan orang pribadi memenuhi kriteria

tersebut.

Beberapa upaya Direktorat Jendral Pajak untuk dapat memaksimalkan

penerimaan pajak, antara lain adalah dengan meningkatkan efektivitas

pemeriksaan dan penagihan melaksanakan reformasi pajak secara konsisten dan

berkelanjutan, dan meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dalam bentuk

kemudahan pelaporan, pembayaran, dan kemudahan akses informasi perpajakan.

Perubahan sistem perpajakan di Indonesia dari Official Assessment menjadi Self

Assessment ini gunakan pemerintah untuk melibatkan wajib pajak secara aktif

guna memaksimalkan penerimaan pajak. Dengan memberikan kepercayaan

kepada wajib pajak untuk mendaftar, menghitung, membayar dan melaporkan


4

kewajiban perpajakannya sendiri. Dengan penggunaan sistem ini pemerintah

mengandalkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak untuk mencapai keberhasilan

memaksimalkan penerimaan pajak.

Menurut (Rustiyaningsih, 2011) Pemerintah masih terus berupaya untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan baik

dari penyampaian SPT, ketepatan pembayaran pajak, dan perhitungan atau

pelaporan yang seharusnya, agar penerimaan negara dari sektor pajak meningkat.

Rendahnya tingkat kepatuhan memberikan beberapa dampak negatif seperti

penerimaan negara menurun karena hilangnya potensi pendapatan negara, sistem

perpajakan kurang prospektif dan sistem perpajakan kurang dapat diandalkan

sebagai sumber pendapatan. Seperti yang diketahui bahwa pajak mengambil

proporsi yang sangat dominan di dalam APBN.

Pemerintah juga tidak akan diam dalam menanggapi kasus kepatuhan

pajak, beberapa cara dilakukan pemerintah baik dengan ekstensifikasi perpajakan,

yaitu kegiatan yang ditempuh dalam rangka bentuk perluasan basis pajak dan

peningkatan jumlah wajib pajak (Rahayu, 2010). Setiap tahunnya jumlah wajib

pajak akan bertambah sehingga pertambahan tersebut dapat mengakibatkan

jumlah pajak yang disetorkan kepada negara juga semakin bertambah. Selain dari

itu agar pemungutan pajak dapat terlaksana secara efektif, pemerintah juga

memberikan sosialisasi perpajakan yang menyangkut pelaksanaan hak dan

kewajiban perpajakan,pemahaman tentang pajak oleh wajib pajak dan pihak

terkait dengan pemungutan pajak harus sesuai dengan ketentuan yang di atur

dalam undang-undang yang mengatur tentang pajak penghasilan. Hal ini tentu
5

memerlukan sosialisasi kepada masyarakat umum sehingga mereka mau dan sadar

untuk membayar pajak tetapi disisi lain masyarakat juga menghendaki adanya

kepastian bahwa pemungutan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin melakukan penelitian lebih

lanjut dengan mengangkat judul “FAKTOR-FAKTOR YANG PENENTU

PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI PADA KPP

MAKASSAR SELATAN”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang

masalah, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apa saja faktor-

faktor yang menjadi penentu penerimaan pajak penghasilan orang pribadi pada

kantor Pelayanan Pajak Makassar Selatan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan oleh peneliti maka,

di peroleh tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi pada

KPP Makassar Selatan.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


6

1. Manfaat Akademis

Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang bidang-bidang ilmu yang

terkait seperti Perpajakan Indonesia, dan faktor-faktor apa saja yang

menjadi penentu penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi

serta untuk membandingkan antara teori yang ada dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi instansi atau Kantor Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran

dan masukan bagi instansi atau kantor pajak terkhusus KPP Makassar

Selatan dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak penghasilan

wajib pajak orang pribadi.

b. Bagi Pihak Lain

Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai sarana

pengembangan ilmu khususnya bidang perpajakan, disamping itu

dapat dijadikan sebagai dasar acuan untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perpajakan

1. Pengertian Pajak

Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang “pajak” yang

dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah:

Menurut Dr. N. J. Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan

sepihak dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang

ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata

digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat pada

kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)dengan

tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat

ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara

untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public

investment.

Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R,

pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor

pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,

berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa mendapat

7
8

imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat

melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Menurut UU No. 28 tahun 2007, tentang perubahan ketiga atas

Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan

tatacara perpajakan adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

2. Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak yaitu fungsi Budgetair dan fungsi Regulair,

(Resmi, 2013 : 3):

Fungsi Budgetair (pendanaan) artinya pajak merupakan salah satu

sumber peneimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin

maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan Negara, pemerintah

berupaya memasukan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara.

Fungsi Regulair (mengatur) artinya pajak sebagai alat untuk mengatur

atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan

ekonomi , serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga (3) yaitu:


9

a. Official Assessment System

Official Assessment System adalah salah satu sistem pemungutan

yang memberi wewenang kepada pemerintan yang terutang olehwajib

pajak. ciri-cirinya adalah:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus

2. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

3. Wajib pajak bersifat pasif.

b. Self Assessment System

Self Assessment System adalah sistem pemungutan yang

memberi wewenang sepenuhnya kepada wajib pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang terutang. ciri-cirinya yaitu:

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

wajib pajak sendiri.

2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajak terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur hanya mengawasi.

c. Withholding system

Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga. Bersangkutan utang ada pada

pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.


10

4. Macam-Macam Pajak

Pajak dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok yaitu:

a. Pajak menurut golongan.

1. Pajak Langsung

Pajak Langsung adalah pajak yang dipikul atau ditanggung sendiri

oleh wajib pajak dan tidak dilimpahkan kepada orang lain. Pajak

menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. contohnya

adalah Pajak Penghasilan.

2. Pajak Tidak Langsung

Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain atau pihak ketiga langsung terjadi jika

terdapat suatu kegiatan, pristiwa atau perbuatan yang menyebabkan

terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

Contohnya adalah Pajak Pertambhan Nilai.

b. Pajak menurut Sifat

Pajak menurut sifatnya dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pajak Subjektif

Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak memperhatikan

subjeknya. Contohnya adalah Pajak Penghasilan.

2. Pajak Objektif

Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

objek baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang


11

mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak tanpa

memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak maupun temoat tinggal.

Contohnya adalah Pajak Pertambhan Nilai dan Pajak Pejualan atas

Barang Mewah.

c. Pajak menurut Lembaga Pemungutannya.

Pajak menurut Lembaga Pemungutannya terbagi menjadi dua yaitu:

1. Pajak Pusat.

Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, sebagai contoh

adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah.

2. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

tingkat I maupun tingkat II daerah masing-masing.

5. Asas-asas Pemungutan Pajak

Asas-asas Pemungutan Pajak terdiri dari:

a. Asas Domisili

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib

pajakyang bertempat tinggal diwilayah baik penghasilan yang berada

dalam Negeri maupun luar Negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib

pajak yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat


12

tinggal wajib pajak. Contohnya adalah tenaga kerja asing yang bekerja

di Indonesia maka dari penghasilan yang didapat di Indonesia akan

dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.

Asas ini menjadi landasan pengenaan pajak adalah status

kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan.

d. Asas pemungutan pajak menurut Adam Smith

Asas-asas pemungutan pajak menurut Adam Smith ada empat (4)

yaitu:

1) Asas Equality (Kesetaraan atau Keseimbangan)

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak harus

dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan

kemampuan membayar pajak, dimaksudkan bahwa setiap wajib

pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah

sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diterima.

2) Asas Centainly (Landasan Hukum)

Asas ini menjelaskan bahwa pemungutan pajak harus diatur dalam

undang-undang yang jelas dan memiliki kekuatan yang mengikat.

Tujuannya agar pemungutan pajak tetap dalam bingkai yang benar.

3) Asas Convenience Of Payment (Tepat Waktu)

Asas ini mendasari bahwa pajak yang dipungut dari wajib pajak

harus dalam kurun waktu yang tepat. Tujuannya agar wajib pajak
13

tidak keberatan saat membayar pajak sehingga proses pelunasan

pajak dapat berjalan dengan lancar.

4) Asas Effeciency (Efisiensi atau ekonomis)

Asas ini menjelaskan bahwa pemungutan pajak harus dilakukan

secara efisien. Maksudnya dana yang terkumpul harus lebih besar

dari dana yang dikeluarkan saat melakukan pemungutan pajak.

6. Syarat Pemungutan Pajak

a. Pemungutan Pajak Harus Adil

Pengenaan pajak harus adil serta di atur dalam perundang-

undangan. Adil adalah memberikan hak bagi wajib pajak untuk

mengajukan keberatan penuh dalam pembayaran dan pengajuan

banding.

b. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang

Di Indonesia pajak di atur dalam undang-undang1945 pasal 23 ayat

2 yaitu memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, bagi

Negara maupun warganya.

c. Tidak Mengganggu Perekonomian

Pajak dipungut dengan tidak mengganggu proses kegiatan produksi

maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan ekonomi

masyarakat.

d. Pungutan Harus efektif

Biaya pungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah

dari hasil pungutannya.


14

e. Sistem Pungutan Pajak Harus Sederhana.

Sistem pungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

7. Hukum Pajak

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut

pajak dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak,

yaitu: Hukum pajak materil dan Hukum pajak formil.( Mardiasmo,

Perpajakan)

a. Hukum Pajak Materil

Menurut norma - norma yang menerangkan antara lain keadaan,

perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak-pajak yang dikenakan

hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan

wajib pajak.

b. Hukum Pajak Formil

Memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan hukum materil

menjadi kenyataan materil. Hukum pajak formil meliputi:

1. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang

pajak.

2. Hak - hak pemerintah untuk mengadakan pengawasan terhadap

para wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang

menimbulkan utang pajak.


15

3. Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan

atau pencatatan dan hak-hak wajib pajak, misalnya mengajkan

keberatan dan banding.

8. Tarif Pajak

Tarif pajak adalah tarif yang digunakan untuk menghitung besarnya

pajak yang terhutang. Tarif pajak memiliki 4 macam, yakni:

a. Tarif Sebanding

Tarif sebanding adalah tarif yang berupa persentase tetap terhadap

berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang

terutang sebanding terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b. Tarif Tetap

Tarif tetap adalah tariff berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap

berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak teritang

tetap.

c. Tarif Progresif

Tarif progresif adalah tarif yang digunakan semakin besar bila

jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

d. Tarif Degresif

Tarif degresif adalah persentase tarif yang digunakan semakin kecil

bila jumlah yang dikenai pajak semakin kecil.


16

B. PAJAK PENGHASILAN

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan atau PPh adalah pajak yang dibebankan atas

suatu penghasilan yang diperoleh wajib pajak yang berasal dari Indonesia

maupun luar negeri. Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 tentang pajak Penghasilan. UU ini mengalami empat kali

perubahan yakni:

a. Undang-undang No 7 tahun 1991 tentang perubahan atas UU

No.7/1983 tentang pajak penghasilan

b. Undang-undang No 10 tahun 1994 tentang perubahan kedua UU

No.7/1983 tentang pajak penghasilan

c. Undang-undang No 17 tahun 2000 ketiga UU No 7/1983 tentang

pajak penghasilan

d. Undang-undang No 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat UU

No. 7/1983 tentang pajak penghasilan.

2. Kategori Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni PPh

yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi yang terbagi atas pegawai

serta bukan pegawai maupun pengusaha dan PPh yang dibebankan atas

Penghasilan Wajib Pajak badan atau perusahaan, hingga objek yang

dikenakan PPh itu sendiri.


17

3. Objek Pajak Penghasilan

Objek PPh dalam Undang-Undang PPh dirincikan sebagai berikut:

Penggantian atau imbalan, hadiah, laba usaha, keuntungan karena

penjualan atau kearena pengalihan harta, bunga, Deviden, Royalti, Sewa,

Premi asuransi, penghasilan dari usaha berbasis industry dan lainnya.

4. Subjek Pajak Penghasilan.

Subjek PPh adalah orang atau pihak yang bertanggung jawab atas

pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak

maupun bagian tahun pajak. Subjek pajak penghasilan artinya orang yang

harus membayar pajak penghasilan dan disebut sebagai wajib pajak (WP).

C. FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENERIMAAN PAJAK

PENGHASILAN ORANG PRIBADI

1. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Safitri (2011) mendefinisikan kepatuhan perpajakan

merupakan keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajibannya

sebagai Wajib Pajak untuk melaksanakan hak dan kewaibannya dalam

membayarkan pajak kepada negara. Kepatuhan membayar pajak

merupakan salah satu tanggung jawab bagi pemerintah dan rakyat kepada

Tuhan, dimana memiliki hak serta kewajiban yang harus dimiliki

pemerintah serta rakyat (Tahar, 2014). Kewajiban dari pemerintah adalah

melakukan pengaturan penerimaan dan pengeluaran sehingga berhak

untuk melakukan pemungutan atas rakyat berdasar perundangundangan


18

yang berlaku. Kepatuhan pajak yang tidak meningkat akan mengancam

upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hal ini

dikarenakan tingkat kepatuhan pajak secara tidak langsung mempengaruhi

ketersediaan pendapatan untuk belanja (Chau, 2009).

2. Jumlah Wajib Pajak

Wajib Pajak dapat dibagi menjadi Wajib Pajak orang pribadi dan

Wajib Pajak badan yang melakukan pembayaran pajak, pemotongan

pajak, dan pemungutan pajak. Wajib pajak memiliki hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan (Mardiasmo, 2011).

3. Jumlah Surat Setoran Pajak

Surat setoran pajak merupakan bukti pembayaran pajak yang telah

dilakukan dengan menggunakan formulir atau dilakukan dengan cara lain

ke kas negara melalui tempat pembayaran yang telah ditentukan oleh

Menteri Keuangan (Mardiasmo,2011). Surat setoran pajak ini berfungsi

sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat

kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah

mendapatkan validasi.

Menurut Anti (2014) surat setoran pajak dibedakan menjadi SSP

Standar adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak atau berfungsi

untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke

Kantor Penerima Pembayaran, dan digunakan sebagai bukti pembayaran

dengan bentuk, ukuran, dan isi yang telah ditetapkan.


19

4. Pemeriksaan Pajak.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah penegakan hukum yang ketat

oleh aparat perpajakan. Penegakan hukum ini salah satunya dapat berupa

pemeriksaan, pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk menguji kepatuhan serta

mendeteksi adanya kecurangan yang mungkin dilakukan oleh wajib pajak dan

juga mendorong mereka untuk patuh membayar pajak serta jujur sesuai

ketentuan yang berlaku (Herryanto dan Toly, 2013 ). Pemeriksaan pajak

sendiri dinilai penting karena pada dasarnya pemeriksaan pajak adalah

salah satu pencegahan tax evasion di mana pemeriksaan berupaya

mencegah tindak kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam

pelaksanaan kewajiban perpajakannya. Frekuensi pemeriksaan yang

dilakukan akan mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan. Semakin

sering dilakukan pemeriksaan diharapkan mampu untuk meningkatkan

penerimaan pajak penghasilan (Kastolani dan Ardiyanto, 2017).

Pemeriksaan pajak bertujuan untuk menguji dan meningkatkan tax

compliance seorang wajib pajak dan diharapkan memiliki pengaruh bagi

peningkatan pajak penghasilan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan

Pajak akan meningkat karena timbulnya kepatuhan pajak akibat dari

dilakukannya pemeriksaan pajak (Mahendra dan Sukartha, 2014).

D. PENELITIAN TERDAHULU

1. Penelitian yang dilakukan Aprilia Dwi Pratiwi (2018)

a. Judul penelitian : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Orang Pribadi Di Provinsi

Lampung.
20

b. Metode data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder

merupakan data yang telah diolah dan diterbitkan oleh lembaga yang

berkaitan.

c. Hasil penelitian menunjukan bahwa PDRB Perkapita berpengaruh

terhadap penerimaan pajak penghasilan dan Jumlah wajib pajak

berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan sedangkan Inflasi

tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Resta Yogias (2017)

a. Judul penelitian : Faktor-faktor Penyebab tidak tercapainya target

penerimaan pajak penghasilan pada kantor pelayanan pajak Madya

Palembang.

b. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan tidak

tercapainya target penerimaan pajak penghasilan pada KPP Madya

Palembang diantaranya kurangnya kesadaran dan pemehaman wajib

pajak tentang hak dan kewajiban perpajakan karena kurangnya

sosialisi perpajakan dari KPP Madya Palembang.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Wulandari (2015)

Melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi

penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama dengan pembahasan

variabel bebas yang mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan adalah

kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, peningkatan penghasilan tidak

kena pajak (PTKP) dengan hasil penelitian menunjukan bahwa

pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.


21

E. KERANGKA KONSEP

Kepatuhan wajib
pajak
(x1)

Jumlah Wajib Pajak


(x2)
Pemeriksaan Pajak

(Y)
Jumlah Surat Setoran
Wajib Pajak
(x3)

Pemeriksaan Pajak
(x4)

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau

pengutaraan pendapat,meskipun kebenarannya belum dibuktikan.Dalam kamus

besar Indonesia,hipotesis diartikan petokan,dugaan,anggapan dasar,postulat.

Berdasarkan latar belakang dan masalah pokok diatas maka penulis dapat

mengumukakan hipotesis bahwa diduga.

Tingkat kepatuhan wajib pajak, Jumlah wajib pajak, Jumlah surat setoran

wajib pajak dan pemeriksaan pajak adalah faktor-faktor penentu penerimaan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi pada kantor pelayanan pajak.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian di laksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar

yang terletak di  Jl. Urip Sumoharjo No.Km. 4, Pampang, Kec. Panakkukang,

Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90232. Selama ( WAKTU )

B. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak yang terdaftar

Di Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar. Metode pemilihan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan teknik Probability Sampling dengan jenis

Simple Random Sampling. Probability Sampling adalah sampel yang memberikan

peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi yang

dipilih menjadi sampel. Sedangkan Simple Random Sampling adalah metode

pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa

memerhatikan strata yang ada dalam populasi itu.. Metode penentuan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rumus sebagai berikut ( Muliari dan

Setiawan, 2010:35);

n=

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N= Jumlah Populasi

22
23

E= Batas toleransi kesalahan dalam penelitian ini adalah

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan kelengkapan data dari informasi-informasi yang

dibutuhkan guna menunjang jalannya penelitian, maka peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:

1. Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan rekama kejadian masa lalu yang tertulis atau

dicetak mereka dapat berupa surat, buku harian, dan dokumen- dokumen.

(sharsaputra, 2012) . yaitu bukti yang akurat dari pencatatan sumber-

sumber informasi khusus dari tulisan, buku, undang-undang dan

sebagainya.

2. Wawancara.

Wawancara adalah kegiatan tanya menjawab (interview) dengan pihak

terkait. Teknik pengumpulan data ini menanyakan kepada subjek secara

langsung baik itu kepada wajib pajak maupun pihak terkait yaitu pegawai

pajak di KPP Madya Makassar mengenai faktor-faktor penentu

penerimaan pajak penghasilan.

3. Penelitan Kepustakaan.

Penelitan Kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data

secara teoritis yang dilakukan dengan membaca, mengutip dan

merangkum berbagai buku-buku atau tulisan ilmiah para ahli, majalah atau

bulletin, dokumen lainnya berupa peraturan perundang-undangan


24

perpajakan, keputusan Direktorat Jenderal Pajak dan bahan lain yang dapat

digunakan sebagai bahan masukan dalam penulisan penelitian ini.

4. Kuesioner.

Kuesioner yang digunakan peneliti yaitu untuk mendapatkan data

yang diperlukan yang berasal dari pegawai pajak pada KPP Madya

Makassar.

D. JENIS DAN SUMBER DATA

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif menurut (Sugiyono, 2015), yaitu mtode

penelitain yang berlandaskan terhadap filsafat positivism, digunakan

dalam meneliti terhadap sample atau populasi penenlitian, teknik

pengambilang sample umumnya dilakukukan dengan cara sampling,

sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara memanfaatkan

instrument penelitian yang dipakai, analisis data yang digunakan

umumnya berifat kauntitatif / bisa diukur dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Data Kualitatif

Data Kualitatif adalah data yang diperoleh penulis dalam bentuk

informasi, baik lisan maupun tulisan.


25

2. Sumber Data.

a. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang tidak didapatkan secara langsung

oleh peneliti tetapi dari orang lain atau pihak lain. Misalnya berupa

laporan-laporan, buku-buku, jurnal penelitian yang berkaitan dengan

masalah penelitian.

b. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari twmpat

penelitian melalui metode pengamatan dan wawancara langsung pada

Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar.

E. METODE ANALISIS

Tahapan atau langkah-langkah dalam analisis data dalam penelitian ini

adalah menggunakan Regresi Linear Berganda. Menurut Imam Gozali (2013:96)

Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua

variabel atau lebih, juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen

dengan independen. Berikut adalah tahapan dalam analisis linear berganda :

1. Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2016:19) statistik deskriptif memberikan

gambaran atau deskriptif mengenai data yang dilihat dari nilai rata-rata

(mean), standar deviasi, maksimum, minimum. Statistik deskriptif dapat


26

menggambarkan karakteristik umum dari sampel yang digunakan dalam

penelitian ini dengan lebih rinci.

2. Teknik analisis data.

a. Analisis Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear

antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan

variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-

masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan

untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang

digunakan biasanya berskala interval atau rasio (Duwi, 2011).

Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn

Keterangan :

Y’ = penerimaan pajak

X1 = Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

X2 = Jumlah Wajib Pajak

X3 = Jumlah surat Setoran Wajib Pajak

X4 = Pemeriksaan pajak

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

b. Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)


27

Menurut Imam Ghozali (2013:98) Uji statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat. Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan uji

statistik F:

1) Quick look

Bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada

derajat kepercayaan 5%, dengan kata lain kita menerima hipotesis

alternatif,yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut

tabel

Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Menurut Imam Ghozali (2013:98) uji statistik t pada dasarnya

menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%).

Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria :

1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien

regresi tidak signifikan). Ini berarti secara parsial variabel


28

independen tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

2) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien

regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen

tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

d. Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variable variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen. Menurut Gujarati (2003) yang dikutip oleh oleh

Imam Ghozali (2013:97) mengemukakan bahwa jika dalam uji

empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2

dianggap bernilai nol. Secara sistematis jika nilai R2 = 1, maka nilai

adjusted R2 = R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 =

( 1- k)/(n – k). Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.


29
29

DAFTAR PUSTAKA

. Wulandari , Rizki . Faktor - faktor yang Mempengaruh i Penerimaan Pajak

Penghasilan pada KPP Pratama . Perbanas Review, Vo l 1 , N o I .

November 2015.

.http://iurnal.pcrbanas.id/index.php/JPR/article/download/ l 1/10 . Diakses 2 2

Oktober 2016 .

Alhusna , Riza (2014) . Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan paja pada

http://ioumai.umies.ac.id/siu/index.php/aai . Diakses 20 Desembr 2016

jam 20.00 .

Kahono, Sulud . (2003) . Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib

kpp pratama semarang tengah dua . Iss n 22526765 . 20 Selasa 2016 .

Mardiasmo.(2011 ) Perpajakan. Edisi Revisi 2011 . Yogyakarta : Penerbit Andi

Resmi , Siti . (2014) . Perpajakan: Teori dan Kasus. Edis i 8 Buku 1 .

Jakarta :Salemba Empat .

Pajak dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Empiris di wilayah

KPP Semarang) Program Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro .

Rahayu , siti kurnia . (2010) . Perpajakan indonesia: konsep dan aspek formal.

Edisi pertama . Yogyakarta : graha ilmu

Sri,Sundari.(2014) Analisis Faktor-Faktor Penyebab Tidak Tercapainya Target

Peneriman Retribusi Pasar Pada Perusahaan Daerah Pasar Palembang

Jaya . Http://Eprints.Mdp.Ac.Id/1385/l/Jurnal.Pd f Diakses 18 Desember

Anda mungkin juga menyukai