Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada setiap kelompok penduduk, tiap individu yang membentuk kelompok
tersebut dan memiliki tingkat atau derajat keterpaparan atau resiko yang
berbeda pada setiap penyakit tertentu. Mereka mempunyai derajat keterpaparan
yang sama terhadapsuatu penyakit tertentu, tidak semuanya menderita penyakit
tersebut secara sama pula pada waktu dan tempat tertentu. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan demikian, penjelasan epidemiologi
harus sebanyak mungkin keterangan yang ada sehingga memungkinkan untuk
membedakan besarnya kejadian insiden maupun prevalensi pada setiap
karakteristik tertentu terutama karakteristik tentang orang atau person (siapa-
siapa yang terkena dengan sifat karakteristiknya masing-masing), tentang
tempat kejadian (kapan dan berapa lama kejadiannya) termasuk pula
penjelasan tentang lingkungan, keadaan sosial budaya serta pekerjaan dan
keterangan lainnya. Epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu)
masalah kesehatan masyarakat (Maryani, 2010).
Dalam bidang epidemiologi, untuk memberikan gambaran keadaan
penyakit dan peristiwa pada umumnya digunakan angka perbandingan
(terutama rate) dan bukan nilai absolute. Dalam menggunakan  nilai-nilai
perbandingan tersebut kita  menghadapi beberapa keterbatasan. Pertama,
keadaan  penyakit dalam masyarakat sangat dipengaruhi  oleh kemampuan dan
tingkat kebenaran pelaporan, sistem  klasifikasi  penyakit yang  digunakan
serta alat dan cara diagnosis. Kedua, dalam  menghitung nilai perbandingan
atau  rate, kemungkinan jumlah populasi yang mengalami resiko atau
keterpaparan tidak diketahui dengan pasti. Ketiga, kemungkinan adanya
variabel yang saling  mempengaruhi atau saling ketergantungan satu dengan
yang lain serta umur atau jenis kelamin dengan pekerjaan , daerah tempat 
tinggal  dengan status ekonomi dan lainnya. Keempat, variabel yang

1
berpengaruh  secara bermakna  mungkin  tidak tampak atau tidak dicurigai atau
mungkin pula belum dapat dijelaskan secara epidemiologis.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi, ruang lingkup, kegiatan-kegiatan, sejarah
perkembangan, triad epidemiologi, ukuran frekuensi penyakit, infestigasi
wabah dan KLB serta terjadi penyakit.
2. Mengetahui definisi demografi, komponen demografi serta pengelompokan
komposisi penduduk

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi
1. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani, dimana Epi = upon
(pada/tentang), demos = penduduk/masyarakat, dan logia = ilmu
pengetahuan. Secara etimologis epidemiologi berarti ilmu mengenai
kejadian yang menimpa penduduk. Pada awal perkembangannya,
epidemiologi dianggap sebatas ilmu tentang epidemi yaitu penyakit yang
timbul sebagai kasus barupada suatu populasi manusia dalam suatu periode
dengan jumlah yang melebihi batas normal atau kejadian luar biasa (KLB),
perkembangan saat ini, epidemiologi juga diartikan sebagai ilmu tentang
frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu)
masalah kesehatan masyarakat (Maryani, 2010).
Dari pengertian diatas terlihat bahwa ada tiga hal pokok dalam
epidemiologi, yaitu:
a. Frekuensi masalah kesehatan
Menggambarkan besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada
sekelompok manusia. Untuk mendapatkan frekuensi suatu masalah
kesehatan perlu dilakukan pengukuran atas masalah kesehatan tersebut.
b. Distribusi (penyebaran) masalah kesehatan
Menggambarkan pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu
keadaan tertentu, yang dibedakan menurut ciri ciri manusia, menurut
tempat, dan menurut waktu.
c. Determinan (faktor yang mempengaruhi)
Menggambarkan faktor penyebab suatu masalah kesehatan. langkah yang
dilakukan untuk mengetahui determinan yaitu merumuskan dugaan
tentang penyebab yang dimaksud, melakukan pengujian terhadap
rumusan dugaan yang telah disusun dan menarik kesimpulannya.

3
Seiring dengan perkembangan, epidemiologi mengalami
perkembangan pengertian yaitu dari beberapa ahli, diantaranya adalah:
a. W.H. Frost (1927)
Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang berbagai fenomena
massal penyakit menular atau sebagai riwayat alamiah penyakit menular.
Hal ini hanya ditujukan pada masalah penyakit menular yang mengenai
masyarakat
b. Brian MacMahon dan Thomas F.Pugh (1970)
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran
penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada
manusia.
c. Abdel R Omran (1974)
Epidemiologi sebagai suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi
keadaan kesehatn, penyakit dan perubahan pada penduduk begitu juga
determinannya serta akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
d. Hirsch (1883)
Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis-
jenis penyakit pada manusia, pada saat tertentu di bumi dan kaitanya
dengan kondisi eksternal
e. Last (1998)
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian
yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi
studi untuk menanggulangi masalah kesehatan

2. Ruang Lingkup Epidemiologi


a. Subjek dan objek berupa masalah kesehatan :
1) Epidemiologi dan pencegahan penyakit menular
Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan dalam
pencegahan penyakit menular misal: adanya imunisasi BCG maka
penyakit campak tertanggulangi
2) Epidemiologi dan pencegahan penyakit tidak menular

4
Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan dalam
pencegahan penyakit tidak menular. Dalam hal ini adalah mencari
beberapa faktor yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai
penyakit tidak menular . misal: keracunan makanan dapat di cari
faktor yang menjadi penyebabnya
3) Epidemiologi dalam klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang
dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para
klinisi/ dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disilin ilmu
epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-hari,
para petugas medis terutama para dokter sering menggunakan prinsip-
prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara individual.
Mereka lebih berorientasi pada penyebab dan cara mengatasinya
terhadap kasus secara individu dan biasanya tidak tertarik unutk
mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara penularan dan
sifat penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh
dari para klinisi tersebut, merupakan data informasi yng sanat berguna
dalam analisis epidemiologi tetapi harus pula diingat bahwa
epidemiologi bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi
merupakan suatu disiplin ilmu yang memeliki metode pendekatan
serta penerapannya secara khusus
4) Epidemiologi kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang menggunakan
system pendekatan epidemiolgi dalam menganalisi berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta factor-
faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang
terjadi didalam masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi
kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat
karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan
masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat
berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga

5
berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan
masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan
kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi
yang dilayani. Dalam hal ini peranan epidemiologi kependudukan
sangat penting untuk digunakan sebagai dasar dalam/ mengambil
kebijakn dan dalam menyusun perencanaan yang baik. Juga sedang
dikembangkan epidemiologi system reproduksi yang erat kaitannya
dengan gerakan keluarga berencana dn kependudukan.
5) Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Bentuk ini merupakan salah satu system pendekatan manajemen
dalam menganalis masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu
maslah serta penyusunan pemecahan masalah tersebut secara
menyeluruh dan terpadu. Sisem pendekatan epidemiologi dalam
perencanaan kesehatan cukup banyak digunakan oleh para perencana
kesehatan baik dalam bentuk analisis situasi, penetuan prioritas
maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang
bersifat umum maupun dengan sasaran khusus.
6) Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemioloi yang
mempelajari serta mnganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat
pengaruh keterpaparan pada lingkubngan kerja, baik yang bersifat
fisik kimiawo biologis maupun social budaya, serta kebiasaan hidup
para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam analisis tingkat
kesehatan ekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja
serta penyakit akibat kerja.
7) Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah
gangguan jiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadan kelainan
jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai factor
yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat ang lebih

6
banyak mengarh ke masalah kejiwaan disertai dengan perubahan
social masyarakat menuntut suatu car pendekatan melalui epidemilogi
social masyarakat menuntu suatu cara pendekatan melalui
epidemiologi social yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan
jiwa, mengingat bahwa dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi
merupakan masalah kesehaan individu saja, tetau telah merupakan
masalah social masyarakat.
8) Epidemiologi gizi
Dewasa ini banyak digunakan dalm analisis masalah gizi masyarakat
dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang
menyangkut pola hidup masyarakat. Pendekatan masalah gizi
masyarakat melaui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis
berbagai factor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi
masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan
dengan kehidupan social masyarakat. Penanggulangan maslah gizi
masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepad
penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya
masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada
sasaran individu atau lingkungan kerja saja.
a) Masalah kesehatan lain seperti Program KB, Perbaikan lingkungan
pemukiman, pengadaan sarana pelayanan kesehatan
b) Sasaran berupa populasi
c) Mengukur dan menganalisa frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan manusia

3. Kegiatan-Kegiatan Epidemiologi
a. Pengumpulan dan analisis pencatatan vital (kelahiran dan kematian)

b. Pengumpulan dan analisis data morbiditas dari rumah sakit, lembaga


kesehatan, klinik, dokter dan industri

c. Pemantauan penyakit dan masalah kesehatan komunitas yang lain

7
d. Investigasi kejadian luar biasa yang mengarahkan program
pemberantasan atau pencegahan epidemik dan masalah kesehatan
komunitas yang lain

e. Merancang dan melaksanakan penelitian kesehatan

f. Merancang dan melaksanakan registrasi kesehatan untuk masalah yang


menjadi perhatian seperti: cacat lahir, insidens kanker, atau penggunaan
napza

g. Skrining (penapisan) untuk penyakit

h. Penilaian efektivitas keberadaan pengobatan yang baru

i. Mendeskripsikan riwayat alamiah penyakit

j. Identifikasi individu atau kelompok pada populasi umum terhadap


peningkatan risiko perkembangan penyakit tertentu

k. Identifikasi keterkaitan etiologi penyakit

l. Identifikasi masalah kesehatan masyarakat dan pengukuran besar


distribusi, frekuensi, atau dampak pada kesehatan masyarakat

m. Penilaian program kesehatan

n. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan atau


pembuatan keputusan oleh badan administrasi kesehatan atau pembuat
kebijakan kesehatan

4. Sejarah perkembangan Epidemiologi


Ada banyak tokoh penting yang berpengaruh besar terhadap ilmu
epidemiologi yang sekarang dapat kita pelajari. Beberapa tokoh penting
tersebut telah memberikan kontribusi besar terhadap ilmu epidemiologi.
Berikut adalah beberapa tokoh penting tersebut beserta kontribusinya dalam
bidang epidemiologi.

8
a. Hippocrates (460-377 SM)
Hippocrates merupakan ahli epidemiologi pertama. Hippocrates
melakukan observasi mengenai penyebab dan penyebaran penyakit di
sebuah populasi. Kontribusi besar yang diberikan oleh Hippocrates
adalah dengan mengemukakan  konsep kausasi penyakit yang dikenal
dalam epidemiologi dewasa ini, bahwa penyakit terjadi karena adanya
interaksi antara host, agent, dan environment (penjamu, agen, dan
lingkungan). Hippocrates telah menulis tiga judul buku yaitu Epidemic I,
Epidemic III, dan On Airs,Waters and Places. Dalam bukunya yang
berjudul On Airs, Waters and Places, Hippocrates mengatakan, penyakit
terjadi karena adanya kontak dengan jazad hidup, dan berhubungan
dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.
Dalam kaitannya dengan penyebab penyakit, Hippocrates
menyatakan postulatnya bahwa ada empat jenis cairan yaitu phlegm,
blood, yellow bile, and black bile. Ketidakseimbangan antara keempat
faktor ini yang menyebabkan timbulnya penyakit. Konsep ini banyak
dipengaruhi oleh pikiran Greek.
b. Thomas Sydenham (1624-1689)
Dr. Sydenham telah melakukan observasi dan menulis hasil
observasinya secara rinci dalam sebuah buku berjudul Observationes
Medicae pada tahun 1676. Salah satu karya terbesarnya adalah klasifikasi
demam yang menyerang London pada tahun 1660-an dan 1670-an. Ia
mendeskripsikan dan menjelaskan perbedaan berbagai penyakit dan juga
mengenalkan tindakan serta cara pemulihan yang bermanfaat.
Orang Inggris ini sering dipanggil “English Hippocrates” karena
pernyataannya yang menghidupkan kembali konsep Hippocrates di tanah
Inggris dan menambah pentingnya merinci konsep faktor lingkungan
(atmosfer) dari Hippocrates. Jika Hippocrates dianggap sebagai
Epidemiologist pertama, maka Sydenham dianggap sebagai The Father
of Epidemiology.

9
c. Antonie van Leeuwenhoek (1632-1723)
Leeuwenhoek adalah seorang warga negara Belanda, dilahirkan di
Delft, 24 Oktober 1632 dan meninggal pada tanggal 24 Agustus 1723.
Dia seorang ilmuwan amatir yang menemukan mikroskop, penemu
bakteri dan parasit (1674), penemu spermatozoa (1677). Penemuan
bakteri telah membuka tabir suatu penyakit yang akan sangat berguna
untuk analisis epidemiologi selanjutnya.

d. Bernardino Ramazzini (1633-1714)


Ramazzini melakukan observasi mengenai penyakit yang dialami
para pekerja yang bekerja di cesspool (tempat penampungan sementara
tinja dan air kotor di bawah tanah). Hasil observasinya menunjukkan
bahwa penyakit yang dialami pekerja diakibatkan oleh dua penyebab,
yaitu berasal dari sifat berbahaya yang dimiliki materi yang tengah
ditangani pekerja tersebut karena mengeluarkan uap beracun dan partikel
yang sangat halus yang mungkin terhirup, dan disebabkan pergerakan
yang kasar dan tidak teratur serta postur yang tidak alamiah yang
dipaksakan pada tubuh ketika bekerja. Dari hasil observasinya
memperlihatkan bahwa sangat sedikit dari pekerja cesspool yang dapat
mencapai usia lanjut. Selain itu banyak yang mengalami kelumpuhan
pada leher dan tangan, kehilangan gigi, vertigo, asma dan paralisis.
Kontribusi utama yang diberikan Ramazzini tidak hanya investigasi
dan penjelasan tentang penyakit atau kesakitan yang berkaitan dengan
pekerjaan, tetapi juga perhatiannya yang besar terhadap pencegahan
munculnya suatu penyakit. Ramazzini dikenal sebagai seorang ahli
epidemiologi yang jeli dan mampu menjelaskan KLB latirisme di
Modena tahun 1690. Ia juga menjelaskan epidemi malaria di wilayah itu
dan penyakit pes yang menyerang ternak di Paduan tahun 1712.
e. John Graunt (1662)
John Graunt tertarik untuk memperbaiki Bills of Mortality di
London. John Graunt memanfaatkan catatan kelahiran dan kematian

10
untuk mempelajari fluktuasi epidemi sampar dan pengaruhnya terhadap
jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Ia menciptakan metode untuk
menghitung populasi berdasarkan jumlah kelahiran dan pemakaman
mingguan yang terdaftar pada Bills of Mortality.
Graunt menciptakan sebuah tabel untuk memeragakan berapa
banyak individu dari sebuah populasi terdiri atas 100 individu yang akan
bertahan hidup pada umur-umur tertentu. Tabel temuan John Graunt ini
disebut dengan tabel hidup (life table, tabel mortalitas). Graunt
mempublikasikan karyanya dalam Natural and Political Observations
Made Upon the Bills of Mortality pada 1662.
f. James Lind (1753)
James Lind melakukan observasi mengenai penyakit yang ada di
populasi. Ia mengobservasi mengenai pengaruh waktu, tempat, musim,
dan makanan pada penyebaran penyakit. Banyak kontribusi
epidemiologis yang diberikan oleh Lind, ia tidak hanya ikut
mengidentifikasi efek makanan pada penyakit, tetapi juga melakukan
observasi klinis, menggunakan desain eksperimental, mengajukan
pertanyaan epidemiologi klasik, mengobservasi perubahan populasi dan
pengaruhnya pada penyakit, serta mempertimbangkan sumber penyebab,
tempat, waktu dan musim. Dia dikenal sebagai bapak Trial Klinik.
g. Edward Jenner (1749–1823)
Edward Jenner adalah penemu metode pencegahan cacar yang
lebih aman yang disebut vaksinasi. Edward Jenner dengan
eksperimennya telah berjasa besar menyelamatkan ratusan juta manusia
di seluruh dunia dari kecacatan dan kematian karena cacar. Pada era
Jenner (abad ke 17) belum dikenal virologi.
Jenner sendiri meskipun diakui sebagai Bapak Imunologi,
sesungguhnya bukan ahli virologi dan tidak tahu menahu tentang virus
maupun biologi tentang penyakit cacar. Virologi baru dikenal abad ke 18,
dan virus cacar baru ditemukan beberapa dekade setelah Jenner
meninggal. Tetapi kemajuan-kemajuan ilmiah yang terjadi selama dua

11
abad sejak eksperimen Edward Jenner pada James Phipps telah
memberikan bukti-bukti bahwa Jenner lebih banyak benarnya daripada
salahnya.
Jenner sebenarnya bukan orang pertama yang melakukan vaksinasi.
Menurut Riedel (2005), ada orang yang lebih dulu melakukan vaksinasi
dengan menggunakan materi cacar sapi, yaitu Benjamin Jesty (1737–
1816). Cara berpikir Jenner yang bebas dan progresif telah berhasil
memanfaatkan data eksperimental dan observasi untuk upaya pencegahan
penyakit.
h. William Farr (1807-1883)
Ia merupakan orang pertama yang menganalisis statistik kematian
untuk mengevaluasi masalah kesehatan. Ia memberikan dua buah
kontribusi penting bagi epidemiologi, yaitu mengembangkan sistem
surveilans kesehatan masyarakat, dan klasifikasi penyakit yang seragam.
Karena kontribusi besar yang diberikannya dalam pengembangan
surveilans modern, yaitu pengumpulan data rutin dan analisis data
statistik vital yang memudahkan studi epidemiologi dan upaya kesehatan
masyarakat, maka William Farr disebut sebagai Bapak Konsep
Surveilans Modern.

i. John Snow (1854)


John Snow menganalisis masalah penyakit kolera, ia
mempergunakan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis faktor
tempat, orang, dan waktu. Dia dianggap The Father of Epidemiology. Ia
mengemukakan hipotesis bahwa penyebab yang sesungguhnya adalah air
minum yang terkontaminasi tinja (feses). Snow mempublikasikan
teorinya untuk pertama kali dalam sebuah esai On the Mode of
Communication of Cholera pada tahun 1849.
j. Louis Pasteur (1822 – 1895)
Pasteur dikenal karena terobosannya di bidang kausa dan
pencegahan penyakit. Pasteur menemukan  cara yang efekif untuk 

12
mencegah penyakit infeksi. Pasteur menciptakan vaksin pertama untuk
rabies, antraks, kolera, dan beberapa penyakit lainnya. Temuan Pasteur
tentang vaksin merupakan karya revolusioner, karena berbeda dengan
cara yang dilakukan Edward Jenner sebelumnya, dia menciptakan vaksin
secara artifisial. Selain vaksin, Pasteur (bersama dengan Claude Bernard)
menemukan metode untuk membunuh bakteri dalam susu dan anggur
dengan pemanasan sehingga tidak menyebabkan penyakit pada 1862,
yang disebut pasteurisasi.
k. Robert Koch (1843-1910)
Koch menciptakan metode pewarnaan dengan pewarna anilin juga
teknik kultur bakteri, suatu teknik standar mikrobiologi yang masih
digunakan sampai sekarang. Koch menemukan bakteri dan
mikroorganisme penyebab berbagai penyakit infeksi, meliputi antraks
(1876), infeksi luka (1878), tuberkulosis (1882), konjunktivitis (1883),
kolera (1884), dan beberapa lainnya.
Selain itu koch berperan memperkenalkantuberkulin pada
tahun1890, dianggapnya sebagai suatu cara pengobatan tuberkolosis.
Konsep tuberkulin selanjutnya dikembangkan oleh von pirquet dutahun
1906 dan PPD diperkenalkan oleh siebart ditahun 1931. Dewasa ini test
tuberkulin dipakai untuk mendeteksi adanya riwayat infeksi tuberkulosis
sebagai perangkat diagnosis TBC pada anak-anak. Selain itu Koch juga
terkenal dengan postulat Koch,yang mengemukakan konsep tentang cara
menentukan kapan mikroorganisme dapat dianggap sebagai penyebab
suatu penyakit.
l. Dool dan Hill, 1950
R. Doll dan A.B. Hill adalah dua nama yang berkaitan dengan
cerita hubungan merokok dan kanker paru. Keduanya adalah peneliti
pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya
hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor
penelitian di bidang Epidemiologi Klinik.

13
Doll dan Hill melakukan sebuah studi kasus kontrol, meneliti
pasien kanker paru di 20 rumah sakit di London. Pada 1950 Doll dan Hill
mempublikasikan paper mereka pada British Medical Journal tentang
hasil studi yang menyimpulkan, merokok menyebabkan kanker paru.
Salah satu kesimpulan penting menyatakan, merokok menurunkan masa
hidup sampai 10 tahun.
m. Thomas Sydenham (1624-1689)
Dr. Sydenham telah melakukan observasi dan menulis hasil
observasinya secara rinci dalam sebuah buku berjudul Observationes
Medicae pada tahun 1676. Salah satu karya terbesarnya adalah klasifikasi
demam yang menyerang London pada tahun 1660-an dan 1670-an. Ia
mendeskripsikan dan menjelaskan perbedaan berbagai penyakit dan juga
mengenalkan tindakan serta cara pemulihan yang bermanfaat.
Selain itu, Doll telah memberikan kontribusi besar dalam
investigasi leukemia khususnya dalam hubungannya dengan radiasi, di
mana Doll menggunakan mortalitas pasien yang diobati dengan
radioterapi untuk menaksir secara kuantitatif efek leukemogenik dari
radiasi.
Itulah beberapa tokoh penting yang telah berjasa dalam bidang
epidemiologi. Kontribusinya terhadap bidang epidemiologi sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu epidemiologi itu sendiri.
Bahkan banyak pula kontribusi dari beberapa tokoh tersebut yang masih
dipergunakan hingga saat ini.

5. Triad Epidemiologi
Menurut John Gordon dan La Richt (1950), model ini
menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab penyakit, yaitu manusia
(host), penyebab (Agent), dan lingkungan (environment).

14
Gordon berpendapat bahwa :
a. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan
manusia (host).
b. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik
agent dan host (baik individu/kelompok).
c. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi
tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan
(lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan biologis).

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya


analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara ketiga komponen tersebut. Model
ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad
epidemologi, dan cocok unutk menerangka penyebab penyakit infeksi.
Sebab peran Agent (mikroba) mudah diisolasi dengan jelas dari
lingkungannya.

Menurut model ini perubahan salah satu komponen akan mengubah


keseimbangan interaksi ketiga komponen yang akhirnya berakibat
bertambah atau berkurangnya penyakit. Hubungan antara ketiga komponen
tersebut digambarkan seperti tuas pada timbangan. Host dan Agent berada
di ujung masing- masing tuas, sedangkan environment sebagai
penumpunya.

a. Host atau Penjamu

15
Host merupakan manusia atau mahluk hidup lainnya yang menjadi
tempat proses alamiah perkembangan penyakit
Yang termasuk factor host adalah:
1) Genetika, merupakan factor keturunan yang mempengaruhi kesehatan.
Misalnya buta warna, asma, hemofili ,dll
2) Umur, merupakan penyakit yang menyerang factor umur tertentu.
Misalnya usia balita dan usia lanjut rentan terhadap penyakit
3) Jenis kelamin (gender) Gender yang mrmpengaruhi status kesehatan
karena ada penyakityang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan
mungkin pada wanita atau hanya pada laki-laki.Misalnya ca cervix
pada wanita, bph pada laki-laki
4) Etnis/ras/warna kulit misalnyaras kulit putih memiliki resiko lebih
tinggi terkena kanker kulit dibandingkan ras kulit hitam
5) Keadaan fisiologis tubuh keadaan fisiologis tubuh merupakan keadaan
tubuh yang berfungsi normal.Misalnya kelelahan,kehamilan,stress,
6) Imunologis merupakan pertahanan tubuh dimana didapat secara aktif
maupun passif. Misalnya antibody yg didapat karna adanya infeksi
sebelumnya atau karna pemberian vaksinasi
7) perilaku/kebiasaan;gaya hidup,personal hygiene

Karakteristik host asalah resistensi, kemampuan agent bertahan


terhadap infeksi, imunitas; mengembangkan suatu respon imunologis,
infektifnes, kemampuan agent yang terinfeksi , menularkan penyakit
pada orang lain.

b. Agent atau Faktor Penyebab


Agent adalah suatu unsur,organisme hidupatau kuman infeksi yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit ataumasalah kesehatan
lainnya.Yang termasuk factor agent adalah biotis dan abiotis.
1) Biotis
Penyebabnya adalah protozoa, metozoa, bakteri, jamur.
2) Abiotis

16
Penyebabnya adalah factor nutrisi yang bisa menyebabkan
kekurangan/kelebihan gizi, factor kimia bisa menyebabkan keracunan
zat berbahaya, factor fisik yang menyebabkan penyakit dalam bentuk
fisik atau benda yang dapat terlihat oleh mata misalnya jatuh,
tabrakan, pukulan.

Selain segi epidemologi menggunakan konsep agent sebagai


penyebab penyakit juga menggunakan termonologi factor resiko. Dimana
agent merupakan penyebab pasti suatu penyakit sedangkan factor resiko
merupakan seluruh factor yang dapat memberikan kemungkinan
menyebabkan terjadinya penyakit. Yang termasuk factor resiko adalah
gaya hidup, gangguan gizi, kemiskinan, perilaku tidak sehat kurang olah
raga.

Karakteristik agent adalah efektifitas kemampuan organisme


menyesuaikan diri terhadap lingkungan, pathogenesis, kemmpuan
organisme menimbulkan suatu reaksi yang patologis, virulensa, reaksi
patologis yang berat yang memungkinkan menyebabkan kematian,
toksisitas, memproduksi reaksi kimia yang toksik dalam merusak
jaringan. Invasitas; kemampuan organisme masuk dalam penjamu dan
menyebar ke dalam jaringan. antigenitas; kemampuan organisme
merangasang reaksi antibody dalam penjamu

c. Lingkungan
Lingkungan adalah semua factor diluar individu yang dapat berupa
lingkungan fisik,social,dan ekonomi
1) Lingkungan fisik misalnya;air,tanah,struktur bumi dll
2) Lingkungan biologis
3) Lingkungan social
4) Lingkungan ekonomi

17
Karakteristik lingkungan adalah topografi; berkaitan dengan situasi
lokasi tertentu yang mempengaruhi penyebaran suatu penyakit. Georafis;
struktur geologi bumi yang berhubungan dengan suatu penyakit.

6. Ukuran Frekuensi Penyakit


Sebagian besar permasalahan epidemiologi dapat dijawab dengan
mengacu pada tingginya frekuensi suatu kejadian dalam berbagai macam
keadaan. Frekuensi kejadian ini ditunjukkan oleh proporsi atau fraksi
pembilang/"numerator" (yang meliputi sejumlah kasus) dan
penyebut/"denominator" yang meliputi banyaknya orang yang menderita
suatu penyakit.
a. Rate, Ratio dan Proporsi
Pada epidemiologi, alat terpenting untuk mengukur frekuensi kejadian
adalah rate (angka, sering juga disebut tingkat), tetapi juga digunakan
ratio dan proporsi. Ukuran-ukuran tersebut (rate, ratio dan proporsi)
merupakan hasil bagi antara numerator (pembilang) dan denominator
(penyebut).
1) Ratio
Ratio mencerminkan hubungan antara dua bilangan, adalam bentuk
hasil bagi, X : Y atau x/y.
Contoh: ratio pria dan wanita anak balita di Kecamatan A pada 1
Januari 2000 adalah 1.000 : 2.000 adalah 0,5 pria berbanding 1 wanita
atau 50 pria untuk setiap 100 wanita. Dalam hal ini maka ratio pria
dan wanita adalah 1:2.
2) Proporsi
Proporsi merupakan bentuk khusus dari ratio, dimana di dalam
denominator (penyebut) termasuk juga numerator (pembilang) dan
hasilnya adalah nilai yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
Contoh: Proporsi penduduk balita berjenis kelamin wanita di
Kecamatan B pada 1 Januari 2000 adalah 2.000/3.000 x 100% = 66%

18
3) Rate
Rate merupakan hitungan frekuensi kejadian suatu penyakit selama
periode waktu yang tertentu. Rate seringkali digunakan sebagai dasar
perbandingan untuk populasi yang berbeda atau populasi yang sama
pada waktu yang berbeda. Ukuran ini sebagai alat untuk menilai suatu
faktor etiologi (penyebab) dan membandingkan perkembangan
(terjadinya) penyakit pada dua populasi yang berbeda.

b. Natalitas
Angka kelahiran (natality rates) mengukur frekuensi bayi yang lahir
dalam populasi tertentu dan dihitung berdasarkan interval waktu dan
tempat tertentu, menurut kelompok umur ibu tertentu, menurut jenis
kelamin bayi, menurut status sosial ekonomi dan lain-lain. Biasanya
dinyatakan dalam perjumlah beresiko (k) yaitu per 1000.
Crude Birth Rates (CBR) adalah proporsi jumlah bayi yang lahir hidup
pada periode tahun tertentu dibagi populasi pada pertengahan tahun.

Jumlah bayi yang lahir hidup


pada periode tehun tertentu
CBR = populasi ( jumlah penduduk ) x 1.000
.
pada pertengahantahun

Ratio Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (ratio BBLR) adalah
jumlah bayi lahir hidup dengan berat lahir < 2.500 gr selama periode
waktu yang tertentu dibagi jumlah kelahiran hidup yang dilaporkan
selama periode waktu yang sama.

Jumlah bayi yang lahir hidup


dengan berat lahir <2.500 gr selama
periode waktu yang tertentu
Ratio BBLR = x 1.000
jumlah kelahiran hidup yang
dilaporkan selama periode
waktu tertentu

19
c. Morbiditas
Ukuran-ukuran yang umum digunakan untuk morbiditas adalah
prevalensi, insidensi, attack rate resiko relatif, attributable risk,
attributable risk percent. Prevalensi (P) adalah semua populasi yang
menderita penyakit (kasus baru dan lama) dari populasi yang berisiko
menderita penyakit tersebut dalam periode waktu tertentu.

Jumlah orang yang menderita sakit


pada periode waktu tertentu
P= x 1.000
Jumlah populasi yang beresiko
pada periode waktu tertentu

Prevalensi dibedakan menjadi dua tipe yaitu Point prevalence yang


mengukur semua kasus yang terjadi pada waktu tertentu (titik waktu)
misalnya 1 Januari, I Agustus dsb, dan Period prevalence yang mengukur
semua kasus yang terjadi pada periode waktu tertentu misalnya selama
tahun 1999 dsb.

Insidensi (I) adalah angka kasus baru dari suatu penyakit dari populasi
yang beresiko selama periode waktu tertentu.

Jumlah orang yang menderita sakit


pada periode waktu tertentu
I= x 1.000
Jumlah populasi yang beresiko
pada periode waktu tertentu

Contoh : Selama tahun 1980 dilaporkan sebanyak 126 kasus penyakit


DHF dari suatu populasi sebesar 20.000, maka angka insidensi penyakit
tersebut 126/20.000 x 1000 = 6,3 kasus/1000 populasi.

20
Attack Rate (AR) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang
dilaporkan pada periode waktu terjadinya epidemi dari populasi. Contoh:
dalam suatu kejadian luar biasa (outbreak) terdapat 26 kasus kolera di
suatu wilayah, 15 dari kasus tersebut adalah wanita sedangkan 25 adalah
pria. Jumlah populasi daerah tersebut adalah 60 wanita dan 200 pria.
Maka:
Attack rate pada pria = 25/200 x 100 = 12,5
Attack rate pada wanita = 15/60 x 100 = 25
Attack rate keseluruhan = 40/260 x 100 = 15,3

Risiko relatif (RR) adalah derajat risiko populasi yang terkena penyakit
karena terpapar faktor risiko terhadap populasi yang terkena penyakit
tetapi tidak terpapar suatu faktor risiko.

Penyakit
+ -
a b
+
Faktor
risiko c d
-

RR = a(a+b)/d(c+d)

Attributable risk adalah selisih antara populasi yang terkena penyakit


karena terpapar faktor risiko dengan populasi yang terkena penyakit
tetapi tidak terpapar faktor risiko.

Attributable risk percent adalah persentase dari angka attributable risk


dibagi jumlah populasi yang terkena penyakit karena terpapar faktor
risiko.

d. Mortalitas
Mortalitas merupakan ukuran frekuensi kematian dalam populasi yang
spesifik pada interval waktu dan tempat yang tertentu.

21
Crude Mortality Rate (CMR) adalah total jumlah populasi yang
meninggal dibagi total jumlah populasi

Total populasi yang meninggal


CMR =
Total jumlah populasi
x 105

Infant Mortality Rate (IMR) adalah total jumlah kematian dalam satu
tahun anak yang berumur kurang dari satu tahun dibagi jumlah bayi yang

Total kematian dalam satutahun


anak umur kurang dari satutahun
IMR =
Total bayi lahir hidup pada tahun
x 103
yang sama

lahir hidup pada tahun yang sama.

Selain Infant Mortality Rate (IMR) terdapat pula Perinatal Mortality


untuk kematian janin pada umur kehamilan 28 minggu hingga umur bayi
1 minggu, Neonatal Mortality untuk kematian bayi umur hingga 1 bulan
dan Post Neonatal Mortality untuk kematian bayi umur 1 bulan hingga 1
tahun.

Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian yang disebabkan oleh
penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas selama
periode waktu tertentu dibagi jumlah kelahiran hidup yang dilaporkan
selama periode waktu yang sama

jumlah kematian yang disebabkan oleh


penyebab yang berkaitan dengan kehamilan ,
persalinan dannifas selama
AKI = periode waktu tertentu x 105
jumlah kelahiran hidup yang dilaporkan
selama periode waktu yang sama

22
Jumlah kematian yang disebabkan oleh
CFR = penyakit tertentu pada periode waktu tertentu x 100
jumlah kasus dari penyakit tersebut
Case Fatality Rate (CFR) adalah angka kematian yang disebabkan oleh
penyakit tertentu pada periode waktu tertentu dibagi jumlah kasus dari
penyakit tersebut.

Contoh : Jumlah anak yang menderita penyakit campak tercatat sebesar


1000 anak dan 50 diantaranya meninggal oleh karena campak tersebut.
Maka CFR penyakit campak: 50/1000 x 100 = 5

7. Infestigasi Wabah atau KLB


a. Infestikasi Wabah
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No 4. tahun 1984). Suatu
wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak yaitu
serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi), lingkup global
(pandemic).
Outbreak dikategorikan apabila dalam suatu episode terdapat dua
atau lebih penderita mempunyai hubungan satu sama lain. Epidemologi
keadaan suatu penyakit yang ditemukan pada suatu daerah tertentu yang
dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat.
Pandemic dikategorikan apabila frekuensi penyakit meningkat
sangat tinggi dalam waktu yang sangat singkat dan mencangkup wilayah
yang sangat luas.

Infestigasi Wabah
Fungsi dilaksanakannya investigasi wabah adalah untuk
mendeteksi adanya wabah dan dasar membuat program pencegahan dan
pengendalian penyakit, untuk keperluan penelitian dan pelatihan sebagai
bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan.
Langkah langkah investigasi wabah:

23
1) Identifikasi dan verifikasi diagnosis kasus baru.Lakukan surveilens
secara prospektif dengan melakukan pemantaun hasil
laboratorium,hasil catatan msdis pasien,dan laporan pengelola
pelayanan kesehatan
2) Tentukan definisi kasus. Menggunakan kriteria epidemologik, klinis
dan laboratorium untuk menggambarkan dan mengkalsifikasikan
kasus serta digunakan untuk membatasi kasus berdasarkan waktu
,tempat dan orang secara spesifik.sehingga dapat dikalsifikasikan
menjadi possible (mungkin) probable (kemungkinan besar) definite
(pasti)
3) Tinjau ulang temuan klinis dan laboratorium.Apabila wabah yang
terjadi termasuk dalam golongan infeksi hasil laboratorium dan
klinis perlu ditinjau ulang pada awal pelaksanaan investigasi
4) Konfirmasikan adanya epidemic.
5) Pencarian literatur
6) Konsultasi dengan laboratorium
7) Melaporkan ke pihak yang berkepentingan.
8) Bentuk tim investigasi
9) Menentukan adanya bantuan pihak luar.
10) Memulai tindakan pengendalian awal.
11) Mencari kasus tambahan.
12) Menjelaskan hubungan wabah berdasarkan orang,tempat,dan waktu.
13) Orang harus ditabulasikan berdasarkan usia, jenis kelamin,
Pendidikan, pekerjaan, agama, dan cirinterkait lainnya. tempat
menggunakan dot map dan spot map.waktu mencatat tanggal dan
jam mulai terjadi penyakit.
14) Menggambar kurva epidemic (grafik histogram)
15) Evaluasi masalah
16) Menentukan kebutuhan ujindiagnostik lain
17) Rumuskan hipotesis sementara
18) Mengevaluasi efektifitas tindakan pengendalian

24
19) Uji hipotesis secara statistic
20) Analisis dan investigasi lanjut
21) Menyiapkan dan mendistribusikan laporan tertulis

b. Infestigasi KLB
KLB merupakan suatu kategori status wabah dalam peraturan yang
berlaku di Indonesia sesuai permenkes RI No. 949/MENKES/SK/VII/
2004. Dijelaskan bahwa timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria KLB sesuai keputusan Dirjen No.45/9:
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal
2) Peningkatan kejadian penyakit /kematian terus menerus selama tiga
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu).
3) Peningkatan kejadian penyakit /kematian dua kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, mimggu, bulan,
tahun).
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih jika dibandingkan dengan angka rata rata per
bulan dalam tahu sebelumnya.
Klasifikasi KLB:
1) Common source adalah jika kelompok orang yang terpajan infeksi
yang biasa atau umum. Common source dibagi menjadi tiga
subkategori
2) Point sources epidemic; jika agent berasal adari sumber tunggal
misalnya makanan, tetapi sembuh dalam waktu yang singkat. mis
keracunan makanan.

25
3) Intermitten epidemic; wabah yang terjadi karna penularan atau
terpajan suatu penyakit tetapi tidak selama satu periode, dapat terjadi
dalam beberapa hari beberapa minggu atau lebih lama. mis TBC.
4) Continous epidemic; apabila tingkat penyebaran epidemic cukup
tinggi dimasyarakat dan menyerang banyak orang didalam populasi
tanpa kecuali, pajanan bertambah dan meluas dan orang yang sakit
menjadi tetap dan bertambah.
5) Propagated epidemic, terjadi peningkatan jumlah orang yang sakit dan
biasanya membentuk pola pertumbuhan eksponensial atau sangat
mencolok, kasus terjadi terus menerus dan melampaui satu masa
inkubasi
6) Mixed Pidemix, beberapa KLB penyakit memperlihatkan ciri common
source maupun propageted epidemic

8. Proses Terjadinya Penyakit


a. Teori Contagion: penyakit terjadi karna adanya kontak langsung antara
satu orang dengan orang lain.
b. Teori Hippocrati: penyakit berkaitan dengan masalah lingkungan dan
gaya atau cara hidup manusia setempat.
c. Teori Miasmatic: penyakit berasal dari uap yang dihasilkan oleh sesuatu
yang membusuk atau limbah yang menggenang jika seseorang
menghirupnya akan terjangkit penyakit.
d. Teori epidemic: penyakit berhubungan dengan cuaca dan factor
geografi.
e. Teori kuman (germ theory); kuman /mikroorganisme merupakan
penyebab penyakit
f. Multikausa theory: penyakit terjadi karna hasil interaksi dari berbagai
factor misalnya linkungan, biologis, kimiawi, ekonomi dan sosial.

26
Istilah penyebab penyakit:
a. Kausa mutlak
Merupakan suatu penyebab yang pasti akan menimbulkan suatu penyakit
tertentu. contoh TBC disebabkan mycobacterium tuberculosis
b. Kausa esensial
Merupakan suatu penyebab yang harus ada untuk memungkinkan
terjadinya suatu penyakit. contoh diare karna lingkungan kurang bersih
c. Kausa sufisien
Merupakan suatu penyebab yang umumnya tediri dari beerapa penyebab
yang secara Bersama sama saling mempengaruhi untuk terjadinya
penyakit. Contoh hipertensi sering diasumsikan karna makanan garam
tinggi, kurang olah raga, usia diatas 30 tahun.

B. Kependudukan
1. Definisi Demografi
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk
dan grafein yang berarti menulis. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau
karangan-karangan mengenai penduduk. Menurut A.Guillard (1985) dalam
Mubarak (2013), demografi adalah elements de statistique humaine on
demographic compares. Definisi demografi antara lain sebagai berikut
a. Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah
kependudukan, terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur, dan
perkembangan suatu penduduk.
b. Demografi merupakan studi statistic dan matematis tentang besar,
komposisi, dan distribusi penduduk, serta perubahan-perubahannya

27
sepanjang masa melalui komponen demografi, yaitu kelahiran,
kematian, perkawinan, dan mobilitas sosial.
c. Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran territorial dan
komposisi penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.

2. Komponen Demografi
a. Fertilitas (kelahiran)
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi
yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata
lain, fertilitas menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Sebaliknya,
fekunditas merupaka potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi
merupakan lawan arti kata sterilitas.
Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas, hanya berbeda
ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan
penduduk. Sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Konsep-konsep yang terkait dengan fertilitas, anatara lain sebagai berikut
1) Lahir hidup (live birth). Menurut PBB dab WHO adalah suatu
kelahiran bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan,
dimana bayi menunjukan tanda-tanda kehidupan, misalnya bernapas,
ada denyut jantung atau denyut tali pusat, dan gerakan-gerakan otot
2) Lahir mati (still birth). Adalah kelahiran seorang bayi dari
kangdungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa
menunjukan tanda-tanda kehidupan.
3) Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan usia
kehamilan kurang dari 28 minggu. Ada dua macam abortus, yaitu
disengaja (inducec) dan tidak disengaja (spontaneus). Induced
abortion dapat dilakukan berdasarkan alasan medis, misalnya karena
mempunyai penyakit jantung berat, sehinggga membahayakan jiwa
ibu dan tidak berdasarkan alasan medis.

28
4) Masa reproduksi (chilbearing age), yaitu masa dimana wanita mampu
melahirkan, disebut juga usia subur (15-49 tahun).

Langkah-langka yang dilakukan untuk mengetahui tingkat fertilitas


penduduk:

1) Registrasi data yang tersedia, seperti statistik kelahiran (birth


statistic), kelemahanya:
a) Ketepatan definis yang digunakan dan aplikasinya
b) Kelengakapan registrasi
c) Ketepatan alokasi tempat
d) Ketepatan pengelompokan kelahiran berdasarkan karakteristik
ekonomi atau demografi
2) Sensus data yang tersedia berupa hal-hal di bawah ini
a) Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin
b) Jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup
c) Jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu periode yang lalu
(misalnya : 1 tahun yang lalu)
d) Data penduduk yang berhubungan dengan variable fertilitas
(misalnya penduduk usia kawin)
Kelemahan sensus adalah
a) Keterangan jumlah anak yang pernah dilahirkan sangat bergantung
pada daya ingat dari si ibu . semakintua usia ibu semakin besar
kemingkinan melupakan jumalh anak yang pernah dilahirkan. Hal
ini dapat disebabkan anaknyamungkin sudah menikah.
b) Keterangan mengenai banyaknya anak yang lahir setahun yang lalu
bergantujng pada ketepatan dalam memperkirakan jangka waktu
satu tahun sebelum sensus. Perkiraan jangka waktu ini bisa terlalu
panjang atau sebaliknya terlalu pendek.
c) Keterangan-keterangan penduduk yang dikaitkan dengan variabel
fertilitas juga mengundang kesalahan pelaporan usia oleh

29
penduduk, dan biasanya sering etrjadi di negara yang sedang
berkembang.
3) Survei data yang tersedia berupa:
a) Sama dengan data yang etrsedia dalam sensus
b) Keteranagan tambahan mengenai fertilitas yang lebih terperinci
c) Riwayat kelahiaran mulai dari anak pertama hingga anak terakhir
d) Status kehamilan
e) Kelemahan yang ditemui disensus ini juga berlaku didalam survei,
karena kedua jenis sumber data tersebut berdasarkan informasi
mengenai kejadian kelahiran yang sudah lampau.

Data fertilitas yang bersifar nasional adalah


1) Semua penduduk 1961, BPS
2) SUSENAS (survei Sosial Ekonomi Nasional)
3) Sensus penduduk 1971, BPS
4) Survei Fertitas dan Mortilitas Iindonesia 1973, LD FEUI
5) SUPAS (Survei Penduduk Antarsensus) Tahap II dan III, 1976, BPS
6) SUSENAS, 1979, BPS
7) Sensus penduduk 1980,1990, 2000, BPS

Seperti halnya angka mortilitas, angka fertilitas pun diukur berdasarkan


jumlah kejadian (events) dengan penduduk yang menanggung risiko
melahirkan (exsposed to risk). Walaupun demikian, ada beberapa
persoalan yang dihadapi dalam hzal pengukuran fertilitas yang tidak
dijumpai dalam pengukuran mortilitas, yaitu
1) Suatu angka (rate) menunjukan ukuran untuk jangka waktu. Angka
fertilitas menunjukan dua pilihan jangka waktu, pertama untuk jangka
waktu pendek biasanya 1 tahun, sedangkan piliham kedua adalah
jumlah kelahiran selama masa reproduksi
2) Suatu kelahiran melibatkan kedua orang tuanya, sehingga
memungkinakan timbulnya keinginan untuk mengukur fertilitas
berdasarkan sifat-sifat ibu, yaha, atau kedua orang tuanya. Namun dari

30
informasi yang dikumpulkan biasanya hanya yang berhubungan
dengan si ibu, sehingga dengan sendirinya pengukuran fertilitas hanya
berdasarkan sifat-sifat ibu saja.
3) Penentuan penduduk yang exposed to risk di dalam pengukuran
fertilitas sangat sulit. Tidak setiap orang memiliki resiko melahirkan.
4) Sulit membedakan live birth (lahir hidup) dan still birth (lahir mati)
5) Melahirkan lebih dari satu kali adalah hal yang bisa terjadi pada
seoramg istri. Oleh karena itu, ada unsur pilihan antara melahirkan
lagi atau tidak.

b. Mortalitas (kematian)
United Nations (UN) dan World Health Orgsnization (WHO) membuat
definisi “mati” adalah keadaan menghilangkan semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah
kelahiran hidup. Mortalitas salah satu diantara 3 komponen demografi
yang memengaruhi perubahan penduduk. Konsep yang terkait mortalitas
ada tiga keadaan vital yaitu :
1) Lahir hidup (live brith), yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari
rahim seorang ibu secara lengkap
2) Mati (death), keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan
secara permanen
3) Lahir mati (fetal death), peristiwa mengihilangnya tanda-tanda
kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut
dikeluarkan dari rahim ibunya.

Sumber data kematian


1) Sistem Registrasi Kematian, di Indonesian belum ada sistem registrasi
vital yang bersifat nasional, yang ada hanya sistem registrasi lokal
2) Sensus atau survei penduduk, merupakan kegiatan sesaat yang
bertujuan untuk mengumpulkan data penduduk. Data kematian yang
diperoleh melalui sensu atau survei dapat di golongkan menjadi dua
bentuk, bentuk langsung dan bentuk tidak langsung.

31
c. Migrasi
1) Definisi migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap
disuatu lain melampaui batas politik/ negara ataupun batas
administratif negara.
2) Jenis-jenis migrasi
a) Migrasi masuk (in migration) : masuknya penduduk ke suatu
daerah tempat tujuan (area of destination)
b) Migrasi keluar (out migration) : perpindahan penduduk ke suatu
daerah asal (area of origin)
c) Migrasi netto (net migration) : selisih antara jumlah migrasi masuk
dan migrasi keluar. Apabila migrasi yang masuk lebih besar
daripada migrasi yang keluar, maka disebut migrasi netto positif,
tapi jika migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi masuk disebut
migrasi netto negatif
d) Migrasi bruto (gross migration) : jumlah migrasi masuk dan
migrasi keluar
e) Migrasi total (total migration) : seluruh kejadian migrasi mencakup
migrasi semasa hidup (life time migration) dan migrasi pulang
(return migration)
f) Migrasi internasional (international migration) : perpindahan
penduduk dari suatu negara ke negara lain. Migrasi yang
merupakan masuknya penduduk ke suatu negara disebut imigrasi,
sedangkan jika migrasi itu keluarnya penduduk dari suatu negara
disebut emigrasi
g) Migrasi semasa hidup (life time migration) : migrasi berdasarkan
tempat kelahiran, yaitu mereka pada waktu pencacahan sensus
tempat tinggal didaerah yang berbeda dengan daerah temapt
kelahirannya.
h) Migrasi parsial (partial migration) : jumlah migrasi kesuatu daerah
tujuan dari satu daerah asal atau dari daerah asal ke satu daerah

32
tujuan. Migrasi ini merupakan ukuran dari arus migrasi antara dua
daerah asal dan tujuan
i) Arus migrasi (migration stream) : jumlah atau banyaknya
perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam
jangka waktu tertentu
j) Urbanisasi (urbanization) : bertambahnya proposrsi penduduk yang
berdiam didaerah kota disebabkan oleh proses perpindahan
penduduk ke kota atau akibat perluasan daerah kota
k) Transmigrasi (transmigration/resettlement atau settlement):
perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah
lain yang ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna
kepentingan pembangunan negara atau karena alasan-alasan yang
dipandang perlu oelh pemerintah berdasarkan ketentuan yang
diatur undang-undang transmigrasi dan undang-undang No.3 tahun
1972.

3) Faktor-faktor yang Memengaruhi Migrasi


Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi,
yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Berikut ini adalah faktor
pendorong migrasi
a) Makin berkurang seumber-sumber alam, yaitu menurunnya
permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin
susah, seperti: hasil tambang, bahan baku kayu, hasil pertanian,
industri dan lain-lain
b) Menyempitnya lapangan pekerjaan, seperti di desa dengan
masuknya teknologi (mesin-mesin) sebagai pengganti tenaga
manusia
c) Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, dan suku
di daerah asal
d) Tidak cocok lagi dengan adat atau budaya di tempat asal

33
e) Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebab tidak bisa
mengembangkan karier pribadi
f) Bencana alam, seperti : banjir, gempa bumi, tanah longsor, musim
kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
4) Berikut adalah faktor-faktor penarik migrasi
a) Adanya rasa superir di tempat baru atau kesempatan di lapangan
kerja yang cocok
b) Kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik
c) Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi
d) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan,
misalnya : iklim, perumahan, sekolag, dan lainnya
e) Adanya ajakan orang yang diharapkan sebagai tempat pelindung
f) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan,
pusat kebudayaan sebagai faktor penarik bagi orang-orang desa
atau kota kecil.
Secara umum seseorang mengambil keputusa untuk melakukan
migrasi adalah faktor yang terdapat di daerah asal, tempat tujuan,
rintangan-rintangan yang menghambat dan faktor pribadi seseorang
Ditempat asal atau tujuan ada sejumlah faktor yang menahan orang
untuk tetap tinggal dan menarik orang luar untuk pindah ke tempat
tersebut. Ada sejumlah faktor negatif yang mendorong orang untuk
pindah dari tempat tersebut, sejumlah faktor netral yang tidak menjadi
masalah dalam keputusan untuk migrasi. Selalu terdapat sejumlah
rintangan dalam keadaan tertentu, walaupun tidak seberapa beratnya,
tetapi dalam keadaan lain tidak dapat diatasi. Rintangan-rintangan ini
antara lainjarak antara daerah asal ke daerah tujuan. Rintangan dan
jarak meskipun selalu ada, namun bukan merupaka faktor terpenting,
tetapi bagaiman bisa berhasil. Contohnya adalah pengahalang atau
ringtangan seperti biaya pengankutan alat-alat rumah tangga dari
tempat asal ke tempat tujuan. Sedangkan faktor pribadi mempunyai
peranan penting, karena faktor nyata yang berada ditempat asal belum

34
merupakan faktor utama, sehingga pada akhirnya kembali pada
tanggapan seseorang tentang faktor tersebut, kepekaan pribadi dan
kecerdasan.

d. Morbilitas Sosial
1) Definisi morbilitas sosial
Gerak sosial (morbilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran,
peningkatan, ataupun penurunan stasus dan peran anggotanya.
Morbilitas berasal dari bahasa latin “morbillis” yang berarti mudah
dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna
gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam
kelompok sosial. Jadi mobilitas sosial adalah perpindahan posisi
seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan
yang lain. Misalnya, seseorang pensiunan pegawai rendahan salah satu
departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil
dengan gemilang.
2) Bentuk-bentuk mobilitas sosial
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial,
yaitu mobilitas sosial vertical dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas sosial vertical dapat dibedakan lagi menjadi sosial sinking
dan sosial climbing. Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan
menjadi mobilitas sosial antar wilayah (geografis) dan mobilitas antar
generasi.
a) Mobilitas vertical
Mobilitas vertical adalah perpindahan status sosial yang dialami
seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang
berbeda. Mobilitas vertical mempunyai dua bentuk yang utama:
(1) Mobilitas vertical keatas
(2) Mobilitas vertical kebawah
(3) Mobilitas vertical ke atas (sosial climbing)

35
b) Mobilitas vertical ke bawah (social sinking)
Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan
seseorang. Proses sosial sinking scring kali menimbulkan gejolak
psikis bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan
kewajibannya.
Penyebab sosial sinking :
(1) Berhalangan tetap atau sementara,
(2) Memasuki masa pension
(3) Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di
pecat dari jabatannya.
3) Faktor-faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial
a) Faktor pendorong mobilitas sosial
(1) Faktor structural, adalah jumlah relative dari kependudukan
tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk
memperolehnya.
(2) Faktor individu, adalah kualitas seseorang, baik ditinjau dari
segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan
pribadi
(3) Status sosial
(4) Keadaan ekonomi
(5) Situasi politik
(6) Kependudukan (Demografi)
(7) Dampak mobilitas sosial
b) Dampak mobilitas sosial
Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang
bersifat positif maupun negative antara lain sebagai berikut:
(1) Dampak Positif
1. Mendorong seseorang untuk lebih maju terbukanya
kesempatan untuk pindah dari strata yang lain menimbulkn
motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam
berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi

36
2. Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat kea rah
yang lebih baik
3. Meningkatkan intergrasi sosial terjadinya mobilitas sosial
dalam suatu masyarakat.
(2) Dampak Negatif
Timbulnya konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial
dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Konflik antar kelas dalam masyarakat terdapat lapisan-
lapisan. Kelompok dalam lapisan-lapisan disebut kelas
sosial
2. Konflik antar kelompok sosial konflik yang menyangkut
antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya.
3. Konflik antar generasi konflik yang terjadi karena adanya
benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu
dengan generasi yang lain dalam mempertahankan nilai-
nilai dengan nilai-nilai baru yang ingin mengadakan
perubahan.

e. Perkawinan
1) Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga. (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal bedasarkan Ketuhan Yang Maha Esa.

2) Jenis-Jenis Perkawinan
Ada beberapa jenis-jenis perkawinan yang dapat kita cermati secara
universal, diantaranya:
a) Perkawinan Poligami
Suatu perkawinan dimana seseorang suami mempunyai istri lebih
dari satu, dan banyak alasan yang mendasari bentuk perkawinan ini

37
diantaranya: anak, jenis kelamin anak, ekonomi, status sosial dan
lain-lain.
b) Perkawinan Eugenis
Suatu bentuk perkawinan yang bertujuan untuk memperbaiki atau
memuliakan ras.
c) Perkawinan periodic atau term marriage
Perkawinan periodic yaitu merencanakan adanya suatu kontrak
tahap pertama selama 3-5 tahun, dan kontrak tahap kedua ditempuh
selama 10 tahun, dan perpanjangan kontrak dapat dilakukan untuk
perpanjangan tahap ketiga yang memberikan hak pada kedua
pasangan “untuk saling memiliki” secara permanen.
d) Perkawianan percobaan atau trial marriage
Dua orang akan melibatkan diri dalam suatu relasi atau hubungan
yang sangat intim dan mencobanya terlebih dahulu selama satu
periode tertentu, jika dalam periode itu kedua belah pihak bisa
saling menyesuaikan atau merasa cocok barulah dilakukan ikatan
pernikahan yang permanen.
e) Perkawianan persekutuan
Perkawinan persekutuan yaitu pola perkawinan yang menganjurkan
dilaksankannya perkawinan tanpa anak, dengan melegalisasi
keluarga berencana atau KB atas dasar kesepakatan kedua belah
pihak

3) Bentuk-bentuk pernikahan
Pernikahan merupakan legalisai penyatuan antara laki-laki dan
perempuan sebagai suami istri oleh institusi agama, pemerintah atau
kemasyarakatan. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk perkawinan:
a) Monogrami

38
Monogrami adalah suatu bentuk perkawinan atau pernikahan di
mana si suami tidak menikah dengan perempuanlaindan si istri
tidak menikah dengan lelaki lain. Jadi singkatnya monogrami
merupakan nikah antara seorang laki-laki dengan seorang wanita
tanpa ada ikatan pernikahan lain.
b) Poligami
Poligami adalah bentuk perkawinan diama seseorang pria menikahi
beberapa wanita atau seseorang perempuan menikah dengan
beberapa laki-laki.
Berikut ini poligami digolongkan menjadi dua jenis:
(1) Poligini: satu orang laki-laki memiliki banyak isteri
(2) Poliandri: satu orang perempuan memiliki banyak suami

3 Pengelompokan Komposisi Penduduk


a. Definisi Pengelompokan Penduduk
Komposisi penduduk adalah penyusunan atau pengelompokan
penduduk berdasarkan kriteria tertantu. Adapun kriteria yang digunakan
antara lain kriteria usia dan jenis kelamin, angkatan kerja, dan rasio
ketergantungan.
b. Macam-macam Komposisi Penduduk
Menurut Mubarak (2013) pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri
tetentu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin
Usia dan jenis kelamin merupakan karakter penduduk yang pokok.
Struktur ini mempunyai pengaruh penting, baik terhadap tingkah laku
demografis maupun sosial ekonomi. Distribusi usia dalam demografi
penduduk dapat digolongkan menurut usia satu tahunan dan lima
tahunan.
Contoh distribusi usia dalam demogafi
Usia satu tahunan: 0,1,2,3,4,5 dst
Lima tahunan: 1-4, 5-9, 10-14 dst

39
2) Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri sosial
Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri sosial antara lain
tingkat pendidikan penduduk, status perkawinan, dan sebagainya.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan tercermin pada
kepandaian membaca, menulis, dan tingkat pendidikan.
3) Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri ekonomi
Penduduk berdasarkan ciri-ciri ekonomi meliputi: lapangan pekerjaan,
jenis pekerjaan status pekerjaan dan sebagainnya.
4) Pengelompokan penduduk berdasarkan tempat tinggal (geografis)
Berdasarkan tempat tinggalnya pengelompokan penduduk dibag
menjadi dua yaitu penduduk yang tinggal di perkotaan, dan penduduk
yang tinggal di pedesaan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

40
Epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah),
distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan
masyarakat. Ruang lingkup epidemiologi adalah epidemiologi dan pencegahan
penyakit menular, pencegahan penyakit tidak menular, epidemiologi klikik,
kependudukan, pengolahan pelayanan kesehatan, lingkungan dan kesehatan
kerja, kesehatan jiwa dan epidemiologi gizi. Triad epidemiologi memiliki
komponen manusia (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment).
Demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai
penduduk. Komponen demografi adalah fertilitas (kelahiran), mortalitas
(kematian), migrasi, perkawinan, morbilitas sosial. Komposisi penduduk dibagi
menjadi empat yaitu menurut usia dan jenis kelamin, sosial, ekonomi, dan
geografis.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html diakses tanggal 08 Maret


2019

41
Maryani, Lidya. 2010. Epidemiologi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Mubarak, Wahid Iqbal. 2013. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar Dan


Teori. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo.2011. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta :


Rineka Cipta.

Syafrudin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: EGC

42

Anda mungkin juga menyukai