3698 8914 1 SM
3698 8914 1 SM
Abstrak
Tulisan ini menganalisis konflik vertikal antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
dengan pemerintahan pusat pada masa orde baru hingga masa reformasi
(1976-2005). Skripsi ini menjawab beberapa pertanyaan berikut: bagaimana
sejarah Gerakan Aceh Merdeka terbentuk? bagaimana perjalanan konflik
Vertikal di Aceh yang dilalui GAM? faktor apa saja yang menyebabkan rakyat
Aceh yang ingin melepaskan diri dari Indonesia? upaya apa yang di lakukan
untuk penyelesaian konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dengan pemerintah
Indonesia dalam meraih rancangan kesepakatan damai? Untuk menjawab
beberapa pertanyaan tersebut, penulis melakukan penelitian kepustakaan.
Adapun teknis penulisan skripsi ini termasuk tata cara membuat catatan kaki,
penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Disertasi) CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Abstract
This thesis analyzes the vertical conflitc between the Free Aceh Movement
(GAM) and the central government in the new order until the reform periode
(1975-2005). This thesis to answer the following question: how the history of the
Free Aceh Movement formed? How to travel vertical conflict in Aceh GAM
passed? What factors are causing the people of Aceh who want to break away
from Indonesia? What effortss will be undertaken to resolve the conflict
betqween the Free Aceh Movement and the Indonesian government in achieving
the draft peace agreement? To answer some of these questions, the autors
conducted a study of literature. As for technical writing (thesis and
dissertation) CEQDA UIN Syarif Hidaytullah Jakarta.
1
Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
50 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013
bawah tanah yang memproklamasikan ketiga , pasca 1998, dalam fase ini,
kemerdekaan di Aceh.8 pemerintah pusat masih tetap
Gagasan-gagasan Hasan Tiro menggunakan kekerasan, negara dalam
semakin memuncak setelah pemerintahan Orde menghadapi GAM maupun rakyat Aceh
Baru yang mengeksploitasi gas alam dan yang di dalam dirinya sudah mulai tumbuh
minyak bumi di Aceh Utara sejak awal semangat nasionalisme keAcehan.11
1970-an. Hasan Tiro memunculkan dirinya Dari operasi inilah kemudian muncul
sebagai “Duta Besar Republik Indonesia berbagai pelanggaran HAM berat dan
Islam Aceh”. Sejak saat itu, ia ikut menyisakan rasa sakit yang mendalam di
berdiplomasi di luar negri, terutama di negeri yang tidak pernah menuai rasa
New York untuk memasukan agenda- aman itu. Dalam bidang politik, kebijakan
agenda tentang Aceh dalam forum pemerintah yang sentralistik tampak dalam
intenasional PBB. Salah satu puncaknya penentuan gubernur atau bupati. Strategi
adalah ketika ia mencetuskan GAM pada ini diterapkan oleh pemerintah pusat untuk
tahun 1976.9 menjamin agar pemerintah Aceh,
GAM yang di pimpin Hasan Tiro khususnya gubernur berada langsung di
di kenal oleh rakyat Aceh Sebagai Wali bawah kendali pusat. Kebijakan
Negara Aceh Merdeka menyatakan, bahwa sentralistik yang tidak memperdulikan
ideologi yang di pilihnya bukan Islam kultur lokal sangat di rasakan dalam
serta orientasi politiknya bukan pendirian pemberlakuan UU No.5/1974 tentang
negara Islam sebagaimana pendahulunya Pokok-pokok pemerintahan daerah dan
lakukan. GAM adalah simbolisasi dan UU No. 5/1979 tentang pokok-pokok
institusionalisasi dari identitas politik ini. Pemerintahan Desa. Dengan kedua
Akibatnya, Aceh yang tadinya hanya Undang-undang tersebut, kekhasan sosio-
sekedar etnis dan kartografis telah kultural Aceh tereliminasi dan
bertansformasi menjadi identitas politik. Pemberlakuan Undang-undang tersebut
Gerakan Aceh Merdeka didukung oleh telah menyebabkan rusaknya struktur
tiga kelompok masyarakat Aceh, yaitu pemerintahan tradisional dan sistem
golongan intelektual dan golongan budaya Aceh. Pemberlakuan Undang-
profesional, golongan ulama serta undang tersebut merekayasa lahirnya elit
golongan rakyat biasa.10 baru yaitu elit birokratis yang ternyata
Dalam perkembangannya tidak berakar dalam masyarakat.12
kemudian GAM telah melalui tiga fase Kondisi Aceh pada saat itu sangat
penting, yaitu fase pertama, 1976-1989, dilematis yang di sebabkan oleh kompetisi
GAM merupakan organisasi kecil yang yang memilukan antara GAM dan
anggotanya di dominasi dari kaum pemerintahan pusat. Posisi dilematis ini
terpelajar dan GAM menjadi gerakan menunjukan dengan didudukannya posisi
bawah tanah. Fase kedua, 1989-1998, fase rakyat pada dua posisi yang harus di bayar
ini lebih di kenal oleh rakyat Aceh sebagai mahal oleh rakyat. Disatu sisi rakyat harus
era Aceh berstatus Daerah Operasi Militer membantu baik dari segi finansial maupun
(DOM) Operasi ini kemudian memuluskan material serta fisikal kepada pihak GAM,
jalan bagi operasi bersenjata di Aceh. Fase namun disisi lain, jika rakyat berpihak
kepada pemerintahan pusat, maka akan di
8
Ibid
9 11
Isma Sawitri, Amran Zamzami, dkk., (Panitia Peduli Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh:
Aceh), Simak dan Selamatkan Aceh, (Jakarta : PT Bina Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, (Jakarta : Lembaga
Rena Perwira, 1998), h. 15. Studi Pers dan Pembangunan, 2008), h. 64.
10 12
Julien Benda, Pengkhianatan Kaum Intelektual, Tim kell, The Roots of Acehnese Rebellion 1989-1992,
(Jakarta: Gramedia, 1997), h. 25-26. (New York: Cornell University Pers, 1995), h. 1.
52 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013
sebagai penopang utama yang di anggap Pidie tempat kelahiran Hasan Tiro.
tidak adil terhadap rakyat Aceh dan Sehingga tidak heran jika dalam
gerakan ini dapat di pandang sebagai keanggotaan GAM tersebut banyak
representasi kekecewaan dan kemarahan terdapat hubungan keluarga. Setidaknya
rakyat Aceh terhadap Indonesia pada masa ada dua hal yang menjadi sebab bagi
Orde Baru. Pada mulanya gerakan ini seseorang menjadi anggota atau membantu
lebih di kenal sebagai ASNLF (Aceh GAM, pertama adalah rasa kecewa
Sumatra National Liberation Front). terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan
Nama ini yang sering di gunakan dalam politik yang ada di Aceh. Kedua adalah
dokumen-dokumen resmi mereka, karena tekanan-tekanan yang di berikan
meskipun oleh TNI (pada waktu itu ABRI oleh para pemberontak.25
dan Pemerintah) mereka sering di sebut seiring dengan perjalanan waktu,
sebagai Gerakan Pengacau Liar (GPL).21 GAM yang semula berbasis di Aceh Pidie
Penggunaan nama ASNLF dan GAM ini, kemudian meluas ke daerah Aceh Utara
menurut keterangan dari Dr. Husaini dan Aceh Timur dengan menggunakan
Hasan tidak mengandung perbedaan, pamflet-pamflet. Isi dari pamflet-pamflet
karena keduanya berintikan sama.22 tersebut adalah ringkasan Hasan Tiro
Dalam doktrin pendirian GAM tentang Aceh yang telah tersebar dalam
memiliki ideologi kemerdekaan nasional, bentuk buku ataupun buletin. Di kedua
yaitu: bertujuan membebaskan kontrol daerah tersebut GAM menemukan
politik asing dari pemerintahan Indonesia. momentumnya untuk melakukan sebuah
GAM merupakan pemberontakan orang gerakan terencana sejalan dengan
Aceh jilid ke-dua yang memandang bahwa munculnya berbagai ketimpangan sosial
tergabungnya Aceh dalam NKRI ekonomi terutama antara penduduk
merupakan tindakan ilegal23. setempat dengan pendatang.26
Sesungguhnya faktor yang melatar Selama GAM berdiri, telah
belakangi mereka bergerak adalah karena berhasil merekrut banyak pemuda Aceh
posisi mereka terancam, baik dalam sektor menjadi Anggota, bahkan GAM disinyalir
ekonomi maupun politik, sebagai akibat telah mampu mempengaruhi gerakan
kebijakan yang sentralistik pemerintah mahasiswa. Selain itu GAM berhasil
Republik Indonesia. Faktor pemicu utama membentuk beberapa LSM yang turut
adalah kelahiran birokrat dari Jawa yang mendukung pemisahan Aceh dari
menyingkirkan elit Aceh.24 Indonesia, salah satunya adalah SIRA
Jumlah pengikut awal yang terlibat (Sentra Informasi Referendum Aceh).27
langsung dalam pemberontakan tersebut Perjuangan GAM sama halnya dengan
berjumlah kurang lebih dua ratus orang, SIRA, yang menanamkan visi kepada
yang mayoritas berasal dari Kabupaten masyarakat agar setia dan berbagai lapisan
sosial termotivasi berperan aktif dalam
21
Konflik Aceh: Analisis atas Sebab-sebab Konflik, Aktor
melakukan tindakan revolusioner.
Konflik, Kepentingan dan Upaya Penyelesaian, (Jakarta Perjuangan mereka mengangkat aspek
: LIPI, 2003), h. 34.
22
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
25
Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Nazaruddin Syamsuddin, Integrasi Politik di
Upaya Penyelesaian, h. 41. Indonesia. h.72.
23 26
Mohammad Soleh Isre, ed., Konflik Etno Religius Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Departemen Agama Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
RI Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2003), Upaya Penyelesaian, (Jakarta : LIPI, 2003), h. 42.
27
h. 104. Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
24
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 142. 55.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 55
mengarah pada kekecewaan rakyat Aceh pertama.35 Tiga tahap selanjutnya justru
terhadap Republik Indonesia, dalam hal terjadi pada masa Orde Baru. Seperti
kesenjangan persamaan, keadilan, lahirnya GAM dan pemberlakuan
penegakan hukum, dan kepemimpinan kebijakan Daerah Operasi Militer (DOM),
nasional, konflik ini timbul terutama yakni sebagai tanggapan keras pemerintah
karena ada rasa ketidakadilan.32 Peristiwa pusat atas aksi GAM.”36
ini di anggap sebagai bentuk diskriminasi Dalam perkembangannya kemudian
sehingga terjadi kecemburuan sosial yang GAM telah melalui tiga fase penting, yaitu
sangat mendalam bagi rakyat Aceh yang fase pertama, 1976-1989, GAM
menyebabkan terjadinya perubahan serta merupakan organisasi kecil yang
gejolak sosial yang sangat meluas. Selain anggotanya di dominasi dari kaum
masalah kekecewaan pada pemerintah terpelajar, operasi yang dilakukan untuk
pusat, konflik di Aceh juga muncul akibat melawan GAM adalah didominasi oleh
peminggiran identitas kultural masyarakat TNI-AD di bawah Kodam I/Bukit Barisan.
Aceh.33 Mereka yang di jadikan sebagai objek
Hubungan yang tidak harmonis kejahatan kemanusiaan oleh negara, yakni
dengan pemerintah pusat menjadi sebab mereka yang menyatakan dirinya sebagai
dari rentetan konflik di Aceh. Mulai dari pendukung GAM, dan pada akhir tahun
Presiden Soekarno Hingga Soeharto, tidak 1979 pemerintah Indonesia berhasil
pernah sungguh-sungguh memperhatikan menumpas gerakan ini. Sehingga, GAM
aspirasi rakyat Aceh. Kekecewaan yang menjadi gerakan bawah tanah.37 Pada fase
mengakibatkan ketimpangan ekonomi ini, operasi militer masih belum
antara pusat dan daerah itu akhirnya mendekontruksi kesadaran berbangsa
membuahkan perlawanan yang terkordinir orang Aceh, namun mulai menciptakan
dan mengakibatkan lahirnya gerakan embrio gerakan yang lebih radikal dan
perlawanan, maka munculah GAM.34 matang. Sehingga Pada kurun waktu 1976
Mengenai hal ini seperti yang sampai dengan 1989 untuk mendukung
dilukiskan oleh Nazaruddin Syamsuddin kampanye anti pemberontakan, tentara
yang mencatat tujuh tahap perkembangan Indonesia melakukan pengejaran dan
peradaban Aceh yang mengarah pada serangan bersenjata serta pencarian
“Penghancuran Kebudayaan”. Setelah (sweeping) dari rumah ke rumah terhadap
merebut dan mempertahankan anggota Gerakan Aceh Merdeka, di daerah
kemerdekaan RI yang di jalani secara yang diduga sebagai basis GAM.38
monumental oleh masyarakat Aceh tahun Fase Kedua, 1989-1998. Fase yang
1945, kemudian disusul oleh Perang lebih di kenal oleh rakyat Aceh sebagai era
Cumbok tahun 1946 tatkala konflik fisik Aceh berstatus Daerah Operasi Militer
dan revolusi sosial berlangsung antara (DOM), dimulai ketika pada tahun 1989
kaum Uleebalang (bangsawan) dan ulama. kaum gerilyawan GAM yang telah melalui
Disusul kemudian dengan peristiwa DI/TII pendidikan militer di Libya sejak tahun
sejak tahun 1953 sampai tahun 1963.
Kemudian terjadi PKI dalam Gerakan 30 35
Rusdji Ali Muhammad; editor: Hasab Basri,
September 1965, Demikianlah tahap Revitalisasi Syariat Islam di Aceh, (Jakarta: Logos,
2003), h. xi.
36
A. Rani Usman, Sejarah Peradaban Aceh, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. xix.
37
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
32
Kompas, 26 Agustus 2003. Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
33
Syarifudin Tippe, Aceh di Persimpangan Jalan, Upaya Penyelesaian, h. 24.
38
(Jakarta: Cidencindo Pustaka,2000), h. 48. Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh:
34
Ibid, h. 224. Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, h. 63.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 57
1986 kemudian muncul kembali di Aceh Tiga wilayah yang bergolak, yaitu
dan di susul pula oleh konsolidasi struktur Kabupaten Pidie, Aceh Utara, dan Aceh
komando GAM di Aceh. Pemerintah Timur yang merupakan wilayah yang
Indonesia pada tahun 1990-an kemudian paling menderita akibat kekerasan militer
juga mengambil kebijakan yang sangat dan pelanggaran HAM. Kekerasan oleh
militeristik dengan menggelar operasi TNI/ ABRI ini semakin memperumit
Jaring Merah dan memberikan status permasalahan dan memicu kemarahan
Daerah Operasi Militer (DOM).39 rakyat Aceh, ketidakmampuan aparat
Pada masa DOM , pasukan yang keamanan untuk membedakan antara
ditugaskan ke wilayah Aceh yang bergolak rakyat biasa, GPK, dan GAM dan tindakan
adalah pasukan satuan organik sebanyak yang sewenang-wenang, tanpa
12 kompi dari pangdam Bukit Barisan memperhatikan prosedur hukum dan
yang dibantu oleh satgas Inteligen perundang-undangan menimbulkan
(Kopassus). Pasukan yang di kirim untuk banyak penderitaan bagi rakyat Aceh.41
mengamankan wilayah yang bergolak Pada periode DOM memang betul-
tersebut, dalam perkembangannya betul merupakan pengalaman paling buruk
mengalami penyimpangan dari apa yang yang dialami oleh rakyat Aceh, mereka
seharusnya mereka lakukan dan mengalami tindak kekerasan fisik maupun
pemberlakuan Daerah Operasi Militer non fisik yang dilakukan oleh militer.42
untuk mengatasi GAM yang telah menelan Selama Aceh di jadikan Daerah Operasi
banyak korban dan di warnai dengan Militer, ada dua pos satuan taktis yang
banyak tindak kekerasan terhadap rakyat paling terkenal sebagai tempat
Aceh karena dalam menjalankan penyekapan, penyiksaan, pembunuhan,
operasinya di Aceh. ternyata pasukan TNI pemerkosaan, dan kuburan massal, yaitu
bukan berusaha mencari simpati hati Rumoh Geudong di Pidie dan Rancong di
rakyat Aceh, sebaliknya mereka Aceh Utara.43
mempertontonkan berbagai arogansinya Akibat DOM tersebut, ribuan anak
yang sangat menyakiti hati rakyat Aceh, menjadi yatim piatu, banyak rumah rusak
seperti pengusiran penduduk dari desanya, atau dibakar, banyak istri yang menjadi
pemukulan, pembunuhan hingga janda, banyak orang cacat karena
pemerkosaan.40 penganiayaan, dan korban jiwa pun sulit
Salah satunya yaitu Petrus untuk di perkirakan jumlah pastinya. Di
(pembunuhan misterius), merupakan salah perkirakan jumlahnya mencapai 3800
satu modus kejahatan kemanusiaan negara sampai 35.000 jiwa. DOM juga
yang sangat terkenal pada masa Orde menyebabkan pula perekonomian Aceh
Baru, metode petrus ini merupakan salah mengalami stagnasi, sehingga kondisi
satu bentuk operasi militer TNI di Aceh kehidupan rakyat Aceh sangat
44
pada masa awal DOM yang di kenal memprihatinkan. Dalam
sebagai shock theraphy yang ditujukan perkembangannya, para korban baik laki-
untuk menciptakan rasa takut pada
masyarakat dan menarik dukungan mereka 41
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
terhadap GAM. Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
Upaya Penyelesaian, h. 26.
42
Riza Sihbudi, dkk., Bara dalam Sekam: Identifikasi
akan Masalah dan Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di
39
Kristen E. Schulze, The Free Aceh Movement (GAM): Aceh, Maluku, Papua, dan Riau, h. 39.
43
Anatomy of A Separatist Organizations, h. 4. Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh:
40
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, h. 15.
44
Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Gazali Abbas Adan, Win Win Solution dalam Musni
Upaya Penyelesaian, h. 25. Umar (ed), h. 4.
58 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013
laki maupun perempuan, mereka generasi kekerasan pada masa DOM dan tidak
yang sudah tidak mempunyai harapan ditanganinya dengan baik tuntutan rasa
besar terhadap NKRI akibat tindak keadilan masyarakat Aceh terhadap HAM
kekerasan, kemudian mereka bergabung setelah jatuhnya pemerintahan presiden
dengan GAM. Hal ini terlihat dari adanya Soeharto pada tahun 1998, kemudian
pasukan Srikandi yang merupakan status DOM di Aceh di cabut pada tanggal
pasukan perempuan GAM korban-korban 8 Agustus 1998 terlebih lagi para
DOM baik korban perkosaan maupun masyarakat Aceh yang telah menjadi
janda.45 korban atas penerapan status operasi
militer. Tentunya dengan harapan bahwa
Jumlah Kasus Selama Masa DOM di berbagai kejadian tindak kekerasan yang
Aceh pernah menimpa mereka atau keluarganya
tidak terulang lagi dan mereka dapat
N Jenis J kembali menjalani hidup yang
o Kasus umlah normal.47Kebijakan pemerintah RI saat itu
1. juga diikuti dengan penarikan sejumlah
Tewa
1 321 pasukan non organik dari Aceh di sertai
s/ Terbunuh pernyataan Panglima ABRI / Mentri
Kasus
1. Pertahanan dan Keamanan, TNI Jenderal
Hilan Wiranto di Masjid Baiturrahman
2 958
g Lhokseumawe pada masa pemerintahan
Kasus
3. Presiden BJ Habibie. Pada saat DOM di
Penyi cabut bertepatan dengan bergulirnya
3 430
ksaan reformasi di Indonesia.48
Kasus
Peme 1 Pasca 1998 menandai fase ketiga.
4 Dalam fase ini, negara masih tetap
rkosaan 28 Kasus
Pemb 5 menggunakan kekerasan, negara dalam
5 menghadapi GAM maupun rakyat Aceh
akaran 97 Kasus
Sumber: Forum Peduli HAM Aceh, 1999 yang di dalam dirinya sudah mulai tumbuh
semangat nasionalisme ke-Acehan,
Rakyat Aceh yang tidak lagi dimana popularitas GAM di mata rakyat
percaya kepada pemerintahan pusat, Aceh meningkat, karena hampir semua
karena adanya upaya untuk menyelesaikan keluarga di Pidie, Aceh Utara dan Aceh
persoalan Aceh secara sungguh-sungguh Timur menderita akibat DOM dan
dan banyak yang lebih berpihak kepada akhirnya Status DOM di cabut. Hal ini
GAM. Meskipun pada tahun 1991 terbukti karena bahwa selama masa DOM
Pemerintah telah berhasil menekan berlangsung, telah terjadi pelanggaran hak
gerakan separatis ini, namun puncak asasi manusia secara besar-besaran di
kepemimpinan yang ada di luar negeri Aceh.49Gerakan di Aceh pasca DOM di
telah menjamin keberlangsungan gerakan motori oleh mahasiswa dengan salah satu
ini.46 agendanya yaitu menuntut kemerdekaan.
Kesalahan pemerintah dalam Tuntutan merdeka yang mereka ajukan ini
membuat kebijakan yang penuh dengan sebenarnya hanya sebagai strategi agar
45 47
Aceh Damai dengan Keadilan? Mengungkap Aceh Damai dengan Keadilan? Mengungkap
Kekerasan Masa Lalu, (Jakarta: Kontras, 2006), h. 70. Kekerasan Masa Lalu, h. 71.
46 48
Riza Sihbudi, dkk., Bara dalam Sekam: Identifikasi Ibid
49
akan Masalah dan Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh:
Aceh, Maluku, Papua, dan Riau, h. 42. Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, h. 64.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 59
pemerintahan pusat lebih memperhatikan beberapa kali sepanjang sejarah, dari masa
mereka, karena tuntutan mereka yang ke masa, konflik yang terjadi di Aceh
sebenarnya adalah pengadilan atas korban- berbeda dengan latar belakang
korban DOM. Karena tuntutan mereka penyebabnya. Sesungguhnya faktor yang
tidak direspon dengan baik oleh melatar belakangi rakyat Aceh bergerak
pemerintahan pusat, maka gerakan ini adalah karena mereka merasa posisinya
semakin meluas.50 terancam, baik dalam sektor ekonomi
Berkenaan dengan hal ini, secara maupun politik, sebagai akibat kebijakan
faktual ada tiga macam aspirasi yang sentralistik pemerintah RI.52
hidup dalam masyarakat Aceh yaitu : (1) Mencermati konflik di Aceh,
merdeka, yakni lepas dari negara mengharuskan pemerintah untuk memilah
Indonesia dan mendirikan negara Aceh lebih jeli berbagai faktor yang
yang berdaulat lazimnya seperti negara- melatarbelakanginya, agar di temukan
negara lain, (2) referendum, yakni rakyat suatu solusi yang tepat bagi
Aceh secara demokratis di beri pilihan, penyelesaiannya. Ketidaksederhanaan
merdeka atau tetap bagian dan hidup konflik yang ada di Aceh menuntut kehati-
dalam Negara Indonesia, (3) otonomi hatian dan proses kesabaran untuk
khusus, yakni rakyat Aceh di berikan hak menanganinya. konflik Aceh tidak bisa di
seluas-luasnya dan sesuai dengan urai dan di selesaikan dalam waktu secara
kehendak mereka mengatur dan mengurus singkat. Pendekatan militer sebagaimana
dirinya, mengeksploitasi dan mengolah yang telah di terapkan sejak tahun 1970-an
sumber daya alam untuk kesejahteraan dan di Aceh hingga sekarang bukan
kemakmuran mereka dan siapapun yang merupakan jalan yang tepat bagi
tinggal dan hidup di Aceh. Dari ketiga pemecahan konflik Aceh.53
aspirasi tersebut yang paling menonjol dan Pemahaman tentang faktor-faktor
transparan wujudnya adalah merdeka penyebab munculnya konflik di Aceh akan
yang di perjuangkan oleh GAM dan mempermudah dalam upaya mencari
referendum yang di perjuangkan oleh solusi yang tepat untuk menyelesaikan
kelompok sipil dengan lokomotifnya konflik di Aceh. Pada masa Orde Baru
adalah aktifis mahasiswa yang tergabung kebijakan pemerintah ditekankan pada
dalam Sentral Informasi Referendum Aceh pembangunan dengan didasarkan pada
(SIRA).51 pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
politik. Aset-aset sumber daya alam di
Faktor Penyebab Konflik Vertikal di Aceh di eksploitasi dalam konteks
Aceh pembangunan ini.54
Dalam bidang ekonomi, masalah
Konflik Aceh merupakan salah ekspolitasi ekonomi menjadi akar konflik
satu konflik laten yang tunasnya telah yang patut dicermati. Aceh yang kaya
tumbuh sejak masa-masa awal akan sumber daya alam namun amat di
kemerdekaan dengan berbagai faktor sayangkan masyarakat Aceh tidak di
penyebabnya. Konflik Aceh telah terjadi libatkan dalam proses perencanaan,
50 52
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
Upaya Penyelesaian, h. 29. 49-50.
51 53
Daniel Dhakidae, Akar Permasalahan dan Alternatif Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh : Analisis atas
Proses Penyelesaian Konflik Aceh Jakarta Papua, Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
(Jakarta: YAPPIKA, 2001), h. 74. dan Gazali Abbas Upaya Penyelesaian, h. 13.
54
Adan, Win Win Solution dalam Musni Umar (ed), h. 5. Ibid
60 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013
pengolahan, dan distribusi hasil dan dengan lingkungan yang berubah begitu
potensi sumber daya alam daerah cepat.58
mereka.55 Secara struktural, sebagai Industrialisasi ini, memberikan
contoh pembangunan ekonomi pada masa denyut kekayaan ekonomi yang luar biasa
Orde Baru, pada tahun 1971, tepatnya di terutama dari migas, pada 1984. Namun
Lhoksumawe, ibukota Aceh Utara di demikian, hadirnya wilayah industri ini,
temukan cadangan gas alam dalam jumlah bukanlah tanpa meninggalkan masalah
yang cukup besar dan tahun 1974 mulai di seperti:
bangun pabrik Liquefied Natural Gas Ketidakpuasan dalam hal ganti rugi
(LNG). Kemudian sejak tahun 1977 sudah tanah yang di gunakan dalam membangun
di pasarkan secara komersial dan industri. (1). Sebagian masyarakat di
menjadikan Aceh sebagai kawasan takut-takuti dan diteror untuk
industri yang strategis. Namun kondisi menyerahkan tanah dan menggunakan
fisik daerah yang ada di sekitar kawasan pihak militer dalam aksi-aksi teror dan
industri cenderung tidak berubah, dan kekerasan baik fisik maupun nonfisik (2).
keadaannya masih seperti daerah ini belum Penduduk asli Aceh yang sudah tergusur
menjadi kawasan industri. 56 tanahnya di tempatkan di lokasi-lokasi
Arti strategis tersebut bertambah penampungan yang jauh dari desa asal
dengan berdirinya beberapa perusahaan mereka dan jauh dari mata pencaharian
besar, antara lain PT. Pupuk Asean, Asean mereka semula (3).
Aceh Fertilizer (AAF) yang berdiri pada Eksploitasi Pusat dan Daerah, salah
tahun 1981. Pada tahun 1982 hingga tahun satu masalah lainnya pemicu keinginan
1985 di bangun pula PT Pupuk Iskandar rakyat Aceh ingin merdeka adalah adanya
Muda (PIM) serta pabrik kertas PT. Kertas indikasi eksploitasi pemerintahan pusat
Kraft Aceh (KAA) serta sebuah MNC, atas kekayaan alam Aceh yang terlalu
yakni Mobil Oil. Sejak itu Aceh mulai besar (4). Fakta bahwa suku bangsa Aceh
berkenalan dengan industri-industri besar. menempati 2/3 wilayah Nanggroe Aceh
Wilayah Aceh Utara kemudian di kemas Darussalam hampir menyeluruh di
dalam satu wilayah industri yang di kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie,
namakan Zona Industri Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara, sebagian Aceh
(ZILS).57 Selatan dan Kabupaten Aceh Barat. (5)59
Ekonomi Aceh Mengalami tingkat Faktor ekonomi inilah yang
pertumbuhan yang cukup baik. Namun berwujud adanya ketidakadilan dan
amat di sayangkan, tingkat pertumbuhan ketimpangan ekonomi antara pusat dengan
yang cukup fantastik itu tidak memberikan daerah. Pemerintahan sentralistik Orde
pengaruh yang positif bagi kesejahteraan Baru menimbulkan kekecewaan berat
penduduk setempat bahkan kehidupan terutama di kalangan elite Aceh. Karena
masyarakat yang hidup di kawasan Sistem sentarlistik Orde Baru telah
industri menunjukan ketidakberdayaan membuat posisi tawar-menawar yang
penduduk setempat dalam beradaptasi lemah bagi daerah dan memberikan
alokasi sumber-sumber kekuasaan yang
terlalu besar ke pusat dan tidak
55
Tim Kell, The Roots of Acehnese Rebelion 1989-1992, menempatkan daerah dalam posisi yang
h. 1.
56
Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
sejajar dalam sistem politik. Aceh hanya
Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
58
50. Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
57
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan 50.
59
Upaya Penyelesaian, h. 52. Tempo, 30 Juni 1990.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 61
menjadi subordinat dari pusat yang baik sebagai individu, kelompok, maupun
melayani kepentingan pusat saja, dan sebagai komunitas dari suatu wilayah yang
akibatnya menimbulkan eksploitasi secara secara geo-etnopolitik dikenal oleh Aceh
sistemik, yaitu eksploitasi politik dan atau Nanggroe Aceh Darussalam.62
ekonomi. Aceh tidak diberikan tempat Dampak konflik Aceh masih terasa
yang seharusnya, apalagi dalam penerapan sampai sekarang. Dampak langsung yang
keistimewaan itu tidak di berikan oleh dapat kita saksikan pada ratusan bahkan
pemerintah pusat.60 ribuan korban konflik terutama bagi anak-
Dalam menghadapi suasana politik anak, perempuan, dan para janda yang
rakyat yang menyebabkan elite penguasa berada di barak-barak pengungsian yang
dan serdadu teralienasi (terasingkan), menderita fisik maupun psikis. Dampak
maka elite penguasa langsung juga dapat kita lihat Fenomena
mengkambinghitamkan setiap organisasi aktor konflik yang pernah terlibat perang.
perjuangan sebagai common enemy. Dampak tak langsung dari konflik adalah
Kebijakan politik pada masa Orde Baru akibat yang tidak dapat dilihat dengan
sangat militer-politik kekerasan adalah kasat mata dalam mewujudkan berbagai
politik menjaga stabilitas keamanan bentuk gejala sosial. Tekanan yang
negara. Sebenarnya hal yang paling dihadapi oleh korban konflik di Aceh
mendasar di dalam penetapan Aceh bertambah dengan bencana tsunami tahun
sebagai daerah perang, dengan status 2004 lalu.63
darurat militer adalah pengambil alihan Masalah yang semakin menumpuk
kekuasaan dari penguasa sipil ke penguasa dari persoalan kebutuhan dasar,
militer. Hal inilah yang menjadi sumber pendidikan hingga psikologis. Jangankan
konflik internal. Hirarki kekuasaan yang untuk pemulihan psikologis, ekonomi saja
militeristik tersebut terkomando dari mereka tidak mendapatkan apa-apa.
pemerintahan pusat. Struktur Muncul ironi, Musibah tsunami
pemerintahan sepenuhnya di dominasi mendatangkan rahmat bagi orang rakyat
oleh militer.61 Aceh. Program rehabilitasi Aceh sekarang
tampaknya tidak sungguh-sungguh
Dampak Konflik Vertikal di Aceh diarahkan untuk menjamin bahwa para
Terhadap Kondisi sosialnya korban tersebut memperoleh prioriotas
Konflik kekerasan yang pemberdayaan dari proyek-proyek
berkepanjangan selama hampir tiga puluh rehabilitasi. Banyak kontraktor yang tidak
tahun ini telah menghancurkan seluruh mau memakai sumber daya lokal dengan
sendi kehidupan masyarakat Aceh. Yang alasan di samping harus bayar mahal, juga
mengakibatkan puluhan ribu orang alasan kualitas kerjanya kurang bagus.64
menjadi korban kekerasan, hancurnya Munculnya NGO atau
dunia pendidikan, hilangnya kesempatan LSM internasional pasca tsunami telah
kerja, aktivitas ekonomi rakyat tidak ikut membawa kompleksitas tersendiri
berjalan dan rakyat hidup di bawah garis bagi proses-proses pembangunan
kemiskinan. Hal ini yang terjadi pada
hakikatnya telah menimbulkan luka
62
psikologis yang di derita oleh rakyat Aceh, Thung Ju Lan, dkk., penyelesaian konflik di Aceh:
Aceh dalam proses rekontruksi dan rekonsiliasi, (Jakarta
: Riset Kompetitif Pembangunan Iptek Sub Program
60
Riza Sihbudi, dkk., Bara dalam Sekam :Identifikasi Ottonomi Daerah Konflik dan Daya Saing LIPI, 2005),
akan Masalah dan Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di h. 181.
63
Aceh, Maluku, Papua, dan Riau, h. 56. Tsunami dan Bakti Taruna, (Jakarta: Akademi TNI
61
Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh: Cilangkap, 2005), h. 17.
64
Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, h. 79. Ibid
62 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013
67
Riza Sihbudi, dkk., Bara dalam Sekam :Identifikasi
65
Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru: akan Masalah dan Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di
Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h. Aceh, Maluku, Papua, dan Riau, h. 189.
68
55. Daniel Dhakidae, Akar Permasalahan dan Alternatif
66
Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru: Proses Penyelesaian Konflik Aceh Jakarta Papua, h.39.
69
Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h. Tsunami dan Bakti Taruna, (Jakarta: Akademi TNI
56. Cilangkap, 2005), h.17.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 63
Syamsuddin, Nazaruddin.
Pemberontakan Kaum Republik. Kasus
Darul Islam Aceh. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti, 1990.