Anda di halaman 1dari 22

Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 49

Konflik Vertikal Antara Gerakan Aceh Merdeka Di


Aceh Dengan Pemerintah Pusat Di Jakarta Tahun 1976-
2005
Kurnia Jayanti1

Abstrak
Tulisan ini menganalisis konflik vertikal antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
dengan pemerintahan pusat pada masa orde baru hingga masa reformasi
(1976-2005). Skripsi ini menjawab beberapa pertanyaan berikut: bagaimana
sejarah Gerakan Aceh Merdeka terbentuk? bagaimana perjalanan konflik
Vertikal di Aceh yang dilalui GAM? faktor apa saja yang menyebabkan rakyat
Aceh yang ingin melepaskan diri dari Indonesia? upaya apa yang di lakukan
untuk penyelesaian konflik antara Gerakan Aceh Merdeka dengan pemerintah
Indonesia dalam meraih rancangan kesepakatan damai? Untuk menjawab
beberapa pertanyaan tersebut, penulis melakukan penelitian kepustakaan.
Adapun teknis penulisan skripsi ini termasuk tata cara membuat catatan kaki,
penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Disertasi) CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata kunci: Konflik vertikal, Gerakan Acceh Merdeka, Pemerintah Pusat


Indonesia

Abstract
This thesis analyzes the vertical conflitc between the Free Aceh Movement
(GAM) and the central government in the new order until the reform periode
(1975-2005). This thesis to answer the following question: how the history of the
Free Aceh Movement formed? How to travel vertical conflict in Aceh GAM
passed? What factors are causing the people of Aceh who want to break away
from Indonesia? What effortss will be undertaken to resolve the conflict
betqween the Free Aceh Movement and the Indonesian government in achieving
the draft peace agreement? To answer some of these questions, the autors
conducted a study of literature. As for technical writing (thesis and
dissertation) CEQDA UIN Syarif Hidaytullah Jakarta.

Keywords: vertical conflict, the people of Aceh movement, Indonesian center


government

1
Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
50 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

A. Pendahuluan belakang budaya dan historis keagamaan


namun atas dasar paham nasionalisme para
Konflik antara Pemerintah Republik
pendiri bangsa, tuntutan rakyat Aceh tidak
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka
terkabulkan. Hal ini yang memunculkan
(GAM) di Aceh merupakan ketidakadilan:
rasa kekecewaan yang sangat mendalam
tidak sesuai antara kenyataan dengan
bagi rakyat Aceh. Kekecewaan ini muncul
pengharapan di berbagai bidang
karena ada alasan yang sangat
khususnya bidang pembangunan. Ini
fundamental, yaitu, dalam proses menuju
berdampak pada kemiskinan, kebodohan,
kemerdekaan, peran rakyat Aceh sangatlah
dan tingkat
besar dengan berbagai pemberontakan
keselamatan masyarakat yang
menentang kedaulatan negara yang baru
rendah. Konflik ini muncul sejak
berdiri, yaitu dalam wadah Darul
diproklamirkan kemerdekaan Aceh pada 4
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Desember 1976 di Pidie oleh GAM yang
oleh Daud Beureuh.6
dipelopori oleh Muhammad Hasan Tiro.
Permasalahan yang di hadapi
Demikianlah GAM lahir karena
antara GAM dengan pemerintahan pusat
nasionalisme etnis Aceh bangkit sebagai
sangat kompleks terutama dalam bidang
jawaban terhadap kebijakan pemerintah
ekonomi dan politik. Hal ini dikarenakan
pusat yang sentralistik2. GAM dikenal
kelanjutan dari DI/TII di Aceh yang belum
dengan nama ASNLF (Aceh Sumatra
usai, yang kemudian memunculkan
National Liberation Front). ASNLF selalu
permasalahan baru yaitu GAM. Salah satu
digunakan bila berhubungan dengan dunia
yang belum selesai antara lain GAM yang
International. Pemerintah pusat menjalankan
ingin merdeka atau melepaskan wilayah
berbagai operasi baik secara politik
Aceh dari Indonesia, Sentimen etnis dalam
maupun militeristik untuk menumpas
konflik (dikotomi Aceh dan Jawa). Selain
gerakan ini.3
itu pemerintahan pusat juga mengiginkan
Secara geografis, Nanggroe Aceh
Aceh tetap dalam wilayah Indonesia.7
Darussalam terdiri dari 9 kabupaten, 2
Munculnya GAM secara diam-
kotamadya, 3 kotip, 142 kecamatan, 591
diam dikarenakan ketidaksiapan pihak
mukim dan 5.463 desa. Luas wilayahnya
GAM untuk langsung berhadapan dengan
adalah 57.365,57 km meliputi 119 pulau,
pihak penguasa, baik pemerintah daerah
35 gunung, 73 sungai.4
maupun pemerintah pusat. GAM
Dahulu Aceh merupakan satu-
terungkap karena ada beberapa perusahaan
satunya daerah di Sumatra yang memiliki
besar yang beroperasi di Aceh dikirimi
nilai politis di mata orang-orang Barat
surat berisikan kewajiban mereka
sehingga daerah ini pantas menjadi subjek
membayar pajak kepada GAM, akan tetapi
sejarah umum.5 Aceh dengan latar
perusahaan-perusahaan tersebut tidak
memberikan dana seperti yang di inginkan
2
Nazaruddin Syamsuddin, Integrasi Politik di Indonesia, GAM. Dengan demikian, keberadaan dan
(Jakarta: Gramedia, 1987), h. 70. aktifitas gerakan ini mulai diketahui oleh
3
Tabloid Suara Islam Edisi 53, 24 Oktober-6 Nopember pemerintah pusat bahwa ada gerakan
2008 M/24 Syawwal-7 Dzulqa’idah 1429 H.
4
Riza Sihbudi dkk, Bara dalam Sekam: Identifikasi akan
Masalah dan Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di Aceh,
Maluku, Papua, dan Riau, ( Jakarta: Mizan, 2001), h.
6
31. Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
5
Marsden Wiliam, History of Sumatra (Sejarah Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
Sumatra), Pengantar John Bastin, Terjemah Tim Upaya Penyelesaian, (Jakarta: LIPI), h. 10.
7
Komunitas Bambu, ( Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), Nazaruddin Syamsuddin, Integrasi Politik di Indonesia,
h. 365. (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 70.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 51

bawah tanah yang memproklamasikan ketiga , pasca 1998, dalam fase ini,
kemerdekaan di Aceh.8 pemerintah pusat masih tetap
Gagasan-gagasan Hasan Tiro menggunakan kekerasan, negara dalam
semakin memuncak setelah pemerintahan Orde menghadapi GAM maupun rakyat Aceh
Baru yang mengeksploitasi gas alam dan yang di dalam dirinya sudah mulai tumbuh
minyak bumi di Aceh Utara sejak awal semangat nasionalisme keAcehan.11
1970-an. Hasan Tiro memunculkan dirinya Dari operasi inilah kemudian muncul
sebagai “Duta Besar Republik Indonesia berbagai pelanggaran HAM berat dan
Islam Aceh”. Sejak saat itu, ia ikut menyisakan rasa sakit yang mendalam di
berdiplomasi di luar negri, terutama di negeri yang tidak pernah menuai rasa
New York untuk memasukan agenda- aman itu. Dalam bidang politik, kebijakan
agenda tentang Aceh dalam forum pemerintah yang sentralistik tampak dalam
intenasional PBB. Salah satu puncaknya penentuan gubernur atau bupati. Strategi
adalah ketika ia mencetuskan GAM pada ini diterapkan oleh pemerintah pusat untuk
tahun 1976.9 menjamin agar pemerintah Aceh,
GAM yang di pimpin Hasan Tiro khususnya gubernur berada langsung di
di kenal oleh rakyat Aceh Sebagai Wali bawah kendali pusat. Kebijakan
Negara Aceh Merdeka menyatakan, bahwa sentralistik yang tidak memperdulikan
ideologi yang di pilihnya bukan Islam kultur lokal sangat di rasakan dalam
serta orientasi politiknya bukan pendirian pemberlakuan UU No.5/1974 tentang
negara Islam sebagaimana pendahulunya Pokok-pokok pemerintahan daerah dan
lakukan. GAM adalah simbolisasi dan UU No. 5/1979 tentang pokok-pokok
institusionalisasi dari identitas politik ini. Pemerintahan Desa. Dengan kedua
Akibatnya, Aceh yang tadinya hanya Undang-undang tersebut, kekhasan sosio-
sekedar etnis dan kartografis telah kultural Aceh tereliminasi dan
bertansformasi menjadi identitas politik. Pemberlakuan Undang-undang tersebut
Gerakan Aceh Merdeka didukung oleh telah menyebabkan rusaknya struktur
tiga kelompok masyarakat Aceh, yaitu pemerintahan tradisional dan sistem
golongan intelektual dan golongan budaya Aceh. Pemberlakuan Undang-
profesional, golongan ulama serta undang tersebut merekayasa lahirnya elit
golongan rakyat biasa.10 baru yaitu elit birokratis yang ternyata
Dalam perkembangannya tidak berakar dalam masyarakat.12
kemudian GAM telah melalui tiga fase Kondisi Aceh pada saat itu sangat
penting, yaitu fase pertama, 1976-1989, dilematis yang di sebabkan oleh kompetisi
GAM merupakan organisasi kecil yang yang memilukan antara GAM dan
anggotanya di dominasi dari kaum pemerintahan pusat. Posisi dilematis ini
terpelajar dan GAM menjadi gerakan menunjukan dengan didudukannya posisi
bawah tanah. Fase kedua, 1989-1998, fase rakyat pada dua posisi yang harus di bayar
ini lebih di kenal oleh rakyat Aceh sebagai mahal oleh rakyat. Disatu sisi rakyat harus
era Aceh berstatus Daerah Operasi Militer membantu baik dari segi finansial maupun
(DOM) Operasi ini kemudian memuluskan material serta fisikal kepada pihak GAM,
jalan bagi operasi bersenjata di Aceh. Fase namun disisi lain, jika rakyat berpihak
kepada pemerintahan pusat, maka akan di
8
Ibid
9 11
Isma Sawitri, Amran Zamzami, dkk., (Panitia Peduli Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh:
Aceh), Simak dan Selamatkan Aceh, (Jakarta : PT Bina Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, (Jakarta : Lembaga
Rena Perwira, 1998), h. 15. Studi Pers dan Pembangunan, 2008), h. 64.
10 12
Julien Benda, Pengkhianatan Kaum Intelektual, Tim kell, The Roots of Acehnese Rebellion 1989-1992,
(Jakarta: Gramedia, 1997), h. 25-26. (New York: Cornell University Pers, 1995), h. 1.
52 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

jadikan sasaran pembunuhan dan Dengan ini penulis mengajukannya


penganiayaan. Oleh karena itu, di perlukan sebagai karya ilmiah skripsi ini dengan
sebuah solusi yang terbaik dengan tidak judul “Konflik Vertikal antara Gerakan
mengorbankan rakyat Aceh untuk Aceh Merdeka di Aceh dengan
kesekian kalinya.13 Pemerintahan Pusat di Jakarta Sejak
Akibat konflik dari tahun ke tahun Tahun 1976 sampai 2005”.
menyebabkan masyarakat yang beralih
profesi dari petani menjadi pedagang, Tujuan penelitian
peternak atau penarik becak. Melihat Tujuan dari skripsi ini adalah untuk
kondisi yang seperti ini menyebabkan menggambarkan dan menjelaskan Peran
kekecewaan bagi masyarakat karena GAM dalam memperjuangkan
mereka harus beradaptasi dengan kemerdekaan Aceh. Dalam skripsi ini
pekerjaan baru mereka. Dalam bekerja
penulis mengambil studi Konflik Vertikal
mereka selalu diawasi oleh milisi TNI antara Gerakan Aceh Merdeka di Aceh
yang menyebabkan warga tidak berani dengan Pemerintahan Pusat di Jakarta dari
untuk berbicara dan ruang gerak mereka tahun 1976-2005. Bagaimana pemerintah
menjadi terbatas.14 Pusat dan Daerah mengatur hubungan
Rekonsiliasi merupakan langkah tersebut baik dalam hal politik maupun
alternatif yang diambil dalam menghadapi ekonomi yang orientasinya adalah
banyaknya pertikaian seperti di daerah terciptanya kestabilan dan integrasi politik
Aceh ini. Dalam kerangka penyelesaian dan ekonomi di Indonesia. Masa yang di
masalah Aceh di masa Orde Baru ambil adalah sejak tahun 1976-2005
pemerintah pusat seringkali melakukan dimana merupakan akhir dari konflik ini.
kebijakan militeristik yang represif, namun
setelah masa reformasi pemerintah pusat
Metode Penelitian
mencoba menyelesaikan masalah ini
dengan upaya dioalog yang membuahkan Adapun metode yang di gunakan
hasil pada masa Susilo Bambang dalam penulisan skripsi ini penulis
Yudhoyono-Jusuf Kalla sebagai Presiden menggunakan metode deskriptif analisis,
dan wakil Presiden dalam menangani yang dalam hal ini penulis berusaha
konflik ini. Oleh karenanya kearifan dan mendeskripsikan atau menggambarkan
kerendahan hati para pemimpin sejarah Konflik Vertikal antara Gerakan
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Aceh Merdeka dengan Pemerintahan Pusat
Muhammad Jusuf Kalla menjadi penting serta menganalisis data serta fakta guna
dan menentukan bagi terwujudnya proses mendapatkan implikasi atas berbagai
perdamaian di Aceh.15 macam tindakan atau usaha pertahanan
Untuk itu penulis berusaha kelompok GAM terhadap peristiwa yang
mengkaji Konflik Vertikal di Aceh dan menjadi objek kajian. Metode ini dapat di
hanya terfokus kepada Gerakan Aceh gunakan karena dapat di temukan sumber-
Merdeka dengan Pemerintahan Pusat. sumber yang tertulis. Walaupun terdapat
hambatan di dalam mengumpulkan data
dan informasi baik primer maupun
13
Daniel Dhakidae, Akar Permasalahan dan Alternatif skunder.
Proses penyelesaian Konflik Aceh Jakarta Papua, Tekhnik pengumpulan data yang
(Jakart: YAPPIKA, 2001), h. 61.
14
Daniel Dhakidae, Akar Permasalahan dan
penulis pilih adalah Library Research
Alternatif Proses penyelesaian Konflik Aceh Jakarta (studi kepustakaan) yaitu dengan cara
Papua, h.62. mengumpulkan, membaca, mempelajari
15
Aceh Damai dengan Keadilan? Mengungkap dan menelaah buku , jurnal, majalah, serta
Kekerasan Masa Lalu, (Jakarta: Kontras, 2006), h. 154.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 53

artikel yang berkaitan dengan Konflik tinggal di Amerika Serikat, yaitu


Vertikal di Aceh (Gerakan Aceh Merdeka Muhammad Hasan Tiro.17 Pada tahun
dengan Pemerintahan Pusat 1976-2005). 1950-an Hasan Tiro pernah bekerja pada
Data yang telah terhimpun di analisa kantor perwakilan Indonesia di
melalui pendekatan sosial histories, yaitu perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di
pendekatan terhadap setiap gejala sejarah New York, Amerika Serikat. Pada tahun
yang memanifestasikan kehidupan suatu 1954, beliau menggabungkan diri secara
komunitas atau kelompok yang mencakup terang-terangan ke dalam Darul Islam atau
aspek professional dan juga struktural disebut dengan DI/TII pimpinan Daud
sehingga dengan pendekatan ini akan di Beureueh. Beliau mengangkat dirinya
hasilkan data-data yang akurat mengenai sebagai duta besar DI/TII di PBB.18
Konflik Vertikal di Aceh (Gerakan Aceh Sekitar tahun 1974-1975, Hasan
Merdeka dengan Pemerintahan Pusat Tiro berada di Pidie untuk mulai
1976-2005). mensosialisasikan idenya dan sekaligus
Tekhnik penulisan pada skripsi ini menggalang kekuatan untuk berdirinya
merujuk pada buku: Pedoman Penulisan Gerakan Aceh Merdeka dan pada tahun
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan 1976 Hasan Tiro semakin memantapkan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah rencananya untuk membuat gerakan bagi
Jakarta. Dan buku-buku lainnya yang kemerdekaan Aceh namun Hasan Tiro
berhubungan dengan metodologi tidak lagi menempatkan ideologi Islam
penelitian. Konsekwensi logis di dalam sebagai misi utama, akan tetapi beliau
metode penelitian sejarah, bahwa sumber mengusung tema nasionalisme dan
tersebut di uji keaslian dan kesahihannya patriotisme Aceh. Setelah mempersiapkan
melalui kritik ekstern dan kritik intern. segala sesuatunya, Hasan Tiro segera
Setelah pengujian dan analisis data di menghubungi para ulama dan intelektual
lakukan maka fakta-fakta yang di peroleh lainnya untuk mendukung rencananya.
dan di sintesiskan melalui eksplanasi Karena keterbatasan beliau
sejarah. Penulisan sebagai tahap akhir dari mensosialisasikan rencananya terhadap
prosedur penelitian sejarah ini di usahakan para ulama dan intelektual Aceh lainnya,
dengan selalu memperhatikan aspek menyebabkan hanya sedikit para ulama
kronologis. Sedangkan penyajiannya dan intelektual Aceh yang dapat di tarik
berdasarkan tema-tema penting dari setiap untuk bergabung dengan GAM.19
perkembangan objek penelitian.16 Pada tanggal 4 Desember 1976
tepatnya di bukit Chokan, pedalaman
B. Pembahasan kecamatan Tiro, kabupaten Pidie, Hasan
Tiro memproklamasikan kemerdekaan
Sejarah Gerakan Aceh Merdeka Aceh dari Indonesia, yang kemudian
dikenal sebagai hari lahir GAM,20
Sejarah dan Tujuan Dibentuknya Munculnya GAM adalah akibat kebijakan
Gerakan Aceh Merdeka pemerintah pusat dengan ABRI/TNI
Gerakan Aceh Merdeka pada
mulanya merupakan sebuah gerakan yang
17
tumbuh di sekitar lokasi industri, tepatnya Integrasi Politik di Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1987), h. 70-71 dan Zentgraaff, Aceh, (Jakarta:
di bukit Chokan Pidie, yang di pelopori Depdikbud, 1983), h. 16.
oleh seorang intelektual Aceh yang lama 18
Editor, No. 43/ Thn IV/ 13 Juli 1991.
19
Editor, No. 43/ Thn IV/ 13 Juli 1991.
20
Hasan Muhammad di Tiro, The Price of Freedom the
16
Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Unfinished diary of Teungku Hasan Tiro, National
PRESS, 2006), h. 103. Liberation Front of Aceh Sumatera, 1984, h. 14.
54 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

sebagai penopang utama yang di anggap Pidie tempat kelahiran Hasan Tiro.
tidak adil terhadap rakyat Aceh dan Sehingga tidak heran jika dalam
gerakan ini dapat di pandang sebagai keanggotaan GAM tersebut banyak
representasi kekecewaan dan kemarahan terdapat hubungan keluarga. Setidaknya
rakyat Aceh terhadap Indonesia pada masa ada dua hal yang menjadi sebab bagi
Orde Baru. Pada mulanya gerakan ini seseorang menjadi anggota atau membantu
lebih di kenal sebagai ASNLF (Aceh GAM, pertama adalah rasa kecewa
Sumatra National Liberation Front). terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan
Nama ini yang sering di gunakan dalam politik yang ada di Aceh. Kedua adalah
dokumen-dokumen resmi mereka, karena tekanan-tekanan yang di berikan
meskipun oleh TNI (pada waktu itu ABRI oleh para pemberontak.25
dan Pemerintah) mereka sering di sebut seiring dengan perjalanan waktu,
sebagai Gerakan Pengacau Liar (GPL).21 GAM yang semula berbasis di Aceh Pidie
Penggunaan nama ASNLF dan GAM ini, kemudian meluas ke daerah Aceh Utara
menurut keterangan dari Dr. Husaini dan Aceh Timur dengan menggunakan
Hasan tidak mengandung perbedaan, pamflet-pamflet. Isi dari pamflet-pamflet
karena keduanya berintikan sama.22 tersebut adalah ringkasan Hasan Tiro
Dalam doktrin pendirian GAM tentang Aceh yang telah tersebar dalam
memiliki ideologi kemerdekaan nasional, bentuk buku ataupun buletin. Di kedua
yaitu: bertujuan membebaskan kontrol daerah tersebut GAM menemukan
politik asing dari pemerintahan Indonesia. momentumnya untuk melakukan sebuah
GAM merupakan pemberontakan orang gerakan terencana sejalan dengan
Aceh jilid ke-dua yang memandang bahwa munculnya berbagai ketimpangan sosial
tergabungnya Aceh dalam NKRI ekonomi terutama antara penduduk
merupakan tindakan ilegal23. setempat dengan pendatang.26
Sesungguhnya faktor yang melatar Selama GAM berdiri, telah
belakangi mereka bergerak adalah karena berhasil merekrut banyak pemuda Aceh
posisi mereka terancam, baik dalam sektor menjadi Anggota, bahkan GAM disinyalir
ekonomi maupun politik, sebagai akibat telah mampu mempengaruhi gerakan
kebijakan yang sentralistik pemerintah mahasiswa. Selain itu GAM berhasil
Republik Indonesia. Faktor pemicu utama membentuk beberapa LSM yang turut
adalah kelahiran birokrat dari Jawa yang mendukung pemisahan Aceh dari
menyingkirkan elit Aceh.24 Indonesia, salah satunya adalah SIRA
Jumlah pengikut awal yang terlibat (Sentra Informasi Referendum Aceh).27
langsung dalam pemberontakan tersebut Perjuangan GAM sama halnya dengan
berjumlah kurang lebih dua ratus orang, SIRA, yang menanamkan visi kepada
yang mayoritas berasal dari Kabupaten masyarakat agar setia dan berbagai lapisan
sosial termotivasi berperan aktif dalam
21
Konflik Aceh: Analisis atas Sebab-sebab Konflik, Aktor
melakukan tindakan revolusioner.
Konflik, Kepentingan dan Upaya Penyelesaian, (Jakarta Perjuangan mereka mengangkat aspek
: LIPI, 2003), h. 34.
22
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
25
Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Nazaruddin Syamsuddin, Integrasi Politik di
Upaya Penyelesaian, h. 41. Indonesia. h.72.
23 26
Mohammad Soleh Isre, ed., Konflik Etno Religius Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Departemen Agama Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
RI Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2003), Upaya Penyelesaian, (Jakarta : LIPI, 2003), h. 42.
27
h. 104. Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
24
Novri Susan, Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 142. 55.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 55

historis dari kesenjangan sosial, ekonomi, ideologi sehingga muncullah gerakan


dan ketidakstabilan yang di gunakan untuk etnoregional dalam bentuk Gerakan Aceh
melegitimasi gerakan yang dilakukan, di Merdeka.29
samping menimbulkan efek psikologis Jika di lihat yang terdapat dalam
pada masyarakat untuk memberi dukungan situs resminya tujuan GAM adalah untuk
terhadap perjuangan mereka. Karena Aceh menjamin keberlangsungan Aceh sebagai
tidak dapatkan imbalan seperti apa yang sebuah bangsa, termasuk keberlangsungan
mereka inginkan dari pemerintahan pusat, dalam bidang politik, sosial, budaya dan
maka perpecahanpun tidak dapat di warisan agama. Jika mengacu pada teks
hindari. Ada tiga startegi GAM dalam proklamasi Aceh Merdeka, baik berbahasa
membangun kekuatan organisasinya. Inggris maupun berbahasa Aceh yang
Pertama, memanfaatkan sikap represif sudah di artikan ke dalam bahasa
pemerintah terhadap situasi Aceh. Kedua, Indonesia yang berhasil di peroleh, cukup
melalui pembangunan jalur internasional. jelas menyatakan bahwa tujuan dari
Dan yang ketiga, memanfaatkan perasaan gerakan tersebut adalah untuk
takut dan khawatir para investor lokal memerdekakan Aceh dari penjajahan
maupun asing yang berdiam di Aceh.28 bangsa Jawa.30
Bila hanya dilihat dari sisi pribadi Merdeka disini mengandung dua makna,
Hasan Tiro, maka akan di temukan bahwa bagi para tokoh ulama GAM dan para
beliau melancarkan GAM setidaknya oleh pendukung aktif GAM, merdeka diartikan
tiga hal: berdirinya Aceh sebagai sebuah negara
1. Keinginan untuk menunjukan yang terpisah dari pemerintah Indonesia.
eksistensi diri sebagai seorang yang Sementara itu, bagi masyarakat desa yang
menyandang gelar Tiro untuk menoreh menjadi pendukung GAM, bahwa bangsa
namanya dalam sejarah seperti yang Jawa di anggap sebagai penjajah karena di
dilakukan oleh nenek moyangnya. anggap telah mengambil hak mereka, baik
2. Karena ambisinya untuk menjadi hak ekonomi, politik, maupun sosial.
pemimpin Aceh. Mereka ingin mengusir Jawa karena
3. Karena rasa simpatinya melihat menganggap tidak di perlukan secara adil
penderitaan rakyat Aceh. Selain karena di tanahnya sendiri.31
alasan pribadi Hasan Tiro ada sebagian
pihak yang menyebutkan bahwa GAM Konflik Vertikal Gerakan Aceh Merdeka
periode pertama disebabkan oleh beberapa Dengan Pemerintah Pusat
faktor berikut ini. Pertama, akibat
Sejarah Konflik Vertikal di Aceh
penyelesaian masalah Darul Islam yang
tidak tuntas. Kedua, akibat kekecewaan Konflik yang terjadi di Aceh
politik atas marginalisasi masyarakat Aceh mempunyai akar sejarah yang panjang.
dalam proses pembangunan di daerah Akar konflik tersebut berkaitan erat
industri minyak dan gas bumi di mana dengan relasi kekuasaan antara pemerintah
rakyat Aceh tidak di ikut sertakan. pusat dengan rakyat Aceh. Dari segi
Dengan demikian dapat dikatakan historis, akar permasalahan konflik Aceh
bahwa pada mulanya persoalannya adalah
masalahnya ekonomi dan politik, terutama 29
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
perebutan sumber daya lokal. Namun, Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
setelah itu baru persoalan ini digiring ke Upaya Penyelesaian, h. 48.
30
Kristen E. Schulze, The Free Aceh Movement (GAM):
Anatomy of A Separatist Organizations, (East West
28
Syarifuddin Tippe, Aceh di Persimpangan Center: Wasington,2004), h. 1.
31
Jalan, (Jakarta: Cidencindo Pustaka, 2000), h. 70. Ibid, h. 2.
56 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

mengarah pada kekecewaan rakyat Aceh pertama.35 Tiga tahap selanjutnya justru
terhadap Republik Indonesia, dalam hal terjadi pada masa Orde Baru. Seperti
kesenjangan persamaan, keadilan, lahirnya GAM dan pemberlakuan
penegakan hukum, dan kepemimpinan kebijakan Daerah Operasi Militer (DOM),
nasional, konflik ini timbul terutama yakni sebagai tanggapan keras pemerintah
karena ada rasa ketidakadilan.32 Peristiwa pusat atas aksi GAM.”36
ini di anggap sebagai bentuk diskriminasi Dalam perkembangannya kemudian
sehingga terjadi kecemburuan sosial yang GAM telah melalui tiga fase penting, yaitu
sangat mendalam bagi rakyat Aceh yang fase pertama, 1976-1989, GAM
menyebabkan terjadinya perubahan serta merupakan organisasi kecil yang
gejolak sosial yang sangat meluas. Selain anggotanya di dominasi dari kaum
masalah kekecewaan pada pemerintah terpelajar, operasi yang dilakukan untuk
pusat, konflik di Aceh juga muncul akibat melawan GAM adalah didominasi oleh
peminggiran identitas kultural masyarakat TNI-AD di bawah Kodam I/Bukit Barisan.
Aceh.33 Mereka yang di jadikan sebagai objek
Hubungan yang tidak harmonis kejahatan kemanusiaan oleh negara, yakni
dengan pemerintah pusat menjadi sebab mereka yang menyatakan dirinya sebagai
dari rentetan konflik di Aceh. Mulai dari pendukung GAM, dan pada akhir tahun
Presiden Soekarno Hingga Soeharto, tidak 1979 pemerintah Indonesia berhasil
pernah sungguh-sungguh memperhatikan menumpas gerakan ini. Sehingga, GAM
aspirasi rakyat Aceh. Kekecewaan yang menjadi gerakan bawah tanah.37 Pada fase
mengakibatkan ketimpangan ekonomi ini, operasi militer masih belum
antara pusat dan daerah itu akhirnya mendekontruksi kesadaran berbangsa
membuahkan perlawanan yang terkordinir orang Aceh, namun mulai menciptakan
dan mengakibatkan lahirnya gerakan embrio gerakan yang lebih radikal dan
perlawanan, maka munculah GAM.34 matang. Sehingga Pada kurun waktu 1976
Mengenai hal ini seperti yang sampai dengan 1989 untuk mendukung
dilukiskan oleh Nazaruddin Syamsuddin kampanye anti pemberontakan, tentara
yang mencatat tujuh tahap perkembangan Indonesia melakukan pengejaran dan
peradaban Aceh yang mengarah pada serangan bersenjata serta pencarian
“Penghancuran Kebudayaan”. Setelah (sweeping) dari rumah ke rumah terhadap
merebut dan mempertahankan anggota Gerakan Aceh Merdeka, di daerah
kemerdekaan RI yang di jalani secara yang diduga sebagai basis GAM.38
monumental oleh masyarakat Aceh tahun Fase Kedua, 1989-1998. Fase yang
1945, kemudian disusul oleh Perang lebih di kenal oleh rakyat Aceh sebagai era
Cumbok tahun 1946 tatkala konflik fisik Aceh berstatus Daerah Operasi Militer
dan revolusi sosial berlangsung antara (DOM), dimulai ketika pada tahun 1989
kaum Uleebalang (bangsawan) dan ulama. kaum gerilyawan GAM yang telah melalui
Disusul kemudian dengan peristiwa DI/TII pendidikan militer di Libya sejak tahun
sejak tahun 1953 sampai tahun 1963.
Kemudian terjadi PKI dalam Gerakan 30 35
Rusdji Ali Muhammad; editor: Hasab Basri,
September 1965, Demikianlah tahap Revitalisasi Syariat Islam di Aceh, (Jakarta: Logos,
2003), h. xi.
36
A. Rani Usman, Sejarah Peradaban Aceh, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. xix.
37
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
32
Kompas, 26 Agustus 2003. Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
33
Syarifudin Tippe, Aceh di Persimpangan Jalan, Upaya Penyelesaian, h. 24.
38
(Jakarta: Cidencindo Pustaka,2000), h. 48. Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh:
34
Ibid, h. 224. Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, h. 63.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 57

1986 kemudian muncul kembali di Aceh Tiga wilayah yang bergolak, yaitu
dan di susul pula oleh konsolidasi struktur Kabupaten Pidie, Aceh Utara, dan Aceh
komando GAM di Aceh. Pemerintah Timur yang merupakan wilayah yang
Indonesia pada tahun 1990-an kemudian paling menderita akibat kekerasan militer
juga mengambil kebijakan yang sangat dan pelanggaran HAM. Kekerasan oleh
militeristik dengan menggelar operasi TNI/ ABRI ini semakin memperumit
Jaring Merah dan memberikan status permasalahan dan memicu kemarahan
Daerah Operasi Militer (DOM).39 rakyat Aceh, ketidakmampuan aparat
Pada masa DOM , pasukan yang keamanan untuk membedakan antara
ditugaskan ke wilayah Aceh yang bergolak rakyat biasa, GPK, dan GAM dan tindakan
adalah pasukan satuan organik sebanyak yang sewenang-wenang, tanpa
12 kompi dari pangdam Bukit Barisan memperhatikan prosedur hukum dan
yang dibantu oleh satgas Inteligen perundang-undangan menimbulkan
(Kopassus). Pasukan yang di kirim untuk banyak penderitaan bagi rakyat Aceh.41
mengamankan wilayah yang bergolak Pada periode DOM memang betul-
tersebut, dalam perkembangannya betul merupakan pengalaman paling buruk
mengalami penyimpangan dari apa yang yang dialami oleh rakyat Aceh, mereka
seharusnya mereka lakukan dan mengalami tindak kekerasan fisik maupun
pemberlakuan Daerah Operasi Militer non fisik yang dilakukan oleh militer.42
untuk mengatasi GAM yang telah menelan Selama Aceh di jadikan Daerah Operasi
banyak korban dan di warnai dengan Militer, ada dua pos satuan taktis yang
banyak tindak kekerasan terhadap rakyat paling terkenal sebagai tempat
Aceh karena dalam menjalankan penyekapan, penyiksaan, pembunuhan,
operasinya di Aceh. ternyata pasukan TNI pemerkosaan, dan kuburan massal, yaitu
bukan berusaha mencari simpati hati Rumoh Geudong di Pidie dan Rancong di
rakyat Aceh, sebaliknya mereka Aceh Utara.43
mempertontonkan berbagai arogansinya Akibat DOM tersebut, ribuan anak
yang sangat menyakiti hati rakyat Aceh, menjadi yatim piatu, banyak rumah rusak
seperti pengusiran penduduk dari desanya, atau dibakar, banyak istri yang menjadi
pemukulan, pembunuhan hingga janda, banyak orang cacat karena
pemerkosaan.40 penganiayaan, dan korban jiwa pun sulit
Salah satunya yaitu Petrus untuk di perkirakan jumlah pastinya. Di
(pembunuhan misterius), merupakan salah perkirakan jumlahnya mencapai 3800
satu modus kejahatan kemanusiaan negara sampai 35.000 jiwa. DOM juga
yang sangat terkenal pada masa Orde menyebabkan pula perekonomian Aceh
Baru, metode petrus ini merupakan salah mengalami stagnasi, sehingga kondisi
satu bentuk operasi militer TNI di Aceh kehidupan rakyat Aceh sangat
44
pada masa awal DOM yang di kenal memprihatinkan. Dalam
sebagai shock theraphy yang ditujukan perkembangannya, para korban baik laki-
untuk menciptakan rasa takut pada
masyarakat dan menarik dukungan mereka 41
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas
terhadap GAM. Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
Upaya Penyelesaian, h. 26.
42
Riza Sihbudi, dkk., Bara dalam Sekam: Identifikasi
akan Masalah dan Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di
39
Kristen E. Schulze, The Free Aceh Movement (GAM): Aceh, Maluku, Papua, dan Riau, h. 39.
43
Anatomy of A Separatist Organizations, h. 4. Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh:
40
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, h. 15.
44
Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Gazali Abbas Adan, Win Win Solution dalam Musni
Upaya Penyelesaian, h. 25. Umar (ed), h. 4.
58 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

laki maupun perempuan, mereka generasi kekerasan pada masa DOM dan tidak
yang sudah tidak mempunyai harapan ditanganinya dengan baik tuntutan rasa
besar terhadap NKRI akibat tindak keadilan masyarakat Aceh terhadap HAM
kekerasan, kemudian mereka bergabung setelah jatuhnya pemerintahan presiden
dengan GAM. Hal ini terlihat dari adanya Soeharto pada tahun 1998, kemudian
pasukan Srikandi yang merupakan status DOM di Aceh di cabut pada tanggal
pasukan perempuan GAM korban-korban 8 Agustus 1998 terlebih lagi para
DOM baik korban perkosaan maupun masyarakat Aceh yang telah menjadi
janda.45 korban atas penerapan status operasi
militer. Tentunya dengan harapan bahwa
Jumlah Kasus Selama Masa DOM di berbagai kejadian tindak kekerasan yang
Aceh pernah menimpa mereka atau keluarganya
tidak terulang lagi dan mereka dapat
N Jenis J kembali menjalani hidup yang
o Kasus umlah normal.47Kebijakan pemerintah RI saat itu
1. juga diikuti dengan penarikan sejumlah
Tewa
1 321 pasukan non organik dari Aceh di sertai
s/ Terbunuh pernyataan Panglima ABRI / Mentri
Kasus
1. Pertahanan dan Keamanan, TNI Jenderal
Hilan Wiranto di Masjid Baiturrahman
2 958
g Lhokseumawe pada masa pemerintahan
Kasus
3. Presiden BJ Habibie. Pada saat DOM di
Penyi cabut bertepatan dengan bergulirnya
3 430
ksaan reformasi di Indonesia.48
Kasus
Peme 1 Pasca 1998 menandai fase ketiga.
4 Dalam fase ini, negara masih tetap
rkosaan 28 Kasus
Pemb 5 menggunakan kekerasan, negara dalam
5 menghadapi GAM maupun rakyat Aceh
akaran 97 Kasus
Sumber: Forum Peduli HAM Aceh, 1999 yang di dalam dirinya sudah mulai tumbuh
semangat nasionalisme ke-Acehan,
Rakyat Aceh yang tidak lagi dimana popularitas GAM di mata rakyat
percaya kepada pemerintahan pusat, Aceh meningkat, karena hampir semua
karena adanya upaya untuk menyelesaikan keluarga di Pidie, Aceh Utara dan Aceh
persoalan Aceh secara sungguh-sungguh Timur menderita akibat DOM dan
dan banyak yang lebih berpihak kepada akhirnya Status DOM di cabut. Hal ini
GAM. Meskipun pada tahun 1991 terbukti karena bahwa selama masa DOM
Pemerintah telah berhasil menekan berlangsung, telah terjadi pelanggaran hak
gerakan separatis ini, namun puncak asasi manusia secara besar-besaran di
kepemimpinan yang ada di luar negeri Aceh.49Gerakan di Aceh pasca DOM di
telah menjamin keberlangsungan gerakan motori oleh mahasiswa dengan salah satu
ini.46 agendanya yaitu menuntut kemerdekaan.
Kesalahan pemerintah dalam Tuntutan merdeka yang mereka ajukan ini
membuat kebijakan yang penuh dengan sebenarnya hanya sebagai strategi agar

45 47
Aceh Damai dengan Keadilan? Mengungkap Aceh Damai dengan Keadilan? Mengungkap
Kekerasan Masa Lalu, (Jakarta: Kontras, 2006), h. 70. Kekerasan Masa Lalu, h. 71.
46 48
Riza Sihbudi, dkk., Bara dalam Sekam: Identifikasi Ibid
49
akan Masalah dan Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh:
Aceh, Maluku, Papua, dan Riau, h. 42. Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, h. 64.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 59

pemerintahan pusat lebih memperhatikan beberapa kali sepanjang sejarah, dari masa
mereka, karena tuntutan mereka yang ke masa, konflik yang terjadi di Aceh
sebenarnya adalah pengadilan atas korban- berbeda dengan latar belakang
korban DOM. Karena tuntutan mereka penyebabnya. Sesungguhnya faktor yang
tidak direspon dengan baik oleh melatar belakangi rakyat Aceh bergerak
pemerintahan pusat, maka gerakan ini adalah karena mereka merasa posisinya
semakin meluas.50 terancam, baik dalam sektor ekonomi
Berkenaan dengan hal ini, secara maupun politik, sebagai akibat kebijakan
faktual ada tiga macam aspirasi yang sentralistik pemerintah RI.52
hidup dalam masyarakat Aceh yaitu : (1) Mencermati konflik di Aceh,
merdeka, yakni lepas dari negara mengharuskan pemerintah untuk memilah
Indonesia dan mendirikan negara Aceh lebih jeli berbagai faktor yang
yang berdaulat lazimnya seperti negara- melatarbelakanginya, agar di temukan
negara lain, (2) referendum, yakni rakyat suatu solusi yang tepat bagi
Aceh secara demokratis di beri pilihan, penyelesaiannya. Ketidaksederhanaan
merdeka atau tetap bagian dan hidup konflik yang ada di Aceh menuntut kehati-
dalam Negara Indonesia, (3) otonomi hatian dan proses kesabaran untuk
khusus, yakni rakyat Aceh di berikan hak menanganinya. konflik Aceh tidak bisa di
seluas-luasnya dan sesuai dengan urai dan di selesaikan dalam waktu secara
kehendak mereka mengatur dan mengurus singkat. Pendekatan militer sebagaimana
dirinya, mengeksploitasi dan mengolah yang telah di terapkan sejak tahun 1970-an
sumber daya alam untuk kesejahteraan dan di Aceh hingga sekarang bukan
kemakmuran mereka dan siapapun yang merupakan jalan yang tepat bagi
tinggal dan hidup di Aceh. Dari ketiga pemecahan konflik Aceh.53
aspirasi tersebut yang paling menonjol dan Pemahaman tentang faktor-faktor
transparan wujudnya adalah merdeka penyebab munculnya konflik di Aceh akan
yang di perjuangkan oleh GAM dan mempermudah dalam upaya mencari
referendum yang di perjuangkan oleh solusi yang tepat untuk menyelesaikan
kelompok sipil dengan lokomotifnya konflik di Aceh. Pada masa Orde Baru
adalah aktifis mahasiswa yang tergabung kebijakan pemerintah ditekankan pada
dalam Sentral Informasi Referendum Aceh pembangunan dengan didasarkan pada
(SIRA).51 pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
politik. Aset-aset sumber daya alam di
Faktor Penyebab Konflik Vertikal di Aceh di eksploitasi dalam konteks
Aceh pembangunan ini.54
Dalam bidang ekonomi, masalah
Konflik Aceh merupakan salah ekspolitasi ekonomi menjadi akar konflik
satu konflik laten yang tunasnya telah yang patut dicermati. Aceh yang kaya
tumbuh sejak masa-masa awal akan sumber daya alam namun amat di
kemerdekaan dengan berbagai faktor sayangkan masyarakat Aceh tidak di
penyebabnya. Konflik Aceh telah terjadi libatkan dalam proses perencanaan,

50 52
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
Upaya Penyelesaian, h. 29. 49-50.
51 53
Daniel Dhakidae, Akar Permasalahan dan Alternatif Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh : Analisis atas
Proses Penyelesaian Konflik Aceh Jakarta Papua, Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan
(Jakarta: YAPPIKA, 2001), h. 74. dan Gazali Abbas Upaya Penyelesaian, h. 13.
54
Adan, Win Win Solution dalam Musni Umar (ed), h. 5. Ibid
60 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

pengolahan, dan distribusi hasil dan dengan lingkungan yang berubah begitu
potensi sumber daya alam daerah cepat.58
mereka.55 Secara struktural, sebagai Industrialisasi ini, memberikan
contoh pembangunan ekonomi pada masa denyut kekayaan ekonomi yang luar biasa
Orde Baru, pada tahun 1971, tepatnya di terutama dari migas, pada 1984. Namun
Lhoksumawe, ibukota Aceh Utara di demikian, hadirnya wilayah industri ini,
temukan cadangan gas alam dalam jumlah bukanlah tanpa meninggalkan masalah
yang cukup besar dan tahun 1974 mulai di seperti:
bangun pabrik Liquefied Natural Gas Ketidakpuasan dalam hal ganti rugi
(LNG). Kemudian sejak tahun 1977 sudah tanah yang di gunakan dalam membangun
di pasarkan secara komersial dan industri. (1). Sebagian masyarakat di
menjadikan Aceh sebagai kawasan takut-takuti dan diteror untuk
industri yang strategis. Namun kondisi menyerahkan tanah dan menggunakan
fisik daerah yang ada di sekitar kawasan pihak militer dalam aksi-aksi teror dan
industri cenderung tidak berubah, dan kekerasan baik fisik maupun nonfisik (2).
keadaannya masih seperti daerah ini belum Penduduk asli Aceh yang sudah tergusur
menjadi kawasan industri. 56 tanahnya di tempatkan di lokasi-lokasi
Arti strategis tersebut bertambah penampungan yang jauh dari desa asal
dengan berdirinya beberapa perusahaan mereka dan jauh dari mata pencaharian
besar, antara lain PT. Pupuk Asean, Asean mereka semula (3).
Aceh Fertilizer (AAF) yang berdiri pada Eksploitasi Pusat dan Daerah, salah
tahun 1981. Pada tahun 1982 hingga tahun satu masalah lainnya pemicu keinginan
1985 di bangun pula PT Pupuk Iskandar rakyat Aceh ingin merdeka adalah adanya
Muda (PIM) serta pabrik kertas PT. Kertas indikasi eksploitasi pemerintahan pusat
Kraft Aceh (KAA) serta sebuah MNC, atas kekayaan alam Aceh yang terlalu
yakni Mobil Oil. Sejak itu Aceh mulai besar (4). Fakta bahwa suku bangsa Aceh
berkenalan dengan industri-industri besar. menempati 2/3 wilayah Nanggroe Aceh
Wilayah Aceh Utara kemudian di kemas Darussalam hampir menyeluruh di
dalam satu wilayah industri yang di kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie,
namakan Zona Industri Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara, sebagian Aceh
(ZILS).57 Selatan dan Kabupaten Aceh Barat. (5)59
Ekonomi Aceh Mengalami tingkat Faktor ekonomi inilah yang
pertumbuhan yang cukup baik. Namun berwujud adanya ketidakadilan dan
amat di sayangkan, tingkat pertumbuhan ketimpangan ekonomi antara pusat dengan
yang cukup fantastik itu tidak memberikan daerah. Pemerintahan sentralistik Orde
pengaruh yang positif bagi kesejahteraan Baru menimbulkan kekecewaan berat
penduduk setempat bahkan kehidupan terutama di kalangan elite Aceh. Karena
masyarakat yang hidup di kawasan Sistem sentarlistik Orde Baru telah
industri menunjukan ketidakberdayaan membuat posisi tawar-menawar yang
penduduk setempat dalam beradaptasi lemah bagi daerah dan memberikan
alokasi sumber-sumber kekuasaan yang
terlalu besar ke pusat dan tidak
55
Tim Kell, The Roots of Acehnese Rebelion 1989-1992, menempatkan daerah dalam posisi yang
h. 1.
56
Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
sejajar dalam sistem politik. Aceh hanya
Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
58
50. Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
57
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan 50.
59
Upaya Penyelesaian, h. 52. Tempo, 30 Juni 1990.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 61

menjadi subordinat dari pusat yang baik sebagai individu, kelompok, maupun
melayani kepentingan pusat saja, dan sebagai komunitas dari suatu wilayah yang
akibatnya menimbulkan eksploitasi secara secara geo-etnopolitik dikenal oleh Aceh
sistemik, yaitu eksploitasi politik dan atau Nanggroe Aceh Darussalam.62
ekonomi. Aceh tidak diberikan tempat Dampak konflik Aceh masih terasa
yang seharusnya, apalagi dalam penerapan sampai sekarang. Dampak langsung yang
keistimewaan itu tidak di berikan oleh dapat kita saksikan pada ratusan bahkan
pemerintah pusat.60 ribuan korban konflik terutama bagi anak-
Dalam menghadapi suasana politik anak, perempuan, dan para janda yang
rakyat yang menyebabkan elite penguasa berada di barak-barak pengungsian yang
dan serdadu teralienasi (terasingkan), menderita fisik maupun psikis. Dampak
maka elite penguasa langsung juga dapat kita lihat Fenomena
mengkambinghitamkan setiap organisasi aktor konflik yang pernah terlibat perang.
perjuangan sebagai common enemy. Dampak tak langsung dari konflik adalah
Kebijakan politik pada masa Orde Baru akibat yang tidak dapat dilihat dengan
sangat militer-politik kekerasan adalah kasat mata dalam mewujudkan berbagai
politik menjaga stabilitas keamanan bentuk gejala sosial. Tekanan yang
negara. Sebenarnya hal yang paling dihadapi oleh korban konflik di Aceh
mendasar di dalam penetapan Aceh bertambah dengan bencana tsunami tahun
sebagai daerah perang, dengan status 2004 lalu.63
darurat militer adalah pengambil alihan Masalah yang semakin menumpuk
kekuasaan dari penguasa sipil ke penguasa dari persoalan kebutuhan dasar,
militer. Hal inilah yang menjadi sumber pendidikan hingga psikologis. Jangankan
konflik internal. Hirarki kekuasaan yang untuk pemulihan psikologis, ekonomi saja
militeristik tersebut terkomando dari mereka tidak mendapatkan apa-apa.
pemerintahan pusat. Struktur Muncul ironi, Musibah tsunami
pemerintahan sepenuhnya di dominasi mendatangkan rahmat bagi orang rakyat
oleh militer.61 Aceh. Program rehabilitasi Aceh sekarang
tampaknya tidak sungguh-sungguh
Dampak Konflik Vertikal di Aceh diarahkan untuk menjamin bahwa para
Terhadap Kondisi sosialnya korban tersebut memperoleh prioriotas
Konflik kekerasan yang pemberdayaan dari proyek-proyek
berkepanjangan selama hampir tiga puluh rehabilitasi. Banyak kontraktor yang tidak
tahun ini telah menghancurkan seluruh mau memakai sumber daya lokal dengan
sendi kehidupan masyarakat Aceh. Yang alasan di samping harus bayar mahal, juga
mengakibatkan puluhan ribu orang alasan kualitas kerjanya kurang bagus.64
menjadi korban kekerasan, hancurnya Munculnya NGO atau
dunia pendidikan, hilangnya kesempatan LSM internasional pasca tsunami telah
kerja, aktivitas ekonomi rakyat tidak ikut membawa kompleksitas tersendiri
berjalan dan rakyat hidup di bawah garis bagi proses-proses pembangunan
kemiskinan. Hal ini yang terjadi pada
hakikatnya telah menimbulkan luka
62
psikologis yang di derita oleh rakyat Aceh, Thung Ju Lan, dkk., penyelesaian konflik di Aceh:
Aceh dalam proses rekontruksi dan rekonsiliasi, (Jakarta
: Riset Kompetitif Pembangunan Iptek Sub Program
60
Riza Sihbudi, dkk., Bara dalam Sekam :Identifikasi Ottonomi Daerah Konflik dan Daya Saing LIPI, 2005),
akan Masalah dan Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di h. 181.
63
Aceh, Maluku, Papua, dan Riau, h. 56. Tsunami dan Bakti Taruna, (Jakarta: Akademi TNI
61
Otto Syamsudin Ishak, Dari Maaf ke Panik Aceh: Cilangkap, 2005), h. 17.
64
Sebuah Sketsa Sosiologi-Politik, h. 79. Ibid
62 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

perdamaian berkelanjutan di Aceh. B.J. Habibie yaitu pada tanggal 8 Agustus


Masyarakat korban konflik ataupun 1998.67
korban tsunami makin terbiasa dengan Langkah-langkah pemerintahan
bantuan dan Charity. Akibatnya, tawaran- Presiden Habibie dalam penyelesaian
tawaran pemberdayaan yang tidak konflik Aceh, sebenarnya sudah mencoba
menyertakan bantuan material cenderung untuk lebih mengedepankan pendekatan
diabaikan. Namun, kurangnya konsolidasi keamanan dengan menggunakan militer
antara LSM pendampingan korban dan polisi dalam menjaga keamanan di
pengungsi terhadap konstruk mental ini Aceh. Kemungkinan besar karena meski
akan menjadi kendala tersendiri untuk secara formal Habibie ditunjuk sebagai
membangun kemandirian korban presiden baru, namun beliau tidak
pengungsi untuk kembali hidup normal di memiliki kontrol penuh atas polisi dan
tengah-tengah masyarakat.65 militer, yang kala itu secara personal
Dampak konflik ini tentu berada di tangan Jenderal Wiranto. Akan
membawa kerugian besar bagi kehidupan tetapi, pendekatan tersebut dilaksanakan
bangsa Indonesia, dan memiliki dampak setengah hati. Maka menambah kecewa
yang serius terhadap masalah kemanusiaan masyarakat Aceh kepada pemerintah
dan mendapat perhatian internasional. pusat.68
Konflik yang terjadi jelas berdampak pada Angin segar baru berhembus pada
kerugian yang dialami masyarakat di awal 2000, ketika Abdurrahman Wahid
berbagai bidang kehidupan, oleh karena menjabat sebagai Presiden. Pada masa
itu sudah seharusnya konflik harus segera pemerintahan Presiden Abdurrahman
di akhiri dengan berbagai pendekatan Wahid diharapkan adanya langkah-
tanpa harus dengan tanpa kekerasan.66 langkah pemerintah yang berorientasi
kepada penyelesaian konflik Aceh,
Rekonsiliasi Konflik Vertikal Di Aceh Presiden Abdurrahman Wahid mencoba
melakukan pendekatan baru, yang disebut
Upaya Penyelesaian Konflik Aceh
dengan pendekatan ekonomi dan politik,
dengan Pemerintahan Pusat
dan mencoba membuka dialog damai
Dalam kerangka penyelesaian dengan GAM.69
masalah Aceh, pemerintah pusat seringkali Pada tanggal 30 Januari 2000
melakukan kebijakan militeristik yang Presiden Abdurrahman Wahid meminta
represif, ini membuat rakyat Aceh sangat kesediaan Henry Dunant Center for
menderita, mereka hidup dalam Humanitarian (HDC) untuk berperan
kemiskinan, kebingungan, ketakutan, sebagai penengah dalam proses
merasa tertekan dalam berbagai aspek, perundingan atau untuk memfasilitasi
namun pemerintah pusat kembali dialog kemanusiaan guna menyelesaikan
menggelar operasi-operasi militer setelah konflik Aceh. Ketika berpidato di HDC
dicabutnya status Daerah Operasi Militer pada tanggal 30 Januari 2000,
(DOM) pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid menekankan pada
peran dialog kemanusiaan dalam

67
Riza Sihbudi, dkk., Bara dalam Sekam :Identifikasi
65
Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru: akan Masalah dan Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di
Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h. Aceh, Maluku, Papua, dan Riau, h. 189.
68
55. Daniel Dhakidae, Akar Permasalahan dan Alternatif
66
Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru: Proses Penyelesaian Konflik Aceh Jakarta Papua, h.39.
69
Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h. Tsunami dan Bakti Taruna, (Jakarta: Akademi TNI
56. Cilangkap, 2005), h.17.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 63

mengubah situasi konflik yang pada Meningkatkan langkah-langkah untuk


umumnya didasarkan pada ideologi. membangun kepercayaan untuk
Permintaan ini kemudian ditanggapi mendapatkan solusi damai terhadap situasi
positif oleh HDC. Aksi pertama yang konflik di Aceh (trust building).72
dilakukan HDC adalah membawa RI- Kekerasan terus terjadi di Aceh,
GAM secara bersama-sama ke meja jeda kemanusiaan tetap yang berlaku 2
perundingan pada bulan Januari 2000 yang Juni 2000 dan berakhir pada 15 Januari
kemudian disusul dengan serangkaian 2001. Kemudian untuk mendukung jeda
dialog yang dihadiri kedua belah pihak.70 kemanusiaan tersebut di bentuklah badan-
Meskipun tidak memiliki badan pendukung seperti Komite bersama
kepercayaan terhadap Pemerintah Aksi Kemanusiaan, dan Tim Monitoring
Indonesia, GAM segera menerima tawaran Modalitas keamanan. Namun amat di
dialog dengan tujuan sayangkan kekerasan masih terjadi di
menginternasionalisasi kasus Aceh dan lapangan. Jeda tersebut digantikan melalui
mendapatkan dukungan atau simpati dari Kesepakatan Dialog Jalan Damai pada
Amerika atau negara-negara Eropa dengan tanggal 18 Maret 2001, Pemerintah
harapan mereka mau menekan Indonesia Indonesia dan GAM menyepakati satu
agar melepaskan Aceh. GAM juga zona aman (peace zone) di Aceh, yang
berharap dialog ini dapat mengekspos meliputi kabupaten Aceh Utara dan
seluruh kejahatan kemanusiaan yang Bireuen, namun juga tidak menghasilkan
pernah dilakukan TNI terhadap warga kemajuan yang berarti.73
Aceh. Perundingan tersebut menghasilkan Kendati HDC dianggap gagal,
Joint Understanding of Humanitarian lembaga tersebut setidaknya memberikan
Pause for Aceh yang di tanda tangani pada pengalaman bahwa dialog dan pertemuan
tanggal 12 Mei 2000, kedua pihak yang untuk membahas konflik yang mengakar
bertikai melalui mediasi Henry Dunant di Aceh bukan sesuatu hal yang mustahil
Centre (HDC) menandatangani Joint untuk dilakukan. Setidaknya HDC telah
Understanding on Humanitarian Pause mampu membawa kedua belah pihak yang
for Aceh “Jeda Kemanusiaan”.71 bersengketa untuk mau berdialog dan
Langkah ini dimaksudkan sebagai membangun rasa saling percaya.74 Poin
langkah awal atau gerbang menuju keberhasilan HDC terletak pada
penyelesaian konflik yang sebenarnya. kemampuannya mencairkan kebekuan
Dengan tujuan untuk (1) Mengirimkan antara pihak yang bertikai, membatasi dan
bantuan kemanusiaan kepada masyarakat memperlunak perbedaan pandangan tajam
Aceh akibat konflik melalui Komite kedua belah pihak antara pemerintah
Bersama Kemanusiaan, (2) Menyediakan dengan GAM sehingga Jeda Kemanusiaan
bantuan keamanan guna mendukung diperpanjang. Berbagai kegagalan yang
pengiriman bantuan kemanusiaan dan mungkin pernah dilakukan HDC
untuk mengurangi ketegangan serta merupakan pelajaran berharga yang bisa
kekerasan yang dapat menyebabkan
penderitaan selanjutnya melalui Komite
Bersama Bantuan Keamanan; dan (3)
72
Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
70
Koflik Etno Religius Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2003), h. 57.
73
128. Kompas, 10 Desember 2002, h.1.
71 74
Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh : Analisis atas Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru:
Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
Upaya Penyelesaian, h. 57. 58.
64 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

diantisipasi oleh aktor resolusi konflik pemerintah pusat terhadap konflik di


berikutnya.75 Aceh.77
Pemerintah kemudian mengambil Penyelesaian konflik Aceh tidak
beberapa kebijakan yang bersifat persuasif bisa di lakukan dengan cara membiarkan
kepada rakyat Aceh, maka di keluarkanlah melakukan dialog politik dengan
beberapa Inpres , pada 11 April 2001, pemerintah. Untuk mengakhiri
diumumkannya Instruksi Presiden No. 4 pemberontakan di tubuh orang Aceh hanya
tahun 2001 mengenai langkah-langkah ada satu jalan, yakni operasi terpadu.
komprehensif penyelesaian konflik Aceh Berlakunya kesepakatan Penghentian
yang mencakup enam bidang yaitu : Kekerasan Cessation on Hostilities
Politik, ekonomi, sosial, hukum, ketertiban Agreement (CoHA) yang ditandatangani di
manusia, keamanan, pendidikan, dan Jenewa pada 9 Desember 2002. Namun
media informasi dan komunikasi.76 lagi-lagi jalan buntu menghadang kedua
Pada 23 Juli 2001, Presiden belah pihak. Sementara pemerintah tengah
Megawati Soekarno Putri yang mengkaji tiga alternatif kebijakan yang
menggantikan Abdurrahman Wahid akan di terapkan di Nanggroe Aceh
dengan prioritas utamanya Darussalam, keluarlah Keputusan Presiden
mempertahankan kesatuan Negara. pada No.18 tahun 2003 yang diumumkan pada
masa pemerintahan Presiden Megawati ini 19 Mei 2003 untuk menerapkan status
sudah diberlakukan undang-undang No. 18 darurat militer di Aceh.78
tahun 2001 mengenai Status Otonomi Tiga alternatif tersebut adalah
Khusus. Dengan berlakunya undang- keadaan darurat militer dilanjutkan,
undang tersebut Propinsi Daerah Istimewa keadaan darurat militer diturunkan
Aceh menjadi Propinsi Nanggroe Aceh menjadi darurat sipil atau darurat militer
Darussalam (NAD). Undang-undang yang hanya di terapkan di wilayah rawan
tersebut mengatur antara lain pembagian di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
pendapatan antara pusat dan daerah yaitu Tiga alternatif kebijakan tersebut, maka
30 dan 70%, pelaksanaan syari’at Islam dilanjutkan kepada di berlakukannya
dengan di bentuknya Mahkamah Syariah status darurat sipil atas keputusan Presiden
dan pemilihan gubernur NAD secara Megawati Soekarno Putri selama enam
langsung. Dengan adanya Undang-undang bulan, terhitung mulai tanggal 19 Mei
No 18 tahun 2001 mengenai Status 2004, untuk Propinsi Nanggroe Aceh
Otonomi Khusus memberikan beberapa Darussalam.79
implikasi yang cukup penting, di Hal ini diterapkan dalam keputusan
antaranya penetapan undang-undang Presiden Megawati kepada pers di Istana
tersebut merefleksikan pergeseran inisiatif Negara Jakarta, Selasa 18 Mei malam,
legislatif dari birokrat pusat kepada dengan status darurat sipil, penguasa sipil
parlemen dan provinsi sehingga bukan saja daerah di pegang gubernur Nanggroe Aceh
pergeseran kekuasaan dari pusat ke Darussalam Abdullah Puteh.80
daerah, akan tetapi dari birokrat ke Sebagaimana kebijakan-kebijakan
parlemen. Implikasi dari keduanya adalah pemerintahan sebelumnya, upaya-upaya
diambilnya strategi yang berbeda oleh
77
Tsunami dan Bakti Taruna, h.19.
78
“Aceh : Solusi Militer atau Politik”, Republika, Selasa
16 Agustus 2003, h. 5.
75
Tsunami dan Bakti Taruna, h.19. 79
“Tiga Alternatif Penanganan Aceh”, Kompas, 16 Mei
76
Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru : 2003, h. 8.
Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h. 80
“Pressden Tetapkan Darurat Sipil Nangroe Aceh
59. Darussalan”, Kompas, Rabu, 19 Mei 2004, h. 1.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 65

pemerintahan Presiden Megawati dan harta benda yang tidak


Soekarno Putri tidak akan secara otomatis sedikit.83Menurut rakyat Aceh konflik
dapat meredakan kekerasan dan tersebut telah mencabik-cabik rasa aman
ketegangan yang di rasakan masyarakat masyarakat dan akhirnya menghambat
Aceh. Sebuah harga yang harus dibayar upaya pembangunan dan peningkatan
Megawati atas kemesraannya dengan kesejahteraan rakyat. Musibah yang
militer pasca jatuhnya Abdurrahman mendatangkan berkah akhirnya terjadi,
Wahid. Akibatnya bisa ditebak, sejarah tsunami 26 Desember 2004 telah turut
berulang, kekerasan demi kekerasan terus mengambil peran untuk mendamaikan
berlangsung di Serambi Mekah.81 para pihak yang bertikai dan juga
Susilo Bambang Yudhoyono yang mempercepat dorongan bagi pemerintah
pada saat itu menjabat sebagai Menteri RI guna mengakhiri derita fisik dan psikis
Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan rakyat Aceh.84
(Menko Polsoskam) dan Jusuf Kalla Pada sisi lain Gerakan Aceh
sebagai Menteri Koordinator Merdeka sebagai gerakan yang melakukan
Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) pada perlawanan terhadap pemerintah pusat,
Kabinet Gotong Royong Megawati, juga memiliki keinginan untuk
tampak keduanya memilih cara non- menyelesaikan konflik Aceh. Musibah
militer untuk menyelesaikan tersebut menuntut Pemerintah dan GAM
persoalan.Terlebih inisiatif, Jusuf Kalla untuk lebih memikirkan solusi damai
dengan cara bekerja di balik layar (second dalam menyelesaikan pemberontakan
track diplomacy) agar dapat masuk ke bersenjata di Aceh. Mempertemukan
pusat pimpinan GAM, dalam rangka keinginan Pemerintah RI dan GAM dalam
melakukan komunikasi politik di satu sisi rangka menyelesaikan konflik Aceh tentu
dan sekaligus membangun kepercayaan. tidak semudah yang dibayangkan. Oleh
Peran yang menentukan ini dijalankan karenanya kearifan dan kerendahan hati
oleh orang-orang kepercayaan Jusuf Kalla, para pemimpin sebagaimana yang
terutama Farid Husein yang mampu ditunjukkan oleh Muhammad Jusuf Kalla
membangun trust building dengan menjadi penting dan menentukan bagi
keseluruhan, GAM sampai ke pucuk terwujudnya proses perdamaian di Aceh.85
pimpinannya.82 Di masa pemerintahan Susilo
Kebersamaan SBY-JK yang Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dengan
memenangi pemilu 2004, menyebabkan GAM mulai menemukan titik temunya.
second track diplomacy yang telah dijalani Pembicaraan damai di Aceh kembali
bisa dilanjutkan pada masa pemerintahan dilanjutkan Kesabaran para negosiator dari
mereka. Upaya-upaya penyelesaian kedua belah pihak dalam melakukan
konflik Aceh sudah cukup serius dan pembicaraan-pembicaraan turut menjadi
maksimal dilakukan oleh SBY-JK. Upaya faktor mempercepat perdamaian di Aceh.
tersebut berangkat dari hati nurani dan Presiden SBY memilih penyelesaian
pikiran jernih serta solidaritas secara damai untuk masalah Aceh,
kemanusiaan, di mana rakyat Aceh sudah
cukup lama terlibat konflik yang
mengakibatkan timbulnya kerugian jiwa
83
Ibid
81 84
Ibid Moch. Nurhasim, Konflik dan Integrasi Politik
82
Moch. Nurhasim, Konflik dan Integrasi Politik Gerakan Aceh Merdeka: Kajian tentang Konsensus
Gerakan Aceh Merdeka: Kajian tentang Konsensus Normatif antara RI-GAM dalam Perundingan Helsinki,
Normatif antara RI-GAM dalam Perundingan Helsinki, (Jakarta: P2P-LIPI dan Pustaka Pelajar: 2008), h. 61
85
(Jakarta: P2P-LIPI dan Pustaka Pelajar: 2008), h. 60. Ibid
66 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

mengandalkan apa yang di sebutnya Dalam MoU Helsinki disebutkan


sebagai soft power.86 bahwa Aceh akan melaksanakan
Tidak dapat disangkal bahwa kewenangan dalam semua sektor publik,
kunjungan Jusuf Kalla ke Helsinki untuk yang akan diselenggarakan bersamaan
bertemu dengan Mr. Martti Ahtisaari dan dengan administrasi sipil dan peradilan,
beberapa tokoh GAM Swedia seperti Zaini kecuali dalam bidang hubungan luar
Abdullah, Malik Mahmud Al Haytar dan negeri, pertahanan luar, keamanan
Bachtiar Juli menjadi perlambang nasional, hal ikhwal moneter dan fiskal,
kerendahan hati seorang pemimpin kekuasaan kehakiman dan kebebasan
nasional Indonesia dalam upaya beragama, dimana kebijakan tersebut
mengakhiri konflik di Tanah Rencong merupakan kewenangan Pemerintah RI
secara komprehensif pasca sesuai dengan konstitusi. Disepakati pula
penandatanganan kesepahaman damai. untuk membentuk partai-partai lokal yang
Kerendahan hati merupakan strategi yang berbasis di Aceh. Menyangkut dasar MoU
dapat meluluhkan hati para petinggi GAM dinyatakan bahwa subtansi Nota
untuk akhirnya sama-sama bersepakat kesepahaman yang di capai ada tiga, yaitu
menghentikan konflik yang sangat Negara Kesatuan Republik Indonesia
merugikan Indonesia, utamanya rakyat (NKRI), konstitusi RI dan kepastian GAM
Aceh.87 tidak lagi menuntut kemerdekaan.89
Pertemuan demi pertemuan yang di Berlandaskan kepada Nota
fasilitasi oleh pihak ketiga yaitu Crisis Kesepahaman Helsinki dan untuk
Management Initiative (CMI) yang menginplementasikan cita-cita perdamaian
bermarkas di Helsinki, Finlandia. di Nanggroe Aceh Darussalam perlu di
Lembaga yang di pimpin oleh mantan lakukan berbagai upaya oleh para pihak
Presiden Helsinki, Martti Ahtisaari mulai dengan niat yang baik dan tulus. Sehingga
ada sedikit sikap yang melunak dari pihak program rekonsiliasi anggota Gerakan
GAM, dan atas prakarsa CMI lahir sebuah Aceh Merdeka (GAM) kedalam kehidupan
Nota Kesepahaman di Helsinki. masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam
Puncaknya adalah ditandatanganinya Nota yang berada dalam bingkai Negara
Kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Kesatuan Republik Indonesia dapat
RI dan GAM pada tanggal 15 Agustus terlaksana sesuai dengan harapan semua
2005 di Helsinki Finlandia melalui pihak.90
mediator Martti Ahtisaari dalam kapasitas
Proses Perundingan Helsinki dan
sebagai Chairman, Crisis Management
Kesepakatan Damai
Initiative (CMI). Sedangkan kedua belah
pihak yang di wakili oleh Hamid Secara keseluruhan perundingan
Awaluddin (Mentri Hukum dan HAM) damai antara pemerintah Indonesia dan
dari pihak RI sedangkan GAM di wakili GAM pasca bencana tsunami berlangsung
oleh Zaini Abdullah (Mentri Luar Negri selama lima putaran, putaran pertama
GAM).88 diadakan pada 27-29 Januari 2005, putaran
kedua pada 21-23 Februari 2005, putaran
ketiga 12-16 April 2005, keempat 26-31
86
Mei 2005, dan kelima 12-17 Juni 2005,
Moch. Nurhasim, Konflik dan Integrasi Politik pihak GAM dan pemerintah memulai
Gerakan Aceh Merdeka: Kajian tentang Konsensus
Normatif antara RI-GAM dalam Perundingan Helsinki,
h. 64. Normatif antara RI-GAM dalam Perundingan Helsinki,
87
Ibid h. 65
88 89
Moch. Nurhasim, Konflik dan Integrasi Politik Ibid, h. 66.
90
Gerakan Aceh Merdeka: Kajian tentang Konsensus Ibid
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 67

tahap perundingan di Vantaa, Finlandia. merencanakan perundingan damai tidak


Mantan presiden Finlandia Martti lama setelah terpilih menjadi wakil
Ahtisaari berperan sebagai fasilitator. Pada presiden. Berbagai perundingan dan
17 Juli 2005, setelah perundingan selama pendekatan dilakukan oleh tim ini
25 hari, tim perunding Indonesia berhasil terhadap para pemimpin GAM baik yang
mencapai kesepakatan damai dengan berada di Malaysia, maupun Finlandia.94
GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia.91 Kelima putaran perundingan
Penandatanganan Nota Helsinki di atas menghasilkan nota
Kesepakatan (MoU) damai dilangsungkan kesepahaman bersama (MoU) antara
pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian Pemerintah Republik Indonesia dan
selanjutnya dipantau oleh sebuah tim yang Gerakan Aceh Merdeka. Adapun pokok-
bernama Aceh Monitoring Mission pokok besar dalam MoU tersebut adalah
(AMM) yang beranggotakan lima negara sebagai berikut:
ASEAN diantaranya Malaysia, Brunei 1. Pemerintah Aceh
Darussalam, Filipina, Singapura, dan a. Pemerintahan Aceh akan di atur dengan
Thailand dan beberapa negara yang Undang-Undang baru yang di perkenalkan
tergabung dalam Uni Eropa yaitu Swiss 31 Maret 2006.
dan Norwegia. Tugas utama AMM adalah b. Aceh akan memiliki hak untuk
penyelidikan dan pengambilan keputusan menggunakan symbol daerah seperti
terhadap tuduhan pelanggaran MoU dan bendera, lambang dan himne.
membangun kerjasama di antara dua 2. Partisipasi Politik
pihak. Di antara poin pentingnya adalah a. Pemerintah Indonesia memfasilitasi
bahwa pemerintah Indonesia akan turut pendirian partai politik berbasis Aceh
memfasilitasi pembentukan partai politik dalam satu tahun setelah penandatanganan
lokal di Aceh dan pemberian amnesti bagi MoU.
anggota GAM.92 b. Masyarakat Aceh memiliki untuk ikut
Dalam laporan International Crisis berpartisipasi sebagai kandidat dalam
Group Indonesia (ICGI), sebuah lembaga pemilihan daerah di Aceh pada April 2006
independen dalam usaha pencegahan dan seterusnya.
konflik di seluruh dunia, menyebutkan ada 3. Ekonomi
tiga faktor utama bergulirnya a. Aceh mempunyai hak untuk mencari dana
perundingan-perundingan tersebut.93 pinjaman luar negri, menetapkan tingkat
Ketiga faktor tersebut adalah inisiatif dari suku bunga yang berbeda dengan yang di
Yusuf Kalla yang pada saat itu beliau tetapkan Bank Indonesia.
menjabat sebagai Wakil Presiden pada b. Aceh akan memperoleh 70% pendapatan
tahun 2004-2009, dampak operasi militer dari kekayaan sunber alamnya.
terhadap GAM, dan perubahan dinamika 4. Amnesti dan Intergrasi
konflik sebagai akibat dari bencana a. Amnesti akan di berikan kepada anggota
tsunami Yusuf Kalla bersama dengan para GAM dan tahanan politik dalam dua
penasehatnya, yaitu Menteri Kehakiman minggu setelah penandatanganan
dan HAM Hamid Awaluddin, Menteri kesepakatan.
Komunikasi dan Informasi Sofyan Djalil, b. Pemerintah akan memfasilitasi integrasi
dan Mayor Jendral Syarifudin Tipe telah para anggota GAM kedalam masyarakat.
c. Seluruh anggota GAM sebagai masyarakat
91
Aceh Kita, Volume 2, Edisi 2, Mei - Agustus 2005. Indonesia memiliki hak yang sama dalam
92
Syamsul Hadi, dkk., Disintegrasi Pasca Orde Baru: polotik, ekonomi, dan sosial.
Negara, Konflik Lokal dan Dinamika Internasional, h.
86. 94
Aceh Kita, Volume 2, Edisi 2, Mei - Agustus 2005.
93
Ibid, h. 82.
68 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

5. Hak Azazi Manusia yang memetakan kronologi sejarah


a. Pengadilan HAM dan komisi kepercayaan terbentuknya Gerakan Aceh Merdeka,
dan rekonsiliasi akan didirikan di Aceh. serta menemukan latar belakang, dan
6. Pengaturan Keamanan faktor penyebab terjadinya konflik di
a. Penghentian pertentangan sesuai dengan Aceh, maka dapat disimpulkan bahwa
perjanjian. kemunculan konflik ini dapat di analisis
b. Pemerintah Indonesia menarik militer bahwa sebenarnya terjadinya kesenjangan
non-organik dan kekuatan polisi dari Aceh sosial yang sangat mencolok antara
sampai dengan akhir 2005. Pemerintahan Pusat dengan Daerah.
c. Bersama dengan itu, GAM menyerahkan Konflik ini merupakan
seluruh senjata dan membubarkan 3000 ketidakadilan selama puluhan tahun yang
pasukan. dirasakan rakyat Aceh terhadap
7. Pendirian Aceh Monitoring Mission pemerintahan pusat yang dirasa kurang
(AMM) memperhatikan kesejahteraan dan keadilan
a. AMM akan di bentuk oleh Uni Eropa (UE) pembagian hasil sumber daya alam yang
dan lima Negara ASEAN. Jika terjadi berhak dinikmati rakyat Aceh, serta tidak
perselisiahan, AMM di beri kewenangan diakomodasikannya aspirasi rakyat Aceh
penuh untuk menyelesaikan. Jika tidak untuk membentuk system pemerintahan
selesai, penyelesaian melibatkan ketua wilayah Aceh berdasarkan keistimewaan
AMM dan ketua perwakilan kedua pihak. identitas budaya dan etno-religiusnya
Bila itu juga tidak selesai, penyelesaian dengan menerapkan syariat Islam,
dibawa ke tingkat MENKOPOLHUKAM, menimbulkan kekecewaan besar yang
pimpinan GAM, pimpinan CMI dan Pihak terefleksikan melalui gerakan separatis
UE.95 GAM. Kebijakan pemerintah orde baru
Menyangkut dasar MoU dinyatakan yang militeristik dan mengedepankan
bahwa subtansi Nota Kesepahaman yang kekerasan dengan operasi militer DOM,
di capai ada tiga, yakni NKRI, konstitusi justru semakin membuat penderitaan
RI dan kepastian GAM tidak lagi rakyat Aceh menjadi berkepanjangan.
menuntut kemerdekaan.96 Instrumen diplomasi yang
dikedepankan pemerintah dalam
C. Penutup menyelesaikan konflik Aceh dinilai
sebagai langkah yang cukup tepat, namun
Dari hasil penelitian melalui
perlu di perhatikan bahwa riwayat
literatur-literatur yang ada, yang berkaitan
perundingan RI-GAM sering diwarnai
dengan permasalahan yang diangkat dalam
kegagalan. Perundingan tidak pernah
skripsi ini yakni mengenai Konflik
benar-benar memuaskan. Sejak tahun 2000
Vertikal antara Gerakan Aceh Merdeka di
sudah beberapa perundingan yang di gelar,
Aceh dengan Pemerintahan Pusat di
tetapi kemudian macet di tengah jalan.
Jakarta sejak tahun 1976 sampai 2005,
Sebut saja Jeda Kemanusian, Moratorium
Permusuhan, Damai Melalui Dialog, dan
95
AFB/ Litbang MI, di muat dalam Media terakhir yang cukup menjanjikan adalah
Indonesia, Selasa 16 Agustus 2005. CoHA. CoHA juga hanya efektif dua
96
Menurut Hamid, tidak disebutnya UUD 1945 bulan setelah itu juga tidak dapat berjalan,
dalam MoU secara eksplisit hanya persoalan semantic,
konstitusi RI artinya UUD 1945, karena hanya ada satu
dan berakhir dengan GAM menjadi
konstitusi RI. Di jelaskan pula bahwa materi MoU penting terutama bila dikaitkan dengan
terutama diambil dari UU No 18 tahun 2001 tentang upaya rekontruksi Aceh pasca bencana,
Otonomi Khusus NAD dan UU No 32 tahun 2004 meski pada pasca bencana pun, kontak
tentang Pemerintah Daerah , Harian Kompas, Sabtu 24
Agustus 2005.
Kurnia Jayanti : Konflik Vertikal … 69

senjata antara TNI dan GAM masih Daftar Pustaka


berlangsung di Aceh.
Adam, Asvi Warman. Konflik dan
Meskipun Nota Kesepahaman
Penyelesaian Aceh: Dari Masa ke Masa”
(MoU) Helsinki cukup komprehensif, dan
Aceh Baru: Tantangan Perdamaian dan
kemauan politik dari kedua belah pihak
Reintegrasi, ed. M. Hamdan Basyar.
cukup kuat, namun tantangannya masih
Jakarta: P2P-LIPI dan Pustaka Pelajar,
besar. Adapun pokok-pokok besar dalam
2008.
MoU tersebut adalah sebagai berikut:
Undang-undang tentang penyelenggaran
Dhakidae, Daniel. Akar
pemerintahan Aceh, partisipasi politik,
Permasalahan dan Alternatif Proses
ekonomi, Undang-undang Hak Asasi
Penyelesaian Konflik Aceh Jakarta Papua,
Manusia (HAM), Amnesty dan integrasi
(Jakarta: YAPPIKA, 2001), h. 74. dan
dalam masyarakat, Pengaturan keamanan,
Gazali Abbas Adan, Win Win Solution
dan Pembentukan Aceh Monitoring
dalam Musni Umar (ed), h. 5.
Mission (AMM).
MoU tersebut hanya menyebutkan
Hadi, Syamsul. dkk. Disintegrasi
penyelesaian dasar. Masih banyak
Pasca Orde Baru: Negara, Konflik Lokal
persoalan yang belum terselesaikan.
dan Dinamika Internasional. Jakarta:
Implementasinya secara rinci juga belum
Yayasan Obor Indonesia, 2007.
jelas. Kesepakatan tersebut banyak
melibatkan elite dari dua belah pihak,
Ishak, Otto Syamsudin., Dari Maaf
namun kurang melibatkan masyarakat sipil
ke Panik Aceh: Sebuah Sketsa Sosiologi-
dan elemen masyarakat lainnya yang
Politik. Jakarta: Lembaga Studi Pers dan
mewakili untuk berkontribusi. Ternyata
Pembangunan, 2008.
masih terdapat kesenjangan besar antara
pandangan di Jakarta, Helsinki dan Banda
Isre, Mohammad Soleh, ed. Konflik
Aceh serta kenyataan di lapangan.
Etno Religius Indonesia Kontemporer,
Penderitaan masyarakat Aceh pun
Jakarta: Departemen Agama RI Badan
berakhir pada tanggal 15 Agustus 2005.
Litbang Agama dan Diklat Keagamaan,
Dengan adanya Nota Kesepakatan damai
2003.
(MoU) antara kedua belah pihak untuk
mengakhiri konflik yang hampir 30 tahun
Koflik Etno Religius Indonesia
di Aceh. Kesepakatan tersebut tertuang
Kontemporer. Jakarta: Badan Litbang
dalam bentuk penandatanganan Nota
Agama dan Diklat Keagamaan, 2003.
Kesepahaman damai antara RI dengan
GAM yang dilaksanakan di Helsinki.
Lan, Thung Ju. dkk. penyelesaian
Berbagai harapan pun dari masyarakat di
konflik di Aceh: Aceh dalam proses
gantungkan pada perdamaian yang telah
rekontruksi dan rekonsiliasi. Jakarta :
di capai untuk kesejahteraan hidup yang
Riset Kompetitif Pembangunan Iptek Sub
selama ini dirasakan warga dalam kondisi
Program Ottonomi Daerah Konflik dan
yang seba tidak kondusif. Dengan
Daya Saing LIPI, 2005.
demikian, melihat fenomena Aceh,
Indonesia sebagai bangsa dan negara yang
Nurhasim, Moch. dkk. Konflik
besar hendaknya memiliki kesadaran
Aceh: Analisis atas Sebab-sebab Konflik,
bagaimana seharusnya menjalankan relasi
Aktor Konflik, Kepentingan dan Upaya
kekuasaan dengan rakyatnya agar dapat
Penyelesaian. Jakarta : LIPI, 2003.
memakai hak dan kewajiban negara
terhadap rakyatnya.
70 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Nurhasim, Moch. Konflik dan Wiliam, Marsden. History of


Integrasi Politik Gerakan Aceh Merdeka: Sumatra (Sejarah Sumatra), Pengantar
Kajian tentang Konsensus Normatif John Bastin, Terjemah Tim Komunitas
antara RI-GAM dalam Perundingan Bambu. Jakarta : Komunitas Bambu,
Helsinki. Jakarta: P2P-LIPI dan Pustaka 2008.
Pelajar: 2008.
Aceh Damai dengan Keadilan?
Notosusanto, Nugroho. Mengerti Mengungkap Kekerasan Masa Lalu.
Sejarah. Jakarta: UI PRESS, 2006. Jakarta: Kontras, 2006.
Sawitri, Isma. dkk. (Panitia Peduli Aceh Kita, Volume 2, Edisi 2, Mei -
Aceh), Simak dan Selamatkan Aceh, Agustus 2005.
Jakarta : PT Bina Rena Perwira, 1998. Editor, No. 43/ Thn IV/ 13 Juli
1991.
Schulze, Kristen E. The Free Aceh Kompas, Sabtu 24 Agustus 2005.
Movement (GAM): Anatomy of A Kompas, 10 Desember 2002
Separatist Organizations. East West Kompas, 16 Desember 2002.
Center: Wasington,2004. Kompas, 16 Mei 2003.
Kompas, 26 Agustus 2003.
Sihbudi, Riza. Dkk. Bara dalam Kompas, Rabu, 19 Mei 2004.
Sekam: Identifikasi akan Masalah dan Republika, Selasa 16 Agustus 2002.
Solusi atas Konflik-Konflik Lokal di Aceh,
Maluku, Papua, dan Riau. Jakarta : The Price of Freedom the
Mizan, 2001. Unfinished diary of Teungku Hasan Tiro,
National Liberation Front of Aceh
Susan, Novri. Sosiologi Konflik Sumatra,1984
dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta:
Kencana, 2009.

Syamsuddin, Nazaruddin.
Pemberontakan Kaum Republik. Kasus
Darul Islam Aceh. Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti, 1990.

Syamsuddin, Nazaruddin. Revolusi


di Serambi Mekah: Perjuangan
Kemerdekaan dan Pertarungan Politik di
Aceh 1945-1949. Jakarta: UI Press, 1999.

Tim kell. The Roots of Acehnese


Rebellion 1989-1992. New York: Cornell
University Pers, 1995.

Tippe, Syarifuddin. Aceh di


Persimpangan Jalan. Jakarta: Cidencindo
Pustaka, 2000.
Tsunami dan Bakti Taruna,
(Jakarta: Akademi TNI Cilangkap, 2005)

Anda mungkin juga menyukai