Anda di halaman 1dari 11

REVIEW MATERI

SISTEM INTEGUMEN

Dosen Pengajar : Dr. Yuni Kilawati,S.Pi,M.Si

Disusun Oleh :

1. Rahmawanda Dwi Kurnianti (205080507111007)/B02Ganjil


2. Abiyyu Fadhlullah (205080507111009)/B02Ganjil
3. Andreanno Septian Eka Wijaya (205080507111011)/B02Ganjil

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
DAFTAR ISI

Sampul Depan .
Daftar Isi.
A. Pengertian Sistem Integumen.............................................................3
B. Fungsi Sistem Integumen ..................................................................3
C. Kulit Pada Sistem Integumen.............................................................3
D. Lendir Pada Sistem Integumen .........................................................4
E. Pengertian Sisik..................................................................................4
F. Sisik Placoid ......................................................................................5
G. Sisik Cosmoid ...................................................................................5
H. Sisik Ganoid.......................................................................................5
I. Sisik Ctenoid......................................................................................6
J. Pewarnaan Pada Sistem Integumen ..................................................7
K. Organ Cahaya ....................................................................................9
L. Kelenjar Beracun................................................................................10
M. Daftar Pustaka ...................................................................................11

2
A. Pengertian Sistem Integumen
Sistem integument merupakan bagian tubuh yang berhubungan
langsung dengan lingkungan luar. Sistem ini tersusun dari dua lapisan yaitu
epidermis dan dermis. Pada lapisan epidermis terbentuk dari sel-sel yang
selalu basah dan mengalami multiplikasi dan disebut stranum germinativum.
Lapisan dermisnya merupakan lapisan yang kaya atas pembuluh darah,
pembuluh syaraf, jaringan ikat, dan chromatophore

B. Fungsi Sistem Integumen


Sebagai pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau
penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya,
termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya,sebagai
alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat penerima rangsangan,sebagai
alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu.

C. Kulit Pada Sistem Integumen


Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang disebut epidermis
dan lapisan dalam yang disebut dermis atau corium
Epidermis
selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh selsel yang berbentuk
piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis bagian dalam
terdiri dari lapisan sel yang selalu giat mengadakan pembelahan untuk
mengantikan sel-sel sebelah luar yang lepas dan untuk persediaan
pengembangan tubuh. Lapisan ini dinamakan stratum germinativum (lapisan
Malphigi).
Dermis
Lebih tebal daripada epidermis dan tediri dari sel-sel yang susunannya lebih
kompak. Lapisan ini berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang
bersisik. Derivat-derivat kulit juga dibentuk dari lapisan ini. Pada dermis ini
terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat.

3
D. Lendir Pada Sistem Integumen
Umumnya ikan yang tidak memproduksi lendir yang lebih banyak dan
tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi
kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang
dapat menghasilkan suatu zat (semacam glycoprotein) yang dinamakan mucin.
Jika zat tersebut bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir
dan menyebabkan kulit pada bagian epidermis ini selalu basah.

Lendir juga berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat
berenang dengan cepat, mencegah infeksi dan menutup muka. Ini juga
berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah
keluar masuknya air melalui kulit. Pada beberapa ikan tertentu menggunakan
lendir sebagai alat perlindungan pada saat terjadi kekeringan, misalnya
ikan paru-paru (Protopterus) yang menanamkan diri pada lumpur selama
musim panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim
penghujan tiba.

Sedangkan pada ikan belut lendir digunakan untuk mempertahankan diri


dari mangsa khususnya manusia yang membuat tubuhnya licin dan sulit
digenggam. Beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk melindungi
telur dari gangguan luar, misalnya anggota dari genus Trichogaster.

E. Pengertian Sisik
Bentuk, ukuran, dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran
bagaimana kehidupan ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran
yang beraneka macam. Sisik ikan memiliki sifat yang berbeda-beda tergantung
dari ikannya itu sendiri, ada yang bersisik keras, ada yang bersisik lembut,
bersisik tipis, bersisik tebal dan lain-lain.
Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik dibuat dari
lapisan dermis. Pada beberapa ikan sisiknya mengeras karena bahan yang
dikandungnya, sehingga sisik tersebut menjadi semacam rangka luar.
Ikan yang bersisik keras terutama ditemukan pada ikan-ikan yang masih
primitif. Sedangkan pada ikan modern kekerasan sisiknya sudah tereduksi
menjadi sangat fleksibel.
Disamping ikan-ikan yang bersisik, juga banyak terdapat ikan yang
sama sekali tidak bersisik, misalnya ikan-ikan yang termaksud kedalam
subordo Siluroidea (Ikan jambal Pangasius pangasius, lele Clarias batrachus,
dan belut sawah Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi, sebagaimana yang
telah dikemukakan, mereka mempunyai lendir yang lebih tebal sehingga
badannya menjadi lebih licin. Sisik pada “paddle fish” (Polyodon) di Amerika
Utara hanya terdapat pada bagian operculum dan bagian ekor. Pada ikan mas
kaca (Cyprinus carpio var.) sisiknya besarbesar dan tidak merata, kadang-
kadang hanya terdapat di sepanjang linea lateralisnya. Ikan sidat, eel

4
(Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi
sisiknya kecil-kecil dan dilapisi lendir yang tebal.

F. Sisik Placoid
Sisik ini merupakan karakteristik bagi ikan bertulang rawan. Bentuk
sisik ini menyerupai bunga mawar dengan dasar bulat. Sisik ini terdiri dari
keeping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu
bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis. Sisik
tersebut  merupakan  struktur ekoskeleton yang primitive yang mempunyai
titik perkembangan menuju ke lembaran sisik  yang biasa  terdapat  pada 
osteichthyes  yang  terdiri atas  lempeng  dasar,  tangkai  sentral  dan  duri.
Bagian yang lunak dari  sisik ini  (pulp) berisikan pembuluh  darah  dan 
saraf  yang  berasal  dari dermis.
Sisik placoid dibangun oleh dentine sehingga sering disebut dermal
dentine yang di dalamnya terdapat rongga pula. Pertumbuhan dari sisik
placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya
pengelompokan dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi
lebih nyata membentuk papilla dermis yang mendesak epidermis yang ada di
sebelah permukaan.

G. Sisik Cosmoid
Sisik cosmoid hanya terdapat pada ikan fosil dan ikan primitif.
Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan, berturut-turut dari luar adalah
1. vitrodentine yang dilapisi oleh semacam enamel,
2. cosmine yang merupakan lapisan yang kuat, dan noncellular,
3. isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang.
Pada lapisan isopedine terdapat pembuluh-pembuluh kecil. Yang
menarik perhatian dari sisik ini adalah pertumbuhan sisik ini hanya pada
bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang
menutup permukaan.

H. Sisik Ganoid
Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan
Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni
lapisan terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-
organik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling
dalam adalah isopedine.Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian
atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae,
Acipenceridae dan Polyodontidae. Sisik ganoid terdiri dari beberapa lapisan.
Lapisan terluar dinamakan ganoine yang materialnya terdiri dari garam-garam
anorganik. Dibawahnya terdapat lapisan seperti cosmine, dan lapisan paling
dalam adalah isopedine. Berbeda dengan sisik cosmoid, sisik ganoid tumbuh
dari atas dan bawah. Ikan yang memiliki sisik tipe ganoid ini antara lain
Polypterus, Lapisostidae, Acipenceridae, dan Polyodontidae.

5
I. Sisik Ctenoid dan Cycloid
Sisik cycloid dan stenoid terdapat pada golongan ikan Teleostei,
dimana masing-masing terdapat pada golongan ikan bejari-jari sirip lemah
(Malacopterygii) dan golongan ikan berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii).
Dibandingkan dengan ketiga sisik terdahulu, kedua sisik ini kepipihannya
sudah tereduksi menjadi sangat tipis, fleksibel, transparant, dan tidak
mengandung dentine maupun enamel. Pertumbuhan sisik ini terjadi pada
bagian atas maupun bawah. Bagian sisik yang menempel pada bagian tubuh
hanya sebagian, kira-kira separuhnya. Penempelannya secara tertanam
kedalam sebuah kantong kecil didalam dermis dengan susunan seperti genting.
Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) dengan warna lebih
gelap daripada bagian depannya (anterior), karena bagian belakangnya
mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (yang
tertanam dalam tubuh) transparan dan tidak bewarna. Susunan sisik yang
seperti genting tersebut akan mengurangi gesekan dengan air sehingga ikan
dapat berenang lebih cepat. Bagian-bagian sisik cycloid pada dasarnya sama
dengan sisik stenoid, kecuali bagian posterior sisik stenoid dilengkapi dengan
ctenii (semacam gerigi kecil). Fokus merupakan titik awal perkembangan sisik
dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.
Pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi
kecil). Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, Pertumbuhan pada
tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau
enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan
transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di
dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan
dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Contoh ikan mola-mola.
Cycloid : pertumbuhan berlangsung dengan membentuk lingkaran
tambahan yang konsentris. Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei,
tidak di lengkapi dengan gerigi kecil pada sisik. Pertumbuhan pada tipe sisik
ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan
kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan.
Contoh ikan dengan tipe sisik cycloid adalah ikan salmon, ikan mas.

6
J. Pewarnaan Pada Sistem Integumen

Umumnya ikan laut yang hidup di lapisan atas berwarna keperak-perakan, bagian
tengah kemerah-merahan dan dibagian bawah (dasar) ungu atau hitam.

            Warna ikan tersebut disebabkan oleh schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan
biochrome (pigmen pembawa warna). Schermacrome putih terdapat pada rangka, gelembung
renang, sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna-warna pelangi terdapat pada
sisik, mata dan membran usus.
            Beberapa jenis pigmen pembawa warna adalah :
1.      Carotenoid         :  warna kuning, merah dan corak lainnya
2.      Cromolipid         :  warna kuning sampai coklat.
3.      Indigoid :  warna biru, merah dan hijau.
4.      Malanin              :  warna hitam dan coklat.
5.      Porphirin            :  warna merah, kuning, hijau, biru dan coklat.
6.      Flarin                  :  warna kuning tetapi sering dengan flourensi kehijau-hijauan.
7.      Purin                   :  warna kuning dan keperakan-perakan.
8.      Prerin                  :  warna putih, kuning, merah, dan jingga.
      Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu iridocyte
(leucophore  dan guanophore) dan chromatophone. Chromatophore dasar ada empat jenis
yaitu erythrophore (merah dan jingga), xanthophore (kuning), melanophore (hitam)
dan leucophore (putih).
            Warna tubuh pada ikan mempunyai banyak fungsi. Lagler et al, (1997) dalam Sjafei
et al, (1989) mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk
persembunyian, penyamaran, dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian meliputi warna
pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna,
perwarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.
            Pemiripan warna secara umum antara lain antar ikan dengan latar belakangnya
merupakan karakteristik dasar ikan untuk memiripi bayangan dan corak habitat dimana
mereka tinggal.
            Pemiripan warna secara berubah merupakan kemampuan ikan untuk mengubah warna
tubuhnya secara perlahan-lahan atau cepat seakan-akan untuk dapat menyamai latar
belakangnya dengan lebih sempurna. Beberapa variasi pemiripan warna terjadi bersamaan
dengan tahap-tahap kehidupannya.
            Pemudaran warna pada ikan berfungsi untuk mengurangi kejelasan ikan tersebut dari
sekelilingnya sehingga kabur. Salah satu bentuk pemudaran warna ini ialah “counter
shadding”; dimana ikan mempunyai bagian dorsal yang berwarna lebih gelap daripada bagian
vetralnya. Keadaan demikian ini cenderung membuat mereka tampak seperti bidang datar
bagaikan banyangan (prinsip Thayer)
            Perwarnaan terpecah merupakan suatu upaya untuk mengaburkan pandangan terhadap
tubuh ikan. Bila permukaan tubuh ikan mempunyai garis-garis warna atau corak kontras yang
tidak teratur, maka garis-garis tersebut akan cenderung mengaburkan padangan hewan lain
yang meliputi ikan itu.
            Pewarnaan terpecah koinsiden merupakan suatu kamuflese khusus, dengan cara
membentuk suatu corak yang menyerupai suatu organ tubuh. Sebagai contoh pada ikan kupu-
kupu (Forcipiger longirostris).

7
            Penyamaran merupakan suatu upaya untuk menyerupai suatu benda tertentu, bukan
saja terhadap warna tetapi juga bentuk dan tingkah laku. Ikan Monocanthus
polycanthus dan Oliogoplites saurus tampak menyerupai daun. Bentuk lepu tembaga
(Synanceja horrida) mirip batu.
            Pemiripan warna secara berubah merupakan kemampuan ikan untuk mengubah warna
tubuhnya secara perlahan-lahan atau cepat seakan-akan untuk dapat menyamai latar
belakangnya dengan lebih sempurna. Beberapa variasi pemiripan warna terjadi secara
bersamaan dengan tahapan-tahapan kehidupannya. Ketika hidup di sungai ikan “rainbow
trout” (Salmo gairdneri) bewarna-warni, termaksud noktah-noktah gelap (pada waktu muda),
dan sisi tubuh yang bewarna jingga (pada saat dewasa). Di laut ikan ini punyai warna tubuh
yang bertingkat, di bagian dorsal bewarna biru, kemudian di bagian sisi bewarna keperak-
perakan, dan putih di bagian perut. Perubahan warna sering pula terjadi berhubungan dengan
musim, dengan siang dan malam, dan sering berhubungan dengan sesaat dengan kondisi di
habitatnya. Pemiripan warna secara berubah ini diatur oleh interaksi saraf dan hormon.
  Pemudaran warna pada ikan berfungsi untuk mengurangi kejelasan ikan tersebut dari
sekelilingnya sehingga kabur. Salah satu pemudaran warna ini ialah ”counter shading”
dimana ikan mempunyai warna di bagian dorsal yang lebih gelap daripada bagian ventralnya.
Keadaan yang demikian ini cenderung membuat mereka seperti bidang datar bagaikan
bayangan (prinsip Thayer). Counter shading tidak ditemukan pada ikan yang tinggalnya di
lubang-lubang. Demikian juga yang hidup pada kedalaman lebih dari 500 meter, dimana
cahaya sedikit atau tidak ada sama sekali, tidak mempunyai counter shading. Biasanya ikan-
ikan yang hidup ditempat yang kurang mendapat sinar matahari, tubuhnya berkisar bewarna
ungu, coklat atau hitam.
Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya untuk mengaburkan padangan
pada tubuh ikan. Bila tubuh ikan mempunyai garis-garis warna atau corak kontras yang tidak
teratur, maka garis-garis tersebut cenderung mengaburkan pandangan hewan lain yang
melihat ikan tersebut. Pewarnaan terpecah koinsiden merupakan suatu kamuflase khusus,
dengan cara membentuk suatu corak yang menyerupai suatu organ tubuh. Sebagai contoh
pada ikan kupu-kupu (Forcipiger longirostris) yang hidup di karang-karang, juga beberapa
spesies ikan lainnya, terdapat jalur hitam yang melalui kepala dan matanya, sedangkan pada
bagian badan yang lain ada tanda yang menyerupai mata. Warna yang demikian digunakan
untuk memecah bentuk ikan atau mengaburkan bentuk asli ikan.

Penyamaran adalah suatu cara untuk menyerupai suatu benda tertentu, bukan saja
terhadap warna tetapi juga bentuk dan tingkah laku. Ikan gars (Lapisosteus sp.) baik yang
muda maupun yang tua mengapungkan dirinya di permukaan air tanpa bergerak sama sekali,
sehingga menjadikan dirinya mirip batang atau ranting-ranting tumbuhan dalam bentuk
maupun warna. Ikan Monacanthus polycanthus dan Oligoplites saurus tampak menyerupai
daun. Bentuk ikan lepu tembaga (Synancaya horrida) mirip batu. Diatas telah dikemukakan
bahwa warna berfungsi untuk menyembunyikan diri, maka pada beberapa jenis ikan bentuk
pewarnaannya justru cenderung sebagai pemberitahuan. Diantara sejumlah anggota famili
Percidae terdapat ikan air tawar yang corak warnanya sangat cemerlang, pewarnaan yang
demikian ini dimungkinkan bermakna untuk pengenalan seksual.

8
K. Organ Cahaya

Terdapat dua sumber cahaya yang dikeluarkan oleh ikan dan keduanya terdapat pada
kulit, yaitu cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup bersimbiose dengan ikan dan
cahaya yang dikeluarkan oleh ikan itu sendiri. Ikan yang dapat mengeluarkan cahaya
umumnya tinggal di bagian laut dalam dan hanya sedikit yang hidup di perairan dangkal.
            Sel pada kulit ikan yang dapat mengeluarkan cahaya tersebut sel cahaya
atau photopore (photocyte). Sel ini terdapat pada golongan ikan Elasmobranchii (Spinax,
Etomopterus, Benthobathis moresbyi) dan teleostei (Stomiatidae, Myctophiformes,
Batrachhoididar).
            Ikan-ikan famili Macroridae, Gadidae, Monocentridae, Anomalopidae, Leiognathidae,
Serranidae, dan Saccopharyngidae mempunyai cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang
hidup bersimbiose dengan ikan.
            Fungsi organ cahaya pada ikan adalah sebagai tanda pengenal individu ikan sejenis,
untuk memikat mangsa, menerangi lingkungan sekitarnya, mengejutkan musuh dan
melarikan diri, sebagai penyesuaian terhadap ketiadaan sinar di laut dan sebagai ciri ikan
beracun.
Cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup bersimbiosis dengan ikan,
misalnya terdapat pada ikan-ikan dari famili Macroridae, Gadidae, Honcentridae,
Anomalopodidae, Leiognathidae, Serranidae, dan Saccopharyngidae. Di Laut Banda ikan
leweri batu

(Photoblepharon palpebatrus) dan leweri air (Anomalops katoptron), yang keduanya


termaksud kedalam famili Anomalopodidae, mempunyai bakteri cahaya yang terletak
dibawah matanya. Kedua ikan tersebut hidup di perairan dangkal. Anomalops mengeluarkan
cahaya yang berkedap-kedip secara teratur yang dikendalikan oleh organ cahaya yang keluar
masuk suatu kantong pigmen hitam dibawah mata. Photoblepharon menunujukan suatu
cahaya yang menyala terus, tetapi dapat pula dipadamkan oleh suatu lipatanjaringan hitam
yang menutupi organ cahayanya.
Bakteri yang dapat mengeluarkan cahaya terdapat didalam kantung kelenjar di
epidermis. Pemantulan cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri diatur oleh jaringan yang
berfungsi sebagai lensa. Pada bagian yang berlawanan dengan lensa banyak pigmen
yang berfungsi sebagai pemantul. Ada juga kelenjar yang berisi bakteri itu dikelilingi oleh
sel-sel pigmen itu seluruhnya. Pemencaran cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri diatur oleh
konstraksi pigmen yang berfungsi sebagai iris mata.
 Pada ikan Malacochepalus (yang hidup di laut dalam), pengeluaran cahayanya
mempunyai peranan dalam pemijahan. Kekuatan cahayanya dapat menerangi sampai sejauh
10 meter dengan panjang gelombang 410 – 600 mμ. Pada musim pemijahan, bila ikan jantan
bertemu dengan ikan betina, maka si jantan akan membimbing betinanya untuk mencari
tempat yang baik untuk berpijah. Cahaya yang dikeluarkan oleh ikan jantan dipakai sebagai
isyarat untuk diikuti oleh si betina.
Angler fish (Linophyrin bravibarbis) yang terdapat di dasar laut mempunyai tentakel
yang bercahaya. Diduga ikan ini mempunyai kultur bakteri yang terdapat pada kulitnya.
Tentakel yang ujungnya mempunyai jaringan yang membesar itu digerakan diatas kultur
bakteri tersebut, sehingga bakteri yang bercahaya terbawa oleh tentakel untuk menarik
perhatian mangsanya. Jadi fungsi organ cahaya pada ikan ialah sebagai tanda pengenal
individu ikan sejenis, untuk memikat mangsa, menerangi lingkungan sekitarnya, mengejutkan

9
musuh dan melarikan diri, sebagi penyesuaian terhadap ketiadaan sinar di laut dalam dan
diduga sebagai ciri ikan beracun.

L. Kelenjar Beracun

Kelenjar beracun merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Kelenjar


baracun ini bukan saja dipergunakan untuk mempertahankan diri, tetapi juga untuk
menyerang dan mencari makanan. Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar
beracun antara lain ikan-ikan yang hidup di sekitar karang, ikan lele dan sebangsanya
(Siluridae) dan golongan Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae, Myliobathidae).
Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga terkenal beracun, tetapi racunnya bukan
berasal dari integumennya melainkan dari kelenjar empedu (hepar). Ikan lepu ayam (Petrois
volintas  dan Petrois russeli), lepu angin (Scorpaena guttata) dan lepu tembaga (Synanceja
horrida) mempunyai racun jari-jari keras, sirip punggung, sirip anal dan sirip perut. Beberapa
anggota Siluridae yang beracun misalnya adalah : sembilang (Plotosus canius), lele (Clarias
batrachus), keting (Ketengus thypus), manyaung (Arius thalasinus).  Kelenjar beracun ikan
pari (Dasyatis sp) terdapat pada duri ekornya. Duri ini tersusun dari bahan yang disebut
vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri tersebut terdapat gerigi yang bengkok ke dalam.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://sistemintergumen.blogspot.com/2015/12/sistem-integumen.html

11

Anda mungkin juga menyukai