Anda di halaman 1dari 20

Bab 30.

Evolusi (XII)
EVOLUSI
STANDAR KOMPETENSI :
Siswa mampu memahami teori evolusi serta implikasinya pada salingtema
KOMPETENSI DASAR :
Siswa mampu menjelaskan teori, prinsip, dan mekanisme evolusi biologi
Apa yang akan dipelajari ?
1.    Teori-teori evolusi. Evolusi menjelaskan perkembangan makhluk hidup secara bertahap
dalam jangka waktu lama dari bentuk sederhana menuju bentuk yang lebih kompleks. Ada
beberapa teori yang dapat menjelaskan perubahan makhluk hidup secara evolusi, antara lain teori
Lamarck. Teori Darwin, Teori Wallace, Teori Weismann.
2.    Faktor, petunjuk pendukung evolusi. Fenomena evolusi menjelaskan perubahan makhluk
hidup karena seleksi alam dan bersifat menurun. Adanya evolusi dapat diperlihatkan melalui
fosil, (kuda, gajah, dll.), homologi, embriologi perbandingan, dll.
3.    Mutasi dan evolusi.Mutasi menjadi faktor yang menentukan terjadinya evolusi. Mutasi
yang berjalan terus-menerus dapat mengakibatkan munculnya varietas baru yang berbeda dengan
moyangnya yang mengakibatkan terjadinya proses evolusi.
4.    Mekanisme evolusi.Mekanisme evolusi menjelaskan peristiwa evolusi yang dapat
disebabkan oleh adanya mutasi gen dan seleksai alam pada suatu populasi. Mekanismenya dapat
dijelaskan dengan Hukum Hardy-Weinberg yang menunjukkan hubungan antara frekuensi gen
dan frekuensi genotip pada suatu populasi, dengan persyaratan tertentu.
Pendahuluan
Evolusi (dalam kajian biologi ) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi
organism dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Evolusi : merupakan proses perubahan makhluk hidup secara lambat dalam waktu yang sangat
lama, sehingga berkembang menjadi berbagai spesies baru yang lebih lengkap struktur tubuhnya.
Menurut teori evolusi, makhluk hidup yang sekarang berbeda dengan makhluk hidup jaman
dahulu. Nenek moyang makhluk hidup sekarang yang bentuk dan strukturnya (mungkin) berbeda
mengalami perubahan-perubahan baik struktur maupun genetis dalam waktu yang sangat lama,
sehingga bentuknya jauh menyimpang dari struktur aslinya dan akhirnya menghasilkan berbagai
macam spesies yang ada sekarang. Jadi tumbuhan dan hewan yang ada sekarang bukanlah
makhluk hidup yang pertamakali berada di bumi, tetapi berasal dari makhluk hidup di masa
lampau.
Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan
seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada
keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme
bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh
dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada
spesies yang bereproduksi secara seksual  kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh
rekombinasi genetika,  yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika
perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam  dan hanyutan genetik. Seleksi
alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi –
dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu
dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih
banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini.
Setelah beberapa generasi, adaptasi  terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi
secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa
Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada
frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat
akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan
berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme. Proses ini
mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara
organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita
kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan
ini
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan
biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori yang menjelaskan
penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup
telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu
ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada
publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin,  On the Origin of Species yang menjelaskan dengan
detail teori evolusi melalui seleksi alam Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan
teori evolusi dalam komunitas ilmiah.  Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan
dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi modern,  yang
menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan
penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan
pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan
penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin,  namun sebenarnya biologi
evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles.  Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan, 
pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi
pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi
alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa
evolusi.
Ada dua macam evolusi,yaitu :
1. Evolusi progressif merupakan proses evolusi yang menuju kemungkinan dapat bertahan
hidup ( survive ) sehingga menghasilkan spesies baru.
2. Evolusi regressif merupakan evolusi menuju kemungkinan mengalami kepunahan.
A.  Teori Evolusi
Makhluk hidup selalu mengalami perubahan secara berlahan-lahan dalam jangka waktu yang
lama, perubahan tersebut dapat menyimpang dari struktur aslinya sehingga muncul jenis atau
species baru. Dengan demikian tumbuhan dan hewan yang ada sekarang berasal adri makhluk
hidup masa lampau.
Beberapa ilmuwan yang menyampaikan pandangan-pandangannya tentang evolusi :
1. Jean Baptiste Lamarck
Mengemukakan bahwa ;
a. Alat – alat tubuh yang sering digunakan akan tumbuh membesar, sebaliknya organ tubuh yang
tidak pernah digunakan akan menyusut bahkan hilang.
b. Hukum peneurunan sifat-sifat yang baru yang diperoleh artinya bahwa sifat-sifat baru karena
sering digunakan atau tidak digunakannya bagian-bagian tubuh tersebut akan diturunkan kepada
keturunannya.
Contoh : J.B.Lamarck mengansumsikan bahwa kaki depan dan leher jerapah menjadi panjang
karena kebiasaan mencapai dedaunan di pohon yang tinggi dan sifat baru ini diturunkan kepada
genarasi berikutnya.

Gambar
8.1. Teori Lamarck tentang Leher jerapah
2. Charles Darwin
Seorang naturalis berkebangsaan Inggris. Ia menyatakan bahwa evolusi berlangsung karena
adanya proses seleksi alam (natural selection). Yang dimaksud seleksi alam adalah: proses
pemilihan yang dilakukan oleh alam terhadap variasi makhluk hidup di dalamnya. Hanya
makhluk hidup yang memiliki variasi sesuai dengan lingkungan yang bisa bertahan hidup,
sedang yang tidak sesuai akan punah. Organisme yang bisa hidup inilah yang selanjutnya akan
mewariskan sifat-sifat yang sesuai dengan lingkungan pada generasi berikutnya.

Gambar 8.2.
Teori Darwin  tentang Leher jerapah
Pendapat Darwin mengenai penjang leher jerapah
Sebagai pembanding dengan teori Lamarck, panjang leher jerapah dapat dijelaskan dengan teori
Darwin sebagai berikut. Nenek moyang jerapah punya variasi panjang leher, ada yang berleher
pendek dan ada yang berleher panjang. Karena terjadi bencana kekeringan, lingkunganpun
berubah dan, berlangsunglah proses seleksi alam. Jerapah berleher pendek tidak dapat mencari
makan dengan menjangkau daun-daun di pohon sehingga tidak bisa bertahan hidup. Sebaliknya
jerapah berleher panjang tetap dapat memperoleh makanan dari daun-daun di pohon sehingga
dapat bertahan hidup. Karena mampu bertahan hidup maka jerapah tersebut mampu berbiak dan
mewariskan sifat adaptif yaitu leher panjang pada generasi berikut. Itulah sebabnya semua
jerapah sekarang berleher panjang.
Teori yang di kemukakan Darwin sangat dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
1. Ekspedisinya ke kepulauan Galapagos (Galapagos = kura-kura raksasa). Di tempat ini
Darwin menemukan berbagai macam bentuk paruh burung Finch. Terjadinya
keanekaragaman ini disebabkan oleh perbedaan jenis makanannya.
2. Pendapat Charles Lyell  dalam bukunya “Principles of Geology” yang menyatakan
bahwa batuan, pulau, dan benua selalu mengalami perubahan. Menurut Darwin peristiwa
ini kemungkinan dapat mempengaruhi makhluk hidup.
3. Pendapat Thomas Robert Malthus dalam bukunya “An Essay on the Principle of
Population”  yang menyatakan adanya kecenderungan kenaikan jumlah penduduk lebih
cepat daripada kenaikan produksi pangan.
Hal ini menurut Darwin menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk  kelangsungan hidup
tentang evolusi didasarkan pada pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
1. Tidak ada dua individu yang sama.
2. Setiap makhluk hidup punya kemampuan untuk berkembang biak.
3. Untuk berkembang biak perlu makanan dan ruang yang cukup.
4. Bertambahnya makhluk hidup tidak berjalan terus menerus.
Selain dari hasil ekspedisi di benua Amerika Selatan, teori evolusi Darwin didasarkan atas
pengetahuannya ketika ia mempelajari buku “Principles of Geology” karya Charles Lyell (1830)
dan buku “An Essay on The Principles of Population” karya Robert Malthus.
Berdasarkan tiga hal tersebut akhirnya Darwin menulis bukunya “On the Origin of Species by
Means of Natural Selection” yang berisi dua hal pokok:
1). spesies yang ada sekarang ini berasal dari spesies yang hidup di masa lampau, dan
2). evolusi terjadi melalui proses seleksi alam
Contoh-contoh konsep yang mendukung teori Darwin
1.  Percobaan August Weismann
Untuk membuktikan apakah lingkungan menyebabkan perubahan sifat yang menurun (teori
Lamarck) Weismann melakukan percobaan dengan memotong ekor tikus, lalu mereka
dikawinkan. Ternyata anak tikus yang lahir tetap berekor panjang. Lalu anak tikus tersebut
dipotong lagi ekornya dan dikawinkan lagi, ternyata keturunan selanjutnya tetap berekor
panjang. Langkah itu dilakukan sampai dengan 21 generasi dan keturunan yang lahir ternyata
tetap berekor panjang.
Dari apa yang dilakukan, Weismann mengambil kesimpulan bahwa perubahan sel tubuh karena
pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan kepada  keturunannya. Evolusi adalah proses yang
menyangkut seleksi alam terhadap factor genetika  Individu yang memiliki variasi genetik yang
sesuai dengan lingkungan yang akan lestari dan memiliki kesempatan mewariskan gen yang
adaptif pada generasi berikut.
Weismann tidak menentang teori evolusi Darwin, namun justru menjelaskan teori Darwin.
Menurut Weismann, perubahan sel-sel tubuh akibat pengaruh lingkungan tidak diwariskan pada
keturunannya. Evolusi menyangkut pewarisan gen-gen melalui sel-sel kelamin. Hal ini bermakna
bahwa evolusi berkaitan dengan gejala seleksi alam terhadap faktor-faktor genetik.
Weismann berpendapat bahwa sifat leher panjang dan leher pendek pada jerapah dikontrol oleh
gen. Gen untuk leher panjang bersifat dominan, sedangkan gen untuk leher pendek bersifat
resesif. Oleh karena itu, jerapah berleher panjang merupakan keturunan yang bersifat homozigot
dominan atau heterozigot. Sebaliknya, jerapah berleher pendek merupakan keturunan yang
bersifat homozigot resesif. Jerapah berleher pendek yeng homizigot resesif tidak mampu
beradaptasi dengan lingkungannya sehingga punah.
B.  Pengertian Kesempatan dalam Proses  Evolusi ( Teori Oportunisme )
Untuk dapat memahami masalah evolusi, perlu dipahami pengertian-pengertian berikut :
1. Pengertian Spesies
Populasi-populasi yang masih mungkin mengadakan pertukaran gen dikatakan termasuk
dalam satu spesies.
Variasi atau perbedaan morfologi fisiologi ataupun kelakuan tidak menjadi alasan
dipisahkannya dua populasi menjadi dua spesies yang berbeda.
2. lsolasi Reproduksi
Barier (hambatan) geografik dapat memungkinkan terjadinya pemisahan dua populasi
(allopatric) keadaan ini memungkinkan terjadinya isolasi reproduksi meskipun kedua
populasi tersebut berada dalam satu lingkungan kembali (sympatrik).
3. Macam-macam Isolasi Intrinsik
a.  Mekanisme yang mencegah/menghalangi terjadinya perkawinan:
1)   Isolasi ekogeografi
Dua populasi yang terpisah oleh hambatan fisik, dapat menjadi berbecla begitu khusus sesuai
dengan lingkungannya. Apabila pada suatu saat kedua populasi tersebut dikumpulkan menjadi
satu, keduanya ticlak akan mampu saling mengadakan perkawinan. Hal ini disebabkan karena
keduanya tidak dapat lagi menyesuaikan diri pada kondisi yang baru. Mereka telah memperoleh
perubahan genetik akibat dari keadaan sekelilingnya. Sebagai contoh adalah tanaman Platanus
occidentalis dan Platanus orientalis. Keduanya dapat diserbukkan secara buatan dengan hasil
keturunannya tetap, fertil. Namun penyerbukan secara alam tidak pemah terjadi karena masing-
masing hanya dapat hidup di lingkungannya sendiri. Dalam hal ini mereka tidak hanya terpisah
secara geografi saja tetapi juga secara genetik.
2)    Isolasi habitat
Antara. dua populasi simpatrik yang menghuni daerah yang berbeda lebih sering terjadi
perkawinan daripada antara sesama populasi setempat namun berbecla sifat- sifat genetiknya.
Dapat dikemukakan sebagai contoh adalah katak Bufo fowleri dan Bufo americanus. Keduanya
dapat kawin dan menghasilkan keturunan yang fertil. Kalau pada suatu waktu tempat tinggalnya
bercampur ternyata bahwa Bufo fowleri akan lebih banyak mengadakan perkawinan dengan
sesamanya dibanding dengan Bufo americanus. Hal ini disebabkan karena Bufo fowleri akan
memilih tempat tinggalnya untuk kawin di air yang tenang, sedangkan Bufo americanus di
kubangan-kubangan air hujan.
3)    Isolasi iklim
musim Pinus radiata dan Pinus muricata keduanya terclapat di beberapa tempat di California dan
tergolong simpatrik. Kedua jenis Pinus tersebut dapat disilangkan tetapi perkawinan silang ini
boleh dikatakan tidak pernah terjadi di alam. Hal ini disebabkan karena perbedaan masa
berbunga Pinus radiata terjadi pada awal Februari sedang Pinus muricata pada bulan April.
Berikut ini adalah contoh empat jenis katak yang tergolong pada genus Rana. Meskipun hidup di
daerah yang sama tetapi tidak terjadi persilangan, karena perbedaan masa aktif perkawinan.
4)   Isolasi perilaku
Pada berbagai jenis ikan ternyata kelakuan meminang ikan betina oleh ikan jantan berbeda.
Sebagai contoh diambil 2 perbandingan sebagai berikut : Yang satu : membuat sarang dengan 2
lubang untuk masuk dan keluar, sarang digantungkan pada tumbuhan air. Yang lain : pada sarang
hanya ada satu lubang ialah tempat masuk saja, sarang dibuat pada dasar kolam.
5)    Isolasi mekanik
Yang dimaksud dengan isolasi mekanik adalah hal yang menyangkut struktur yang berkaitan
dengan peristiwa perkawinan itu sendiri. Misal bila hewan jantan dari suatu spesies jauh lebih
besar ukurannya daripada jenis betina. Atau jika alat kelamin yang jantan mempunyai bentuk
yang sedemikian rupa sehingga tidak dapat cocok dengan alat kelamin yang betina. Pada
beberapa makhluk bentuk alat kelamin itu sedemikian rupa hingga dalam hal ini berlaku apa
yang disebut sistem “lock and key” (kunci dan gembok), tetapi pada kebanyakan makhluk
tidaklah demikian. Pada hewan kaki sejuta yang termasuk genus Brochoria dijumpai bahwa
bentuk alat kelamin pada yang jantan berbeda-beda hingga sering digunakan sebagai titik tolak
untuk klasifikasi, tetapi pada yang betina bentuknya serupa. Isolasi mekanik semacam ini pada
tumbuhan ternyata lebih berpengaruh dibanding dengan pada hewan, terutama yang berkaitan
dengan hewan penyebar serbuk sari. Seperti disinggung di muka tentang adaptasi maka ada
kekhususan bentuk bunga dalam hubungannya dengan hewan penyebar serbuk sari.
b. Mekanisme yang mencegah terjadinya hibrida:
1). Isolasi gamet
Sebagaimana diketahui peristiwa penyerbukan tidak tentu mengakibatkan peristiwa fertilisasi.
Pada percobaan menggunakan Drosophila virilis dan Drosophila americana, dengan inseminasi
buatan maka sperma dari jenis jantan tidak dapat mencapai sel telur karena tidak dapat bergerak
sebagai akibai adanya cairan penghambat dalarn saluran reproduksi. Pada spesies Drosophila lain
mekanismenya berbeda; pada waktu sperma masuk dalam saluran reproduksi, saluran tersebut
membengkak hingga sperma-sperma tersebut mati. Peristiwa isolasi garnet juga dijumpai pada
tanaman tembakau dalam hal ini meskipun serbuk sari sudah diletakkan pada stigma tetapi tidak
terjadi fertilisasi karena inti dari serbuk sari tersebut tidak dapat mencapai inti telur dalam ovula.
2).  Isolasi perkembangan
Pada Rana pipiens terjadi peristiwa fertilisasi Yang berhasil tetapi embrionya tidak dapat tumbuh
dan segera mati.
Pada dunia ikan peristiwa semacam ini banyak terjadi; seringkali telur dari suatu spesies dibuahi
oleb sperma dari spesies lain, tetapi segera terjadi seperti halnya pada Rana pipiens di atas.
3). Ketidakmampuan hidup suatu hibrida
Berturut-turut telah dibicarakan peristiwa perkawinan yang tidak dapat berlangsung karena
adanya hambatan geografi, perubahan genetik, adanya perbedaan musim perkawinan, perbedaan
kelakuan dan akhirnya karena hambatan mekanik. Kalau hambatan ini kita anggap sebagai
hambatan pada langkah pertarna, maka hambatan selanjutnya terjadi pada langkah berikutnya.
Jadi dalam hal ini perkawinan dapat terjadi, tetapi pembentukan gametnya terlambat. Berikumya
adalah peristiwa yang langkah pertarna dan kedua tidak mendapat halangan suatu apa, tetapi
kemudian hambatan terjadi pada langkah berikutnya. Perkawinan dapat berlangsung,
pembentukan garnet dapat terjadi, tetapi embrio yang terjadi tidak dapat tumbuh dan
berkembang. Pada langkah berikutnya adalah peristiwa di mana semua fase tersebut di atas dapat
dilalui dengan selamat tetapi ternyata kemudian perkembangan dari hibrida adal lemah, cacat
dan kebanyakan mati sebelurn dapat mengadakan reproduksi. Dari kejadian tersebut dapat
disimpulkan bahwa tiada pertukaran gen antara kedua induk. Dalarn praktek dijumpai ini pada
tanaman tembakau yang mati sebelum berbunga karena adanya tumor pada bagian vegetatifnya
c. Mekanisme yang mencegah kelangsungan hibrida:
1). Kemandulan hibrida
Hasil perkawinan antara kambing dan biri-biri, berupa keturunan yang steril (mandul). Peristiwa
lebih lanjut lagi dapat terjadi, bahwa hibrida yang terbentuk dapat hidup dengan normal ternyata
steril. Contoh lain kita jumpai pada perkawinan silangan kuda dan keledai. Keturunannya selalu
steril karena sesungguh tidak terjadi pertukaran gen.
2). Eliminasi hibrida karena seleksi
Hibrida fertil disertai keturunannya bila berada dalam suatu rah yang sama dan dapat hidup
dengan normal dapat dianggap seb satu spesies. Tetapi bila hibrida dan keturunannya kurang
mengadakan adaptasi, maka dalarn waktu yang tidak lama semua akan musnah. Antara kedua
induk dalam peristiwa ini memmang benar terjadi pertukaran gen tetapi tidak banyak. Pada umur
perkawinan antara induk yang berasal dari satu spesies menghasilkan keturunan yang lebih
banyak dibanding dengan keturunan dari hibridanya. Akibatnya untuk taraf berikutnya terjadi
koreksi terhadap perkawinan yang keliru tersebut, perkawinan dengan spesies lain. Akibat dari
koreksi tersebut terjadi seleksi hingga dengan demikian pada akhirnya keturunan dari hibrida
tersebut mengalami eliminasi (punah). Dalam keadaan sesungguhnya mekanisme isolasi seperti
tersebut beroperasi dua atau tiga sekali jarang dijumpai hanya satu mekanisme isolasi saja yang
beroperasi.
C.  Petunjuk Pendukung Terjadinya Evolusi
Evolusi dapat dilihat dari dua segi yaitu sebagai proses historis dan cara bagaimana proses itu
terjadi. Sebagai proses historis evolusi itu telah dipastikan secara menyeluruh dan lengkap
sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu tentang suatu kenyataan mengenai masa lalu yang
tidak dapat disaksikan oleh mata. Hal ini berarti bahwa evolusi itu ada dan merupakan suatu
kenyataan yang telah terjadi. Berikut ini merupakan bukti-bukti evolusi yang ada.
1. Ditemukannya fosil di berbagai lapisan batuan bumi
Fosil adalah sisa-sisa hewan atau tumbuhan dari zaman purba yang telah membatu atau bisa
dibilang juga jejak-jejak itu tersimpan dalam bebatuan.
Jarang sekali ditemukan fosil yang utuh secara keseluruhan karena ada banyak faktor yang
menyebabkan hancurnya tubuh organisme yang telah mati, misalnya ajah proses lipatan batuan
bumi, pengaruh air, bakteri pengurai, dan hewan pemakan bangkai. dari berbagai lapisan batuan
tersebut secara kebetulan ditemukan adanya fosil yang menunjukkan adanya perubahan struktur
tubuh secara berangsur-angsur. Dengan membandingkan struktur tubuh tersebut, maka dapat
diambil kesimpulan keadaan lingkungan pada masa lampau berbeda dengan masa sekarang.
Gambar 8.3. Evolusi Kuda  
Dari sekian banyak fosil yang ditemukan, yang paling lengkap dan dapat digunakan sebagai
petunjuk adanya evolusi adalah fosil kuda yang ditemukan oleh Marsh dan Osborn. Dari studi
yang dilakukan dapat dicatat beberapa perubahan dari nenek moyang kuda (Eohippus) yang
hidup 58 juta tahun yang lalu menuju ke bentuk kuda modern sekarang (Equus), yaitu:
1. tubuh bertambah besar, dari sebesar kucing hingga sebesar kuda sekarang
2. leher makin panjang, kepala makin besar, jarak antara ujung mulut hingga bagian mata
menjadi makin jauh
3. perubahan dari geraham depan dan belakang dari bentuk yang sesuai untuk makan daun
menjadi bentuk yang sesuai untuk makan rumput
4. bertambah panjangnya anggota tubuh hingga dapat dipakai untuk berlari cepat, tetapi
bersamaan dengan itu kemampuan rotasi tubuh menurun.
5. adanya reduksi jari kaki dari lima menjadi satu, yaitu jari ketiga yang selanjutnya
memanjang, kemudian disokong teracak.
Untuk menetapkan umur fosil dapat dilakukan dengan dua cara : secara langsung dan tak
langsung.  Secara langsung dengan menetapkan umur batuan tempat fosil ditemukan. Cara yang
ini kurang valid. Secara tak langsung dengan carbon dating menggunakan isotop C 14. Cara yang
kedua ini lebih valid.
2. Perbandingan morfologi
Perbandingan morfologi ada 2 :
Divergensi morfologi adalah perubahan dari bentuk dan struktur tubuh nenek moyang menjadi
bentuk struktur tubuh spesies-spesies berbeda. Konvergensi morfologi adalah perubahan bentuk
dan struktur tubuh yang berbeda pada spesies-spesies yang hubungan evolusinya jauh menjadi
bentuk dan struktur yang sama.
perbandingan dapat diketahui bahwa alat-alat fungsional berbagai binatang dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
a. Homologi
Homologi adalah alat/ organ tubuh yang asal filogenetik serta struktur dalamnya pada dasarnya
sama, namun fungsinya dapat berlainan, misalnya sirip ikan paus fungsinya untuk berenang
diperairan sehingga organ ini menyesuaikan dengan tempat hidupnya di air, homolog dengan
kaki depan anjing atau kuda yang fungsinya untuk berjalan. Sayap burung fungsinya untuk
terbang, sedangkan tangan manusia untuk memegang. Karena arah evolusinya berbeda-beda,
maka terjadilah perubahan adaptif yang berbeda-beda pada organ sehingga fungsi organ tersebut
menjadi berbeda. Homologi alat-alat tubuh pada berbagai mahluk hidup ini merupakan petunjuk
tentang adanya evolusi.

Gambar 8.4. Homologi


b. Analogi
Sedangkan analogi adalah alat-alat tubuh yang mempunyai bentuk dasar yang berbeda namun
karena perkembangan evolusi yang konvergen alat-alat tersebut mempunyai fungsi yang sama/
alat-alat tubuh yang fungsinya sama tetapi asal filogenetik, perkembangan embrional, dan
strukturnya berbeda.
Contohnya sayap burung dan sayap kupu-kupu

Gambar 8.4. Analogi


Ernst Haeckel menyatakan dalam hukum Rekapitulasi yang dikemukakannya bahwa
1). Ontogeni suatu organisme merupakan rekapitulasi (ulangan singkat) dari filogeni. Ontogeni
adalah sejarah perkembangan individu mulai zigot sampai dewasa.
2).  Filogeni adalah sejarah perkembangan makhluk hidup dari bentuk sederhana sampai dengan
bentuk yang paling sempurna (evolusi).
3. Pengaruh penyebaran geografis
Makhluk hidup yang berasal dari satu spesies yang hidup pada satu tempat setelah mengalami
penyebaran ke tempat lain sifatnya dapat berubah. Perubahan itu terjadi karena di tempat yang
baru makhluk hidup tersebut harus beradaptasi demi kelestariannya. Selanjutnya, adaptasi
bertahun-tahun yang dilakukan akan menyebabkan semakin banyaknya penyimpangan sifat bila
dibandingkan dengan makhluk hidup semula.  Dua tempat yang dipisahkan oleh pegunungan
yang tinggi atau samudera yang luas mempunyai flora dan fauna yang berbeda sama sekali.
Perbedaan susunan flora dan fauna di kedua tempat itu antara lain disebabkan adanya isolasi
geografis.
Contohnya adalah mengenai bentuk paruh burung Finch yang ditemukan Darwin di kepulauan
Galapagos. Dari pengamatannya tampak burung-burung Finch tersebut memiliki bentuk paruh
dan ukuran yang berbeda, dan menunjukkan mempunyai hubungan dengan burung Finch yang
ada di Amerika Selatan. Mungkin karena sesuatu hal burung itu bermigrasi ke Galapagos.
Mereka menemukan lingkungan yang baru yang berbeda dengan lingkungan hidup moyangnya.
Burung itu kemudian berkembangbiak dan keturunannya yang mempunyai sifat sesuai dengan
lingkungan akan bertahan hidup, sedang yang tidak akan mati. Karena lingkungan yang berbeda,
burung-burung itu menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang ada di Galapagos. Akhirnya
terbentuklah 14 spesies burung Finch yang berbeda dalam bentuk dan ukuran paruhnya.

 
Gambar 8.4.  bentuk paruh burung Finch yang di kepulauan Galapagos.  
  4. Adanya variasi antar individu dalam satu keturunan
Di dunia ini tidak pernah dijumpai dua individu yang identik sama, bahkan anak kembar
sekalipun pasti punya suatu perbedaan. Demikian pula individu yang termasuk dalam satu
spesies. Misalnya perbedaan warna, ukuran, berat, kebiasaan, dan lain-lain. Jadi antar individu
dalam satu spesies pun terdapat variasi. Variasi adalah segala macam perbedaan yang terdapat
antar individu dalam satu spesies. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh berbagai faktor seperti
suhu, tanah, makanan, dan habitat. Seleksi yang dilakukan bertahun-tahun terhadap suatu spesies
akan menyebabkan munculnya spesies baru yang berbeda dengan moyangnya. Oleh karena itu
adanya variasi merupakan bahan dasar terjadinya evolusi yang menuju ke arah terbentuknya
spesies baru.
5. Alat Tubuh yang Tersisa / Organ Vestigial, Rudimentasi
Organ tubuh yang tidak digunakan semakin lama akan semakin menyusut atau mengalami
reduksi. Namun, beberapa sisa organ tersebut kadang masih dapat ditemukan. Struktur yang
mengalami rudimentasi (mengecil)/ reduksi tersebut disebut organ vestigial. Struktur vestigial
pada mulanya adalah struktur yang memiliki fungsi penting pada nenek moyang tetapi tidak
selamanya digunakan. Alat-alat tubuh yang tersisa tersebut dianggap sebagai bukti adanya proses
evolusi. Contoh :
1. Pada manusia terdapat apendiks (usus buntu) yang merupakan sisa-sisa rudimenter
sebagaian usus besar yang benar-benar buntu, selaput mata pada sudut mata sebelah
dalam, tulang ekor, gigi taring yang runcing.
2. Rangka ular dari beberapa jenis memiliki organ vestigial yang berupa tulang pelvis dan
kaki yang diduga berasal dari nenek moyang.
6. Studi perbandingan biokimia
Bila membandingkan makhluk hidup pada tingkat biokimia, ternyata hasilnya mendukung teori
evolusi. Sebagai contoh, Hb manusia lebih mirip dengan simpanse atau gorilla daripada dengan
anjing atau cacing tanah. Tingkat kemiripan ini menunjukkan manusia lebih dekat
kekerabatannya dengan simpanse atau gorilla daripada dengan anjing atau cacing tanah.
7. Domestikasi
Mengubah tanaman dan hewan liar menjadi tanaman dan hewan yang dapat dikuasai dan
bermanfaat sesuai dengan keinginan manusia adalah akibat dari peristiwa domestikasi. Contoh:
penyilangan burung-burung merpati, sehingga dijumpai adanya 150 variasi burung, yang di
antaranya begitu berbeda hingga dapat dianggap sebagai spesies berbeda. Dalam domestikasi,
manusia melakukan penyilangan agar diperoleh keturunan yang ideal. Jadi, jelaslah bahwa
melalui domestikasi, manusia dapat mengevolusikan makhluk hidup, artinya menghasilkan
varietas yang dikehendaki manusia berdasarkan sifat yang tersedia.
D.    Mekanisme Evolusi
Evolusi menunjukkan perubahan makhluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu yang lama
dan perlahan-lahan yang terjadi dari generasi ke generasi. Mekanisme evolusi berdasarkan
tempat terjadinya evolusi. Pertama, evolusi tidak terjadi di dalam individu. Contohnya, kalaupun
manusia berasal dari makhluk sebelum manusia (katakanlah sejenis kera), hendaknya jangan
dibayangkan bahwa individu kera berangsur-angsur berubah menjadi individu manusia. Kedua,
evolusi terjadi di dalam populasi. Pada peristiwa evolusi terjadi estafet pewarisan sifat orang tua
kepada anak melalui ratusan bahkan ribuan generasi populasi yang berbeda. Populasi itulah yang
merupakan tempat terjadinya perubahan evolusi.
Mutasi  Gen
Mutasi gen merupakan perubahan struktur kimia gen (DNA) yaitu pada basa nukleotidanya,
yang menyebabkan perubahan sifat pada suatu organisme dan bersifat menurun. Pemahaman
mengenai mutasi gen dapat dijelaskan lebih lanjut dengan mempelajari angka laju mutasi dan
frekuensi gen dalam populasi.
Angka laju mutasi merupakan angka yang menunjukkan banyaknya gen yang bermutasi dari
seluruh gamet yang dihasilkan oleh satu individu suatu spesies. Angka laju mutasi suatu spesies
biasanya sangat rendah, yaitu rata-rata 1 : 100.000. Hal ini berarti pada setiap 100.000 gamet
terdapat satu gen yang bermutasi. Meskipun angka laju mutasi sangat kecil, namun tetap menjadi
salah satu mekanisme evolusi yang penting. Alasannya :
1. setiap gamet dapat mengandung beribu-ribu gen;
2. setiap individu mampu menghasilkan ribuan bahkan jutaan gamet; dan
3. jumlah tiap generasi dalam suatu populasi individu sangat banyak.
Umumnya mutasi bersifat merugikan. Peluang terjadinya mutasi yang menguntungkan hanya
sekitar 1 : 1.000, yang berarti pada setiap 1.000 kali mutasi, hanya ada satu mutasi yang
menguntungkan. Meskipun peluang mutasi yang menguntungkan kecil, namun karena jumlah
generasi selama populasi spesies tersebut hidup besar, maka jumlah mutasi yang menguntungkan
juga besar.

Asal-usul Evolusi Tumbuhan


 Post authorBy ekawati
 Post dateOctober 3, 2014
 No Commentson Asal-usul Evolusi Tumbuhan
Asal-usul Evolusi Tumbuhan | Para ahli paleobotani yang mencari asal-usul evolusi
tumbuhan telah lama berdebat tentang apa yang menyusun bukti fosil tertua dari tumbuhan darat.
Pada tahun 1970-an, para peneliti menemukan spora fosil yang berasal dari periode Ordovisium,
berumur lebih dari 475 juta tahun. Walaupun spora fosil mirip dengan spora tumbuhan yang
masih ada, mereka juga memiliki beberapa perbedaan yang mencolok. Misalnya, spora
tumbuhan masa kini biasanya disebarkan sebagai butiran tunggal, namun spora fosil berfusi
bersama ke dalam kelompok yang terdiri dari dua atau empat butir. Perbedaan ini memunculkan
kemungkinan bahwa spora fosil bukan dihasilkan oleh tumbuhan, namun oleh beberapa alga
kerabatnya yang sudah punah. Lebih lanjut, fragmen jaringan tubuh tumbuhan tertua yang sudah
diketahui ternyata lebih muda 50 juta tahun daripada spora-spora yang membingungkan itu.

Pada tahun 2003, para saintis dari Inggris dan Oman, negara di Timur Tengah, menyingkapkan
sedikit misteri ini ketika mereka mengekstraksi spora dari bebatuan berumur 475 juta tahun dari
Oman. Tidak seperti spora-spora ini tertanam dalam materi kutikula tumbuhan yang mirip
dengan jaringan pembawa spora pada tumbuhan yang masih ada saat ini. Setelah
mengungkapkan fragmen-fragmen kecil dari jaringan lain yang jelas-jelas dimiliki oleh
tumbuhan, para saintis menyimpulkan bahwa spora-spora dari Oman merepresentasikan
tumbuhan fosil, bukan alga.

Dari zaman apapun tepatnya tumbuhan darat pertama berasal, spesies-spesies nenek moyang itu
memunculkan tumbuhan darat masa kini yang sangat beraneka ragam. Salah satu cara untuk
membedakan tumbuhan adalah dengan mengetahui apakah mereka memiliki sistem jaringan
vaskular yang ekstensif, sel-sel yang bergabung menjadi tabung-tabung yang mentranspor air
dan nutrien ke seluruh tubuh tumbuhan. Kebanyakan tumbuhan memiliki sistem jaringan
vaskular yang kompleks sehingga disebut tumbuhan vaskular. Tumbuhan yang tidak memiliki
sistem transpor yang ekstensif, lumut hati, lumut tanduk, dan lumut daun yang disebut tumbuhan
nonvaskular, walaupn beberapa lumut daun memiliki jaringan vaskular yang sederhana.
Tumbuhan nonvaskular seringkali disebut secara informal sebagai briofit dari kata Yunani
Bryon, lumut, dan phyton, tumbuhan.

Walaupun istilah briofit umum digunakan untuk merujuk semua tumbuhan nonvaskular, debat
terus berlanjut tentang hubungan antara lumut hati, lumut tanduk, dan lumut daun dan antara
lumut-lumut tersebut dengan tumbuhan vaskular. Sementara beberapa penelitian molekular telah
menyimpulkan bahwa briofit tidak membentuk kelompok monofiletik, beberapa analisis terbaru
terhadap sekuens asam amino dalam kloroplas menyatakan bahwa briofit memang membentuk
satu klad. Terlepas apakah briofit adalah monofiletik atau bukan, mereka memiliki sejumlah ciri
turunan yang sama dengan tumbuhan vaskular, seperti embrio multiselular dan meristem apikal,
meskipun tidak memiliki banyak inovasi seperti tumbuhan vaskular, misalnya akar dan daun
sejati.

Tumbuhan vaskular, yang membentuk sebuah klad yang mencakup sekitar 93% dari semua
spesies tumbuhan, dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi klad-klad yang lebih kecil. Dua dari
klad-klad ini adalah likofit atau (lumut gada dan kerabatnya) dan pterofit (pakir dan kerabatnya).
Tumbuhan pada masing-masing klad ini tidak memiliki biji, alasan mengapa kedua klad tersebut
secara kolektif sering disebut sebagai tumbuhan vaskular tak berbiji. Akan tetapi, tumbuhan tak
berbiji adalah kelompok parafiletik, bukan monofiletik. Kelompok-kelompok seperti tumbuhan
vaskular tak berbiji terkadang disebut grad, sekumpulan organisme yang memiliki kesamaan
tingkat organisasi atau adaptasi biologis. Walaupun grad dapat bersifat informatif dengan
mengelompokkan organisme-organisme berdasarkan ciri-ciri biologis yang penting, mereka bisa
menyesatkan dalam hal-hal yang lain. Pterofit, misalnya, memiliki nenek moyang bersama yang
lebih muda dengan tumbuhan berbiji dibandingkan dengan likofit. Akibatnya, kita akan menduga
pterofit dan tumbuhan berbiji memiliki ciri-ciri kunci yang sama yang tidak ditemukan pada
likofit dan memang demikian. Klad ketiga dari tumbuhan vaskular terdiri dari tumbuhan berbiji,
yang mewakili mayoritas spesies tumbuhan yang masih ada. Biji adalah embrio yang dikemas
dengan persediaan nutrien di dalam selubung pelindung. Tumbuhan berbiji dapat dibagi menjadi
dua kelompok, gimnosperma dan angiosperma, berdasarkan ketiadaan atau keberadaan ruang-
ruang tertutup tempat biji mengalami pematangan. Gimnosperma dari kata yunani gymnos yaitu
telanang dan sperm yaitu biji. Dikelompokkan sebagai tumbuhan berbiji telanjang karena biji-
bijinya tidak tertutup didalam ruang. Spesies gimnospermae yang masih ada, yang paling akrab
dengan kita di antaranya adalah konifera barangkali membentuk satu klad. Angiosperma (dari
kata Yunani angion berarti wadah) adalah klad besar yang terdiri atas semua tumbuhan
berbunga. Biji angiosperma berkembang di dalam ruangan yang disebut ovarioum yang berasal
di dalam ruangan yang disebut ovarium, yang berasal di dalam bunga dan matang menjadi buah.
Hampir 90% spesies tumbuhan yang masih ada merupakan angiosperma.

Kemudian berfokus hanya pada hubungan di antara garis-garis keturunan yang masih ada. Para
ahli paleobotani juga telah menemukan fosil-fosil yang berasal dari garis-garis keturunan
tumbuhan yang sudah punah. Banyak diantara fosil-fosil ini mengungkapkan tahap-tahap
intermediet dalam kemunculan kelompok-kelompok tumbuhan yang berbeda-beda di Bumi saat
ini.

Demikianlah

Anda mungkin juga menyukai