Anda di halaman 1dari 15

PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

16
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENCEGAHAN RETRAFFICKING
BAGI ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT

Oleh
Binahayati Rusyidi, Eva Nuriyah, & Lenny Meilani

ABSTRAK
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi asal terbesar dari mana anak menjadi korban perdagangan
orang. Kebijakan perlindungan anak yang bertujuan mencegah, menangani korban serta mencegah
terjadinya pengulangan (retrafficking) menjadi suatu keniscayaan. Penelitian kualitatif ini
menganalisa kebijakan pemerintah provinsi Jawa Barat dalam perlindungan sosial trafficking anak.
Informan adalah perwakilan dari kelembagaan pemerintah yang memiliki tugas untuk merancang
dan melaksanakan program perlindungan anak yaitu Dinas Sosial, BPPAKB, UPPA Polda Jabar, dan
Dinas Pendidikan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan studi dokumentasi. Data
analisis dilakukan secra kualitatif berdasarkan kerangka analisa kebijakan sosial dari Gilbert & Terrel
yang memfokuskan pada: basis of allocation, nature of provision, delivery system, and finance
methods.
Penelitian menemukan bahwa Jawa Barat telah memiliki peraturan daerah yang memayungi
perlindungan sosial anak. Program-program pencegahan bersifat universal sedangkan program
bersifat selektif ditemukan mendominasi arah perlindungan sosial berupa penanganan, rehabilitasi
korban anak, serta pemberdayaan keluarga umumnya yang didistribusikan meliputi protective
regulations, layanan profesional dan in-kind. Pelaksanaan kebijakan dilakukan secara mandiri
maupun koordinatif lintas lembaga namun belum memberikan perhatian memadai pada aspek
monitoring dan evaluasi. Sumber pendanaan umumnya berasal dari APBN dan APBD masih
dianggap kurang memadai. Sementara itu pendanaan yang melibatkan keikutsertaan lembaga non-
pemerintah, khususnya duania usaha masih terbatas.
Pengembangan kebijakan yang berorientasi pencegahan, penguatan kapasitas dan ketahanan
keluarga, diversifikasi pendanaan serta penerapan monitoring dan evaluasi yang optimal agar dapat
dilaksanakan untuk efektivitas perlindungan sosial terkait perdagangan anak.

Kata kunci: perdagangan anak, perlindungan sosial, kebijakan sosial

LATAR BELAKANG dengan perdagangan anak (child trafficking).


Jawa Barat merupakan provinsi yang
Permasalahan kesejahteraan anak
menduduki peringkat teratas dalam kasus
semakin kompleks sejalan dengan
trafficking secara umum, termasuk anak.
perkembangan tantangan kehidupan dalam
Selama lima tahun terakhir, Badan
masyarakat. Pada awalnya, di seputar dekade
Reserse dan Kriminal Kepolisian RI
80 dan 90-an, isu kesejahteraan anak berkisar
(Bareskrim Polri, 2013) menangani 646 kasus
pada masalah anak cacat, yatim piatu, dan anak
perdagangan manusia, dengan total 1446
jalanan. Sejak awal tahun 2000, salah satu
korban. Sebanyak 708 orang diantaranya
tantangan terkini perlindungan anak terkait
perempuan dewasa dan 312 orang masuk

140
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

kategori anak-anak. Berdasarkan daerah asal Tindak Pidana Perdagangan Orang, ratifikasi
korban, data dari International Organization Konvensi Hak Anak Tahun 1990, Rencana
for Migration (2012) menempatkan Jawa Barat Aksi Penanggulangan Perdagangan Anak,
sebagai daerah asal terbesar korban serta pembentukan Komisi Perlindungan
perdagangan manusia, yang di dalamnya juga Anak untuk tujuan pengawasan pemenuhan
termasuk korban berusia di bawah 18 tahun. hak-hak anak. Di tingkat daerah, berbagai
Trafficking menimbulkan dampak yang bentuk kebijakan perlindungan anak
signifikan terhadap kualitas hidup dan tumbuh khususnya anak korban trafficking juga telah
kembang anak. Dampak tersebut timbul dikembangkan.
sebagai akumulasi kondisi dan perlakuan Namun demikian perlu suatu kajian yang
kekerasan serta eksploitatif yang dapat terjadi menganalisis kebijakan daerah dalam
sejak tahap perekrutan, penampungan, perlindungan anak korban trafficking untuk
pengiriman, dan atau penempatan. Anak yang melihat sejauh mana kebijakan tersebut secara
diperdagangkan tercabut haknya untuk explisit merespon kebutuhan anak korban
menerima pendidikan, bermain, bersosialisasi, trafficking dan mencegah terjadinya
serta terbebas dari tindak kekerasan. Mereka retrafficking terhadap korban. Dalam praktek
juga banyak mengalami gangguan-gangguan pekerjaan sosial, kebijakan sosial merupakan
psikologis termasuk gangguan pasca –trauma, produk yang dijadikan pedoman dalam
depresi, daan sebagainya. Khusus bagi mereka pembentukan, pengembangan atau
yang dilacurkan, korban perdagangan anak memperluas pelayanan sosial, suatu kelompok,
berisiko tinggi untuk menderita penyakit organisasi (Kahn, 1973:69; Gilbert & Terrel,
menular seksual dan mengalami kehamilan 2008). Kebijakan sosial perlindungan anak
yang tidak dikehendaki. Secara sosial, anak korban perdagangan manusia perlu menjamin
mengalami rasa malu yang luar biasa atau rasa pemenuhan kebutuhan anak dalam rangka
bersalah yang terus menghantui karena mengurangi potensi dampak negatif yang
menganggap dirinya tidak berarti, tidak berkelanjutan serta memperkuat pencegahan
berharga atau kotor (International terjadinya retrafficking terhadap korban.
Organization for Migration, 2012). Dengan adanya berbagai kebijakan yang telah
Anak korban trafficking berhak untuk ditetapkan oleh Provinsi Jawa Barat khususnya
mendapatkan perlindungan khusus dan dalam menangani masalah perdagangan anak
pertolongan guna mengatasi berbagai dampak perlu dilakukan analisis kebijakan sosial dalam
fisik, kesehatan dan psikologis yang perlindungan sosial anak korban trafficking
dialaminya. Undang-undang Nomor 23 Tahun dan pencegahan trafficking yang telah
2002 tentang Perlindungan Anak megatur dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jawa
secara khusus tugas negara dan masyarakat Barat.
dalam perlindungan anak yang “ bertujuan
untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak TINJAUAN KONSEPTUAL
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
Pengertian anak didefinisikan secara
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
berbeda dalam berbagai peraturan di tingkat
harkat dan martabat kemanusiaan, serta
internasional dan nasional. Keberagaman
mendapat perlindungan dari kekerasan dan
pendefinisian tersebut umumnya terkait pada
diskriminasi, demi terwujudnya anak
batasan usia apa seorang individu
Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia
dikategorikan sebagai anak. Convention on the
dan sejahtera”.
Rights of the Child (1989) yang telah
Indonesia telah memilki perangkat
diratifikasi pemerintah Indonesia melalui
perundangan dan kelembagaan yang bertujuan
Kepres No. 39 Tahun 1990 disebutkan bahwa
untuk mencegah tindak perdagangan anak dan
anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke
perlindungan hak-hak anak termasuk di
bawah. Indonesia menambahkan dimensi
dalamnya Undang-undang Pemberantasan
sosial pada definisi anak seperti tercantum

141
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

dalam Undang-undang RI Nomor 4 Tahun sosial melemahkan fungsi pengawasan dan


1979 tentang Kesejahteraan Anak yang pendidikan keluarga terhadap anak. Beberapa
menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang penelitian di Indonesia menemukan bahwa
belum berusia 21 tahun dan belum menikah. pada berbagai kasus, orangtua atau keluarga
Merujuk pada UN Protocol to Prevent, menjadi pelaku trafficking baik dengan sengaja
Suppress and Punish Trafficking in Person, atau tidak sengaja “mendorong” atau
Especially Woman and Children tahun 2000, “membiarkan”anak untuk untuk bekerja di
Undang-Undang Pemberantasan Tindak sektor-sektor eksploitatif termasuk pelacuran
Pidana Perdagangan Orang Republik atau menjadi sasaran perekrutan para pelaku
Indonesia merumuskan adanya 3 dimensi trafficking (Puslitbang Gender dan Anak
perdagangan manusia yaitu: adanya kegiatan LPPM Unpad, 2012)..
berupa ”… pengrekrutan, pengangkutan, Perlindungan sosial dapat dipahami
pemindahan, penampungan atau penerimaan sebagai suatu langkah-langkah untuk
manusia …” ; cara melalui “… ancaman atau mengatasi kemiskinan dan kerentanan sosial
penggunaan kekerasan atau bentuk lain ekonomi termasuk kesehatan, pendidikan dan
pemaksaan, penculikan, pemalsuan, penipuan, gizi. Perlindungan sosial juga dimaksudkan
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan untuk meningkatkan kesiapan anggota
atau pemberian atau penerimaan pembayaran masayarakat dalam menghadapi kondisi-
atau manfaat guna mendapatkan persetujuan kondisi sosial ekonomi yang tidak pasti di
seseorang yang memiliki kuasa atas orang masa mendatang. Seperti yang dikemukakan
lain…” serta tujuan eksploitasi. Eksploitasi oleh UNICEF, perlindungan sosial adalah:
meliputi, setidaknya, eksploitasi prostitusi a set of public actions which address not
terhadap orang lain atau bentuk lain eksploitasi only income poverty and economic
seksual lainnya, kerja atau layanan paksa, shocks, but also social vulnerability, thus
perbudakan atau praktek yang serupa dengan taking into account the inter-
perbudakan, penghambaan atau pengambilan relationship between exclusion and
organ tubuh…” Pemenuhan ketiga unsur di poverty. Through income or in-kind
atas diperlukan dalam penentuan kasus support and programmes designed to
perdagangan manusia. Namun khusus terkait increase access to services (such as
dengan trafficking anak, unsur cara tidak health, education and nutrition), social
dipertimbangkan karena anak secara legal protection helps realize the human rights
dianggap tidak dapat memberikan kesediaan of children and families. Social
baik dengan cara dipaksa/dibohongi/dikuasai protection strategies are also a crucial
maupun secara sukarela. element of effective policy responses to
Penyebab perdagangan manusia terkait adverse economic conditions,
dengan berbagai faktor resiko dan kerentanan addressing not only vulnerabilities
yang bersumber dari lingkungan internal dan caused or exacerbated by recent crises
eksternal korban baik yang terait dengan but also increasing preparedness to
dimensi kehidupan lokal maupun global. future uncertainty.
Berbagai studi menunjukkan kemiskinan,
rendahnya tingkat pendidikan, dan tingginya Menurut UNICEF, terkait dengan anak,
pengangguran seringkali mengurangi daya perlindungan sosial harus lebih sensistif
kritis dan daya tolak masyarakat terhadap terhadap anak. Perlindungan sosial yang
tawaran-tawaran kerja yang sebenarnya sensitive anak tidak hanya menguntungkan
bersifat membohongi dan eksploitatif (Akee keluarga tetapi juga komunitas dan
dkk, 2009; Sofyan, 2004). Faktor terkait pembangunan nasional secara keseluruhan.
disfungsi sosial keluarga juga menjadi sumber Perlindungan sosial yang sensitif anak
kerentanan perdagangan anak. Pada beberapa mengurangi pengaruh kemiskinan terhadap
kasus, ketidakberfungsian keluarga secara keluarga, memperkuat keluarga dalam

142
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

pelaksanaan peran pengasuhan /perawatan atau perkembangan sosial (Chambers &


anak, dan meningkatkan akses terhadap Wedel, 2005).
pelayanan dasar untuk kelompok-kelompok Penelitian ini merupakan bentuk kajian
miskin dan terpinggirkan. produk perlindungan anak korban tindak
Prinsip-prinsip di dalam menyusun, kekekarasan perdagangan manusia. Adapun
mengimplementasikan dan mengevaluasi kerangka yang akan menuntun analisa
perlindungan sosial yang sensiti anak meliputi: kebijakan produk yang akan digunakan
1. Mencegah dampak negative terhadap anak merujuk kepada kerangka analisa kebijakan
dan mengurangi atau menghiilangkan kesejahteraan sosial yang mencakup dimensi-
resiko sosial yang secara langsung dimensi sebagai berikut (Gilbert & Terrel,
mempengaruhi kehidupan anak 2008):
2. Melakukan intervensi secepat mungkin a. The Basis of Social Allocation
ketika anak mengalami kondisi-kondisi Pertanyaan mendasar dalam dimensi
yang berisiko dalam rangka mencegah pertama terkait apakah kebijakan bersifat
kerusakan atau bahaya yang tidak bisa universal atau selektif? Siapakah penerima
diperbaiki terhadap anak manfaat kebijakan yang menjadi sasaran
3. Mempertimbangkan resiko-resiko dan implementasi kebijakan? Apa dasar
kerentanan yang khusus terkait dengan penentuan eligibilitas sasaran yang
usia dan gender sepanjang tahap digariskan dalam kebijakan? Terkait
kehidupan anak dengan perlindungan anak korban
4. Menghilangkan dampak krisis, perdagangan manusia, perlu dikaji apakah
penyingkiran dan kemiskinan pada sasaran kebijakan bersifat umum, misalnya
keluarga, menyadari bahwa keluarga yang mencakup anak korban, korban dan
memelihara anak membutuhkan keluarga, korban, keluarga dan lingkungan
dukungan untuk menjamin kesetaraan sekitarnya? Apa asumsi-asumsi yang
kesempatan mendasari penentuan penerima manfaat
5. Membangun pelayanan-pelayanan khusus tersebut?
untuk menjangkau anak yang berada b. The Nature of Social Provision
dalam kondisi rentan dan tersingkirkan, Pertanyaan mendasar dalam dimensi kedua
termasuk anak yang tidak mendapatkan berhubungan dengan apa tipe manfaat yang
perawatan orangtua atau terpinggirkan disediakan bagi sasaran? Apakah bentuk
dalam keluarga atau komunitas karena manfaat terkait dengan pemberian barang,
atribut gender, kecacatan, etnik, dan jasa, pelayanan, kesempatan, dan lain-lain?
sebagainya. Seberapa banyak dan seberapa lama
6. Melibatkan suara dan pendapat anak manfaat tersebut disediakan? Nilai atau
dalam memahami dan menyusun sistem asumsi apa yang mendasari penentuan
dan program perlindungan sosial. tipe/bentuk manfaat diberikan sedangkan
Kebijakan sosial adalah seperangkat yang lain tidak?
tindakan, kerangka kerja, petunjuk, rencana , c. The Design of the Delivery System
peta atau strategi, yang dirancang untuk Pertanyaan mendasar dari dimensi ketiga
menterjemahkan visi politis pemerintah atau terkait bagaimana sistem pendistribusian
lembaga pemerintah ke dalam program dan pelayanan? Bagaimana sistem
tindakan untuk mencapai tujuan tertentu di pendistribusian dapat menjamin akses
bidang kesejahteraan sosial (Suharto, 2008: penerima manfaat? Apakah terpusat pada
82). Kebijakan sosial menjadi perhatian dari satu kelembagaan atau tersebar dalam
ahli sosial berkaitan dengan isu yang berbagai kelembagaan di berbagai wilayah?
berhubungan dengan pemerataan sosial (social d. The Mode of Finance
equity) atau keadilan sosial (social justice) Pertanyaan mendasar dari dimensi keempat
serta dampaknya terhadap proses perubahan terkait dengan sumber-sumber pendanaan?

143
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

Bagaimana pendanan tersebut dialokasikan Pencegahan dan Penanganan Korban


ke penyedia pelayanan? Perdagangan Orang di Jawa Barat. Salah satu
pertimbangan yang mendasari Perda tersebut
METODE PENELITIAN mengingat Jawa Barat merupakan daerah asal
Desain penelitian ini merupakan dan atau daerah transit perdagangan orang
penelitian natural dengan menggunakan termasuk anak. Komponen kebijakan berupa
pendekatan kualitatif untuk mendiskripsikan a. Pencegahan preemtif melalui peningkatan
fenomena yang diteliti dengan menggunakan jumlah dan mutu pendidikan formal dan
teknik studi kasus. Unit analisa utama informal bagi masyarakat, aksesibilitas
penelitian adalah kelembagaan pemerintah untuk mendapatkan pendidikan, pelatihan,
yang merancang dan melaksanakan kebijakan pendanaan, peningkatan pendapatan dan
perlindungan sosial anak korban trafficking di pelayanan sosial, perluasan lapangan kerja,
Provinsi Jawa Barat yang dipilih secara peningkatan partisipasi dan kepedulian
purposive yaitu Badan Perlindungan dan masyarakat serta pemberdayaan dan
pemberdayaan Perempuan dan Anak, penyadaran masyarakat. Pelaksanaan
Pengendalian Kependudukan dan Keluarga kebijakan pencegahan preemtif merupakan
Berencana, Dinas Sosial Provinsi, POLDA peran dari perangkat daerah yang tugas
Jabar dan Dinas Pendidikan tingkat Provinsi pokok dan fungsinya di bidang sosial,
Jawa Barat. pendidikan, ketenagakerjaan dan
Teknik pengumpulan terdiri atas studi perekonomian
dokumentasi atau desk review terhadap b. Pencegahan preventif
kebijakan/program perlindungan anak korban c. Pencegahan perdagangan anak termasuk di
perdagangan manusia di Provinsi Jawa Barat, dalamnya pencegahan pekerjaan terburuk
terutama yang terkait dengan keberadaan dan anak.
konten kebijakan/program pemenuhan d. Penanganan korban perdagangan orang
kebutuhan korban dan pencegahan korban yang dilakukan perangkat pemerintah
untuk diperdagangkan kembali (retrafficked). daerah di bidang sosial, pendidikan dan
Inti dari studi dokumentasi adalah untuk kesehatan yang meliputi :
mengidentifikasi eksistensi dan konten dari -penjemputan, penampungan dan
kebijakan/program perlindungan anak korban pendampingan terhadap korban sesuai
perdagangan. Selain itu dilakukan juga dengan asal domisili Jawa Barat;
wawancara mendalam untuk memperdalam koordinasi dengan pemerintah kabupaten/
hasil kajian dokumentasi dan kota tempat domisili korban untuk proses
pelaksanaannya.Data dianalisis dimulai pemulangan bagi korban peragangan ke
dengan menelaah seluruh data yang tersedia daerah asalnya; pelaporan tentang adanya
dari berbagai sumber, hasil desk review, hasil tindak pidana perdagangan orang kepada
wawancara mendalam, pengolahan dokumen aparatur penegak hukum yang berwenang
penunjang dan sebagainya, menyortir, sesuai dengan peraturan perundang-
mengkategorikan, menghubungkan data dan undangan dan-pemberian bantuan hukum
informasi yang ada dan akhirnya membuat dan pendampingan bagi korban.
kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian. e. Rehabilitasi yang mewajibkan pemerintah
daerah untuk melakukan upaya-upaya:
HASIL pemulihan kesehatan fisik dan psikis bagi
Kebijakan Sosial Perlindungan Anak korban perdagangan orang;reintegrasi
Korban Trafficking di Provinsi Jawa Barat korban ke keluarganya atau lingkungan
Kebijakan perlindungan anak korban masyarakatnya; dan
trafficking di Jawa Barat tidak disusun secara pemberdayaan ekonomi dan atau
khusus namun terangkum dalam Peraturan pendidikan terhadap korban.
Daerah Jawa Barat No. 3/2008 tentang

144
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

keluarga pengganti korban. Terkait dengan


Kebijakan Dinas Sosial Provinsi Jawa pemulangan korban, Dinas Sosial Provinsi
Barat terlibat dalam satu atau lebih aktivitas di
Terkait penanganan perdagangan bawah ini: 1) menjemput korban perdagangan
manusia, sejalan dengan tugas pokok dan manusia asal Jawa Barat yang menjadi korban
fungsi Kementrian Sosial, maka Dinas Sosial perdagangan manusia di wilayah di luar Jawa
Provinsi Jawa Barat mengemban tugas terkait Barat ( beda provinsi atau luar negeri) dan
rehabilitasi, pemulangan, reintegrasi, dan mengembalikannya kepada keluarga masing-
pemberdayaan korban. Program rehabilitasi masing dan atau 2) membawa korban
sosial bertujuan untuk membantu perdagangan asal Jawa Barat ke wilayah
meringankan, melindungi serta memulihkan Kabupaten/Kota asal di wilayah Jawa barat
kondisi fisik, psikologis, sosial dan spiritual untuk mendapatkan pelayanan atau berkumpul
korban tindak pidana perdagangan orang dengan keluarga asalnya; dan atau
sehingga mampu menjalankan fungsi 3)mengembalikan korban yang sudah
sosialnya kembali secara wajar. Rehabilitasi menjalani rehabilitasi untuk kembali
sosial diperlukan oleh korban mengingat berkumpul bersama dengan keluarganya.
proses dan kegiatan-kegiatan yang terkait Dalam program pemlangan korban, terutama
perdagangan orang, mulai dari perekrutan, penjemputan korban, Dinas Sosial Provinsi
pemindahan, hingga penempatan korban Jawa Barat umumnya berkoordinasi dan
umumnya sarat dengan tindakan kekerasan bekerjasama dengan BPPKB Provinsi,
dan eksploitasi sehingga sangat P2TP2A provinsi, serta unsur
memungkinkan untuk menimbulkan trauma kepolisian.Terkait dengan korban anak,
psikis dan sosial bagi korban. Lamanya pengembalian kepada keluarga asal dianggap
kegiatan rehabilitasi psikososial tergantung merupakan pengejawantahan prinsip
dari dampak perdagangan manusia terhadap perlindungan kepentingan terbaik anak.
kondisi psiko-sosial korban; mulai dari Namun dalam kondisi-kondisi tertentu di mana
beberapa hari hingga 6 bulan bahkan satu orangtua/keluarga dinilai tidak mampu untuk
tahun melalui P2TP2A Provinsi. menjalankan fungsinya secara minimal, maka
Bentuk-bentuk kegiatan rehabilitasi anak bisa dipindahkan pengasuhannya kepada
sosial berupa terapi psikososial berupa keluarga pengganti. Pengembalian anak
pemberian konseling, terapi psikologis, kepada keluarga adalah untuk menjamin tetap
pembinaan rohani, serta aktivitas-aktivitas terpenuhinya kebutuhan anak akan
fisik dan sosial lainnya. Para korban juga pendidikan, pengasuhan dan kasih sayang dari
menjalani program edukasi berupa keluarganya. Biaya pemulangan sepenuhnya
peningkatan kesadaran akan bentuk , modus ditanggung oleh Dinas Sosial.
dan bahaya trafficking. Edukasi ini Bersamaan dengan kegiatan
dimaksudkan agar para korban lebih waspada pemulangan, korban juga dibantu untuk
dan dapat menghindari terulangnya kejadian mendapatkan akses Jamkesmas, terutama jika
serupa. Program edukasi juga diharapkan keluarganya tergolong tidak mampu.
dapat menjadikan para korban mampu Tujuannya adalah agar korban tetap
memberikan pemahaman tentang praktek dan mmendapatkan kesempatan untuk mengakses
bahaya trafficking kepada lingkungan fasilitas kesehatan dasar yang dibutuhkan
terdekatnya berdasarkan pengetahuan dan untuk mengatasi dampak kesehatan yang
pengalaman yang mereka dapatkan secara muncul kemudian akibat trafficking yang
langsung.Pendanaan rehabilitasi bersumber dialaminya. Selanjutnya, para keluarga korban
dari APBN dan APBD. trafficking juga mendapatkan sejenis
Pemulangan korban umumnya penyuluhan terkait dengan pencegahan
merupakan kegiatan mengembalikan korban trafficking dan pemberian dukungan kepada
trafficking ke keluarga asalnya atau ke korban. Walaupun demikian, kegiatan ini

145
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

bukanlah merupakan kegiatan yang terstruktur Selama pelatihan anak akan mendapatkan
sehingga lebih didasarkan pada pendekatan asrama, dukungan alat/bahan, fasilitas
personal. magang, dan modal awal berupa peralatan
Reintegrasi bertujuan mengintegrasikan untuk memulai usaha. Semua fasilitas selama
korban ke lingkungan sosial termasuk keluarga pelatihan diberikan secara cuma-
dan lingkungan yang lebih luas melalui cuma.Pelatihan dilaksanakan di balai Bina
pelaksanaan fungsi-fungsi sosialnya secara remaja selama kurang lebih 4 (empat) bulan.
wajar sebagai anggota masyarakat. Untuk Program Bina remaja dilaksanakan sebanyak 2
korban anak, kegiatan reintegrasi dapat angkatan per tahun dengan peserta rata-rata 60
dilakukan melalui 2 kegiatan utama yaitu 1) orang anak per angkatan. Saat ini Dinas Sosial
pendidikan formal dan 2) pendidikan luar tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa
sekolah berupa pelatihan keterampilan. perusahaan swasta untuk menyediakan
Kegiatan reintegrasi ini dilakukan dengan tetap fasilitas pelatihan dan penempatan peserta
memperhatikan aspirasi dan keinginan anak Bina remaja di seluruh wilayah Indonesia.
korban serta pertimbangan-pertimbangan dari Dinas Sosial juga melakukan penguatan
keluarga untuk kepentingan terbaik anak. ekonomi keluarga.Bantuan dana melalui
Program untuk mengembalikan korban program Usaha Ekonomi Produktif (UEP)
anak ke lembaga pendidikan formal bertujuan merupakan salah satu strategi untuk
adalah untuk menjamin terpenuhinya hak meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga
korban anak akan pendidikan. Pada banyak anak korban trafficking, terutama dengan
kasus, anak korban trafficking adalah tujuan untuk mencegah terjadinya kembali
siswa/pelajar yang terpaksa berhenti dari trafficking pada korban. Setiap tahun Dinas
sekolahnya karena dipekerjakan/dieksploitasi Sosial Provinsi akan mengajukan sejumlah
oleh pelaku perdagangan manusia. Jika anak dana UEP ke Kementrian Sosial. Pengajuan
berasal dari keluarga tidak mampu, maka didasarkan pada kebutuhan yang diajukan oleh
Dinas Sosial akan berkoordinasi dengan Dinas Dinas Sosial Kabupaten/Kota. Pendanaan UEP
Pendidikan agar keluarga anak dibebaskan dari berasal dari APBN dan APBD Jawa Barat.
kewajiban membayar biaya pendidikannya. Dalam UEP, keluarga korban
Selain itu, jika anak korban trafficking mendapatkan pelatihan usaha ekonomi
memutuskan tidak melanjutkan pendidikan, produktif dan bantuan dana yang diberikan
maka Dinas Sosial dapat menawarkan program dalam bentuk barang untuk modal usaha.
pelatihan keterampilan kepada korban anak Jumlah dana yang diterima sekitar 3 juta rupiah
melalui program Bina Remaja. Tujuan dari dan bersifat bantuan sosial sehingga penerima
pelatihan Bina remaja adalah mempersiapkan tidak diwajibkan untuk mengembalikan
anak agar bisa mandiri melalui dunia kerja bantuan yang sudah diterima kepada Dinas
(mendapatkan pekerjaan atau membuka Sosial. Peserta UEP dapat memilih usaha
lapangan kerja baru. Keterampilan yang produktif yang sesuai dengan minat dan
dimiliki anak diharapkan dapat mempercepat kemampuan masing-masing, di antaranya
pemulihan trauma dan meningkatkan rasa pengolahan pangan, jahit, toko kelontong, dan
percaya diri korban, mempercepat proses sebagainya. Penerima UEP mendapatkan
reintegrasi korban, dan mengurangi kerentanan pendampingan dari petugas yang bertugas
korban untuk kembali dijadikan korban. memantau perkembangan usaha yang dijalani
Banyak korban trafficking terjebak iming- dan perkembangan kehidupan keluarga
iming pekerjaan dan penghasilan yang tinggi peserta. Namun menurut Dinas Sosial Provinsi
dari para pelaku Jawa Barat, pendampingan kurang berjalan
Bina Remaja memberikan pendidikan dengan baik sehingga usaha peserta tidak
keterampilan sesuai dengan minat dan bakat bertahan dan produktif. Modal usaha berupa
anak, diantaranya perbengkelan, pengolahan barang tersebut kadangkala dijual atau dipakai
pangan, tata kecantikan, dan sebagainya.

146
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

oleh penerima untuk menutupi kebutuhan pemahaman dan kesadaran unsur pendidikan
sehari-hari. terhadap perdagagangan manusia. Khususnya,
pemahaman atau sosialisasi kepada para guru-
Kebijakan Dinas Pendidikan Jawa Barat guru dan kepala sekolah agar dapat mencegah
Kebijakan Dinas Pendidikan Jawa Barat terjadinya perdagangan manusia. Program
tidak terkait langsung dengan penanganan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa
korban tetapi program-program yang bersifat sebagian anak korban trafficking berstatus
pencegahan. Namun demikian program terkait pelajar. Melalui sosialisasi tersebut diharapkan
pencegahan trafficking tidak berdiri sendiri bahwa kepala sekolah dan guru BP dapat
melainkan diintegrasikan dengan kegiatan- mensosialisasikannya kepada guru dan siswa
kegiatan Pengarusutamaan Gender di Jawa sekolah, sehingga pada gilirannya diharapkan
Barat. Adapun kegiatan-kegiatan terkait PUG dapat mencegah dan menekan angka
tersebut meliputi: a) Sosialisasi PUG Tingkat trafficking usia sekolah di Jawa Barat.
Pemangku Kebijakan se Jawa Barat; Program tersebut dilaksanakan sejak tahun
b)Pelatihan PSBG tingkat SD, SMP, 2009 dan masih dilaksanakan sampai saat ini.
SMA/SMK se Jawa Barat; c) Bantuan Sosial Dalam program sosialisasi, para guru (peserta)
PUG Tingkat SD, SMP, SMA/SMK untuk memperoleh pelatihan mengenai pengertian,
sosialiasasi dan penyusunan silabus tingkat bentuk, penyebab dan penanganan
satuan pendidikan Rp 15.000.000,00; d) perdagangan manusia. Pelatihan dilaksanakan
Pembuatan leaflet, poster dan buku pedoman 1 kali dalam satu tahun ajaran sekolah. Selain
PUG; e) Penyusunan profil gender; f) sosialisasi, setiap sekolah dianjurkan
Penyusunan position paper PUG bidang memasang leaflet-leaflet tentang bahaya
pendidikan Provinsi Jawa Barat; trafficking. Program tersebut diselenggarakan
g)Penyusunan dan penggandaan buku melalui bidang Pendidikan Non Formal dan
Keterkaitan Sistem Keluarga dan Sekolah Informal (PNFI). Pendanaan program
Terhadap Kenakalan Pelajar; h)Penyusunan bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat
dan penggandaan buku Analisis Bahan Ajar namun jumlah anggaran tersebut dirasakan
Yang Responsif Gender Tingkat SD, SMP, dan masih terbatas sehingga perlu ditingkatkan.
SMA/SMK; i) Bantuan keuangan untuk
Piloting Pokja Gender dan Sosialisasi pada 5 Kebijakan Badan Pemberdayaan
kabupaten se Jawa Barat (Kabupaten Perempuan, Kependudukan dan Keluarga
Tasikmalaya, Kabupaten Subang, Kabupaten Berencana Provinsi Jawa Barat
Sukabumi, Kabupaten Karawang, dan Kota Dalam prakteknya, peran BPPKB dalam
Bogor); j)Bantuan keuangan untuk 21 perlindungan anak korban perdagangan
kabupaten/kota untuk pembentukan Pokja manusia lebih bersifat koordinatif dan
Gender Bidang Pendidikan Tingkat fasilitatif. Ini artinya, BPPKB tidak
Kabupaten/Kota se Jawa Barat; k) Penguatan menjalankan fungsi teknis secara langsung
Jejaring PUG (Stakeholder Bidang dalam perlindungan sosial anak. Fungsi teknis
Pendidikan); l) Pembentukan Pokja Gender penanganan anak korban trafficking
Tingkat Provinsi; m) Pelatihan PPRG Bagi dilaksanakan oleh Pusat Pelayanan Terpadu
Pengelola PUG Tingkat Kabupaten/Kota Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(PNFI dan Bagian Perencanaan); n)Kerjasama (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat. Tugas pokok
dan kemitraan dengan PSW UNPAD, PSW BPPKB dalam penanganan trafficking terkait
UPI, PSW IPB dan BPPKB Provinsi Jawa dengan perumusan kebijakan/regulasi,
Barat; o)Evaluasi program PUG Provinsi Jawa pencegahan dan peningkatan kapasitas
Barat; p) Sosialisasi dan Pelatihan Bagi kelembagaan dalam pencegahan dan
Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan penanganan trafficking, termasuk trafficking
Di dalam kegiatan-kegiatan di atas Dinas anak.
Pendidikan memasukkan peningkatan

147
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

Sebagai lembaga non-teknis, BPPKB untuk menimbulkan daya tangkal sejak dini
banyak menjalankan peran fasilitator dan sehingga tidak terpengaruh oleh bujuk rayu
koordinasi dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam dari para calo penyalur tenaga kerja wanita dan
pelaksanaan fungsinya, BPPKKB melakukan anak secara illegal melalui berbagai
kerjasama dan koordinasi dengan penyuluhan; b) Preventif; dengan tujuan guna
lembaga/dinas terkait di lingkup provinsi mencegah lalu lintas manusia yang
seperti Dinsos, Dinkes, Kepolisian, Disdik , diperdagangkan secara illegal dari desa ke kota
P2TP2A Jawa Barat dan sebagainya: maupun dari satu kota ke kota lain dan dari
pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Barat; dalam negeri ke negara tujuan . Hal ini
pemerintah provinsi lainnya; Kementrian dilakukan dengan melakukan pengawasan
terkait, khususnya Kementrian Pemberdayaan secara ketat di tempat penampungan / kos dan
Perempuan dan Perlindungan Anak; lembaga- tempat lain yang dapat diperkirakan dapat
lembaga non-pemerintah tingkat nasional dan melancarkan lalu lintas perdagangan wanita
internasional seperti Komnas Perempuan, dan anak seperti pelabuhan laut, pelabuhan
Komnas Anak, International Organisation for udara, pintu gerbang perbatasan dengan negara
Migration, International Catholic Migration lain dan patroli di perairan untuk mengawasi
Commission; serta pusat kajian perempuan dan kapal perahu yang diduga membawa tenaga
anak di lingkungan perguruan tinggi. kerja korban perdagangan manusia; c) .
BPPKKB juga baru saja mengembangkan Represif dengan tujuan untuk menanggulangi
kerjasama dengan unsur TNI Bintara Pembina setiap kejahatan terhadap perdagangan wanita
desa (Babinsa) di 5 kabupaten dalam dan anak serta menangkap para pelaku dan
pencegahan dan penanganan perdagangan mengungkapkan jaringan untuk diproses
orang. secara hukum yang berlaku dengan melakukan
Pendanaan kegiatan bersumber dari dana kegiatan raziadi tempat penampungan wanita
APBD dan dana dari donor, khususnya dan anak , tempat pelacuran tempat hiburan,
lembaga-lembaga internasional yang memiliki pelabuhan peti kemas, pemeriksa kapal atau
perhatian terhadap isu perdagangan manusia. perahu di daerah perairan dan pelabuhan udara.
Misalnya pada tahun 2012, APBD Jawa Barat Terkait pendanaan, kegiatan di UPPA Polda
untuk menangani masalah kekerasan terhadap Jabar bersumber dari APBN.
perempuan dan anak (termasuk peragangan Terkait dengan penanganan kasus,
manusia) mencapai 30 milyar yang disebar ke korban dan pelaku dilakukan dalam Unit
P2TP2A, Badan Pemberdayaan Perempuan Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA).
dan Keluarga Berencana (BPPKB), Gugus Tugas UPPA adalah memberikan pelayanan
Tugas Pencegahan, Dinas Koperasi dan Usaha dalam bentuk perlindungan terhadap
Kecil dan Menengah (KopKUKM), Dinas perempuan dan anak yang menjadi korban
Pendidikan (Disdik), Dinas Perindustrian dan kejahatan/kekerasan dan penegakan hukum
Perdagangan (Disperindag), dan Penanganan terhadap pelakunya. Termasuk di dalamnya:
Tindak Pidana Perdagangan Orang. menerima laporan/pengaduan tentang
tindak kekerasan terhadap perempuan dan
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak anak (termasuk perdagangan orang); membuat
Polda Jawa Barat laporan polisi; -memberikan konseling,
Penanganan permasalahan perdaga- mengirimkan/merujuk korban ke Pusat
ngaan manusia khususnya perempuan dan Pelayanan Terpadu (PPT ) atau Rumah Sakit
anak di Polda Jawa Barat ditangani oleh Unit terdekat; -melakukan penyidikan perkara,
Trafficking dan Penyelundupan Orang. termasuk permintaan Visum et Repertum; -
Adapun kebijakan terkait dengan perlindungan memberikan kepastian kepada pelapor, bahwa
dan penanganan anak korban trafficking di akan ada tindak lanjut dari laporan /
Polda Jawa Barat yang dilaksanakan sejak pengaduan; -menyalurkan korban ke Lembaga
tahun 2006 meliputi: a) Preemtif; bertujuan Bantuan Hukum (LBH) atau Rumah Aman,

148
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

apabila diperlukan; -mengadakan koordinasi/ kerentanan korban dan keluarga korban


kerjasama dengan lintas fungsi/instansi, pihak terhadap terulangnya trafficking. Bantuan bagi
yang terkait; dan menginformasikan anak korban (terutama golongan tidak mampu)
perkembangan penyidikan kepada pelapor. untuk melanjutkan pendidikan bukan saja
bermaksud untuk mengintegrasikan korban ke
ANALISA lingkungan yang sesuai dengan tahap
Provinsi Jawa Barat telah memiliki perkembangannya tapi juga mengurangi resiko
Perda Pencegahan dan Penanganan Korban untuk mengalami retrafficking. Pendidikan
Perdagangan Orang . Peda tersebut merupakan merupakan faktor pelindung karena banyak
turunan dari Undang-undang Penghapusan korban trafficking adalah mereka yang
Tindak Pidana Perdagangan Orang karena memiliki pendidikan rendah dan tidak
mengatur tanggung jawab dan kewenangan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
pemerintah daerah provinsi Jawa Barat dalam praktek perdagangan manusia. Pelatihan
pencegahan dan penanganan korban keterampilan, sistem magang dan penyaluran
trafficking. Dari segi substansi, walaupun kerja bagi anak korban yang dilakukan oleh
Perda tersebut memayungi Pencegahan dan Dinas Sosial juga meningkatkan daya tawar
Penanganan Korban Perdagangan Orang anak dan dapat mencegah mereka
secara umum, terdapat aturan yang khusus diperdagangkan kembali. Berbagai data
mengatur pencegahan pekerjaan terburuk empirik menunjukkan bahwa korban
anak. Anak yang menjadi korban trafficking trafficking umumnya diiming-imingi
seringkali dieksploitasi dalam sektor pekerjaan pekerjaan dengan upah tinggi. Keterbatasan
terburuk anak termasuk pornografi, pelacuran, kondisi ekonomi dan keterbatasan lapangan
dan sebagainya. Peraturan tersebut juga kerja bagi masyarakat dengan tingkat
mengatur kewajiban pemerintah daerah dalam keterampilan rendah seringkali menjadi faktor-
memberikan pelayanan kepada korban tindak faktor yang dapat meningkatkan resiko
pidana perdagangan orang serta mengatur menjadi korban trafficking.
tanggungjawab masing-masing unsur Program-program berupa sosialisasi
pemerintah dalam penanganan korban, mengenai trafficking yang dilaksanakan oleh
termasuk anak korban trafficking. Perda Dinas Pendidikan, BPPKKB, dan Kepolisian
tersebut menjadi acuan bagi lembaga Jawa Barat dapat digolongkan bertujuan
pemerintah yang ditunjuk untuk merancang mencegah retrafficking. Walaupun pada
dan melaksanakan kebijakan/program yang prinsipnya program-program tersebut
dibutuhkan. bermaksud mencegah terjadinya trafficking
Dilihat dari tujuannya, sebagian besar dengan memberikan informasi mengenai
program/kegiatan perlindungan anak korban bahaya dan mosus perdagangan anak, hal
trafficking di Jawa Barat bertujuan rehabilitatif tersebut juga berdampak tidak langsung untuk
yaitu membantu korban trafficking mengatasi mencegah retrafficking. Sosialisasi dapat
dampak-dampak negative yang dialami meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan
sebagai korban pada aspek fisik, mental dan korban dan keluarga korban untuk
sosial, umumnya melalui pelayanan menghindari terjadinya retrafficking.
rehabilitasi dan pelayanan yang ramah anak. Tujuan-tujuan program/kebijakan yang
Pelayanan rehabilitasi umumnya dilakukan dibentuk merupakan respons terhadap masalah
melalui Dinas Sosial sedngkan penanganan perdagangan manusia di Jawa Barat. Pertama,
hukum oleh UPPA Polda. tingginya angka korban trafficking asal Jawa
Ditemukan juga kegiatan-kegiatan Barat dan tantangan yang besar untuk
yang berujuan untuk mencegah anak memecahkan masalah tersebut mengharuskan
diperdagangkan kembali. Kegiatan reintegrasi pemerintah daerah untuk merespon secara
korban dan penguatan ekonomi keluarga Dinas tepat isu tersebut.Program-program yang
Sosial misalnya ditujukan untuk mengurangi bersifat pencegahan dilatarbelakangi motivasi

149
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

untuk mengurangi kerentanan anggota bersifat selektif. Hal ini karena sasaran
masayarakat terhadap praktek trafficking. program umumnya ditujukan kepada korban
Kedua, korban trafficking, khususnya anak dan atau keluarga korban (attributed needs).
yang diperdagangkan bukan hanya dirampas Penjemputan korban, rehabilitasi psiko-sosial,
haknya untuk bebas dari tindak kekerasan, tapi penanganan kasus dan perlindungan melalui
juga mengalami dampak negative multi- kepolisian umumnya hanya diberikan kepada
dimensi yang dapat menghambat tumbuh korbansaja. Kriteria tersebut merupaan hal
kembangnya secara wajar. Dengan demikian yang wajar mengingat perlindungan korban
perlu dilakukan pelayanan-pelayanan untuk merupakan hal yang prioritas dan spesifik.
membantu korban mengatasi dampak negative Sementara itu kriteria-kriteria tambahan
yang dialaminya. penerimaan pelayanan dapat dilihat pada
Namun demikian kajian ini tidak beberapa program lainnya. Misalnya, kondisi
menemukan kebijakan/program yang sosial-ekonomi keluarga melalui means-tested
bertujuan memantau kondisi dan merupakan indikator tambahan dalam program
perkembangan anak korban perdagangan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui
manusia dan keluarganya. Meskipun Usaha Ekonomi Produktif dan penyaluran
pencatatan dilakukan pada saat korban fasilitas Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin.
mendapatkan pelayanan, tidak ada tidak lanjut Kedua program ini dikhususkan bagi korban
untuk memonitor kondisi korban dan dan keluarga korban yang berasal dari
keluarganya secara khusus dalam jangka kelompok miskin saja. Sementara itu pelatihan
tertentu. Tidak ada monitoring setelah korban keterampilan melalui Program Bina Remaja
menjalani reintegrasi, merefleksikan suatu menambahkan kriteria usia dan attributed
asumsi bahwa reintegrasi berjalan dengan needs sebagai prasyarat untuk mendapatkan
sebagaimana mestinya dan telah terjadi pelayanan. Para peserta pelatihan adalah anak
perubahan positif pada korban dan berusia remaja, mengalami putus sekolah serta
keluarganya. Padahal faktor-faktor resiko dan bersedia untuk mendapatkan pelatihan
faktor-faktor pelindung yang berasal dari keterampilan kerja..
dalam diri maupun lingkungan korban anak Yang menjadi pertanyaan adalah
berbeda-beda sehingga daya tangkal terhadap bagaimana dengan pelayanan korban
kemungkinan re-trafficking antara individu trafficking yang tidak berasal dari keluarga
korban satu dengan lainnya berbeda-beda. miskin atau tidak memenuhi kriteria-kriteria
Selain itu, program-program yang tambahan lainnya? Jika kebanyakan pelayanan
ditujukan untuk meningkatkan peran serta dan diasosiasikan sebagai pelyanan bagi anak
kemampuan orangtua dalam pengasuhan dan korban trafficking yang tidak mampu,
perawatan anak belum mendapat perhatian. bukankah nantinya hal tersebut menciptakan
Program-program untuk penguatan keluarga stigma bagi pelayanan-pelayanan tersebut? .
umumnya hanya ditujukan untuk penguatan Sebaliknya, kriteria eligibilitas penerima
ekonomi. Padahal kemampuan pengasuhan, pelayanan yang berfokus pada kelompok
termasuk di dalamnya pengawasan anak, miskin seakan-akan mengasumsikan bahwa
pemberian dukungan kepada anak yang korban yang berasal dari kelompok mampu
menjadi korban trafficking dan sebagainya tidak memerlukan pelayanan atau tidak layak
merupakan salah satu aspek penting dalam dibantu. Kriteria tambahan sebagai dasar
perlindungan anak korban, temasuk untuk penentuan eligibilitas bisa saja diperluas,
meningkatkan daya tangkal anak dan misalnya didasarkan pada tingkat keparahan
mencegah retrafficking. kasus trafficking dan dampaknya pada korban
Berdasarkan basis alokasinya, mengingat bahwa kebutuhan korban yang
program/kebijakan perlindungan sosial anak mengalami kasus atau dampak berat akan
korban trafficking pada umumnya dapat berbeda dengan mereka yang mengalami kasus
digolongkan sebagai program-program yang atau dampak yang relative lebih ringan.

150
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

Program-program perlindungan anak jaminan kesehatan keluarga miskin dapat


korban trafficking menyediakan manfaat digolongkan sebagai subsidi.
dalam berbagai bentuk. Perlindungan secara Yang menjadi pertanyaan apakah
langsung diberikan kepada korban berupa bentuk-bentuk pelayanan tersebut efektif
untuk menghentikan viktimisasi korban, untuk mencapai tujuannya? Misalnya,
merehabilitasi korban untuk mengurangi pemberian bantuan pelatihan keterampilan dan
dampak fisik, psikologis dan sosial yang modal usaha kepada keluarga korban melalui
dialami korban sehingga membantu korban UEP. Program UEP didesain untuk tujuan
untuk dapat berfungsi secara normal, dan membantu meningkatkan kemampuan
mereintegrasikan korban ke dalam lingkungan ekonomi keluarga korban yang berasal dari
asal dan lingkungan sosial yang lebih kelompok miskin hanya dalam jangka waktu
luas.Penghentian viktimisasi dilakukan dengan satu tahun. Namun demikian lemahnya
cara menjemput korban dari lokasi kejadian pendampingan, rendahnya motivasi dan
trafficking dan membawa korban ke tempat keterampilan penerima bantuan ditenggarai
yang aman di mana ia mendapatkan bantuan menyebabkan penerima bantuan tidak dapat
dan perlindungan. Sementara itu bentuk- menjaga kesinambungan usahanya sehingga
bentuk manfaat dari kegiatan-kegiatan kembali mengalami kesulitan ekonomi.
rehabilitasi berupa: Kondisi ini tentu saja merupakan faktor resiko
a. pemberian pelayanan profesional tersendiri karena kesulitan ekonomi
(termasuk rujukan) seperti terapi untuk memberikan pilihan-pilihan terbatas bagi
mengatasi efek trauma, konseling, keluarga. Desain program UEP tampaknya
pelayanan dan perawatan kesehatan perlu disempurnakan melalui penguatan
b. peraturan perlindungan (protective pendampingan dan pelatihan keterampilan
regulation) berupa hak-hak istimewa yang lebih memadai.
sebagai korban anak seperti adanya Kajian ini juga menemuan bahwa tidak
pendampingan khusus dalam proses ada satupun dari program perlindungan korban
penyidikan, standar khusus dalam yang memberikan pelayanan berupa uang tunai
pemeriksaan/penyidikan petugas kepolisian (cash), setidaknya dalam jangka waktu
Sementara itu perlindungan yang secara tertentu. Keberadaan program berupa
tidak langsung diberikan merupakan bentuk- pemberian pelayanan berbentuk uang tunai
bentuk pelayanan yang tujuannya bisa tampaknya akan memberikan keleluasaan
diperluas untuk mencegah terjadinya re- yang lebih besar bagi korban dan keluarga
trafficking baik dengan cara mengurangi korban dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.
kerentanan korban, mengurangi kerentanan Program Kesejahteraan Sosial Anak dari
keluarga, dan kerentanan masyarakat. Kemensos yang menyediakan bantuan tunai
Termasuk di dalamnya pencegahan trafficking kepada anak-anak yang berisiko sosial
yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan ekonomi tampaknya dapat dikembangkan
BPPKB dalam bentuk sosialisasi kepada untuk menjangkau anak-anak korban
masyarakat umum. trafficking.
Bentuk-bentuk manfaat yang ditawarkan Dilihat dari sumber pendanaan,
dalam program-program yang bersifat program-program perlindungan anak korban
pencegahan retrafficking misalnya dapat trafficking berasal dari berbagai sumber.
dilihat dari program pemberdayaan ekonomi Sumber-sumber yang regular berasal dari dari
keluarga dan asuransi kesehatan untuk APBN dan APBD. Dana-dana APBN dan
keluarga miskin. Dilihat dari bentuknya, APBD ini dapat dikatakan bersifat lebih kaku,
bantuan yang diberikan dalam pemberdayaan dengan kata lain pendanaan diberikan untuk
ekonomi keluarga korban berupa barang- kegiatan-kegiatan yang berbasis program,
barang modal usaha (goods) sementara yang diajukan setiap tahun. Mekanisme ini
kurang memungkinkan untuk terjadinya

151
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

perubahan program di tengah tahun anggaran. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Ini berarti bahwa untuk pendanaan berbasis Kebijakan payung perlindungan sosial
program dapat menghambat pendanaan anak korban trafficking di Jawa Barat termuat
kegiatan-kegiatan tertentu yang kebutuhan dalam Peraturan Daerah tentang Pencegahan
penganggarannya bersifat tidak dapat dan Penanganan Korban Perdagangan
diprediksi. Dalam konteks perlindungan Manusia tahun 2008. Peraturan tersebut
korban trafficking ditenggarai banyak menegaskan fungsi berbagai lembaga
kebutuhan pendanaan yang sifatnya tidak pemerintah daerah dalam mencegah
terstruktur/tidak diduga. trafficking serta menangani korban. Namun
Kajian ini menemuan bahwa para demikian, pembasahan terkait retrafficking
pembuat dan pelaksana kebijakan tampaknya luput dari Perda dimaksud
perlindungan sosial anak merasakan bahwa meskipun sangat mungkin bagi korban untuk
pendanaan kegiatan sangat kurang sehingga menggalami retrafficking.
mempengaruhi efektivitas program. Hasil Jenis kebijakan/program yang dirancang
observasi misalnya menunjukkan bahwa dan dilaksanakan oleh Dinas/Lembaga terkait
kegiatan penjemputan korban trafficking asal yang menjadi sasaran dalam penelitian ini
Jawa Barat hampir selalu dapat dilakukan memiliki tujuan yang beragam: pre-emtif,
manakala diperlukan. Namun demikian, preventif, rehabilitative, dan reintegratif. Ke-
pendanaan untuk program-program lainnya empat domain tujuan tersebut sangat esensial
tidak selalu tersedia manakala dibutuhkan dalam perlindungan sosial karena tidak hanya
sehingga pemenuhannya harus ditunda. ditujukan bagi korban tapi juga keluarga
Bantuan UEP bagi keluarga korban misalnya korban dan masyarakat pada umumnya.
tidak bisa langsung diberikan jika ternyata Mengingat besarnya pengaruh lingkungan
diajukan setelah usulan penganggaran terhadap resiko seseorang untuk menjadi
diajukan ke Kementrian Sosial. Akibatnya, korban trafficking, kebijakan yang berorientasi
keluarga korban kadang terpaksa harus pada penguatan lingkungan hidup anak atau
menunggu diusulkan pada tahun anggara penciptaan lingkungan hidup anak yang
berikutnya. Hal ini tentulah dapat protektif menjadi sangat esensial. Demikian
mengakibatkan dampak negatif bagi keluarga pula halnya dengan program-program
korban, terutama jika penguatan ekonomi rehabilitative yang mengembalikan
melalui pemberian bantuan mendesak keberfungsian korban. Namun demikian,
diperlukan. kebijakan/program yang ada belum
Sementara itu pendanaan yang berasal merefleksikan pentingnya monitoring kondisi
dari donor bersifat tidak tetap sehingga kurang korban dan lingkungannya. Mengingat faktor-
dapat diandalkan kelanjutannya. Tampaknya faktor resiko dan faktor-faktor pelindung yang
lembaga/dinas terkait dengan teknis pelayanan berasal dari dalam diri maupun lingkungan
anak korban trafficking dapat melakukan korban anak berbeda-beda maka
diversifikasi sumber pendanaan, misalnya perkembangan atau perubahan korban dan
bekerjasama dengan sektor swasta di dalam lingkungan serta daya tangkal terhadap
negeri untuk membiayai program-program kemungkinan re-trafficking antara individu
perlindungan anak korban trafficking. korban satu dengan lainnya berbeda-beda.
Misalnya, program Corporate Social Monitoring diperlukan untuk dapat mengamati
Responsibility khusus untuk pemberdayaan perubahan sasaran kebijakan sekaligus
ekonomi keluarga, yang di dalamnya juga mengantisipasi gangguan atau hambatan
melibatkan keluarga korban; program terhadap peningkatan kondisi dan
pelatihan, magang dan rekruitmen anak korban keberfungsian korban dan lingkungan.
trafficking yang memilih untuk bekerja, dan Selain itu, program-program yang
sebagainya. ditujukan untuk meningkatkan peran serta dan
kemampuan orangtua dalam pengasuhan dan

152
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

perawatan anak belum mendapat perhatian. jangkauan program, sehingga dapat


Program-program untuk penguatan keluarga menghambat akses korban/keluarga korban.
umumnya ditujukan untuk penguatan . Rekomendasi yang diajukan dari
ekonomi. Padahal kemampuan pengasuhan, penelitian ini adalah sebagai berikut.Orientasi
termasuk di dalamnya pengawasan anak, pola kebijakan pada pencegahan retrafficking perlu
komunikasi, pemberian dukungan kepada anak diintegrsikan karena akan memberikan
yang menjadi korban trafficking dan manfaat positif, terutama dalam memperluas
sebagainya merupakan salah satu aspek cakupan kebijakan serta mengarahkan para
penting dalam perlindungan anak korban, pelaksana kebijakan dalam merancang
temasuk untuk meningkatkan daya tangkal kegiatan. Hal ini mengingat bahwa untuk
anak dan mencegah retrafficking. mencegah retrafficking diperlukan design
Basis alokasi program perlindungan program/kebijakan yang lebih antisipatif dan
umumnya mengacu pada kriteria terbatas yaitu komprehensif serta pelaksanaan yang lebih
attributed needs dan means tested. Kriteria terarah dan efektif.
tersebut, khususnya means-tested Program-program yang mengarah pada
merefleksikan asumsi bahwa pelayanan hanya upaya monitoring dan penguatan kapasitas
dibutuhkan oleh kelompok dengan tingkat keluarga dalam pemenuhan kebutuhan mental-
pendapatan tertentu (miskin) sehingga dapat psikologis dan spiritual anak perlu
mengekslusi korban yang tidak memenuhi dikembangkan, selain program-program yang
kriteria dimaksud serta memunculkan stigma berorintasi pada pemberdayaan ekonomi.
terhadap program. Perlu dilakukan diversifikasi jenis dan bentuk
Bentuk manfaat yang disediakan dalam pelayanan untuk mengakomodir
program sangat beragam, mulai dari protective keberagamanan latar belakang korban baik
regulation, pelayanan profesional, subsidi, dan dari aspek sosial ekonomi, tingkat keparahan
bantuan barang. Bentuk manfaat uang tunai kasus/dampak yang dialami, dan sebagainya.
(cash) tidak ditawarkan bagi koban dan Selain program-program yang bersifat selektif,
keluarganya meskipun bentuk manfaat perlu dikembangkan program yang bersifat
tersebut memberikan keleluasan pemanfaatan lebih universal sehingga mengurangi stigma
bagi para penerima. Manfaat program bagi penerimanya. Selain itu, perlu adanya
diberikan dalam waktu yang terbatas dan diversifikasi pendanaan, termasuk dengan cara
seragam sehingga efektivitasnya kolaborasi bersama perusahaan swasta.
dipertanyakan mengingat keragaman profil Pendanaan program dapat dilakukan dengan
korban, keluarga korban, permasalahan, dan mengintegrasikannya sebagai bagian dari
potensinya merefleksikan adanya perbedaan program Corporate Social Responsibility.
kebutuhan dan peluang dalam mencapai
perubahan. Pemenuhan kebutuhan dasar anak DAFTAR PUSTAKA
korban harus menjadi prioritas sehingga design Bowes, Jennifer M. Bowes & Alan Hayes (ed).
program perlu mempertimbangkan sejauh 1999. Children, Families, and
mana pemenuhan kebutuhan dasar anak di Communities. Context and Consequences.
dalam keluarganya dapat dicapai. Victoria: Oxford University Press.
Pendanaan kebijakan/program terbatas Chambers, D.E. & Wedel, K.R. (2005). Social
mengingat perlindungan anak korban policy and social programs: A method for
trafficking bergabung dengan pendanaan the practical public policy analyst. (4th.ed.).
untuk bentuk-bentuk perlindungan anak Boston: Pearson.
lainnya, termasuk anak korban tindak .Dominelli, Lena. 1999. Community
kekerasan rumah tangga, kekerasan public dan Approaches to Child Welfare: International
sebagainya. Sifat pendanaan yang umumnya Perspectives. England: Ashgate Publishing
berorientasi pada program dapat membatasi Limited.

153
PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 4 NOMOR: 1 HAL: 1 - 140 ISSN: 2442-4480

Ebbe, N, Obi, K dan Dilip, D. 2008. Global Shireman, Joan. 2003. Critical Issues in Child
Trafficking in Women and Children. Welfare. New York: Columbia University
London: CRS Press. Press.
Gilbert, N. & Terrell, P. (2008). Dimensions of Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat
Social Welfare Policy (6th ed.). Boston: Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika
Allyn and Bacon. Aditama.
International Organization for Migration. ------------------. 2000. Pembangunan
2012. Trafficking in Indonesia: Severity dan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Victim Profile. IOM-Indonesia: Jakarta Bandung: LSP-STKS Bandung.
Leedy Paul & Jeanne E. Ormrod. 2005. -----------------. 2008. Analisis Kebijakan
Practical Research: Planning and Design Publik. Bandung: Alfabeta.
Research. Ohio: Pearson.
Mulyanto. 2004. Melacur Demi Hidup
Fenomena Perdagangan Anak Perempuan Sumber lain:
di Palembang. Yogyakarta: Pusat Studi Convention on The Right of the Child (1989)
Kependudukan dan Kebijakan Universitas Undang-Undang RI Tentang Perlindungan
Gadjah Mada. Anak
Spicker, Paul. 1995. Social Policy, Themes and Undang-Undang RI tentang Pemberantasan
Approach. London: Prentice Hall. Tindak Pidana Perdagangan Orang
Perda Jabar No. 3 tahun 2008

154

Anda mungkin juga menyukai