Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik,

psikis, maupun secara sosial. Remaja pada masa peralihan tersebut kemungkinan

besar dapat mengalami masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan

munculnya perilaku menyimpang. Kondisi tersebut apabila didukung oleh

lingkungan yang kurang kondusif dan sifat kepribadian yang kurang baik maka

akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-

perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada dimasyarakat.

Menurut Dariyo (2004: 13) masa remaja adalah masa transisi atau

peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan

adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Untuk menjadi seorang

dewasa, remaja akan melalui masa krisis dimana remaja berusaha untuk mencari

identitas diri, selain itu sifat remaja yang labil dan unik dapat terbawa dalam

pergaulan yang mengkhawatirkan yaitu pergaulan bebas.

Zulkifli (2012:63) menyatakan bahwa masa remaja termasuk masa yang

sangat menentukan karena pada masa anak-anak mengalami banyak perubahan

pada psikis dan fisik. Perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan dari

kalangan remaja sehingga masa ini disebut orang barat sebagai periode strum und

drang. Sebab mereka penuh mengalami gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga

1
2

mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku dikalangan

masyarakat.

Pada umumnya remaja sering kali mencoba hal-hal yang baru, salah satu

usaha remaja untuk melakukan kemauannya tersebut dengan mencoba berbagai

peran, mencoba hal-hal yang baru. Sedangkan di dalamnya hal-hal yang baru

tidak jarang berbenturan dengan norma dan etika yang berlaku di lingkungan

masyarakat.

Dewasa ini, dalam dunia pendidikan di Indonesia memiliki catatan buruk

mengenai moral pelajar. Hal tersebut disebabkan terlalu jauhnya kebebasan siswa

dalam bergaul. Faktor penyebabnya adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap

batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, maraknya konten-

konten pornografi pada sosial media, website yang menyediakan konten dan video

pornografi, kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menggunakan

smartphone yang berbasis internet, dan tanyangan-tayangan televisi yang

mengandung pornografi atau film layar lebar yang juga berunsur pornografi. Dan

didukung modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan

kita yang mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa adanya penyeleksian yang

ketat.

MenurutWorld Health Organization (2013)jumlah remaja yang terinfeksi

human immunodeficiency virus (HIV) naik sepertiga dalam 10 tahun terakhir.

Data baru yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia menunjukan lebih dari dua juta

remaja berumur 10-19 tahun saat ini hidup dengan HIV. Di Asia kelompok paling

rentan adalah pengguna narkoba. “remaja putra dan putri melakukan seks bebas,
3

pemakai narkoba suntik, atau mereka terkena pelecehan seksual berada pada

resiko tinggi, dan kata kepala program HIV di UNICEF dan Craig McClure”.

Sedangkan Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017) hasil lembaga

survei dari lembaga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No.

PM.02.02/3/1508/2017, laporan perkembangan HIV AIDS dan penyakit menular

sekular (PMS) triwulan I tahun 2017, terdapat 87.453 orang yang mengidap

penyakit HIV AIDS. Tercatat 27.274 orang yang berusia 16-29, dan jumlah

kematian penderita HIV AIDS sebanyak 14.754 jiwa. Dapat disimpulkan bahwa

usia remaja merupakan usia pelajar yang berada pada rentang pendidikan sekolah

menengah pertama sampai perguruan tinggi.

Dari data di atas menunjukan bahwa, penderita HIV AIDS dan penyakit

menular sekular dalam kategori cukup tinggi, dan tidak menutup kemungkinan

akan mengalami peningkatan bagi penderita penyakit HIV AIDS dan penyakit

menular sekular di tahun-tahun mendatang. Untuk itu remaja harus mengetahui

bahaya resiko dalam seks bebas, sebelum masalah menjadi lebih kompleks

disetiap individu remaja 1. HIV AIDS 2. Penyakit menular sekular, 3. Hamil

diluarnikah, 4. Aborsi, 5. Penyakit kelamin, dan 6. Menelantarkan bayi,

mengalami peningkatan yang sangat pesat setiap tahunnya. Sudah seharusnya di

dalam pendidikan di Indonesia pendidik memperhatikan masalah ini secara serius

sebelum masalah ini menjadi semakin komplek.

Berdasarkan jurnal penelitian Jeffry (2015) hipotesis penelitian “Layanan

Informasi dengan Media Audio Visual dapat Meningkatkan Pemahaman Bahaya

Seks Bebas Pada siswa Kelas X TKJ 2 SMK Ma’arif Kudus”. Subjek penelitian
4

ini adalah siswa kelas X TKJ 2 SMK NU Ma’arif Kudus yang berjumlah 36

siswa. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriftif kualitatif dilakukan 2

siklus. Berdasarkan observasi siklus I 16 siswa termasuk dalam kategori kurang

dan 20 siswa dalam kategori cukup. Pada siklus II peningkatan pemahaman

bahaya sks bebas meningkat cukup banyak 28 siswa dalam kategori baik dan 8

siswa dalam kategori sangat baik. Dapat disimpulkan layanan informasi dengan

media audio visual dapat meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas.

Sedangkan dari jurnal penelitian Amin (2015) dalam penelitiannya yang

dilaksanakan di SMK Raden Umar Said dengan upaya meningkatkan pemahaman

bahaya seks bebas melalui layanan informasi berbantu audio visual pada siswa

kelas X Pd 1, sebelum dilaksanankannya layanan terbukti pada siklus I

menunjukan bahwa siswa memiliki pemahaman bahaya seks bebas dengan

kategori yang sangat kurang. Selanjutnya dilakukan siklus II mengalami kenaikan

dengan kategori baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan informasi

dengan media audio visual dapat meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas

pada siswa.

Berdasarkan hasil observasi serta pengamatan langsung dengan peserta

didik dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling SMK N 3 Pati yang

dilakukan pada tanggal 2 September 2017 bahwa di kelas X Perhotelan 3 dalam

proses kegiatan yang berlangsung di sekolah, didapatkan siswa yang cenderung

rawan terkena dampak bahaya seks bebas. Guru bimbingan dan konseling di SMK

N 3 Pati menyatakan bahwa siswa pernah menonton video porno, siswa dengan
5

cara berpakaian yang lebih menunjukan kemolekan tubuhnya, siswa lebih mudah

mengakses konten-konten negatif dalam internet yang disediakan sekolah, dan

didapati siswa yang berpacaran dilingkungan sekolah.

Faktor utama penyebab remaja melakukan seks bebas atau seks pranikah

adalah kurangnya pemahaman akan bahaya seks bebas. Adapun faktor lain yang

mendukung diantaranya pengaruh menonton video porno, majalah porno, dan

akses situs porno di internet, kurangnya pendidikan agama, pengaruh lingkungan

pergaulan, usia yang belum matang dalam menghadapi suatu permasalahan,

kurangnya perhatian orangtua, serta rasa ingin tahu yang tinggi sehingga siswa

ingin mencoba melakukan seks bebas. Setelah diketahui faktor-faktor penyebab

tersebut, maka perlu adanya peningkatan pemahaman siswa akan bahaya seks

bebas melalui layanan informasi yang lengkap tentang bahaya seks bebas

dikalangan remaja agar siswa dapat menghindari atau meminimalkan keinginan

untuk melakukan hubungan seks bebas atau seks pranikah. Dalam pemberian

bantuan untuk meningkatkan pemahaman tentang bahaya seks bebas dapat

dilakukan dengan pemberian layanan informasi pada siswa.

Prayitno (2012: 50) menjelaskan bahwa layanan informasi berusaha

memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Dalam

layanan ini, kepada peserta layanan disampaikan beberapa informasi.

Pengertian diatas mengandung makna bahwa layanan informasi

dilaksanakan agar individu atau siswa mengetahui serta memahami informasi

yang sedang atau mungkin dibutuhkan guna menjalankan tugas atau kegiatan,

atau untuk menentukan tujuan rencana yang dikehendaki.


6

Layanan informasi yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling di

sekolah SMK N 3 Pati, lebih sering diberikan dengan teknik ceramah dan tanya

jawab dan masih jarang guru pembimbing didalam memberikan layanan

bimbingan dan konseling menggunakan media sebagai alat bantu untuk

membantu proses pemberian layanan, khususnya layanan informasi dengan media

film.

Dengan menggunakan media film diharapkan dapat membantu siswa

memahami dan mengerti bahaya melakukan hubungan seks bebas dikalangan

remaja. Media film dirasa lebih menarik perhatian siswa dan dapat meningkatkan

pemahaman siswa dengan membangkitkan rangsangan dan motivasi siswa. Media

film diharapkan bisa dipahami oleh siswa SMK yang menginjak usia remaja,

dengan kemampuan pemikiran abstrak, idealis dan logis oleh karena itu

digunakan media film sebagai media pemahaman bagi siswa tentang bahaya seks

bebas dikalangan remaja dengan memperlihatkan hasil film tersebut dengan

harapan siswa dapat meningkatkan pemahamannya tentang bahaya seks bebas

dikalangan remaja dan menjauhi perilaku tersebut.

Film yang digunakan adalah film pendek. Film pendek merupakan film

yang berdurasi kurang dari 1 jam. Film pendek menekankan aspek yang ingin

disampaikan kepada siswa yang menyaksikan. Film pendek tentang bahaya seks

bebas dapat mendorong siswa mengerti dan paham tentang akibat seks bebas.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan deskripsi diatas, yaitu “Peningkatan
7

Pemahaman Bahaya Seks Bebas melalui Layanan Informasi dengan Media Film

pada Siswa Kelas X Perhotelan 3 di SMK N 3 Pati Tahun Pelajaran 2018/ 2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyusun rumusan masalah

dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana tindakan peneliti dalam layanan informasi dengan media film

untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas pada siswa kelas X

Perhotelan 3 di SMK N 3 Pati tahun pelajaran 2018/ 2019?

1.2.2 Apakah pemahaman bahaya seks bebas dapat ditingkatkan melalui layanan

informasi dengan media film pada siswa kelas X Perhotelan 3 di SMK N 3

Pati tahun pelajaran 2018/ 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti menentukan tujuan

penelitian, yaitu sebagai berikut:

1.3.1 Mendiskripsikan tindakan peneliti dalam pelaksanaan layanan informasi

dengan media film untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas

pada siswa kelas X Perhotelan 3 di SMK N 2 Pati tahun pelajaran 2018/

2019.

1.3.2 Untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas melalui layanan

informasi dengan media film pada siswa kelas X Perhotelan 3 di SMK N 2

Pati tahun pelajaran 2018/ 2019.


8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap

teori layanan informasi dengan media film dalam meningkatkan pemahaman

bahaya seks bebas.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa

Siswa mampu memahami bahaya seks bebas serta menambah wawasan

yang lebih mengenai bahaya seks bebas secara mendalam, agar siswa terhindar

dari dampak negatif dan mampu memahami norma-norma sosial supaya menjadi

insan yang lebih baik.

2. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah dapat menggunakan hasil penelitian sebagai acuan dan

bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan yang bisa mendukung dan

mengembangkan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.

3. Bagi Guru BK

Guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan hasil penelitian

sebagai panduan atau pedoman untuk memberikan layanan kepada siswa yang

memiliki pemahaman rendah mengenai seks bebas dengan memberikan layanan

informasi dengan media film.

4. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman praktik dalam memberikan layanan

informasi dengan media film dalam meningkatkan sikap anti seks bebas dan
9

pengalaman mempraktikan layanan-layanan bimbingan dan konseling khususnya

layanan informasi.

Penelitian ini diharapkan sebagai saranan belajar untuk mempraktekkan

teori-teori bimbingan dan konseling khususnya layanan informasi dengan media

film untuk meningkatkan pemahaman bahaya seks bebas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian “Peningkatan Pemahaman Bahaya Seks

Bebas melalui Layanan Informasi dengan Media Film pada Siswa Kelas X

Perhotelan 3 di SMK N 3 Pati Tahun Pelajaran 2018/2019” maka dalam penelitian

hanya mengungkap cara memberikan bantuan untuk meningkatkan pemahaman

bahaya seks bebas pada kelas X Perhotelan 3 SMK N 3 Pati melalui layanan

informasi dengan media film, penelitian dilaksanakan pada tahun 2018/2019.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan salah satu instrumendari riset karena

merupakan salah satu tahapan dalam proses pengumpulan data. Berdasarkan judul

penelitian “Peningkatan Pemahaman Bahaya Seks Bebas melalui Layanan

Informasi dengan Media Film pada Siswa Kelas X Perhotelan 3 di SMK N 3 Pati

Tahun Pelajaran 2018/2019” maka definisi operasional dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1.6.1 Pemahaman Bahaya Seks Bebas

Pemahaman bahaya seks bebas adalah kemampuan seseorang untuk

memahami arti tentang seks bebas dan menjelaskan dengan caranya sendiri

tentang pengetahuan yang pernah diterimanya tentang seks bebas yaitu melakukan
10

hubungan seks dengan siapa saja tanpa pernikahan, asal suka sama suka yang

berdampak pada aborsi, kehamilan yang tidak diinginkan, dan HIV atau AIDS.

1.6.2 Layanan Informasi dengan Media Film

Layanan informasi merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan

dan konseling. Pemberian layanan informasi bertujuan untuk menginformasikan

tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan,

atau menentukan arah suatu tujuan rencana yang dikehendaki.

Layanan informasi dalam penelitian bermaksud untuk memberikan

pengetahuan bagi siswa mengenai pemahaman tentang seks bebas melalui layanan

informasi dengan media film pada siswa kelas X Perhotelan SMK N 3 Pati.

Pemberian layanan informasi dilakukan secara klasikal menggunakan media film

yang disertai dengan observasi dan wawancara.

Media film adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi

suara dan gambar. Media film ini dapat digunakan dengan maksud agar siswa

lebih tertarik dalam proses pembelajaran dan juga lebih mudah dipahami karena

melihat contoh langsung mengenai bahaya seks bebas penyakit menular seksual

dan sebagainya. Agar siswa dapat memahami bahaya seks bebas dan tidak

terjerumus kedalam kegiatan seks bebas.

Dalam pemberian layanan informasi menggunakan media film, peneliti

menggunakan tiga tahapan yaitu tahap pendahuluan, tahap inti dan tahap penutup.

Pada tahap pendahuluan peneliti menyiapkan materi dengan tema yang berkaitan

dengan bahaya seks bebas. Pada tahap inti, peneliti memutar film yang berkaitan
11

dengan bahaya seks bebas agar siswa lebih jelas dalam memahami materi yang

disampaikan oleh peneliti. Pada tahap penutup siswa menyimpulkan materi yang

sudah dibahas dan menyimpulkan hasil film yang sudah ditonton, dan dilanjutkan

dengan berdoa serta menginformasikan pertemuan selanjutnya. Dengan layanan

informasi yang diberikan oleh peneliti, diharapkan dapat memberikan pemahaman

pada siswa tentang bahaya seks bebas.

Anda mungkin juga menyukai