Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) & ASKEP

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

Oleh

DAYANTRI

891201021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM

PRODI NERS KEPERAWATAN

PONTIANAK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa
demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi
Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016).
Penyakit Demam Berdarah (DBD) atau Dengue Hemorrhragic Fever
(DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus.(H.Akhasin
Zulkoni, 2011).
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat
serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda - tanda
kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue)
sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian
(C.D. Sucipto ,2011).
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah
penyakit fibris virus akut yang terdapat pada anak dan dewasa yang
disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty yang
ditemukan diseluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan
subtropik dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, nyeri
tulang, ruam, leukopenia yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama.

B. Penyebab
Pada umumnya penyebab dari Dengue Haemoragic Fever adalah
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu
: DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes
Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan berkembang biak
pada sumber air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang
lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi
oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Titik Lestari, 2016).

C. Menifestasi Klinis
Menurut Septiani (2018), manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh
DHF adalah:
1. Demam tinggi selama 5-7 hari.
2. Mual, muntah tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, ecchymosis,
hematoma.
4. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
6. Sakit kepala
7. Pembengkakakn sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah.

D. Klasifikasi
Klasifikasi DHF (Hidayat A. Aziz Alimul, 2012).
1. Derajat I Demam disertai gejala konstitutional yang tidak khas, manifestasi
pendarahan hanya uji torniquet positif dan perdarahan lainnya.
2. Derajat II Manifestsi klinis pada derajat I disertai perdarahan spontan, dapat
berupa perdarahan di kulit seperti ptekie dan perdarahan lainya.
3. Derajat III Manifestasi klinis pada derajat II di tambah dengan ditemukan
manifestasi kegagalan sistem sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,
hipotensi dengan kulit yang lembab,dingin dan penderita gelisah.
4. Derajat IV Manifestasi klinis pada penderita derajat III di tambah dengan di
temukan manifetasi renjatan yang berat dengan ditandai tekanan darah dan
nadi tidak teratur, DBD derajat II dan IV digolongkan Dengue Shok
Syindrom (DSS).

E. Patofisiologi
Menurut Titik Lestari (2016), Virus akan masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan
antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a
dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic,
renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan
hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa
terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
F. Pathway

Gambar 1.1 Pathway DHF (Septiani, 2018)


G. Komplikasi
Menurut (Hidayat A. Aziz Alimul, 2015) komplikasi terdiri dari:
1. Ensepalopati : Demam tinggi, ganguan kesadaran disertai atau tanpa kejang.
2. Disorientasi : Kehilangan daya untuk mengenal lingkungan, terutama yang
berhubungan dengan waktu, tempat, dan orang.
3. Shock : Keadaan kesehatan yang mengancam jiwa ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menyediakan oksigen untuk mencukupi
kebutuhan jaringan.
4. Effusi pleura : Suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan.
5. Asidosis metabolik : Kondisi dimana keseimbangan asam basa tubuh
terganggu karena adanya peningkatan produksi asam atau berkurangnya
produksi bikarbonat.
6. Anoksia jaringan : Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen berkurang (hipoksia)
disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea).
7. Penurunan kesadaran : Keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti
tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons
yang normal terhadap stimulus.(Suriadi dan yuliani, 2010).

H. Pemeriksaan penunjang
1. Hb dan PCV meningkat ( ≥ 20 %).
2. Trombositopenia ( ≤ 100.000 / ml ).
3. Leukopenia ( mungkin normal atau leukositosis ).
4. Isolasi virus. 2.1.7.5 Serologi ( Uji H) : respon antibody sekunder.
5. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali( setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan),Faal hemostatis, FDP,
EKG, Foto dada, BUN. (Nurarif dan kusuma 2015).

I. Penatalaksanaan
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu,teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari 15 Pemberian obat antipiretik
sebaiknya dari golongan asetaminopen. (Tarwoto dan wartonah, 2010).

J. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Pada pasien Dengue hemoragic fever, sebagian besar sering
terjadi pada anak-anak usia 1-4 tahun dan 5-10 tahun, tidak terdapat
perbedaan jenis kelamin tetapi kematian sering pada anak perempuan.
Di daerah tropis yang di sebabkan oleh nyamuk Aedes aegepty.
2) Keluhan utama Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam
Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dengan
suhu hingga 400C dan anak tampak lemah. (Rampengan, 2009).
3) Riwayat Penyakit Sekarang
(1)Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis.
(2) Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin
lemah.
(3) Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade
III, IV), melena atau hematemesis. (Nur salam, 2013).
4) Riwayat Penyakit Dahulu
(1) Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji kemungkinan ada
keluarga yang sedang menderita DHF.
(2) Kondisi lingkungan rumah dan komunitas Mengkaji kondisi
lingkungan disekitar rumah seperti adanya genangan air didalam
bak dan selokan-selokan yang dapat mengundang adanya nyamuk.
Kemungkinan ada tetangga disekitar rumah yang berjarak 100 m
yang menderita DHF.
(3) Perilaku yang merugikan kesehatan Perilaku buruk yang sering
berisiko menimbulkan DHF adalah kebiasaan menggantung
pakaian kotor dikamar, 3M yang jarang / tidak pernah dilakukan
gerakan.
(4) Tumbuh kembang Mengkaji mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak sesuai dengan tingkat usia, baik perkembangan
emosi dan sosial.
(5) Imunisasi Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur
pemberiannya. Apakah imunisasi lengkap, jika belum apa
alasannya. (Rampengan, 2009).
5) Pemeriksaan Fisik
(1) B1 (Breathing)
((1) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 : pola nafas regular, retraksi otot
bantu nafas tidak ada, pola nafas normal, RR dbn (-), pada derajat 3
dan 4 : pola nafas ireguler, terkadang terdapat retraksi otot bantu
nafas, pola nafas cepat dan dangkal, frekuensi nafas meningkat,
terpasang alat bantu nafas.
((2) Palpasi, vocal fremitus normal kanan-kiri.
((3) Auskultasi, pada derajat 1 dan 2 tidak adanya suara tambahan
ronchi, wheezing, pada derajat 3 dan 4 adanya cairan yang
tertimbun pada paru, rales(+), ronchi (+).
((4) Perkusi, pada derajat 3 dan 4 terdapat suara sonor.

(2) B2 (Blood)
((1) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 pucat, pada derajat 3 dan 4 tekanan
vena jugularis menurun.
((2) Palpasi, pada derajat 1 dan 2 nadi teraba lemah, kecil, tidak
teratur, pada derajat 3 tekanan darah menurun, nadi lemah, kecil,
tidak teratur, pada derajat 4 tensi tidak terukur, ekstermitas dingin,
nadi tidak teraba.
((3) Perkusi, pada derajat 3 dan 4 normal redup, ukuran dan bentuk
jantung secara kasar pada kasus demam haemoragic fever masih
dalam batas normal.
((4) Auskultasi, pada derajat 1 dan 2 bunyi jantung S1,S2 tunggal,
pada derajat 3 dan 4 bunyi jantung S1,S2 tunggal.
(3) B3 (Brain)
((1) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 tidak terjadi penurunan tingkat
kesadaran (apatis, somnolen, stupor, koma) atau gelisah, pada
derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat kesadaran (apatis,
somnolen, stupor, koma) atau gelisah, GCS menurun, pupil miosis
atau midriasis, reflek fisiologis atau reflek patologis.
((2) Palpasi, pada derajat 3 dan 4 biasanya adanya parese, anesthesia.
(4) B4 (Bladder)
((1) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 produksi urin menurun (oliguria
sampai anuria), warna berubah pekat dan berwarna coklat tua
pada derajat 3 dan 4.
((2) Palpasi, pada derajat 3 dan 4 ada nyeri tekan pada daerah
simfisis.
(5) B5 (Bowel)
((1) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 BAB, konsistensi (cair, padat,
lembek), frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, mukosa mulut
kering, perdarahan gusi, kotor, nyeri telan.
((2) Auskultasi, pada derajat 1 dan 2 bising usus normal (dengan
menggunakan diafragma stetoskop), peristaltik usus meningkat
(gurgling) > 5-20kali/menit dengan durasi 1 menit pada derajat 3
dan 4.
((3) Perkusi, pada derajat 1 dan 2 mendengar adanya gas, cairan atau
massa (-), hepar dan lien tidak membesar suara tymphani, pada
derajat 3 dan 4 terdapat hepar membesar.
((4) Palpasi, pada derajat 1 dan 2 nyeri tekan (+), hepar dan lien
tidak teraba, pada derajat 3 dan 4 pembesaran limpha/spleen dan
hepar, nyeri tekan epigastrik, hematemisis dan melena.
(6) B6 (Bone)
((1) Inspeksi, pada derajat 1 dan 2 kulit sekitar wajah kemerahan,
klien tampak lemah, aktivitas menurun, pada derajat 3 dan 4
terdapat kekakuan otot, pada derajat 3 dan 4 adanya ptekie atau
bintik-bintik merah pada kulit, akral klien hangat, biasanya timbul
mimisan, berkeringkat, kulit tanpak biru.
((2) Palpasi, pada derajat 1 dan 2 hipotoni, kulit kering, elastisitas
menurun, turgor kulit menurun, ekstermitas
dingin.(Dianindriyani, 2011).
(7) B7 (Pengindraan)
((1) Inspeksi pada telinga bagian luar, periksa ukuran, bentuk, warna,
lesi, dan adanya masa pada pinna.
((2) Palpasi dengan cara memegang telinga dengan ibu jari dan jari
telunjuk, lanjutkan telinga luar secara sistematis yaitu dari
jaringan lunak, kemudian jaringan keras, dan catat bila ada nyeri.
((3) Inspeksi hidung bagian luar dari sisi depan, samping, dan atas,
kemudian amati warna dan pembengkakan pada kulit hidung,
amati kesimetrisan lubang hidung.
((4) Palpasi hidung bagian luar dan catat bila ditemukan
ketidaknormalan kulit atau tulang hidung, lanjut palpasi sinus
maksilaris, frontalis dan etmoidalis, dan perhatikan adanya nyeri
tekan.
((5) Inspeksi pada bibir untuk mengetahui adanya kelainan conital
bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lesi, dan massa. Lanjutkan
inspeksi pada gigi dan anjurkan pasien membuka mulut.
(8) B8 (Sistem endokrin)
Pada anak DHF tidak terjadi gangguan pada sistem hormon.

2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam
pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang
ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu
keperawatan dan proses penyakit. Fungsi analisa data adalah perawat yang
menginterprestasi data yang diperoleh dari pasien atau dati sumber lain,
sehingga data yang diperoleh memiliki makna dan arti pengambilan
keputusan untuk menentukan masalah keperawatan dan kebutuhan klien.
Dalam melakukan analisa data, perawat harus memperhatikan
langkahlangkah sebagai berikut:
a. Validasi data kembali, teliti kembali data yang dikumpul.
b. Identifikasi kesenjangan data.
c. Susun kategori data secara sistematik dan logis.
d. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan
keperawatan klien.
e. Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang yang
timbul serta penyebabnya.
f. Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan. (Young Jabbar,
2014).

3. Diagnosa Keperawatan.
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi
virus dengue.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni).
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi karena
peningkatan suhu tubuh.
e. Nyeri akut berhubungan dengan kehilangan fungsi trombosit agregasi
(Hidayat A. Aziz Alimul, 2009).
f. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebih.
g. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

4. Intervensi
No. Dx keperawatan Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1. Peningkatan suhu Tujuan : Setelah 1) Jelaskan 1) Suhu 38.90C –
tubuh (hipertermia) dilakukan pada keluarga 41.10C
berhubungan tindakan pasien tentang menunjukkan
dengan proses keperawatan demam proses penyakit
infeksi virus selama 1 x 24 2) Anjurkan infeksius akut. Pola
dengue. jam diharapkan orang tua demam dapat
anak untuk membantu dalam
menunjukkan memberikan diagnosis misalnya
Suhu dalam pakaian tipis kurva demam lanjut
batas normal dan mudah berakhir berakhir
Kriteria hasil : menyerap lebih dari 24 jam
- Keluarga keringat menunjukkan
pasien 3) Anjurkan pneumonia
mengatakan orang tua pneumokokal,
mengetahui untuk demam scarlet atau
tentang suhu meningkatkan tifoid
dalam batas asupan cairan 2) Untuk
normal. pada pasien memberikan rasa
- Keluarga 4) Ajarkan cara nyaman pakaian
pasien mengompres yang tipis mudah
mengatakan yang benar menyerap keringat
mau yaitu lipat paha dan tidak
memberikan dan aksila merangsang
pertolongan 5) Observasi peningkatan suhu
pertama jika suhu tubuh tubuh
suhu tubuh pasien,diaphor 3) Untuk mencegah
pasien esis dehidrasi pada
meningkat. 6) Kolaborasi pasien
- Keluarga pemberian 4) Dapat membantu
pasien antipiretik mengurangi demam
mengatakan sesuai dengan pada pasien
mampu kondisi pasien 5) Suhu 38.90C –
memberikan 41.10C
pertolongan menunjukkan
pertama jika proses penyakit
suhu tubuh infeksius akut
pasien demam yang
meningkat. kembali normal
Suhu tubuh 6) Digunakan untuk
dalam rentang mengurangi demam
normal 36,5 - dengan aksi sentral
37°C, nya pada
-Nadi 80 – hipotalamus,
100x/mnt meskipun demam
-Tidak ada mungkin dapat
perubahan berguna dalam
warna kulit, membatasi
-Akral hangat, pertumbuhan
-Pasien tidak organisme, dan
lemah meningkatkan
autodestruksi dari
selsel yang
terinfeksi.
2. Ketidakseimbangan Tujuan : Setelah 1) Jelaskan 1)Untuk menambah
nutrisi kurang dari dilakukan tentang pengetahuan pasien
kebutuhan tubuh tindakan pentingnya 2) Dapat
berhubungan keperawatan nutrisi meningkatkan
dengan intake selama 2 x 24 2) Berikan masukan meskipun
nutrisi yang tidak jam anak makanan nafsu makan
adekuat akibat menunjukkan dalam porsi mungkin lambat
mual dan nafsu tanda-tanda sedikit dengan untuk kembali
makan yang kebutuhan frekuensi 3) Untuk
menurun nutrisi yang sering menambah nafsu
adekuat. Kriteria 3) Berikan makan pasien
hasil : makanan 4) Memungkinkan
1. Keluarga dalam keadaan makanan yang
pasien hangat dan disukai pasien akan
mengatakan menarik memampukan
mengetahui 4) Anjurkan pasien untuk
tentang orang tua tetap mempunyai pilihan
pentingnya memaksimalka terhadap makanan
nutrisi. n ritual makan yang dapat
2. Keluarga yang disukai dimakan dengan
pasien anak selama di lahap.
mengatakan RS 5) Memberikan
mau 5) Timbang informasi tentang
memberikan BB setiap hari kebutuhan diet atau
makanan sesuai atau sesuai keefektifan terapi
dengan indikasi 6) Mengidentifikasi
kebutuhan. 6) Observasi kekurangan
3. Keluarga intake dan makanan dan
pasien output kebutuhan
mengatakan makanan 7) Mulut yang
mampu 7) Berikan bersih dapat
memberikan kebersihan oral meningkatkan rasa
makanan yang 8) Kolaborasi makanan
memungkinkan dengan ahli 8) Suplemen dapat
pasien untuk gizi untuk memainkan peran
memakan menentukan penting dalam
dengan lahap. jumlah kalori mempertahankan
4. Adanya dan nutrisi masukan kalori dan
peningkatan yang protein
berat badan dibutuhkan
sesuai rentang pasien
BB ideal
5. Nafsu makan
bertambah
mampu
mengidentifikasi
kebutuhan
nutrisi.
6. Porsi makan
habis.
7. Membran
mukosa tidak
pucat
8. Bising usus
normal
9. Tidak ada
kram abdomen
3. Resiko perdarahan Tujuan : setelah 1) Monitor 1) Penurunan
berhubungan dilakukan tanda-tanda trombosit
dengan penurunan selama 2x24 penurunan merupakan tanda
factor-faktor jam di harapkan trombosit yang adanya kebocoran
pembekuan darah pasien tidak disertai tanda pembuluh darah
(trombositopeni). terjadi klinis. yang pada tahap
perdarahan lebih 2) Anjurkan tertentu dapat
lanjut Kriteria pasien untuk menimbulkan
hasil : banyak tanda-tanda klinis
1. Keluarga istirahat ( seperti epistaksis,
pasien bedrest ) ptekie
mengatakan 3) Kolaborasi, 2) Aktifitas pasien
mengetahui monitor yang tidak
tentang akibat trombosit terkontrol dapat
dari penurunan setiap hari menyebabkan
trombosit. 4) Antisipasi terjadinya
2. Keluarga adanya perdarahan.
pasien perdarahan : 3) Dengan
mengatakan gunakan sikat trombosit yang
mau membantu gigi yang dipantau setiap
aktivotas yang lunak, pelihara hari, dapat
dapat kebersihan diketahui tingkat
menyebabkan mulut, berikan kebocoran
terjadinya tekanan 5-10 pembuluh darah
perdarahan. menit dan kemungkinan
3. Keluarga 5) Lindungi perdarahan yang
pasien pasien dari dialami pasien
mengatakan trauma yang 4) Mencegah
mampu dapat terjadinya
mencegah jika menyebabkan perdarahan lebih
adanya perdarahan lanjut
perdarahan. 6) Kolaborasi, 5) untuk
4. Tidak ada monitor mengurangih resiko
perdarahan trombosit perdarahan pada
5. Tidak ada setiap hari pasien
distensi 6) Dengan
abdominal trombosit yang
6. Tidak ada dipantau setiap
hematuria dan hari, dapat
hematemesis diketahui tingkat
7. Hemoglobin kebocoran
dan hematroktit pembuluh darah
dalam batas dan kemungkinan
normal perdarahan yang
dialami pasien
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : An. D L/P
Tempat/tgl lahir : Pontianak/ 01 Juli 2007
Golongan darah : A
Agama : Islam
Suku : Melayu
Alamat : Jl. Hasanudin, Gg. Bilal 1, No. 25
Diagnosa medik : DHF

2. Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny. I
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Suku : melayu
Hubungan dgn pasien : Ibu
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Hasanudin, Gg. Bilal 1, No. 25

B. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk rumah sakit/ keluhan utama: Ibu pasien mengatakan anaknya
demam naik turun sejak tanggal 18 Febuari 2019 dan pada saat itu juga Ibu
pasien membawa anaknya kedokter dan diberi obat sanmol dan cefotaxim
namun tidak kunjung sembuh. Ibu pasien mengatakan pada tanggal 20 Febuari
2019 anaknya mengalami mual muntah dan dibawa kedokter lagi dan diberi
obat vosea. Hari ke 4 dan 5 muntahnya sudah berkurang. Namun anaknya
mengalami keringat dingin kemudian ibunya membawa ke IGD RSUD Bangil
pada tnggal 23 Februari 2019 pukul 24.00 WIB dengan keluhan panas naik
turun selama 5 hari disertai dengan mual dan muntah serta keringat dingin,
hasil LAB menunjukkan anaknya positif DHF dan disarankan oleh dokter
untuk rawat inap diruang anak RSUD Bangil
b. Faktor pencetus : tidak ada
c. Lamanya keluhan : tidak ada
d. Timbulnya keluhan : bertahap
e. Factor yang memperberat : tidak ada
1. Status kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang):
Ibu pasien mengatakan anaknya pernah mengalami batuk pilek biasa.
b. Kecelakaan : Ibu pasien mengatakan anaknya pernah jatuh dari sepeda.
3. Pernah dirawat
1) Penyakit : tidak pernah
2) Waktu : tidak pernah
3) Riwayat operasi : tidak pernah
C. Pengkajian pola fungsi dan pemeriksaan fisik
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Persepsi tentang kesehatan diri
klien mengatakan bahwa kesehatan itu sangat mahal
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
klien hanya tau bahwa ia menderita demam
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
1) Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat ?
Klien sering mengkonsumsi makanan yang mengandung biji- bijian
yang sulit dicerna oleh lambung misalnya, biji cabai dan lain-lain.
Selain kebiasaan itu juga penyebabnya klien yang kurang
mengunsumsi makanan tinggi serat.
2) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisasi
3) Klien hanya memeriksa kesehatan jika ia jatuh sakit
4) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan
a) Yang dilakukan bila sakit
bila hanya demam biasa klien hanya istirahat di rumah, jika sakit
memberat klien dibawa ke rumah sakit
b) Kemana pasien biasa berobat bila sakit ?
ke puskesmas atau ke rumah sakit
c) Kebiasaan hidup (konsumsi jamu/alkohol/rokok/kopi/kebiasaan olah
raga)
Merokok : tidak pernah, lama : tidak pernah
Alkohol : tidak pernah, lama : tidak pernah
Kebiasaan olahraga, jenis : jogging frekwensi : 1x/minggu
d. Factor sosioekonomi yang berhubungan dengan kesehatan
1) Penghasilan orang tua Rp 3.000.000
2) Asuransi/jaminan kesehatan : BPJS
3) Keadaan lingkungan tempat tinggal : bersih
2. Nutrisi, cairan & metabolic
a. Gejala (subyektif)
1) Diit biasa (tipe) : tidak ada, jumlah makan per hari : 3x/hari, saat sakit
nafsu makan menurun jadi 1x/hari
2) Pola diit : tidak ada, makan terakhir : bubur ayam
3) Nafsu/selera makan : menurun, Mual : ada
4) Muntah : ada, jumlah 2x pada hari ini
5) Nyeri ulu hati : tidak ada
6) Alergi makanan : tidak ada
7) Masalah mengunyak/menelan : tidak ada
8) Keluhan demam : tidak ada
9) Pola minum/cairan : jumlah minum 2 L/ hari
cairan yang biasa diminum : air putih, susu, teh
10) Penurunan bb dalam 6 bulan terakhir : ada, jelaskan nafsu makan klien
menurun
b. Tanda (obyektif)

1) Suhu tubuh : 38,5 0 C, Diaphoresis : tidak ada


2) Berat badan : 30 kg, tinggi badan : 110 cm,
Turgor kulit : baik tonus otot : 5555
3) Edema : tidak ada
4) Ascites : tidak ada
5) Integritas kulit perut : baik, Lingkar abdomen : 90 cm
6) Distensi vena jugularis : tidak ada
7) Hernia/masa : tidak ada
8) Bau mulut/halitosis : tidak ada
9) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah : bibir kering, tidak
sianosis.
3. Pernafasan, aktivitas dan latihan pernapasan
a. Gejala (subyektif)
1) Dispnea : tidak terkaji
2) Yang meningkatkan/mengurangi sesak
3) Pemajanan terhadap udara berbahaya tidak ada
4) Penggunaan alat bantu : tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Pernapasan : frekwensi 22x/menit, Simetris
2) Penggunaan alat bantu nafas : tidak ada
3) Batuk : tidak terkaji
4) Fremitus : normal bunyi nafas : normal
4. Aktivitas (termasuk kebersihan diri) dan latihan
a. Gejala (subyektif)
1) Kegiatan dalam pekerjaan dibantu ibu
2) Kesulitan/keluhan dalam aktivitas
a) Pergerakan tubuh, baik
b) Kemampuan merubah posisi, perlu bantuan, jelaskan karena klien
merasa lemah
c) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll):
perlu bantuan, jelaskan karena lemah
3) Toileting (BAB/BAK) : perlu bantuan,
4) Keluhan sesak nafas setelah beraktivitas : tidak ada
5) Mudah merasa kelelahan : ada, Toleransi terhadap aktivitas : kurang
b. Tanda (obyektif)
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati
2) Status mental (misalnya menarik diri, letargi)
3) Penampilan umum
a) Tampak lemah : ya, jelaskan
b) Kerapian berpakaian rapi, karena ibu klien selalu merapikan
pakaian klien
4) Pengkajian neuromuskuler
Masa/tonus : baik
Kekuatan otot : 5555
Rentang gerak : baik
Deformasi : tidak ada
5) Bau badan tidak ada, bau mulut tidak ada
Kondisi kulit kepala bersih
Kebersihan kuku bersih
5. Istirahat
a. Gejala (subyektif)
1) Kebiasaan tidur tidur saat malam saja
Lama tidur saat sakit 5 jam dan sering terbangun
2) Masalah berhubungan dengan tidur
a) Insomnia : ada
b) Kurang puas/segar setelah bangun tidur : ada, Jelaskan klien kurang
tidur
b. Tanda (obyektif)
1) Tampak mengantuk/mata sayu : ada, jelaskan klien kurang tidur
2) Mata merah : ada
3) Sering menguap : ada
6. Sirkulasi
a. Gejala (subyektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung tidak ada
2) Riwayat edema kaki : tidak ada
3) Flebitis tidak ada
4) Rasa kesemutan tidak ada
5) Palpitasi tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Tekanan darah : 90/70 mmHg
2) Mean Arteri Pressure/ tekanan nadi
3) Nadi/pulsasi :
a) Karotis : tidak terkaji
b) Femoralis : tidak terkaji
c) Popliteal : tidak terkaji
d) Jugularis : tidak terkaji
e) Radialis : 100x/menit
f) Dorsal pedis : tidak terkaji
g) Bunyi jantung : lup dup, frekuensi : tidak terkaji, Irama : reguler,
kualitas : tidak terkaji
4) Friksi gesek : tidak ada murmur : tidak ada

5) Ekstremitas, suhu : 38,50C


6) Tanda homan : tidak ada
7) Pengisian kapiler : <3 detik, Varises : tidak ada, phlebitis : tidak ada
8) Warna : membran mukosa : merah, bibir : kering, Konjungtiva : tidak
anemis, sklera : tidak ikterik, punggung kuku : baik
7. Eliminasi
a. Gejala (subyektif)
1) Pola BAB : frekuensi : 1x/hari konsistensi : lunak
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal : terp
asang, kolostomi/ileostomy) : tidak ada
3) Kesulitasn BAB konstipasi : tidak ada, Diare : tidak ada
4) Penggunaan laksatif : tidak ada
5) Waktu BAB terakhir : hari ini
6) Riwayat perdarahan : tidak ada, Hemoroid : tidak ada
7) Riwayat inkontinensia alvi : tidak ada
8) Penggunaan alat-alat : misalnya pemasangan kateter : ya
9) Riwayat penggunaan diuretik : tidak ada
10) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK : tidak ada
11) Kesulitan BAK : sebelumnya ada
b. Tanda (obyektif)
1) Abdomen
a) Inspeksi : abdomen membuncit tidak,
b) Auskultasi : bising usus : 5x/menit, bunyi abnormal tidak ada
c) Perkusi
(1) Bunyi tympani ada, Kembung : tidak ada
(2) Bunyi abnormal : tidak ada
2) Palpasi :
a) Nyeri tekan : ada di titik Mc Burner, Nyeri lepas : ada di titik
Mc Burner
b) Konsistensi : lunak/keras : keras, Massa : tidak ada
c) Pola BAB : konsistensi padat lunak, Warna : kuning,
Abnormal : tidak ada
d) Pola BAK : dorongan : tidak ada, Frekuensi : 3x/hari
retensi : tidak ada
e) Distensi kandung kemih : tidak ada
f) Karakteristik urin : kuning, bau : khas
g) Bila terpasang colostomy atau ileustomy : keadaan tidak ada
8. Neurosensori dan kognitif
a. Gejala (subyektif)
1) Adanya nyeri
P = tidak terkaji
Q = tidak terkaji
R = tidak terkaji
S = tidak terkaji
T = tidak terkaji
2) Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada
3) Sakit kepala : lokasi nyeri tidak ada
4) Kesemutan/kebas/kelemahan (lokasi) : tidak ada
5) Kejang : tidak ada
6) Mata : penurunan penglihatan ada, jelaskan mata rabun jauh
7) Pendengaran : penurunan pendengaran tidak ada
8) Epistaksis : tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Status mental
Kesadaran : composmentis
2) Skala koma glasgow (gcs) : (e) 4, (m) 5, (e) 6
3) Terorientasi/disorientasi : waktu baik, tempat baik, Orang : baik
4) Persepsi sensori : ilusi tidak ada, halusinasi tidak ada
Delusi tidak ada
5) Memori : saat ini baik, Masa lalu klien : ingat
6) Alat bantu penglihatan/pendengaran ada, sebutkan : kacamata
7) Reaksi pupil terhadap cahaya : ka/ki.isokor, Ukuran pupil: normal
8) Fascial drop : tidak ada, postur normal, Reflek baik
9) Penampilan umum tampak kesakitan : ada, menjaga area sakit
9. Keamanan
a. Gejala (subyektif)
1) Alergi : (catatan agen dan reaksi spesifik)
2) Obat-obatan : tidak ada alergi
3) Makanan : tidak ada alergi
4) Faktor lingkungan : tidak ada alergi
a) Riwayat penyakit hubungan seksual : tidak ada
b) Riwayat transfusi darah: tidak ada,riwayat adanya reaksi transfusi:
tidak ada
5) Kerusakan penglihatan, pendengaran : tidak ada
6) Riwayat cidera : tidak ada
7) Riwayat kejang : tidak ada
b. Tanda (objektif)

1) Suhu tubuh 38,50C, diaforesis: tidak ada


2) Integritas jaringan: baik
3) Jaringan parut : tidak ada
4) Kemerahan pucat : tidak terkaji
5) Adanya luka : luas: tidak ada, kedalaman: tidak ada
6) Ekimosis/tanda perdarahan lain: tidak ada
7) Faktor resiko : terpasang alat invasive: tidak ada
8) Gangguan keseimbangan : tidak ada
9) Kekuatan umum composmentis, tonus otot 5555
10. Seksual dan reproduksi
a. Gejala (subyektif)
1) Pemahaman terhadap fungsi seksual: baik
2) Gangguan hubungan seksual karena berbagai kondisi ( fertilitas, libido
, ereksi,
menstruasi, kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi atau kondisi sakit)
tidak ada
3) Permasalahan selama aktivitas seksual tidak ada
4) Pengkajian pada laki-laki : raba pada penis tidak terkaji,
Gangguan prostat tidak terkaji
b. Tanda (obyektif)
1) Pemeriksaan payudara/penis/testis: Tidak terkaji
2) Kutil genital, lesi: Tidak terkaji
11. Persepsi diri, konsep diri dan mekanisme koping
a. Gejala (subyektif)
1) Faktor stres: pasien cemas jika ia akan dioperasi
2) Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (sendiri atau dibantu)
dibantu istrinya
3) Yang dilakukan jika menghadapi suatu masalah
jika klien ada masalah klien bercerita dan meminta pendapat istri.
4) Upaya klien dalam menghadapi masalahnya Sekarang: tidak terkaji
5) Perasaan cemas/takut : ada, jelaskan klien cemas jika akan operasi
usus buntu
6) Perasaan ketidakberdayaan : tidak ada
7) Perasaan keputusasaan : tidak ada
8) Konsep diri
a) Citra diri : klien dapat menggambarkan perasaannya
b) Ideal diri : klien berusaha ingin cepat sembuh
c) Harga diri : harga diri klien baik
d) Ada/tidak perasaan akan perubahan identitas : klien merasa tidak bisa
memenuhi kewajiwan sebagai bapak dan suami dengan baik saat
sakit.
e) Konflik dalam peran : tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Status emosional : tenang
2) Respon fisiologi yang terobservasi : perubahan tanda vital : ekspresi waj
ah tidak terkaji
12. Interaksi sosial
a) Gejala (subyektif)
1) Orang terdekat & lebih berpengaruh: Orang tua, istri dan anak
2) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah: Istri
dan orang tua
3) Adakah kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua, saudara,
pasangan
tidak ada
4) Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehata, klien lain : tidak ada
b) Tanda (obyektif)
1) Kemampuan berbicara : jelas, afasia: tidak
2) Pola bicara tidak biasa/kerusakan: normal
3) Penggunaan alat bantu bicara: tidak ada
4) Adanya jaringan laringaktomi/trakeostomi: tidak ada
5) Komunikasi non verbal/verbal dengan keluarga/orang lain: ada
6) Perilaku menarik diri : tidak ada
13. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
a) Gejala (subyektif)
1) Sumber kekuatan bagi pasien: Allah SWT dan keluarga
2) Perasaan menyalahkan tuhan : tidak ada
3) Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan, mac
am:sholat dan mengaji, Frekuensi : sholat 5x/hari, mengaji habis magrib
4) Masalah berkaitan dengan aktifitasnya tsb selama dirawat: tidak
terkaji
5) Pemecahan oleh pasien tidak terkaji
6) Adakah keyakinan/kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan
dengan, Kesehatan: tidak ada
7) Pertengtangan nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan yang
dijalani : tidak ada
b) Tanda (obyektif)
1) Perubahan perilaku: tidak ada
2) Menolak pengobatan : tidak ada
3) Berhenti menjalankan aktivitas agama : tidak ada
4) Menunjukan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan : tidak ada\
Data penunjang
1. Laboratorium:
Hasil laboratorium tanggal 27 Febuari 2019
Leukosit 3,6 10 ³µl N : 3,7 – 10,1 10 ³/ µl
Hemoglobin 12,60 g/dl N : 13,5 – 18,0 g/dl
Hematocrit 34,55 % N : 40% – 54%
Trombosit 78 N : 150 – 450 66

Hasil laboratorium tanggal 28 Febuari 2019


Leukosit 3,7 10 ³µl N : 3,7 – 10,1 10 ³µl
Hemoglobin 12,60 g/dl N : 13,5 – 18,0 g/dl
Hematocrit 34,55 % N : 40 – 54 %
Trombosit 152 N : 150 – 450

2. Radiologi: Tidak terkaji


3. EKG: Tidak terkaji
4. USG: Tidak terkaji
5. CT Scan: Tidak terkaji
6. Pemeriksaan lain: Tidak terkaji
7. Obat-obatan:
Infus. Asering 1500/24 jam : Membantu dalam pemenuhan cairan tubuh.
Inj. Antrain : 2 x 500 g : Fungsi golongan analgesik
Inj. Ranitidin : 2 x 50 mg : Fungsi anti mual

8. Diit: Tidak terkaji


B. Analisa data
No. Data Etiologi Problem
1. Ds : Arbovirus Hipertermi
Keluarga klien mengatakan (melalui) nyamuk
An.D demam sejak 5 hari yang aedes aegypti
lalu.
Do: Beredar dalam
K/u lemah Akral hangat aliran darah
Warna kulit agak kemerahan
TTV : Proses penyakit
TD : 90/70 (infeksi virus
S: 38,5˚C Dengue)
N: 100x/mnt
RR: 22x/mnt
Lab:
Leukosit 3600
HB <12,60 g/dl
13,5-12,0
2. DS : Abdomen Defisit nutrisi
Ibu pasien mengatakan anaknya
mual dan nafsu makannya Ascites
menurun.
DO : Intake nutrisi
1. Pasien lemas yang tidak
2. Makan 3 kali sehari habis ¼ adekuat akibat
porsi mual dan nafsu
3. BB menurun (sebelum sakit makan yang
22 kg dan setelah sakit 21 kg) menurun
BB normal 42 kg.

Factor
psikologis
(keenggangan
untuk makan)

C. Diagnosa
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dengue
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun

D. Intervensi
No. Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilkukan tindakan 1. Bina 1. Menimbulkan
keperawatan selama 2x24 jam hubungan saling rasa saling percaya
diharapkan suhu badan klien percaya pada klien
menurun dan stabil dengan 2. Jelaskan pada 2. Suhu 38.90C –
Kriteria Hasil : keluarga pasien 41.10C
1. Suhu badan pasien tentang demam menunjukkan
menurun/tida k panas 3. Anjurkan proses penyakit
2. Nadi normal 100x/mnt orang tua untuk infeksius akut.
3. RR normal 20x/mnt memberikan Pola demam dapat
4. Akral hangat pakaian tipis membantu dalam
dan mudah diagnosis misalnya
menyerap kurva demam
keringat lanjut berakhir
4. Anjurkan berakhir lebih dari
orang tua untuk 24 jam
meningkatkan menunjukkan
asupan cairan pneumonia
pada pasien pneumokokal,
5. Ajarkan cara demam scarlet atau
mengompres tifoid
yang benar 3. Untuk
yaitu lipat paha memberikan rasa
dan aksila nyaman pakaian
6. Observasi yang tipis mudah
suhu tubuh menyerap keringat
pasien,diaphor dan tidak
esis merangsang
7. Kolaborasi peningkatan suhu
pemberian tubuh
antipiretik 4. Untuk mencegah
sesuai dengan dehidrasi pada
kondisi pasien pasien
5. Dapat
membantu
mengurangi
demam pada
pasien
6. Suhu 38.90C –
41.10C
menunjukkan
proses penyakit
infeksius akut
demam yang
kembali normal
7. Digunakan
untuk mengurangi
demam dengan
aksi sentral nya
pada hipotalamus,
meskipun demam
mungkin dapat
berguna dalam
membatasi
pertumbuhan
organisme, dan
meningkatkan
autodestruksi dari
sel-sel yang
terinfeksi.
2. Setelah dilakukan tindakan 2 x 1. Bina 1. Menimbulkan
24 jam diharap kan pasien hubungan saling rasa saling percaya
mengkonsumsi nutrisi dalam percaya pada klien
jumlah yang adekuat dengan 2. Jelaskan 2. Untuk
kriteria hasil : tentang menambah
1. nafsu makan bertambah pentingnya pengetahuan
2. Pasien menghabiskan porsi nutrisi pasien
makannya 3 kali sehari porsi 3. Berikan 3. Dapat
habis makanan dalam meningkatkan
3. Pasien tidak mual porsi sedikit masukan meskipun
dengan nafsu makan
frekuensi sering mungkin lambat
4. Berikan untuk kembali
makanan dalam 4. Untuk
keadaan hangat menambah nafsu
dan menarik makan pasien
5. Anjurkan 5. Memungkinkan
orang tua tetap makanan yang
memaksimalk disukai pasien
an ritual makan akan memampukan
yang disukai pasien untuk
anak selama di mempunyai pilihan
RS terhadap makanan
6. Timbang BB yang dapat
setiap hari atau dimakan dengan
sesuai indikasi lahap.
7. Observasi 6. Memberikan
intake dan informasi tentang
output makanan kebutuhan diet
8. Berikan atau keefektifan
kebersihan oral terapi
9. Kolaborasi 7.
dengan ahli gizi Mengidentifikasi
untuk kekurangan
menentukan makanan dan
jumlah kalori kebutuhan
dan nutrisi yang 8. Mulut yang
dibutuhkan bersih dapat
pasien meningkatkan rasa
makanan
9. Suplemen dapat
memainkan peran
penting dalam m
empertahankan
masukan kalori
dan protein
E. Pembahasan
Pada penelitian Eny (2015) bahwa ada perbedaan secara signifikan
pada rerata penurunan suhu pada pasien yang diberikan kompres air hangat
pada daerah aksila dan pasien yang diberikan kompres air hangat pada daerah
dahi. Hal ini menunjukkan bahwa teknik pemberian kompres air hangat pada
daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan suhu tubuh dibandingkan
dengan teknik pemberian kompres air hangat pada daerah dahi pada pasien
demam. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Tamsuri yang menyatakan daerah ketiak terdapat vena besar yang memiliki
kemampuan proses vasodilatasi yang sangat baik dalam menurunkan suhu
tubuh dan sangat dekat dengan otak yang merupakan tempat terdapatnya sensor
pengatur suhu tubuh yaitu hypothalamus.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif
karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak
terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga
akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak.
Link video : https://www.youtube.com/watch?v=opGvoe0SqEc
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Kompres Hangat

1. PENGERTIAN Kompres hangat adalah memberikan rasa


hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
2. TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan
tenang pada klien
3. INDIKASI 1. Klien hipertermi (suhu tubuh yang
tinggi)
2. Klien dengan perut kembung.
3. Klien yang mempunyai penyakit
peradangan, seperti radang persendian.
4. Spasme otot.
5. Adanya abses.
4. KONTRAINDIKASI 1. Trauma 12-24 jam pertama
2. Perdarahan/edema
3. Gangguan vascular
4. Pleuritis

5. PERSIAPAN PASIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan


identifikasi pasien dengan memeriksa
identitas pasien secara cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan. Berikan kesempatan
kepada pasien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan pasien.
3. Atur posisi pasien sehingga merasakan
aman dan nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT: 1. Air panas
2. Washlap
3. Sarung tangan
4. Handuk kering
7. CARA KERJA:
1. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
5. Posisikan pasien senyaman mungin
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
7. Periksa TTV pasien sebelum memulai backrub (terutama nadi dan tekanan
darah)
8. Kebersihan alat diperhatikan
9. Kompres hangat diletakkan di bagian tubuh yang memerlukan (dahi, aksila,
lipat paha).
10. Minta pasien untuk mengungkapkan ketidaknyamanan saat dilakukan
kompres.
11. Pengompresan dihentikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
12. Kaji kembali kondisi kulit disekitar pengompresan, hentikan tindakan jika
ditemukan tanda-tanda kemerahan.
13. Rapikan pasien ke posisi semula
14. Beri tahu bahwa tindakan sudah selesai
15. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
16. Kaji respon pasien (respon subjektif dan objektif)
17. Berikan reinforcement positif pada pasien
18. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
19. Akhiri kegiatan dengan baik
HASIL:

Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh,


respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat
LOGBOOK

No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Paraf


1 Senin, 16 -11- 07.00- Mendapat arahan dari Dayan
2020 14.00 pembimbing
Mendapatkan kasus
pemicu
Menyusun laporan
pendahuluan
2 Selasa, 17-11- 07.00- Mengumpulkan LP Dayan
2020 14.00 Lanjut membuat askep
3 Rabu, 18-11- 15.30 Melanjutkan askep dan Dayan
2020 mencari jurnal beserta
video
4 Kamis, 19-11- 07.00- Lanjut membuat askep Dayan
2020 14.00 Membuat pembahasan
5 Jum’at, 20-11- 07.00- Membuat logbook Dayan
2020 14.00
6. Sabtu, 21-11- 18.30 Mengumpulakan LP, Dayan
2020 Askep, Jurnal, SOP dan
Logbook
DAFTAR PUSTAKA

Dian Indriyani, (2011). Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak.Salemba
Medika : Jakarta
Eny Inda Ayu., Winda Irwanti., Mulyanti. (2015). Kompres Air Hangat pada
Daerah Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien
Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Journal Ners And Midwifery
Indonesia Vol. 3, No. 1 hal 10-14.
Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nanda, (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10 Editor T Heather Herdman, Shemegi Kamitsuru. Jakarta : EGC

Prasetyono. (2012). Buku Pintar Asi Eksklusif. Yogya : Diva Press


Septiani, Anggun Retno. (2018). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada
By. M Dengan DHF di Ruang Kertawijaya di RSU. Dr. Wahidin Sudiro :
Mojokerto.
Rampengan TH, (2009). Penyakit tropic anak. Kedokteran EGC: Jakarta
Hidayat A. Aziz Alimul. (2012). Penyakit Infeksi. Sagung Sejo : Jakarta
Suriadi dan Rita Yulianni. (2010). Askep pada anak.Sagung Seto EGC: Jakarta
Nurarif Dan Kusuma. (2015). Buku saku diagnosa keperawatan. EGC: Jakarta
TarwotoWartonah, (2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.
Edisi : 3 Salemba Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai