Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH

NTSI6069 ETIKA PROFESI


Dosen Pembimbing : Ir. Dian Ariestadi, M.T. Ars

TUGAS
Permasalahan Etika pada Tahapan Perencanaan

Indah Lestari
170523627030

PROGRAM S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2020
1. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan bermula dari sebuah gagasan/ide atau kebutuhan
dari pemilik/pengguna jasa, dimana sebuah gagasan atau kebutuhan tersebut tidak bisa
dilaksanakan begitu saja, harus melalui proses kajian dan perencaan terlebih dahulu.
Kegiatan ini bertujuan agar bangunan yang dibangun tidak melanggar peraturan yang
diterapkan, serta agar bangunan dapat berfungsi dengan baik dan aman. Tahap
perencanaan sendiri juga dibagi menjadi beberapa bagian, berikut merupakan bagian-
bagian dari tahap perencanaan
1) Persiapan
Ada empat kegiatan yang biasa dilakukan pada bagian persiapan ini, yaitu :
a. Pengidentifikasi proyek : mempelajari secara cermat jenis, maksud dan tujuan
dari proyek terkait, agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan pemilik proyek.
b. Penyusunan jadwal pekerjaan : membuat perencanaan progres kerja yang
harus dilakukan untuk menyelesaikan proyek.
c. Persiapan SDM+peralatan : menyiapkan sumber daya manusia (tenaga ahli)
yang diperlukan sesuai kebutuhan dan syarat dari proyek tersebut, serta
mempersiapkan alatalat yang mendukung.
d. Penyusunan rencana pemakaian sumber daya : menyusun jadwal dan
pembagian tugas (job description) sesuai dengan kapasitas dan kemampuan
masing-masing sumber daya manusia dan sumber daya peralatan.
2) Konsep
Ada tujuh kegiatan yang biasa dilakukan pada bagian konsep ini, yaitu :
a. Perumusan maksud dan tujuan proyek : mendeskripsikan sejelas mungkin
maksud dan tujuan proyek secara teknis dan kemudian dilakukan pencarian
solusi/jawaban atas permasalahan desain yang diberikan.
b. Pengkajian kebutuhan fungsional ruang : menganalisis kebutuhan ruang yang
diperlukan secara ideal pada proyek tersebut
c. Pengkajian data teknis situasi eksisting : menganalisis segala data pada kondisi
eksisting proyek, terutama untuk proyek rehabilitasi atau proyek melanjutkan
(bukan tahap pertama).
d. Pengkajian tapak+lingkungan proyek : menganalisis kondisi lahan yang
hendak ditempati bangunan, beserta keadaan lingkungan disekitarnya.
Mencakup aspek kontur, tipe tanah, pencahayaan, penghawaan, kebisingan,
juga peraturan daerah setempat, dan aspek-aspek lain yang sekiranya
diperlukan.
e. Pengkajian spesifikasi desain yang dibutuhkan : menganalisis bagaimana
sebenarnya kebutuhan desain yang diperlukan untuk menyelesaikan
permasalahan perancanaan. Misalnya dari segi penghawaan, pengudaraan,
akustik, pemilihan warna yang spesifik, dll.
f. Pengkajian standar teknis : mengumpulkan referensi dan menganalisis standar
teknis bangunan untuk kebutuhan proyek, seperti standar baja, mutu beton, fire
protection, dan standar-standar keamanan bangunan yang lainnya.
g. Penentuan tema desain/konsep makro : menentukan tema awal bangunan,
sesuai tema yang hendak diusung berdasarkan kebutuhan pengguna.
3) Pra Rancangan
Ada enam kegiatan yang biasa dilakukan pada bagian pra rancangan ini, yaitu:
a. Pencarian konsep desain : mengembangkan tema awal menjadi sebuah konsep
arsitektural yang dituangkan dalam sketsa.
b. Penyusunan pola dan bentuk arsitektur : pengembangan sketsa menjadi sebuah
pola kedekatan ruang dan konfigurasi bentukan bangunan secara makro
sebagai blue print penataan ruang dan ide desain awal.
c. Penyusunan diagram fungsi ruang dan bangunan : menyusun penataan konsep
perletakkan ruang dan massa bangunan (jika multi massa)
d. Pembuatan diagram aspek kualitatif-kuantitatif : membuat diagram mencakup
dimensi ruangan, kapasitas yang diperlukan berdasar kebutuhan, organisasi
ruang, penataan sirkulasi, dan aspek estetika bangunan.
e. Pengkonsepan bahan dan teknologi yang dipakai : merencanakan material-
material yang hendak digunakan, beserta metode/teknologi pelaksanaan di
lapangannya.
f. Pengkonsepan alokasi biaya dan waktu proyek : menyusun perencanaan
penggunaan biaya dan waktu sesuai pagu anggaran dan batasan waktu yang
tercantum di dalam kontrak.
4) Rancangan
a. Pematangan hasil studi kelayakan : melakukan peninjauan kembali hasil dari
studi kelayakan proyek dan memasukkan aspek-aspek penting yang mungkin
terlupakan ke dalam perencanaan yang sedang dikerjakan.
b. Pematangan aspek fungsional : melakukan peninjauan kembali hasil dari
konsultasi klien dan studi kebutuhan fungsional ruang kedalam perencanaan
yang sedang dikerjakan.
c. Pematangan aspek estetika : melakukan peninjauan kembali hasil dari
konsultasi klien dan studi kebutuhan estetika beserta hasil eksplorasi desain ke
dalam perencanaan yang sedang dikerjakan.
d. Pematangan aspek ekonomi : melakukan peninjauan kembali hasil dari
konsultasi klien dan studi perencanaan anggaran biaya dan jadwal proyek
beserta aspek-aspek ekonomi yang lainnya ke dalam perencanaan yang sedang
dikerjakan.
5) Dokumen
a. Penyusunan Detailed Engineering Design (DED) : membuat gambar kerja
untuk pelelangan sekaligus gambar pedoman pelaksanaan pembangunan di
lapangan.
b. Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) : membuat spesifikasi
material/bahan, alat, teknik/metoda kerja sebagian pedoman pelaksana, dan
hal-hal yang bersifat administratif dalam proyek.
c. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Bill of Quantity (BQ) : RAB
diberikan untuk klien/pemilik proyek sebagai pedoman untuk menyeleksi
kontraktor, sedangkan BQ diberikan untuk calon kontraktor yang mengikuti
tahapan prakualifikasi untuk membantu membuat penawaran proyek.
d. Penyusunan perhitungan teknik, dokumen kontrak, dan daftar informasi
supplier : perhitungan struktur digunakan sebagai dasar pembuatan gambar
kerja struktur yang sekaligus diperlukan untuk kepentingan non teknis proyek
seperti proses pengurusan IMB. Dokumen kontrak dibuat untuk klien/pemilik
proyek yang telah berhasil menentukan kontraktor untuk melakukan perjanjian
e. tertulis. Informasi supplier diberikan kepada klien/pemilik proyek sebagai
panduan untuk membandingkan harga pasaran dengan harga yang ditawarkan
kontraktor, terutama saat terjadi pekerjaan tambah-kurang di lapangan.
f. Verifikasi dan validasi desain : verifikasi adalah pemerikasaan kembali segala
dokumen yang hendak dilelangkan, yang dilakukan bersama dengan
klien/pemilik proyek. Sedangkan validasi adalah pemeriksaan dan penyetujuan
diokumen oleh pihak yang berwenang, misalnya untuk bangunan gedung
pemerintahan, maka diperlukan eksaminasi dokumen oleh Dinas Pekerjaan
g. Umum bidang Cipta Karya.
h. Perubahan desain (aanvuling) : perubahan desain dilakukan jika ternyata
setelah melalui tahap verifikasi an eksaminasi, ternyata pihak pemeriksa
menemukan adanya ketidakbenaran dalam dokumen, sehingga diperlukan
perbaikan dokumen gambar DED atau dokumen RKS.
2. Pihak yang Terlibat
Pada proses perencaan kontruksi juga melibatkan pihak-pihak yang bertanggung
jawab untuk berlangsungnya proses ini. Pihak-pihak yang terlibat akan menentukan
bagaimana proses pembangunan ini akan berlangsung. Berikut merupakan pihak yang
terlibat dalam tahap perencanaan, yaitu pemilik/owner dan konsultan perencana.
1) Owner (Pemilik)
Owner merupakan pemilik bangunan atau pemberi dan pengguna jasa
konstruksi. Tugas dari pemilik adalah untuk memberikan gambaran bangunan yg
akan dibangun, memberi keputusan atas bangunan yg akan dibangun, dan membayar
pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut.
2) Konsultan perencana
Konsultan perencana adalah orang/organisasi yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap, baik bidang struktur, arsitektur, mekanikal, elektrikan, dan
lingkungan. Fungsi dari konsultan perencana adalah memberikan bantuan dan
nasehat kepada pemilik/pengguna jasa mengenai proyek yang akan dilakukan,
sedangkan tugas dari konsultan perencana adalah sebagai berikut,
 Mengadakan penyesuaian kondisi ataupun keadaan lapangan dengan keinginan
pemilik proyek.
 Membuat gambar (Sketsa) kerja pelaksanaan.
 Merancang rencana kerja dan syarat pelaksanaan bangunan (RKS) yang
nantinya menjadi pedoman pelaksanaan.
 Membuat rencana anggaran biaya (RAB).
 Memproyeksikan keinginan atau ide pemilik proyek ke dalam desain
bangunan.
 Melakukan perubahan desain apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan untuk dilalukan.
 Sebagai penanggung jawab desain dan perhitungan struktur apabila terjadi
kegagalan konstruksi. Dan kemudian proses pelaksanaanya diserahkan kepada
konsultan pengawas. Konsultan pengawas disini adalah orang atau instansi
yang menjadi wakil pemilik proyek di lapangan.
3. Kasus Pelanggaran Etika
Reklamasi yang dilakukan di Ibukota jakarta tepatnya di Jakarta Utara (Pluit) yang
biasa kita dengar Reklamasi di Teluk Jakarta. Reklamasi ini dilaksanakan karena adanya
alasan dari hal tersebut. Penurunan muka tanah di Jakarta mencapai 18 centimeter per
tahun. Hal ini akibat ekstraksi atau pencurian air tanah oleh pengelola gedung-gedung
bertingkat maupun perumahan. Pertumbuhan penduduk kota Jakarta yang semakin
meningkat memerlukan lahan untuk pemukimannya. Jakarta akan tumbuh menjadi
12,5 juta jiwa pada 2030. Wilayah yang perlu direkontruksi adalah wilayah bagian
utara karena wilayah bagian selatan Jakarta merupakan daerah resapan air untuk
menjaga lingkungan. Sehingga, Jakarta harus memiliki inisiatif menyiapkan lahan
baru untuk menampung perkembangan. Selain itu, Laut Jakarta sudah terlalu kotor,
dan pembangunan hunian-hunian mewah harus tetap dilakukan untuk meningkatkan
perekonomian kota. Jakarta harus membangun tanggul raksasa (Giant Sea Wall)
untuk mencegah banjir. Hal ini menjadi beberapa penyebab dilaksanakannya
reklamasi di Jakarta bagian utara.
Pelanggaran Etika
Profesi :
Dalam pembangunan reklmasi teluk Jakarta tidak lepas dari yang namnya
pelnggaran etika profesi, adapun beberapa pelanggaran etika profesi yang terjadi di
kasus reklamasi teluk Jakarta antara lain:

a) Kejujuran : proyek reklamasi mel Raperda Zonasi Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil (RWZP3K) Provinsi Jakarta dan Raperda tentang
Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Pantai Jakarta
Utara.melakukan pelanggaran perundang-undangan atau kontrak,
melakukan dukungan politik.

b) Keadilan : tidak bertanggung jawab terhadap publik dengan tidak


adanya keterbukaan dalam pengambilan keputusan.

c) Akuntabilitas : Dengan tidak adanya keterbukaan maka hilang rasa


kepercayaan.

d) Independen : bersikap netral dalam melaksanakan tugas, tidak


terpengaruh oleh kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
e) Berintegritas : memiliki perilaku yang bermartabat dan
bertanggungjawab.

f) Profesional : menjaga dan menjalankan keahlian profesi dan mencegah


benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas.
Para Pihak yang Terlibat:
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi (menerima suap Rp 1,14 miliar
dari PT Agung Podomoro Land Tbk, salah satu pengembang yang terlibat dalam
proyek reklamasi)
Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Tbk
PT. Muara Wisesa Samudra anak perusahaan PT. Agung Podomoro Land Tbk
Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) (Ahok memberikan izin)

Penjelasan:
• Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta pemberian izin Raperda Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RWZP3K) Provinsi Jakarta dan
Raperda tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Pantai
Jakarta Utara.

• PT. Agung Podomoro Land Tbk yang beri suap kepada Ketua Komisi D
DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi;

• Gubernur Basuki Tjahya Purnama : pemberian Izin Pelaksanaan

Reklamasi Pulau G kepada PT Muara Wisesa Samudra.

Anda mungkin juga menyukai