Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

Penyakit kanker merupakan penyakit kronis dalam jangka panjang, cara penanganannya dengan
kemoterapi. Keberhasilan dalam kemoterapi sebesar 44,4%; kemoterapi dapat menurunkan
stadium kanker sebesar 30-60%. Untuk itu sebelum melaksanakan kemoterapi pasien harus
konseling terlebih dahulu dengan apoteker sesuai dengan Permenkes no 72 tahun 2016.
Konseling merupakan bagian dari pelayanan farmasi. Jika konseling itu berjalan dengan lancar,
maka pasien merasa puas terhadap pelayanan. Kepuasan pasien merupakan suatu penilaian
terhadap kenyataan yang diterima pasien dan nilai harapan yang diharapkan pasien terhadap
pelayanan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kepuasan pasien kemoterapi rawat
inap terhadap mutu pelayanan instalasi farmasi yang diterimanya. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif dengan metode survei, yang mana cara pengambilan data dilakukan dengan
kuesioner. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 100 pasien kemoterapi rawat inap,
pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2018. Pengukuran tingkat kepuasan pasien
menggunakan metode SERVQUAL (Service Quality) dimana terdapat lima dimensi yang diukur,
meliputi dimensi bukti nyata (tangible), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness),
jaminan (assurance), dan empati (emphaty). Berdasarkan hasil penelitian dapat digambaran
sosiodemografi pasien kemoterapi rawat inap yang menerima pelayanan instalasi farmasi di
RSPAD Gatot Soebroto Jakarta didominasi oleh perempuan sebesar 73%; dari segi usia 35-44
tahun sebesar 26%; dari tingkat pendidikan menengah (SMA) sebesar 46%; lama perawatan
kemoterapi rawat inap selama 1-5 hari sebesar 94%; cara pembayaran pasien dengan
menggunakan BPJS sebesar 96%, dan pasien kemoterapi rawat inap didominasi oleh penyakit
kanker payudara sebesar 50%. Tingkat kepuasan pasien kemoterapi rawat inap terhadap mutu
pelayanan instalasi farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat dengan hasil yang
menyatakan bahwa ada tiga dimensi yang hasilnya puas, yakni dimensi kehandalan (reliability)
dengan nilai kesenjangan sebesar 0,09, dimensi empati (emphaty) sebesar 0,22 dan dimensi
ketanggapan (responsiveness). Sedangkan ada dua dimensi yang memiliki nilai kesenjangan
negative, ini menandakan bahwa pasien tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan. Dimensi
tersebut meliputi dimensi bukti nyata (tangible) -0,20 dan dimensi janminan (assurance) -0,25.

Anda mungkin juga menyukai