Anda di halaman 1dari 21

Nama : Rexy Agriva Ginting

Tingkat / Jurusan : IV-A / Teologi

Mata Kuliah : Seminar Perjanjian Lama

Dosen : Dr. Jontor Situmorang Kelompok II

Menjelaskan Nama Allah dalam Alkitab ( Tinjauan Biblika, Historika, Dogmatika , Ilmu
Agama dan Agama Suku)

I. Latar Belakang

Nama merupakan tanda dari identitas seseorang. Namun banyak sekali yang pemahaman
dewasa ini yang melihat bahwa nama dan penamaan itu hanya sekedar pemberian agar orang
lain tidak bingung untuk memanggilnya. Dalam situasi ini, Allah yang telah menyatakan
dirinya kepada manusia, memperlihatkan bahwa Ia begitu sangat merendahkan diriNya untuk
menjadi serupa dengan manusia, Ia berjalan, Ia merasa, kesakitan, lapar, haus, dan
sebagainya. Namun Ia juga tidak lupa untuk memikirkan bagaimana Ia boleh dikenal oleh
umatNya lewat sebuah nama yang indah yaitu Yesus, yang Ia boleh pakaikan itu didalam
kehidupan sosialnya. Dan nama itu memperlihatkan suatu karya yang yang maha ajaib di
tengah kehidupan umat manusia.
Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Allah juga dimaknai dengan sebutan yang
beragam, sebagaimana Ia dipahami dalam keagunganNya sebagai Yang Maha Tinggi. Dalam
proses rangkaian kehidupan manusia juga perlahan masuk kedalam sebuah suku yang
menjadi mesin pembentuk, penjaga, dan pendukung kehidupannya. Setiap suku mempunyai
sistem dalam proses simulasi kehidupan mereka, salah satunya adalah tentang kepercaaan
kepada allah yang disembah. Dalam hal ini memperlihatkan kepada dunia bahwa suku juga
mempunyai paham tentang tuhannya, namun apakah itu juga merupakan sebuah pemaknaan
yang sama dengan apa yang Alkitab saksikan didalam kehidupan umat manusia saat itu.
apakah sistem kepercayaan itu juga merupakan penghantar kepada pemahaman bahwa Allah
itu adalah Allah yang universal.

II. Pembahasan
II.1. Pengertian Nama
Nama menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah kata untuk menyebut atau
memanggil orang (tempat, barang, binatang, dsb). Nama bagi seseorang adalah sangat penting
artinya.Nama merupakan sebutan bagi seseorang.1Dalam nama ada pengertian dan pemahaman.
Bahkan nama juga menunjukkan identitas seseorang tentang sejarah masa lalu, masa kini, dan
masa depannya, misinya dan panggilan hidupnya, sehingga seorang menjadi berbeda dengan
orang lain. Seseorang menjadi unik, demikianlah juga sebenarnya dengan nama Allah
II.2. Dasar-dasar Alkitabiah
Dalam dunia semit kuno sebuah nama memainkan peranan yang cukup penting, sebab
nama sesorang melambangkan pribadi dari orang tersebut seperti dalam Kej. 17:5, nama
Abraham (Ibr. Avraham, Bapak semua orang percaya), Kej. 32:28, nama Israel (Ibr. Yisra’el,
Allah Bergumul), Luk. 1:13, nama Yohanes (Ioannes¸ Tuhan itu berkasih karunia)2, nama Paulus
(Yun. Paulos, orang yang kecil)3. Dalam Perjanjian Lama, nama Allah juga selalu diidentikkan
dengan pribadi ynag hadir aktif dan dianggap memiliki eksistensi (keberadaan) yang dinyatakan
kepada manusia.4 Hal ini menunjukkan bahwa nama Allah tidak dapat dipisahkan dengan wahyu
Allah sendiri yang menyatakan namaNya kepada manusia, sebab nama itu tidak hanya
menunjukkan jati diri Allah dan hakikat Allah tetapi juga menyangkut hubunganNya dengan
manusia.
II.2.1. Nama Allah Dalam PL dan PB
Dalam upaya untuk membuat diriNya dikenal manusia, Allah harus merendahkan diri sampai
setara dengan manusia yang terbatas, dan diucapkan dalam bahasa manusia. 5 Allah juga
memperkenalkan diriNya dalam Perjanjian Lama dan Perjannjian Baru dengan berbagai nama.

II.2.1.1. Dalam Perjanjian Lama


a. El ‫אַﬥ‬
El (‫ )ַאל‬adalah sebuah kata umum dalam dunia Semit uang digunakan untuk menyebut
Pribadi Dia Yang Maha Tinggi. Kata El ini memiliki asal-usul kata dari nama diri Ilahi suku
bangsa Kanaan “In the Canaanit Pantheon, El was the proper name of the God par excellence,
1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 681
2
J. J. de Heer, P. S. Naipospos, Nama-nama Pribadi Dalam Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 105
3
William Barclay, Duta Bagi Kristus, (Jakarta: BPK-GM,1980), 2
4
Gerhard von Rad, Musa, (Jakarta: BPK-GM, 1985), 22
5
Louis Berkhof, Teologi Sistematika I, (Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2005), 67-69
the head of the Pantheon” (dalam kepercayaan dewa Kanaan, El adalah nama diri Allah yang
baik, merupakan para dewa).6 Bapak-bapak suku bangsa Israel, Abraham-Ishak-Yakub yang
hidup di tanah Kanaan meminjam nama Ilahi El ini dari interaksi dengan suku bangsa Kanaan
untuk menyebut nama Allah. Hal ini terbukti, dari lembaran-lembaran naskah Ras Syamra
(khususnya wilayah Kanaan Utara dan Babel, di pantai Syria). 7 Di mana El adalah Ba’al.
penyembahan kepada Ba’al inilah yang mempengaruhi sekaligus mempertentangkan
penyembahan Yahweh dalam sepanjang sejarah Israel, di mana Allah (El) yang dimaksud adalah
Allah sembahan bangsa Israel bukanlah sembahan dewa orang Kanaan.
El dalam Alkitab terjemahan bahasa Ingris dipakai kata “God atau god” (Allah atau Dewa).
Padanan kata ini mempunyai bentuk yang sama asalnya dengan bahasa-bahasa Semitis lainnya,
dan berarti suatu “alah atau dewa”, dan dalam penngertian yang paling luas yaitu seperti suatu
patung yang diberlakukan dengan dewa (Kej.35:2). Nama El ini tidak sekear menyebut kata
generic sebagai nama Diri Allah yang tertinggi, tetapi dengan gabungan kata lain menunjuk
nama Diei yang Nyata seperti El Shadday (Allah Maha Kuasa, Kej 17:1), El Roi (Allah yang
melihat, Kej 16:13) dan El Eloha Yisrael (Allahnya Israel, Kej 33:22). Nama El adalah nama
yang digunakan dalam Alkitab Ibrani sejak awal kitab Kejadian, nama-nama itu mempunyai arti
baik sebagai nama diri maupun kata generic (gelar/sebutan tergantung konteks penggunaannya)
dan kemudian digunakan bangsa-bangsa keturunan Adam lainnya sesuai dengan dialek mereka
masing-masing. Karena sifatnya yang umum ini maka kata ini sering dihubungkan dengan kata
sifat (adjektif) dan sebutan (predikat) tertentu. Misalnya Ulangan 5:9 mencatat “AKU, TUHAN
(Yahweh), Alah-mu (Elohim) adalah Allah yang cemburu”, atau dalam Kej. 31:13 “Allah (El)
Betel”.
Perjanjian Lama menyebut nama Allah Israel dengan “El” yang diartikan dengan “Allah
yang ada di atas” (The Supreme God), atau Allah yang Mahatinggi (the most high God).8 Sebutan
El berakar padasuatu kata yang berarti “kekuatan atau tenaga”, dengan arti ini selain untuk Allah,
El biasa digunakan dalam Perjanjian Lama untuk manusia dan secara abstrak digunakan untuk
binatang. Apabila kata ini mengacu kepada Allah, maka nama itu tidak hanya “nama gelar
sebutan Ilahi” saja, tetapi nama El juga dianggap sebagai “nama Diri” dari Dia yang Ilahi.
6
Frank M. Cross, Theological Dictionary Of The. Old Tastamen Vol. 1, G. Johanes Botterweek Helmer
Ringgen (ed) Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing, 1975, p. 242
7
K. A. Kitchen, Kanaan, dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 (Ed. J.D Douglas),
(Jakarta:YKBK/OMF, 2003), 501
8
Herlianto, Siapkah Yang Bernama Allah itu,(Jakarta: BPK-GM, 2002), 15
b. Eloah (‫)ַאלֺד‬
Nama Eloah(‫ )ַאלֺד‬merupakan bentuk tunggal dari Eloah(‫ )ַאלֺד‬dan menunjuk pada pengertian
yang sama dengan El. Dalam dunia Semitik, nama Ilahi yang umum bukan hanya nama “El”
saja, tetapi juga nama “Eloah”. Asal-usul kata “Eloah” ini dari akar kata “El”, yang berarti “
besar, kuat, kuasa”; dan akar kata Allah, berarti sumpah.9 Kara “El” dan “Allah” ini kemudian
digabung “Eloah” (dalam El aku bersumpah), yang artinya adalah umat yang mengikat
perjanjian sumpah setia kepada “Eloah”.
Nama “Eloah” muncul dalam kitab Perjanjian Lama, diantaranya 42 kali dalam kitab Ayub,
dan 15 kali berada di luar kitab Ayub. 10 Dalam Perjanjian Lama, kata ini terutama sekali
ditemukan dalam puisi (misalnya Ul. 32: 15, 17). Pengunaan nama “Eloah” popular di luar
Kanaan, tampak dari penggunaannya dalam Kitab Ayub yang mengambil setting di tanah Us
(Ayb. 1:1), yaitu suatu lokasi yang berada di perbatasan suku Edom. Dalam beberapa kitab
Perjanjian Lama lainnya, yang ditulis selama nasa pembuangan orang-orang kerajaan Israel dan
Yehuda di Babilonia dan Persia, nama Eloahjuga disamakan dengan YHWH, sebagai contoh “…
Mereka bersitegang… untuk kembali ke perbudakan Mesir. Tetapi Engkaulah (Allah) yang sudi
mengampuni (Neh.9:17)11; “Sebab siapakah Eloah(Allah) selain dari pada YHWN” (Mzm. 18:
32).12
Dalam Perjanjian Lama sendiri, selain ‘eloah’, kita memjumpai beberapa variasi lain dari
kata ‘el, seperti ‘El-‘elyon (Allah yang melihat), El-Syaddai (Allah yang Maha kuat), El-olam
(Allah yang kekal), El-roi (Allah yang melihat), dan tentunya Elohim bentuk jamak Eloah, yang
terakhir ini yang paling sering digunakan, sekaligus yang paling popular.13
c. Elohim (‫) ֳאלֺהַים‬
Kata Elohim (‫ ) ֳאלֺהַים‬adalah sebutan nama Ilahi yang pertama yang tertulis dalam Kitab
Perjanjian Lama. Sepanjang kitab Kejadian 1:1-2;3, hanya nama Elohim ini sajalah yang
digunakan oleh penulis Kitab Perjanjian Lama untuk menyebut nama Ilahi bagi pribadi Dia Yang

9
Frank M. Cross, Theological Dictionary of The Old Testament Vol 1¸(Michigan: William B. Eerdmans
Publishing, 1975), 243-244
10
George Arthur Buttrich (ed), The Interpreter’s Dictionary Of The Bible Volume IV (E-J), (Nashville-New
York; Abingdon Press, 1962), 414
11
Bandingkan dengan Ulangan 32:2 “YHWH datang dari Sinai dan terbit kepada mereka di Seir, Ia tampak
bersinar dari ppegunungan Paran….”
12
YHWH adalah Allah yang membebaskan umat Israel dari perbudakan Mesir. Dalam ayat ini, “Eloah”
disamakan dengan YHWH yang membebaskan dari perbudakan Mesir
13
Erick Sudharma,Salahkah Menyebut Junjungan Kristen “Allah”?, (Bandung: Mitra Pustaka, 2003), 21
Mahatinggi. Dalam seluruh kitab Perjanjian Lama, nama Elohim tertulis sebanyak 2.570 kali.14
Kata “Elohim” merupakan penggabuungan dari dua kaata, yaitu daru bentuk tunggal kata
“Eloah” dan kata “im”.15 Akhiran kata “im” pada kata “Elohim” ini memiliki tiga buah
penafsiran:
1. Tafsiran Yudaisme yang menganggap bentuk jamak “im” pada kata “Elohim” adalah
bentuk jamak yang menunjukkan kebesaran “majestatis pluralis” (plural of majesty) atau
intensive plural.16 Bagi Yudaisme, kata “Kita” tidaklah berarti ada lebih dari satu Allah,
tatapi menunjukkan “kebesaran dan keagungan” yang ada pada diri Allah.
2. Tafsiran Kristen yang mengganggap bentuk jamak “Elohim” adalah sebuah petunjuk dari
misteri dari ke-Tritunggalan pribadi (Yun. Ίποσατις/Hiposatis) “Sang Bapa-Sang Putera-
Sang Roh Kudu” yang berada dalam satu esensi (Yun.Ούσία/Ousia) Allah Sang Bapa.
3. Perkembangan makna gradual makna kata “Elohim” dari sistem kepercayaan politeisme
ke monoteisme.17

Kata “Elohim” digunakan oleh para penulis kitab Perjanjian Lama bukan menunjuk Ilah-nya
suku bangsa Israel saja, tetapi nama “Elohim” juga menunjukkan nama ilahnya suku-suku
bangsa lain (Kel. 20:3; 1 Taw. 16:26a; Kel. 18:11). Selanjutnya, nama “Elohim” dalam beberapa
teks Perjanjian Lama bukan hanya Nama gelar Sebutan Ilahi saja, tetapi juga disejajarkan
dengan Nama Diri Allah Israel, yaitu “El” dan “YHWH” (Kej. 33:20; 46:3; Ul. 5:9). Oleh sebab
itu “Elohim” memiliki makna ganda yang bisa menunjuk kepada Allah Israel yang benar dan
juga dapat menunjukkan ilah lain yang tidak benar.
d. Yahweh (‫)יחןה‬
Dalam teks Ibrani nama ditulis dalam 4 huruf konsonan, yaitu Yod, He, Waw, He
(YHWH) tanpa huruf vocal. YHWH sebagai salah satu nama Allah, yang muncul pertama kali
saat Ia memanggiil Musa (Kel 3:13-15). Nama “Yahweh” adalah nama Allah yang terbanyak
dalam Perjanjian Lama, yakni tertulis sebanyak 6.823 kali.18 Kata ini berasal dari kata dasar haya
yang mengandung pengertian eksistensi (keberadaan), “ada” atau “menjadi ada”.19 Nama YHWH
14
Francis Brown, Hebrew And English Lexicon Of The Old Tastament, (Hendrickson Publisher, 1979), 43
15
A. Murtonen, A Philogical and Literary On The Old Tastament Divine Names, (Helnski: 1952), 42
16
J.Wyatt, Names of God, James Orr (ed) “The Internasional Standart Bible Encyclopedia Vol IV”, (Grand
Rapids: W.B. Eerdmans Publishing, 1952), 2505
17
Robert J. Watt, Names of God, (Grand Rapids: W. B. Eerdmans Publishing, 1952), 2505
18
J. Verkuyl, Aku Percaya, (Jakarta: BPK-GM, 2001), 32
19
http://yohanesbm.com/index.php?option-com_content&task=view&id-104&itemid=39, diakses pada
tanggal 31 Janjuari 2019, pukul 21:00
merupakan nama diri Allah Israel yang pertama kali diwahyukan oleh Musa, yang sebenarnya
terdiri dari 4 huruf konsonan “YHWH” yang disebut Tetragramaton dan dalam alkitab Bahasa
Indonesia PL diterjemahkan sebagai “Tuhan”. dalam tradisi Pentateukh diketahui bahwa nama
ini baru dikenal Musa sebagai Tuhan Allah yang membawa umat Israel keluar dari Mesir (Kel
20:2).petunjuk lain bahwa nama itu baru dikenal pada masa Zaman Musa adalah fakta bahwa
Musa sebelumnya hanya mengenal nama “Elohim” dan nama Yahweh baru dikenal Musa (Kel
3:1-14).20
Nama YHWH menunjukkan eksistensi Allah Israel selalu menyertai mereka dalam setiap
situasi dan kondisi hidup dan yang selalu bertindak melindungi serta menyelamatkan mereka.
Secara harafiah YHWH berarti Dia akan selalu ada atau Dia yang ada. Nama Yahweh berkaitan
erat dengan keberadaan Israel sebagai umat yang selalu berada dalam perjalanan. Hal itu
terdengan dalam pengalan doa Musa yang berbunyi” “Bukanlah karena Engkau berjalan
bersama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umatMu ini, dibedakan dari segala bangsa
yang ada di muka bumi ini? ” (Kel 33:16). Dengan kata lain Israel dikenal dan sekaligus
dibedakan di antara segala bangsa karena Yahwe selalu menyertai mereka dalam perjalanan
hidup mereka.21 Dalam taurat ada larangan dari Allah sendiri untuk tidak menyebut namaNya
dengan sembarangan (Kel 20:17) dan hal ini yang membuat bangsa Israel selalu menyebut dan
menggantiikan kata YHWH menjadi Adonai.22 Nama YHWH tidaklah diturunkan dari surgetapi
Allah yang menyatakan dirinya dan merelakan dirinya disebut sebagai YHWH hal ini berarti
bahwa nama itu tidak lepas dari tindakan dan perbuatan-Nya. Dialog Musa dan Allah (YHWH)
telah memberi arti nama Allah (YHWH) yaitu (Ehyeh asyer Ehyeh) Kel 3:14-15.
e. Adonay (‫)אֲד׳נָי‬
Asal usul kata Adonay (‫ )אֲד׳נׇ י‬adalah dari kata “Adon” (Tuhan) dan “Ay” adalah akhiran
yang menunjuk kepada kata ganti orang/benda jamak.Dengan demikian kata Adonay, pertama,
berarti “tuanku”. Nama ini sebenarnya adalah nama panggilan yang ditujukan untuk
menghormati seseorang (1 Sam. 24:9; 26:17; Yer 22:18). Kedua, kata Adonay digunakan untuk
menjelaskan kata Yahweh sebagai Tuhan (Yes. 6:1). Para Imam (Im. 24:16) mengatakan bahwa
siapa yang menghujat nama Tuhan maka ia akan dihukum mati. Kata Adonay muncul sebanyak
449 kali dalam Perjanjian Lama, dan kitab terbayak yang memunculkan kata Adonay adalah

20
Herlianto, Siapkah Yang Bernama Allah itu, 16-17
21
Marthinus Theodorus, Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual, (Jakarta:BPK-GM, 2008), 32-33
22
I. J. Satyabudi, Kontroversi Nama Allah, (Tanggerang: Wacana Press, 2004), 76
kitab Yehezkiel yakni sebanyak 217 kali. Kata Adonay ini digunakan oleh Yudaisme untuk
menggantikan penggunaan nama YHWH, sebab nama Yahweh adalah nama yang sangat suci
bagi kaum Ibrani.23
II.2.1.2. Dalam Perjanjian Baru
Pada umumnya Perjanjian Baru menggunakan nama θεοϛ. Nama θεοϛ dalam bahasa
Ibrani sama halnya dengan nama El dan Elohim. Sebagai Theos, Dia hadir di dalam semua hal
dan pencipta alam semesta. Nama κυριοϛ (Lord) disamakan dengan nama Ibrani Adonay yang
memiliki persamaan dengan kata Yahweh atau Jehovah. Penggunaan khusus untuk ke Tuhanan
dalam Perjanjian Baru yakni dengan memperkenalkan nama Πατήρ (Patē˹r) “Father” “Bapa”.24
Dengan demikian ada tiga penamaan Allah dalam Perjanjian Baru, yaitu :
a. Theos (θεος)
Nama Theos merupakan sebuah kata Yunani. Nama Theostertulis pertama dalam kitab
Septuaginta. Dalam bahasa Yunani kata θεόϛ (theos) artinya adalah seorang ‘god’ dewa
atau ;goddess’ dewi, nama umum ‘deitis’ dewa atau ‘devinities’ Dewa/Tuhan, ‘Trinity God the
Father’ Allah Tritunggal Bapa, oknum pertama adalah Allah Bapa, oknum kedua adalah Kristus,
oknum ketiga adalah Roh Kudus. Dalam Tritunggal hanya ‘God’ mengarah kepada Allah.
Pemakaiannya lebih besar yang berkenan kepada satu Allah yang benar (1 Kor.8:6, Ef.4:6). 25
Karena itu kata theos telah dipahami oleh orang Yahudi dan dikaji oleh orang Kristen untuk
menunjukkan satu Allah yang benar. Dalam Septuaginta, θεοϛ diterjemahkan dari nama Ibrani,
seperti el, elohim da Jehovah, yang lebih dahulu menyebutkan kekuasaan-Nya da keunggulan-
Nya, serta Dia yang tetap, Dia kekal dan diri-Nya terus-menerus ada/hidup. 26 Para penulis Kitab
PB mengikuti tradisi penulisan LXX yaitu bahwa θεοϛ (theos) adalah pribadi, Dia yang Maha
Tinggi. Kata θεοϛ (theos) tertulis sebanyak 3984 kali dalam kitab Septuaginta dan 1318 kali
dalam kitab PB.27
b. Kurios (κυριος)

23
A. B. Davidson, Theology of The Old Testament, (Edinburg: T&T Clark, 1995), 47
24
H. B. Khun, The Zondevan Pictorial Encyclopedian of The Bible, Vol.5, (Michigan: Gand Rapids, 1975),
764
25
John Arierhi Ottuh & Reuben Edafene, International Journal of Philosophy and Theology, Vol. 3, (USA:
American Research Institute, 2015), 147
26
W. E. Vine, Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words, (Nasville:
Thomas Nelson Publisher, 1996), 115
27
Karel Van der Toorn & Bob Becking, Dictionary of Deitis and Demous in The Bible, (Leidien Ne work:
Koln, 1995), 692
Kata yang dipakai untuk Tuhan dalam bahasa Yunani adalah κυριοϛ (kurios), yang
memiliki arti sama dengan ‫ ֵׇׇא ֜דנָי‬v (Adonay). Κύριοϛ merupakan kata sifat yang berarti “kuat”.
“besar”. “hebat” yang berasal dari kata benda Κύριοϛ diartikan sebagai “kekuatan”. Kata Kurios
berarti Tuhan yang bukan hanya sebagai terjemahan dari kata Ibrani adonay, tetapi juga sebagai
nama lain dari YHWH. Pada abad ke-2 sM, dalam kitab Septuaginta, para ahli bahasa Yahudi
menggunakan kata Kurios ini bukan saja sebagai terjemahan Yunani bagi kata Ibrani Adonay,
tetapi juga menggunakannya sebagai kata terjemahan bagi nama Ilahi YHWH. Alhasil kata
κυριοϛ tertulis sebanyak 6742 kali dalam kitab Septuaginta.28 Kata Kurios digunakan untuk
kepemilikian kebun anggur (Mrk.12:9), untuk hewan (Luk.19:33; Mat.15:27), untuk tuan dan
pelayan (Luk.16:3), dan untuk para hamba (Ef.6:5-6). God disebut juga kurios (Mrk.1:3; 12:11,
Kor.10:9; 1Tim.6:15, Ibr.7:21).29 Di dalam Perjanjian Baru, secara mendasar kata kurios adalah
menunjuk kepada ‘Allah’. Menyatakan sifat Allah, menunjuk representasi Yahweh.Disamakan
dengan nama YHWH dan Adonay dengan arti Tuhan serta mempunyai penekanan kepada
Juriselamat yakni Yesus Kristus.30 Oleh karena itu, baik YHWH dan Adonay sebenarnya
mengarah kepada karya penyelamatan yang dilakukan Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru.
c. Pater (πατηρ)
Sering dikatakan bahwa Perjanjian Baru menyebut Allah dengan sebutan baru, yaitu
Pater (Bapa). Nama Bapa dipakai untuk menunjukkan Keilahian, bahkan juga oleh bangsa kafir
dalam agama mereka.31 Kata itu dipakai berulang-ulang dalam Perjanjian Lama untuk
menunjukkan hubungan antara Allah dan Israel (Ul. 32:6: Mzm. 103:13; Yes. 63:16; 64:8).
Dalam contoh itu, nama tersebut mengekspresikan hubungan Teokratis dimana Allah berdiri bagi
Israel. Kata ini muncul sebanyak 414 kali dalam Perjanjian Baru. Konsep dan kedudukan Bapa
adalah bagian dari struktur patriakal pada zaman kuno dan diperkenalkan di rumah tangga dan
keluarga. Bapa adalah pelindung, pemelihara, da penolong. Seperti sebuah kiasan Patḗr
digunakan untuk raja dan Tuhan.32 Dalam Injil Sinoptik Patḗr mengarah kepada Yesus
(Mat.10:37; Mat.19:29; Mrk.10:29). Penggunaan secara keagamaan Patḗr sebutan kepada Allah

28
I.J. Satyabudi, Kontroversi Nama Allah, (Tangerang: Wacana Press, 2004), 100-101
29
W. Foester, Theological Dictionary of The New Testament, Vol.3, (Michigan: Grands Rapids, Eerdmans
Publishing Company, 1965), 1086
30
T.T. Clark, Biblical Theological Lexicon of The New Testament Greek Grammer Fourth Edition, (New
Work: Charles Scribners Sons, 1954), 384
31
Louis Berkhof, Teologi Sistematika I, (Surabaya:Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2005), 75
32
O. Michel, Exegetical Dictionary of The New Testament, VOL. 3, (Michigan: Grans Rapids, Eerdmans
Publishing Company, 1994), 53
yang sebagai Abba (bhs. Aram), Bapa yang di surga (Mat. 18:19). Kata ini ditemukan dalam Doa
Bapa Kami.33 Sedangkan dalam Kisah Para Rasul, Paulus menyebutkan bahwa ada beberapa
yang bisa disebut sebagai πατήρ seperti, Abraham (Rom.4:1), Para rasul (Bapa dalam
persekutuan), serta Allah (1 Ptr.1:17; Gal.4:6).34
II.3. Penamaan Dalam Alkitab
II.3.1. Dalam Perjanjian Lama
II.3.1.1. Arti Nama
Nama telah menjadi bagian dalam dunia Alkitabiah. Di dalam pemikiran Alkitabiah nama
itu tidak hanya sebagai sebuah pengenal, tetapi nama adalah sebuah ungkapan sifat-sifat dasar
atas pesan didalamnya. Adam mampu memberikan nama kepada hewan-hewan dan burung-
burung (Kej. 2:20) karena dia mengerti sifat dasar mereka. Ini adalah konsep yang dibagikan
oleh orang-orang dahulu. Dalam Alkitab Ibrani “nama” adalah kata benda ‫( שַם‬shem). Dalam
bahasa Aram shum yang ada dalam buku Esra dan Daniel yang ditemukan sebanyak 111 kali.
Asal kata ‫( שַם‬shem) adalah istilah kuno yang berubah-ubah dan tidak jelas. Yang berasal dari
kata ‫( שַ םה‬shemah) “menjadi tinggi” dan memiliki pengertian dasar “monument” atau
“memorial” (Kej: 11:4, 2 Sam. 8:13). Ini menyatakan secara tidak langsung pengertian nama
sebagai “keagungan” dan “keunggulan” (Maz. 54:1).35
Disepanjang perjanjian lama, terdapat makna pentingnya sebuah nama. Sebuah nama
menunjukkan orangnya, membangun sebuah identitas sebagai sebuah bagian yang tidak
terpisahkan, “sebagaimana seorang dinamai, demikianlah dia.” Contoh yang paling terkenal
adalah Nabal, orang dursila itu, sebab seperti namanya Nabal yang artinya bebal orangnya (1
Sam. 25:25). Sastra hikmat juga sangat menyanjung nama yang baik (Ams. 22:1). 36 Arti
pentingnya sebuah nama juga ditemukan dalam ungkapan bahwa nama seseorang tinggal hidup
di dalam keturunanya. Anak-anak diberkati karena mereka tetap menjaga nama orangtua mereka
(Kej. 21:12; 48:16; 2 Sam. 18:18).
II.3.1.2. Sumber Nama

33
Gottlob Schernk, Theological Dictionary of The New Testament, Vol.V, (Michigan: Grans Rapids,
Eerdmans Publishing Company, 1967), 982
34
Gottlob Schernk, Theological Dictionary of The New Testament, Vol.V, (Michigan: Grans Rapids,
Eerdmans Publishing Company, 1967), 1006
35
R. Abba, “Name” dalam The Interpreters Dictionary of The Bible Vol. 3, (New York: Abingdon Press,
1996)
36
Allen P. Ross, “ ‫ ”שם‬dalam Dictionary of Old Testament Theology and Exegesis Volume 4, (Carlisle
Cumbria: Patornoster Press, 1996), 149
Seperti yang sudah dijelaskan nama seseorang selalu menunjuk kepada karakternya dan
nama tersebut berasal dari Allah. Seperti dalam Hosea 1:3-9 menunjukkan tanda dan isyarat hida
yang diberikan Allah kepada bangsa Israel. Allah menyuruh Hosea untuk memberikan nama
kepada anak-anaknya yaitu Yizreel yang artinya Aku akan menghukum Yehuda. Bagi seorang
nabi, menamai anaknya dengan nama seperti itu sama seperti seorang politisi menamai anaknya
dengan nama politik bersejarah. Dengan demikian ia selalu dapat mengenang atau menjelaskan
makna nama tersebut. Begitu juga dengan nama anaknya yang kedua Allah memerintahkan
supaya ia diberi Lo-Ruhama yang artinya tidak disayangi. Melalui nama yang diberikan
sipenyandang nama dapat dilihat bagaimana Hosea sebagai si pemberi nama membuat
kebahagiaan Hosea sebagai ayah benar-benar ternista dan anak-anak itu menjadi bukti hidup
tentang adanya pengkhianatan dan perkawinan mereka.37
II.3.2. Dalam Perjanjian Baru
II.3.2.1. Arti Nama
Dalam Perjanjian Baru, nama merupakan kedalam pribadi orang yang memilikinya.
Nama mengungkapkan sekaligus kehadiran aktif seseorang dan jaraknya hal ini sehubungan
dengan Yahweh yang membuat namaNya berdiam di bumi. Mengenal nama seseorang searti
dengan dapat memahami misteri eksistentsinya, bahkan menguasainya dalam arti tertentu. 38
Maka nama itu mengandung sebuah makna dan misteri yang dikandung didalamnya.
Dalam Perjanjian Baru, Allah menunjukkan kuasaNya melalui nama yang diberikan
kepada orang pilihanNya.Allah sendiri memberikan kepada si penyandang nama sehingga
melalui nama yang diberikan tersebut nyata kuasa Tuhan di dunia ini. Pemberian nama kepada
Yohanes dalam Lukas 1:13 menunjukkan maksud dan keinginan Allah kepadanya sebagai orang
yang diutusNya. Allah memberikan nama kepada Yohanes untuk menjalankan misi Allah di
dunia ini. Yohanes yang dalam bahasa Ibrani disebut Johanan (bnd. 2 Raj. 25:23) yang berarti
Tuhan menyayangi, melalui nama ini Allah sebagai si pemberi nama akan memberikan sukacita
kepada dunia ini. Jadi kelahirannya akan membawa sukacita bukan hanya bagi orangtuanya,
tetapi juga bagi kalangan tetangganya dan kaum keluarganya (bnd. 1:58), bahkan bagi semua
orang yang memahami bahwa pemberitaan Yohanes itu mengandung kabar baik atau Injil (bnd.

37
Derek Kidner, Hosea: Knasih Setia Tetap Teguh Kendati Pengkhiatan Tak Terperikan, (Jakarta: Yayasan
Komuniasi Bina Kasih/ OMF, 2000), 25-29
38
Xavier Leon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru,(Yogyakarta: Kanisius, 1990), 415
3:18), ia akan besar di hadapan Tuhan (ay. 15), sebab ia akan diserahkan sama sekali kepada
Allah dan akan mendapat tempat yang istimewa dalam sejarah keselamatan.39
Begitu juga dengan nama yang diberikan oleh Allah kepada Yesus yang berisikan makna
misi Allah melalui nama yang disandangNya. Dalam Lukas 1:31 disebutkan bahwa Maria akan
mengandung dan melahirkan seorang anak dan memberi namaNya Yesus. Dan Yesus ini akan
menjadi Mesias (Kristus). Nama Yesus berasal dari kata ibrani Yehosyua “Yesyua”, Yosua,
artinya Tuhan adalah keselamatan/kelepasan. Yesus ini akan menjadi besar bahkan Ia akan
menjadi lebih besar daripada Yohanes. Sebab berdasarkan isi Perjanjian Lama, ayat 32-33 dapat
disimpulkan sebagai berikut: apa yang dikatakan disini tentang Yesus ini berarti bahwa Ia akan
menjadi Mesias (Menurut bahasa Ibrani : yang diurapi dalam bahasa Yunani: Christos), yaitu
orang yang diurapi oleh Allah atau yang dinanti-nantikan oleh orang Yahudi. Sebab sebagai
Mesiaslah Yesus berhak digelari anak Allah yang Mahatinggi, berhak menaiki tahta Daud,
berhak menjalankan pemerintahan yang abadi (bnd. 2 Sam. 7:12; Mzm. 2:7; Yes. 9:6; Dan. 7:13;
Kis. 2:29-31). Melalui pemberian nama inilah cita-cita dan harapan si pemberi nama menjadi
kelihatan. Melalui nama yang diberikan kepada Yesus rencana Tuhan semakin nyata yaitu untuk
menyelamatkan dunia ini.40
II.3.2.2. Sumber Nama
Dalam bangsa Yahudi nama seorang itu menunjukkan bagaimana esensinya. Orang-orang
harus hati-hati memilih nama sesuai dengan Talmud yang direkomendasikan menjadi namanya
tetapi nama tersebut tidak bertentangan dengan orang-orang Yahudi. Ciri khas pemberian nama
dalam Perjanjian Baru memiliki kaitan yang erat dengan kepribadian sebagaimana dalam
Perjanjian Lama. Maka pemilihan nama untuk seorang anak kecill merupakan sebuah perkara
yang sangat penting. Malaikat memerintahkan Yusuf menamai bayi dalam kandungan Maria
dengan nama Yesus, nama Yunani yang berakar dari bahasa Ibrani, yaitu Yoshua yang berarti
pembebas atau penyelamat, karena Dia akan menyelamatkan umatNya dari dosa-dosa mereka
(Mat. 1:21, Luk 1:31). Pengarang Injil Matius melihat hal ini sebagai penggenapan nubuatan
nabi Yesaya mengenai kelahiran seorang bayi yang disebut Immanuel, yang berarti Allah
menyertai kita (Mat. 1:22-23).
II.4.Menjelaskan nama Allah dalam Alkitab

39
B.J. Boland & P.S. Naipospos, Tafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1996), 24
40
Jacob Neusner & William Scott Green, Dictionary of Judaism in The Bible Period, (New York: Simon &
Schuster Macmillan Press, 1992), 448
II.4.1. Tinjauan Biblika
Dalam Alkitab Terjemahan Baru (1974) yang digunakan secara luas di tanah air, baik oleh umat
Katolik maupun Protestan, kata “Allah” merupakan padanan ‟ELOHIM, ‟ELOAH dan ‟EL
dalam Alkitab Ibrani. Hal tersebut dituliskan dalam Alkitab, yaitu dalam Kitab Kejadian 1:1
“Pada mulanya Allah (‟ELOHIM) menciptakan langit dan bumi”. Ulangan 32:17 “Mereka
mempersembahkan kurban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah (‟ELOAH). Mazmur 22:2
“Allahku (‟EL), Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”. Jadi dari segi bahasa, tidak
dapat dipungkiri, kata ‟ELOHIM, ‟ELOAH dan ‟EL berkaitan dengan akar kata ‟L, dewa yang
disembah dalam dunia Semit kuno. EL, ILU atau ILAH adalah bentuk-bentuk serumpun yang
umum digunakan untuk dewa tertinggi. Umat Israel kuno ternyata memakai istilah yang
digunakan oleh bangsa-bangsa sekitarnya. Umat Israel kuno memahami kata-kata itu secara
baru. Yang mereka sembah adalah satu-satunya Pencipta langit dan bumi. Proses seperti inilah
yang masih terus bergulir ketika firman Tuhan mencapai berbagai bangsa dan budaya di seluruh
dunia.41 Beberapa inskripsi yang ditemukan pada abad keenam menunjukkan bahwa kata “Allah”
telah digunakan umat Kristiani Ortodoks sebelum lahirnya Islam. Hingga kini, umat Kristiani di
negeri seperti Mesir, Irak, Aljazair, Yordania dan Libanon tetap memakai “Allah” dalam Alkitab
mereka.42
II.4.2. Tinjauan Historika
Penerjemahan kata ‟ELOHIM, ‟ELOAH dan ‟EL sama sekali bukan hal baru. Terjemahan
Alkitab yang pertama ke dalam bahasa Yunani sekitar abad ke 3 SM. merupakan contoh tertua
yang kita miliki. Terjemahan yang dikenal dengan nama “Septuaginta” dikerjakan di
Aleksandria, Mesir, dan ditujukan bagi umat Yahudi berbahasa Yunani. Dalam Kejadian 1:1,
misalnya, Septuaginta menggunakan istilah THEOS yang biasa dipakai untuk dewa-dewa
Yunani. Nyatanya, Perjanjian Baru pun memakai kata yang sama, seperti contoh berikut:
”Terpujilah Allah (THEOS), Bapa Tuhan kita Yesus Kristus” (2 Kor 1:3). Tentu, THEOS dalam
kutipan ini tidak dipahami sebagai sembahan politeis43. Alkitab terjemahan dalam bahasa Arab
yang ditulis oleh Saadja Gaon pada abad ke 8 M tidak mempermasalahkan pemakaian kata
Allah. Oleh karena itu kata “Allah” dalam sejarah penerjemahan Alkitab di Indonesia tidak

41
Francis Brown, The New Brown-Driver-Briggs-Gesenius Hebrewn And English Lexicon (Indiana: Associated
Publishers And Authors, 1978), 39
42
Bambang Noorsena, The History of Allah (Yogyakarta: ANDI, 2015),12-14
43
Arthur Jefferey (ed), Islam, Muhamad and His religion (New York: The Bobbs-Merill Company: 1958), 68
terlepas dari latar belakang sejarah di Arab44. Lalu Sebelum Alkitab TB-LAI diterbitkan pada
tahun 1974, telah ada beberapa Alkitab dalam bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal
bahasa Indonesia45. Harus diakui, asal-usul nama YHWH tidak mudah ditelusuri. Dari segi
bahasa, YHWH sering dikaitkan dengan kata HAYAH „ada, menjadi‟, seperti yang terungkap
dalam Keluaran 3:14: “Firman Allah (‟ELOHIM) kepada Musa: „AKU ADALAH AKU.‟
(‟EHYEH ‟ASHER ‟EHYEH). Lagi firman-Nya: „Beginilah kaukatakan kepada orang Israel
itu: AKULAH AKU (‟EHYEH) telah mengutus aku kepadamu.‟” Maknanya yang persis tidak
diketahui lagi, namun ada yang menafsirkannya sebagai kehadiran Tuhan yang senantiasa
„ADA‟ menyertai sejarah umat-Nya46. Selanjutnya, penggunaan kata “TUHAN” (seluruhnya
huruf besar) sebagai padanan untuk YHWH didasarkan pada tradisi umat Yahudi sesudah masa
pembuangan mereka segan menyebut nama sakral YHWH secara langsung oleh karena rasa
hormat yang mendalam. Lagi pula, pengucapan YHWH yang persis tidak diketahui lagi. Setiap
kali bertemu kata YHWH dalam Alkitab Ibrani, mereka menyebut ‟ADONAY yang berarti
„Tuhan‟. Tradisi pengucapan ini juga terlihat jelas dalam Septuaginta yang menggunakan kata
KYRIOS („Tuhan‟) untuk YHWH, seperti contoh berikut: ”KYRIOS menggembalakan aku, dan
aku tidak kekurangan apa pun” (Mzm 23:1).47
II.4.3. Tinjauan Ilmu Agama
Dalam dunia Yahudi setiap orang memiliki sebuah nama yang diberikan orang tuanya.
Dalam acara pemberian nama terdapat sebuah usaha untuk membangkitkan unsur kebaikan.
Seorang asing harus menyebutkan namanya jika dia meminta sebuah tumpangan, hanya dengan
demikianlah maka dengan sebuah sebuah pemberian nama dapat diberikan kepadanya. Nama
merupakan sebuah bagian pokok dari seorang manusia. Hanya ketika sebuah nama hilang maka
keseluruhan keberadaan seseorang benar-benar hilang. Menjadi seorang tanpa sebuah nama
merupakan sebuah ketidaknormalan.48 Nama menjadi hal yang sangat mendasar dalam diri
44
------------, Menyingkap Alkitab (Jakarta: LAI, 2005), 3
45
Injil Matius terjemahan A. C. Ruyl (1629) adalah upaya pertama dalam penerjemahan Alkitab di
nusantara. Menariknya, dalam terjemahan perdana ini, kata “Allah” telah digunakan, seperti contoh berikut:
“maka angkou memerin‟ja nama Emanuel artin‟ja Allahu (THEOS) serta segala kita” (Mat 1:23). Terjemahan
selanjutnya juga mempertahankan kata “Allah”, antara lain : Terjemahan Kitab Kejadian oleh D. Brouwerius (1662):
“Lagi trang itou Alla ſouda bernamma seang” (Kej 1:5). Terjemahan M. Leijdecker (1733): “Pada mulanja
dedjadikanlah Allah akan swarga dan dunja” (Kej 1:1). Terjemahan H.C. Klinkert (1879): “Bahwa-sanja Allah djoega
salamatkoe” (Yes 12:2). Terjemahan W.A. Bode (1938): “Maka pada awal pertama adalah Firman, dan Firman itu
bersama-sama dengan Allah
46
Louis Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Allah (Surabaya: Momentum, 2011), 71
47
J.D. Douglas (ed), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 2008), 38
48
R. Abba, “Name” dalam The Interpreters Dictionary of The Bible, 243
manusia sebab didalam nama tersebutlah terdapat pentingnya nilai-nilai hidup dalam diri
seseorang. Dengan adanya nama seseorang memberikan substansi yang hidup dalam dirinya
sehingga dia dapat disebut sebagai manusia.
Dalam budaya Yahudi nama diambil dari sebuah makna yang dapat membawa
perubahan. Bangsa Yahudi mengambil nama seseorang berdasarkan kitab Talmud 49mereka.
Nama yang diberikan kepada seseorang dapat mempengaruhi masa depannya.50Pemahaman ini
merupakan pemahaman budaya yang telah menjadi kebiasaan bangsa Yahudi. Nama-nama yang
dimiliki oleh seseorang berhubungan erat dengan dirinya, melalui nama yang diberikan
kepadanyalah dia hidup, sebab makna yang diberikan mengandung makna, dan nilai-nilai dalam
hidupnya.
Dalam LXX Θεόϛ (theos) biasanya disamakan dengan kata Ibrani ‫להם‬
‫ ~ ֶׇׇא ׅ‬. Arti ó Θεόϛ (ho
theos) mengarah kepada Allah Israel. Agama Yahudi menghindari ucapan ‘God’ “Allah”. Orang
Yahudi lebih suka berkata pada ‘Lord’, yang Mahakuasa, paling Mulia, dan jarang berkata ‘God’
atau “the God of heaven”. Meskipun orang Yahudi sangat berhati-hati untuk menghindari nama
ketuhanan, itu dicatat dalam apokripa dan pseudopigrapa dengan menuliskan kata κυριοϛ. 51 Teks
Qumran memberikan serangkaian penyebutan tentang Allah (theos). Allah adalah bukan hanya
pencipta dunia dan manusia, tetapi juga secara khusus “Allah Israel” (1 Qum. 1:9; 14:4;18;6),
“Father of the sons of truth” artinya Bapa anak-anak kebenaran (1 Qh 9:35), keagungan-Nya dan
kemuliaan-Nya dinyatakan dalam keberadaan-Nya yang disebut sebagai “Prince of gods”, “Raja
tertinggi”, penguasa semua ciptaan (1 Qh 10:8), Allah dari segala allah (1 Qm.14:16), Allah yang
melimpah anugerah, kebaikan dan belas kasihan (1 Qh.4:32, 37). 52 Teks Qumran menyebut Allah
sebagai Pater yakni dalam Sirak memanggil ‘Lord’ Tuhan “Bapa dan Raja/Penguasa” dari
hidupnya (Sir.23:1-4; 51”10)53 Maka teks Qumran memakai gelar theos, kurios, dan pater,
sedangkan dalam kitab lainnya lebih sering memakai gelar kurios dari pada kata theos. Orang

49
Talmud adalah kumpulan tradisi Yahudi yang terdiri dari Mishna (pengajaran lisan) dan Gemara (diskusi
mengenai Mishna). Ada dua versi, yakni Talmud Palestina dan Talmud Babilonia yang lebih panjang.Keduanya
selesai disusun selama abad ke-5 tetapi memuat bahan-bahan yang berasal dari waktu yang jauh sebelumnya. Gerald
O’ Collins & Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 311
50
R. J. ZWI Werblowsky & Geoffrey Wigodar, The Encyclopedia of The Jewish Religion, (Jerusalem:
Massada Press, 1967), 280
51
Ethelbert Stauffer, Theological Dictionary of The New Testament, Vol.III, (Michigan: Grands Rapids,
Eerdmans Publishing Company, 1965), 90
52
J. Schneider, The New International Dictionary of New Testament Theology, Vol 2, (Michigan: Grands
Rapids, Eerdmans Publishing Company, 1965), 71-72
53
O. Michel, Exegetical Dictionary of The New Testament, VOL. 3, (Michigan: Grans Rapids, Eerdmans
Publishing Company, 1994), 54
Yahudi menganggap Allah sebagai ALLAH, Tuhan, dan Bapa, tidak sebagai penyelamat
(Kristus). Di kalangan Yahudi, sudah sejak lama kita mengenal segolongan umat yang sangat
menekankan penggunaan nama Yahweh (YHWH) yang dianggap sakral, sehingga
mengucapkannya saja mereka takut salah.54
Di dunia kuno pada umumnya, nama ‘bukan sekedar kolokasi suara yang nyaman yang
dengannya seseorang, tempat, atau benda dapat diidentifikasi; melainkan mengungkapkan
sesuatu dari esensi dari apa yang dinamai’. Biasanya, nama-nama ini akan memiliki makna
konotatif dan mudah untuk membaginya menjadi bagian-bagian komponen linguistic sehingga
dapat memahami maknanya, seperti kata ‘Yesaya’ akan sepenuhnya dimengerti oleh Israel
dengan arti TUHAN menyelamatkan. Ini juga berlaku bagi nama-nama ilahi Ibrani.
Membedakan arti nama-nama dalam Alkitab apalagi memaknainya merupakan hal yang sulit.
Arti nama kadang-kadang diragukan atau diperdebatkan. Karena kesulitan-kesulitan ini, maka
kehati-hatian perlu digunakan dalam memeriksa nama-nama dalam konteks Alkitab. Istilah
Ibrani umum untuk nama itu adalah kata benda ‫שם‬
ֵׁ (Shem). Derivasi dari istilah kuno (‫ )ׁש ֵם‬tidak
begitu pasti diketahui. Ini dikaitkan denganakar kata ‫שם‬
ֵׁ ‘yang ditinggikan’, dan karenanya
memiliki makna utama ‘monumen’ atau peringatan (Mis. Yes.55: 13). Kata itu menyiratkan arti
‘keagungan’ dan ‘keunggulan’ (Mzm.54:1).55
II.4.4. Dogmatika
Huber mengidentifikasikan tiga tingkat bahasa yang berbeda: manusia, agama, dan
Kristen. Tingkatan manusia mengacu pada signifikansi komunitas 'awam'. Tingkatan agama
memiliki konsekuensi terhadap signifikansi transenden dan akhirnya signifikansi yang khusus
terhadappengalaman Kristen. Melalui tingkatan signifikansi 'awam', Huber menyoroti bagaimana
makna religius hanya diperkenalkan secara tidak langsung ke dalam bahasa manusia. Dia
membahas poin penting yang harus dimasukkan dalam penelitian ini; yaitu, bahwa ada implikasi
negatif maupun positif. Hal ini relevan, khususnya dengan sebutan dalam keluarga seperti
'Bapak' tetapi juga berlaku untuk sebutan seperti 'raja' atau 'hakim'. Terkait dengan makna
transenden agama, Huber menekankan bahwa 'makna frasa yang akan digunakan dalam
berbicara tentang Allah harus mampu secara bertahap diperluas hingga tak terbatas. Ini juga
menandakan fakta bahwa nama itu menunjuk pada kemutlakan. Jika Allah disebut bapak,

54
Herlianto, Siapakah Yang Bernama Allah Itu?, (Jakarta: BPK G-M, 2002), 1
55
Maire Byrne, The Names of God in Judaisme, Christianity, and Islam, (London: Continuum International
Publishing Group, 2011), 10-11
misalnya, dia adalah Bapak di atas semua yang lain. Dalam hal atribut Allah, Huber ingin
sebutan-sebutan tersebut dipandang dalam 'pengertian logis... seperti predikat (fungsi) yang bisa
disatukan dengan subjek "Allah". Huber juga menekankan perlunya menggunakan bahasa kita
(manusia) sendiri ketika kita berbicara tentang Allah. Kata-kata ini sudah memiliki makna,
melalui penggunaannya sehari-hari. Huber menyebut perubahan yang dialami nama-nama
tersebut ketika digunakan sebagai sebutan untuk 'cakupan spesifik' Allah dan juga pada
signifikansi non-religius dari sebuah kata merupakan model untuk penggunaannya dalam
berbicara tentang Allah.
1. Konotasi positif, menurut Huber bahwa iini harus mengekspresikan makna tatanan moral,
sosial, atau ekonomi. Istilah yang tidak positif harus dalam negative; atau singkatannya
itu harus dalam bentuk ‘Allah bukan si jahat’.
2. Makna analogis horizontal pada tingkat signifikasi manusia atau ‘awam’ dimana hanya
ekspresi yang dapat digunakan secara analogis dalam dialog yang tidak religious yang
dapat digunakan sebagai sebutan untuk Allah.
3. Harus ada pengakuan pentingnya nama itu pada tingkat penggunaan manusia. Ini
dikaitkan dengan gagasan bahwa makna kata harus ada dan dipahami terlepas dari
generasi dimana nama itu digunakan56
II.4.5. Agama Suku
Dalam kepercayaan adat karo sebelum mengenal Injil masyarakat karo mengadut agama
pemena/ agama perbegu. Maka dalam konsep agama pemena yang hidup di tengah-tengah orang
karo ada pencampuran konsep keagaman kepada Dibata kaci-kaci sebagai konsep “monoteisme
asali” juga penyembahan yang awalnya animisme kepada roh yang sudah mati dan paham
dinamisme. Pencampuran ini sering terlihat dalam banyak tata cara adat, berbicara, dan
keercayaan. Lalu ketiganya konsep synkretisme dalam Agama Pemena di Karo ini tidak
terpisahkan, dalam prakteknya unsur ketiga ini pun tidak terlihat secara jelas.
Sejarah karo yaitu ada terdapat beberapa dunia, yaitu : dunia yang ada di atas, dunia
yang di tengah, dunia yasng di bawah. Diatas semua dunia ini, ada Dibata yang menguasai yaitu
bernama Batara Guru (dunia atas), Tuan Padukan ni Aji (dunia tengah), dan Tuan Banua Koling
(dunia bawah). Begitu juga Sinar mataniari menjaga keseimbangan antara atas, tengah dan
bawah. Sejarah karo mencerminkan pengaruh dari trimurti Hindu. Namun, sejarah ini bukan saja

56
Maire Byrne, The Names of God in Judaisme, Christianity, and Islam, 13-14
sepenuhnya pengaruh dari Hinduisme, sebab didalam dunia yang lama yaitu Dibata kaci-kaci
yaitu dia murah kasihan, mempersatukan semua yang ada dan Dibata atas, tengah dan bawah
merupakan representasi Dibata kaci-kaci itu sendiri.
Disamping ‘Dibata Si telu ada juga dua unsure kekuatan yaitu ‘sinar mata niari’ dan
‘siberu dayang’. Sinar mata Niari berarti terang Matahari yang menerangi, tempatnya dalam
matahari terbit dan terbenam. Dia mengikuti perjalanan matahari dan jadi penghubung antara
‘Guru Butara’ dan ‘Tuhan Padukah Ni Aji’ dan ‘Tuhan Banua Koling’. Dia berguna untuk
mengambil keseimbangan ‘ Dibata Si telu’ agar tertib yang diciptakan Dibata Kaci-kaci dan
tetap serasi tetapi Siberu Dayang yaitu roh yang tempatnya dibulan. Ada perasaan mendalam
dalam setiap orang karo jika melihat dari depan ada gambaran ataupun lukisan Siberu Dayang. Ia
ertugas membuat dunia tempat ‘Tuhan Padukah ni Aji’ tetap hidup. Dibata Si telu Sada begitu
juga Sinar mata ni ari juga Siberu Dayang, yatu memperihatkan sifat-sifat ‘Dibata Kaci-kaci,
Dibata yang menunjukkan sifat-sifat ‘Dibata kaci-kaci’, Dibata yang kekal dan Maha Kuasa,
Dibata yang tidak bisa dirubah manusia. dalam lima gelar-gelar ini terlihat sifat Dibata kaci-kaci
yang tidak bisa meninggalkan yang dibuatNya. Gelar-gelar tersebut adalah gambaran pemikiran
mistis untuk menjelaskan Dibata yang transenden imanen dalam kehidupan manusia. “Adat Asli
orang karo” yang berisikan tiga hal secara kwalitatif (Kepercayaan, adat, bicara) merupakan
kristalisasi konsepsi abstrak mengenai kepercayaan kepada Dibata yang menjadikan yang di
dunia dalam pemikiran mistis yang sudah menunjukkan diri dari arah yang dibuatNya dan sudah
tersosialisasi dalam suku bangsa purba.57

Setelah itu karena sifat orang karo terbuka kepada perubahan maka mulailah orang karo
menyesuaikan diri dengan ajaran tetang kabar baik yaitu Injil. Pemahaman kepada Dibata kaci-
kaci sebagai dewa yang paling tinggi mulai samar-samar dalam pengertian suku karo. Namun
setelah datang kekristenan pemahaman nama Dibata kacikaci dimodifikasi penginjil Pdt. H. C.
Kruyt dengan menerangkan Dibawa Jahwe yang disaksikan. Dimodifikasi ini menjadi nama
Dibata dan dipakai jadi nama Dibata dalam Pustaka Si Badia (Alkitab orang Karo). Dan ini salah
satu bentuk pengkontekstualisasikan yang dilakukan Gereja di tengah-tengah masyarakat suku
karo.58

57
E.P. Gintings, Kinata Berita Si Meriah Ibas Masyarakat Karo, (Kabanjahe: Abdi karya, 1995), 23-28
58
E. P. Ginting, Adat Karo Ibas Kalak Mate, (Kabanjahe: Abdi Karya, 1997), 1-5
III. Analisa Penyeminar
Pemahaman tentang adanya penyebutan yang berbeda dalam kedua Perjanjian Alkitab, itu
membuktikan bahwa Allah di pandang sebagai sesuatu yang memiliki peran penting dalam setiap
konteks kehidupan umat pada saat itu.Apa yang dapat dipahami dalam kesaksian Alkitab bahwa
Allah sebenarnya hanya dapat dipahami secara langsung melalui peranan-Nya di dalam dunia.
Perbuatan Allah menandakan bahwa sesungguhnya Ia ada dan bekerja di dalam dunia. Allah
menyatakan diriNya melalu namaNya agar mudah dikenal oleh umatNya. Nama itu adalah
penunjukkan atas diri Allah, bukan sebagaimana ia ada dalam kedalaman jati diri IlahiNya, tetapi
sebagaimana Ia menyatakan diriNya terutama dalam hubunganNya dengan manusia. Nama-nama
Allah bukanlah merupakan penemuan manusia, tetapi asli dari Allah.menandai tindakan Allah
yang merendahkan diri untuk menemui manusia. Nama itu diberikan oleh Allah sendiri dengan
satu jaminan bahwa nama-nama itu mengandung wahyu dan jatidiri Allah.Hal ini dimungkinkan
oleh fakta bahwa dunia dan semua hubungan-hubungan denganNya dulu dan sekarang
mempunyai arti sebagai wahyu Allah.Dalam upaya untuk membuat diriNya dikenal manusia,
Allah harus merendahkan diri sampai setara dengan manusia yang terbatas, dan diucapkan dalam
bahasa manusia.Banyak sekali pemahaman ya ng muncul tentang menjelaskan Nama Allah
namun yang perlu kiota pahami bahwasanya Allah itu adalah Esa, Allah yang sama dimata umat
manusia didalam dunia ini, sehingga pemahaman pemahaman yang mengatakan Allah itu lebih
dari satu adalah salah, tetapi Allah itu adalah Esa sehingga dengan adanya bahan yang telah
penyeminar sajikan dapat menambah pemahaman kita bersama dan lebih ,mengetahui lebih
dalam lagi tentang penjelasan nama Allah

IV. Kesimpulan
Nama-nama dan penamaan itu merupakan sebuah kekhasan dalam diri masing-masing
individu, termasuk Allah sendiri. Nama itu diberikan bukan tanpa alasan, tetapi nama itu
memiliki makna tertentu. Misalnya saja dalam Perjanjian Lama, terdapat makna pentingnya
sebuah nama. Sebuah nama menunjukkan orangnya, membangun sebuah identitas sebagai
sebuah bagian yang tidak terpisahkan, “sebagaimana seorang dinamai, demikianlah dia.” Contoh
yang paling terkenal adalah Nabal, orang dursila itu, sebab seperti namanya Nabal yang artinya
bebal orangnya (1 Sam. 25:25). Juga dalam Perjanjian Baru,Allah menunjukkan kuasaNya
melalui nama yang diberikan kepada orang pilihanNya. Allah sendiri memberikan kepada si
penyandang nama sehingga melalui nama yang diberikan tersebut nyata kuasa Tuhan di dunia
ini. Pemberian nama kepada Yohanes dalam Lukas 1:13 menunjukkan maksud dan keinginan
Allah kepadanya sebagai orang yang diutusNya.

V. Daftar Pustaka

Abba R., “Name” dalam The Interpreters Dictionary of The Bible Vol. 3, New York: Abingdon Press, 1996
Arierhi John Ottuh & Reuben Edafene, International Journal of Philosophy and Theology, Vol. 3, USA: American
Research Institute, 2015
Berkhof Louis, Teologi Sistematika I,Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2005
Boland B.J. & P.S. Naipospos, Tafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 1996
Brown Francis, Hebrew And English Lexicon Of The Old Tastament, Hendrickson Publisher, 1979
Byrne Maire, The Names of God in Judaisme, Christianity, and Islam, London: Continuum International Publishing
Group, 2011
Buttrich George Arthur (ed), The Interpreter’s Dictionary Of The Bible Volume IV (E-J), Nashville-New York;
Abingdon Press, 1962
Becking Bob Karel Van der Toorn &, Dictionary of Deitis and Demous in The Bible, Leidien Ne work: Koln,
1995
Clark T.T., Biblical Theological Lexicon of The New Testament Greek Grammer Fourth Edition, New Work:
Charles Scribners Sons, 1954
Cross Frank M., Theological Dictionary Of The. Old Tastamen Vol. 1, Grand Rapids, Michigan: William
B. Eerdmans Publishing, 1975

Davidson A. B., Theology of The Old Testament, Edinburg: T&T Clark, 1995
Damanik Jan. J., Dari Ilah Menuju Allah, Yogyakarta: ANDI, 2016
Douglas J.D. (ed), Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 2008
Dufour Xavier Leon-, Ensiklopedi Perjanjian Baru,Yogyakarta: Kanisius, 1990

Edafene Reuben John Arierhi Ottuh &, International Journal of Philosophy and Theology, Vol. 3, USA: American
Research Institute, 2015
Foester W., Theological Dictionary of The New Testament, Vol.3, Michigan: Grands Rapids, Eerdmans Publishing
Company, 1965
Ginting E. P., Adat Karo Ibas Kalak Mate, Kabanjahe: Abdi Karya, 1997
Gerald O’ Collins & Edw ard G. Farrugia, Kamus Teologi, Jakarta: BPK-GM, 2006
Herlianto, Siapkah Yang Bernama Allah itu,Jakarta: BPK-GM, 2002
Jefferey Arthur (ed), Islam, Muhamad and His religion \(New York: The Bobbs-Merill Company: 1958
J. JHeer de P. S. Naipospos., ,Nama-nama Pribadi Dalam Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2006
Johanna Siagian Riris, SAHALA, Pematang Siantar: STT HKBP, 2016
Jacob Neusner & William Scott Green, Dictionary of Judaism in The Bible Period, New York: Simon & Schuster
Macmillan Press, 1992
Kitchen K. A., Kanaan, dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 (Ed. J.D Douglas), Jakarta:YKBK/OMF,
2003
Khun H. B., The Zondevan Pictorial Encyclopedian of The Bible, Vol.5, Michigan: Gand Rapids, 1975
Kidner Derek, Hosea: Knasih Setia Tetap Teguh Kendati Pengkhiatan Tak Terperikan, Jakarta: Yayasan
Komuniasi Bina Kasih/ OMF, 2000
Leon Xavier -Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru,Yogyakarta: Kanisius, 1990
Murtonen A., A Philogical and Literary On The Old Tastament Divine Names, Helnski: 1952
Michel O., Exegetical Dictionary of The New Testament, VOL. 3, Michigan: Grans Rapids, Eerdmans Publishing
Company, 1994
Naipospos B.J. Boland & P.S., Tafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 1996
Noorsena Bambang, The History of Allah Yogyakarta: ANDI, 2015
Pasaribu Rudolf, Agama Suku Dan Batakologi,Jakarta: Pieter, 1988
Pedersen Paul Bodholt, Darah Batak, Jakarta: BPK-GM, 1975
P. Ross Allen, “ ‫ ”שם‬dalam Dictionary of Old Testament Theology and Exegesis Volume 4, Carlisle Cumbria:
Patornoster Press, 1996
Sudharma Erick,Salahkah Menyebut Junjungan Kristen “Allah”?, Bandung: Mitra Pustaka, 2003
O. Michel, Exegetical Dictionary of The New Testament, VOL. 3, Michigan: Grans Rapids, Eerdmans Publishing
Company, 1994
Satyabudi I. J., Kontroversi Nama Allah, Tanggerang: Wacana Press, 2004
Schernk Gottlob, Theological Dictionary of The New Testament, Vol.V, Michigan: Grans Rapids, Eerdmans
Publishing Company, 1967
Stauffer Ethelbert, Theological Dictionary of The New Testament, Vol.III, Michigan: Grands Rapids, Eerdmans
Publishing Company, 1965
Schneider J., The New International Dictionary of New Testament Theology, Vol 2, Michigan: Grands Rapids,
Eerdmans Publishing Company, 1965
Sinaga Lukito Juandaharaya dan Martin, Tole Den Timorlanden Das Evangelium, Sejarah Seratus Tahun
Pekabaran
Injil di Simalungun, 2 September 1903-2003, Pematang Siantar: Kolportase GKPS, 2003
Simanjuntak Bungaran Antonius, Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak toba, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2009
Siagian Riris Johanna, SAHALA, Pematang Siantar: STT HKBP, 2016
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
Theodorus Marthinus, Perjanjian Lama dan Teologi Kontekstual, Jakarta:BPK-GM, 2008
William Barclay, Duta Bagi Kristus, Jakarta: BPK-GM,1980
von RadGerhard, Musa, Jakarta: BPK-GM, 1985
Wyatt J., Names of God, James Orr (ed) “The Internasional Standart Bible Encyclopedia Vol IV”, Grand Rapids:
B W.. Eerdmans Publishing, 1952
Watt Robert J., Names of God, Grand Rapids: W. B. Eerdmans Publishing, 1952
Wigodar R. J. ZWI Werblowsky & Geoffrey, The Encyclopedia of The Jewish Religion, Jerusalem: Massada Press,
1967
Verkuyl J., Aku Percaya, Jakarta: BPK-GM, 2001
Vine W. E., Vine’s Complete Expository Dictionary of Old and New Testament Words, Nasville: Thomas Nelson
Publisher, 1996
------------, Menyingkap Alkitab Jakarta: LAI, 2005

Sumber Internet :
http://yohanesbm.com/index.php?option-com_content&task=view&id-104&itemid=39, diakses pada tanggal 31
agustus 2020, pukul 09:00

Anda mungkin juga menyukai