Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN PENGUKURAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA

SEKOLAH DASAR INKLUSIF BERBASIS DIVERSITY AWARENESS

Tin Suharmini, Purwandari, Aini Mahabbati, dan Heri Purwanto


Universitas Negeri Yogyakarta
Email: aini@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan konstrak skala pengukuran keterampilan
sosial siswa sekolah dasar inklusif berbasis diversity awareness. Langkah penelitian adalah
eksplorasi konstrak keterampilan sosial melalui kajian pustaka dan FGD dan mengonstruksi
aspek dan indikator untuk menjadi rancangan skala perilaku Likert. Subjek penelitian adalah 15
guru kelas dari SD inkusif. Hasil penelitian menunjukkan aspek keterampilan sosial
berdasarkan diversity awareness yang berhasil dirumuskan tujuh (7) aspek, meliputi
kemampuan empati (32,4%), komunikasi dan interaksi sosial (28,9%), mengendalikan agresi
(10,8%), sikap terbuka (8,8%), perilaku membantu (8,3%), kemampuan memahami diri
(6,9%), dan perilaku mau belajar (3,9%). Rancangan instrumen pengukuran skala keterampilan
sosial siswa SD inklusif berbasis diversity awareness terdiri dari indikator-indikator yang
ditetapkan berdasarkan proporsi persentase kemunculan masing-masing aspek. Aspek
kemampuan empati memiliki 15 indikator, komunikasi dan interaksi sosial 13 indikator,
mengendalikan agresi 5 indikator, sikap terbuka 4 indikator, perilaku membantu 4 indikator,
memahami diri 3 indikator, dan perilaku mau belajar 2 indikator. Total indikator berjumlah 46
yang menjadi item pada alat ukur yang dihasilkan.

Kata Kunci: diversity awareness, keterampilan sosial, pengukuran perilaku.

THE DEVELOPMENT OF SOCIAL SKILLS MEASUREMENT OF PRIMARY


SCHOOL INCLUSIVE STUDENT BASED ON DIVERSITY AWARENESS

Abstract
This research aimed to develop the constuction of social skills measurement scale for
inclusive primary school students based on diversity awareness. The phases of this research
were the exploration of the social skills construction through the literature study and FGD,
and constructed the aspects and indicators to be designed as Likert scale behavior. The
subjects were 15 teachers from elementary inclusive schools. The results formulated seven
(7) aspects of social skills based on diversity awareness, including the ability of empathy
(32.4%), communication and social interaction (28.9%), controlling aggression (10.8%),
openness (8.8%), helping behavior (8.3%), the ability to understand themselves (6.9%),
and willing to learn (3.9%). The draft of instrument consists of indicators defined by the
proportion of the percentage of each of these aspects. Aspects capacity for empathy has 15
indicators, communication and social interaction has 13 indicators, controlling aggression
has five indicators, four indicators for openness, behavior helped for four indicators, three
indicators for understanding themselves, and willingness to learn has two indicators. Total
indicators are 46 which become the items on the resulting measurement tool.

Keywords: diversity awareness, social skills, behavior measurement.

PENDAHULUAN secara sesuai. Samanci (2010:150)


Keterampilan sosial merupakan menyebut keterampilan sosial sebagai
istilah bagi kemampuan untuk kemampuan yang dibutuhkan untuk
berhubungan dengan lingkungan sosial menjalin interaksi sosial dan untuk mampu

11
12

beradaptasi terhadap harapan lingkungan. berkarya, dan respon terhadap


Keterampilan sosial tampak pada sikap dan pembelajaran.
perilaku keseharian, seperti kemampuan Dinamika dan masalah keterampilan
berkomunikasi; menyesuaikan diri, sosial pada seting sekolah menjadi persoalan
keterlibatan dalam kelompok; mengatasi yang menarik untuk dikaji, terutama pada
masalah; dan mengembangkan potensi diri sekolah yang memiliki siswa dengan latar
dalam konteks lingkungan. Keterampilan belakang yang beragam. Keberagaman anak
sosial yang baik dibutuhkan bagi siswa di kerap ditemui di sekolah reguler dan
sekolah. Keterampilan sosial di sekolah semakin nyata terlihat pada sekolah inklusi.
akan mendukung interaksi dan kolaborasi Sekolah inklusi menerima siswa dengan
siswa dengan teman dan guru (Mazurik- berbagai kondisi yang beragam pada aspek
Charles & Stefanou, 2010:162). Selain itu, keadaan sosial, ekonomi, budaya,
keterampilan sosial di sekolah juga kemampuan akademik, dan utamanya
mendukung kemampuan problem solving adalah aspek kebutuhan khusus siswa.
siswa, serta berempati terhadap orang lain Keterampilan sosial siswa di sekolah
(Dereli, 2009:1420). Oleh karena itu, inklusif seringkali menjadi persoalan
Shepherd (2010:43) menyebut sekaligus menjadi tantangan untuk disikapi
keterampilan sosial sebagai kemampuan secara positif. Problem keterampilan sosial
atau modal penting bagi anak untuk yang dialami siswa di sekolah inklusif
mencapai kesiapan emosi dan perilaku di tampak pada berbagai perilaku dalam
sekolah. Adapun fungsi keterampilan pembelajaran maupun non pembelajaran.
sosial di sekolah adalah untuk melakukan Penelitian Purwandari, Pujaningsih &
hubungan sosial dengan guru dan teman, Mahabbati (2014) menunjukkan bahwa anak
serta agar dapat menyesuaikan diri dengan yang SD inklusi yang mengalami masalah
aktivitas dan tuntutan pembelajaran. keterampilan sosial cenderung bermasalah
Khusus pada keterampilan sosial di perilaku. Hasil penelitian di sembilan
sekolah, Walker dan Mc.Connell (Merrell, sekolah inklusif di Kodya Yogya tersebut
2001:14) menyebutkan tiga kategori menemukan 77 siswa dengan masalah
perilaku yang menjadi indikator perilaku, 55 laki- laki dan 22 perempuan.
keterampilan sosial yang mendukung Berbagai jenis kasus masalah perilaku yang
kegiatan pembelajaran pada anak usia sering dijumpai pada 77 siswa tersebut
sekolah dasar. Pertama yaitu: Teacher- yakni tidak menyelesaikan dan enggan
Preferred Social Behavior meliputi mengerjakan tugas (77,8 % dan 55,6%),
perilaku sosial dasar pendukung interaksi berbicara dan atau berteriak di kelas
sosial, meliputi perilaku kontak dan (55,6%), memukul teman (48%), tidak
komunikasi, simpati dan empati, masuk sekolah tanpa ijin (44%), mengambil
kompromi dan kerjasama; serta perilaku benda milik orang lain (48%), dan perilaku
mengatasi masalah, berupa merespon provokatif, membuat keributan, marah, dan
gangguan dan masalah, dan mengatasi melukai teman (11%). Seorang siswa bisa
dorongan perilaku agresi. Kedua adalah melakukan lebih dari satu jenis perilaku
Peer-Preferred Social Behavior, yakni bermasalah. Marlina (2006:34) menemukan
interaksi berteman di luar pembelajaran salah satu kasus yang muncul dari
meliputi penerimaan teman, perilaku rendahnya keterampilan sosial di sekolah
interaksi berteman, adaptasi, perilaku inklusif adalah penerimaan teman yang
membantu, inisiatif, dan bakat positif yang rendah terhadap anak berkesulitan belajar,
ditunjukkan. Ketiga adalah School sehingga mereka cenderung dijauhi oleh
Adjustment Behavior atau perilaku yang teman sebaya.
menunjukkan penyesuaian diri terhadap
aktivitas pembelajaran, meliputi
kemampuan manajemen waktu, mengikuti Lane, dkk menyatakan bahwa
arahan pembelajaran, kemampuan keterampilan sosial yang rendah

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 1, Maret 2017


13

menyebabkan anak sering mengalami kepedulian; kemampuan sosial; dan


penolakan dari teman bahkan guru, menurunkan kecemasan anak terhadap
mengalami kegagalan di sekolah, dan perbedaan.
miskin keterlibatan sosial (Shepherd, Salah satu faktor penting dalam
2010:56). Penelitian Aini Mahabbati kajian mengenai pengembangan
(2012) menunjukkan bahwa anak dengan keterampilan sosial siswa di sekolah
gangguan perilaku yang rendah inklusif adalah diversity awareness
keterampilan sosial cenderung hanya (kesadaran akan keberagaman). Diversity
berteman dengan sesama teman yang awareness adalah kesadaran akan adanya
bermasalah perilaku, ditolak dan diejek keberagaman di sekitar yang aspeknya
oleh anak sebaya, dilabel negatif oleh adalah pemahaman mengenai
lingkungan tempat tinggal, dan sulit keberagaman tersebut, sikap menghargai,
melakukan kontak sosial yang positif pengenalan akan nilai-nilai yang berbeda,
dengan guru, orang dewasa lain, dan dan pengetahuan mengenai dampak
teman-temannya. Masalah akademik dan keberagaman (Brown & Brown, 2004:56).
sosial mereka, menurut Odgers, dkk., Diversity awareness di sekolah biasanya
terjadi karena perilaku adaptasi terhadap tampak pada sikap menghargai,
tugas akademik yang buruk dan atau komunikasi yang akomodatif, dukungan
karena ditolak lingkungan sekolah (Swift, sosial, memberi kesempatan partisipasi,
dkk., 2009:339). dan berinteraksi secara terbuka dan tidak
Sekolah inklusi pada umumnya telah memilih teman. Berbagai aspek dalam
melakukan upaya untuk mengatasi diversity awareness tersebut sangat erat
rendahnya keterampilan sosial siswanya. kaitannya dengan keterampilan sosial.
Penelitian Purwandari, Pujaningsih & Favazza dkk. (2000:491)
Mahabbati (2014) menunjukkan bahwa menyatakan bahwa penerimaan terhadap
meskipun sekolah belum memiliki keberadaan siswa berkebutuhan khusus
program yang tersistem dan prosedural tidak dapat terjadi begitu saja. Dukungan
untuk meningkatkan keterampilan sosial dan pengkondisian diperlukan untuk
anak, namun sudah ada upaya untuk mengajak seluruh siswa mengembangkan
melatihkan keterampilan sosial siswa. perilaku yang menghargai perbedaan.
Upaya yang sering dilakukan di sekolah Penolakan teman sebaya kepada ABK
adalah keterampilan sosial disampaikan banyak ditemui ketika tidak ada dorongan
oleh guru kelas pada setiap mata pelajaran untuk menerima mereka (Favazza, dkk.,
yang diampu dan diberitahukan atau 2000:491). Layanan terhadap
diajarkan langsung dalam aktivitas sehari- keberagaman anak merupakan cerminan
hari di lingkungan sekolah. kualitas pendidikan. Selama ini di sekolah
Keberagaman yang ada di sekolah inklusi, guru juga semakin menyadari
inklusif menjadi tantangan tersendiri bagi bahwa layanan ditujukan ke semua anak,
pengembangan keterampilan sosial siswa. tidak terbatas pada anak berkebutuhan
Bagi siswa dengan kebutuhan khusus, khusus (Kluth, 2003:67). Mempertegas hal
sekolah dapat menjadi tempat yang baik tersebut dalam pernyataannya bahwa
untuk mengembangkan kemampuan pendidikan yang berkualitas dapat
komunikasi, adaptasi, kepercayaan diri, tercermin dari pemberian program yang
keterlibatan sosial, berteman, dan mengatasi menjangkau semua anak supaya mereka
masalah. Adapun bagi siswa lainnya, dapat berkembang secara intelektual dan
Vaidya & Zaslavsky (2000:14) sosial secara maksimal, dan bukan
mengemukakan bahwa keberadaan siswa pemberian program yang sama untuk
berkebutuhan khusus di kelas reguler dapat semua anak.
mengembangkan keterampilan sosial bagi Berdasarkan latar belakang tersebut di
siswa lainnya, berupa kemampuan atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
berteman; pemahaman tentang keragaman; mengembangkan instrumen pengukuran

Pengembangan Pengukuran Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Inklusif


14

keterampilan sosial siswa sekolah dasar guru kelas sekolah inklusi negeri dan
inklusif yang berbasis diversity awareness. swasta. Kriteria guru yang dilibatkan
Tujuan khususnya adalah menemukan adalah guru kelas yang memiliki
aspek keterampilan sosial siswa SD pengalaman mengajar anak berkebutuhan
berbasis diversity awareness dan khusus selama minimal dua (2) tahun.
bagaimana pengembangan instrumen Subjek penelitian pada FGD pertama
pengukurannya atau skalanya. berjumlah tujuh (7) orang guru dari lima
Pengembangan instrumen pengukuran (5) SD negeri dan dua (2) SD swasta.
skala keterampilan sosial diperlukan untuk Seluruh sekolah berasal dari SD yang
menjadi alat ukur capaian keterampilan berbeda. Berikut adalah data guru subjek
sosial siswa yang dapat menjadi pedoman dan asal sekolah pada FGD Grup 1.
perencanaan dan evaluasi program
pengembangan keterampilan sosial yang Tabel 1. Data Guru dan Asal Sekolah
dilaksanakan di sekolah. Adanya pada FGD Grup 1
instrumen pengukuran keterampilan sosial
akan menjadi tolok ukur yang jelas pada No Nama Jenis Asal Sekolah
kajian keberhasilan dan pengembangan Guru Kelamin
keterampilan sosial siswa di sekolah
inklusif. 1. YUS Pr SD N Balirejo
2. ANA Pr SD N Pakel
3. IND Pr SD N Giwangan
METODE 4. LUN Pr SD N Bangunrejo 2
Definisi Operasional Variabel 5. SAN Lk SD N Karanganyar
Penelitian 6. ROB Lk SD Taman Muda IP (swasta)
Penelitian ini akan mengembangkan 7. FAT Pr SD Intis School (swasta)
skala pengukuran keterampilan sosial
siswa sekolah dasar inklusif berbasis Adapun pada FGD Grup 2, peserta
diversity awareness. Oleh karena itu, berjumlah delapan (8) guru. Peserta
keterampilan sosial berbasis diversity tersebut berasal dari tujuh (7) SD negeri
awareness merupakan variabel penelitian. dan satu (1) SD swasta. Dua orang peserta
Definisi operasionalnya adalah keterampilan berasal dari SD yang sama. Berikut adalah
yang berupa sikap atau perilaku yang data subjek dan asal sekolah dari FGD
membantu siswa untuk dapat berinteraksi di Grup 2.
lingkungan sekolah dengan guru, seluruh
teman, dan warga sekolah lainnya dengan Tabel 2. Data Guru dan Asal Sekolah
situasi yang beragam. pada FGD Grup 2

Tempat Penelitian No Nama Jenis Asal Sekolah


Pengambilan data dalam penelitian Guru Kelamin
ini menggunakan cara FGD. FGD 1. HER Pr SD N Giwangan
dilaksanakan sebanyak dua kali dengan 2. EDY Lk SD N Pilahan
peserta berbeda yang bertempat 3. SRI Pr SD N Pilahan
4. RIA Pr SD N Pakel
Laboratorium Jurusan PLB FIP UNY 5. PUR Lk SD N Karanganyar
pada tanggal 13 Oktober 2016. Grup 1 6. DWI Pr SD N Bangunrejo 2
bertempat di Ruang Kelas Barat, dan Grup 7. DHE’ Pr SD N Balirejo
2 bertempat di Ruang Kelas Tengah. 8. AST Pr SD Taman Muda IP
(swasta)
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian
Skenario Penelitian
ini berperan sebagai sumber utama yang
Penelitian ini bertujuan untuk
memiliki data mengenai variabel yang
mengkonstruksi skala keterampilan sosial
akan diteliti. Subjek penelitian ini adalah
berdasarkan diversity awareness untuk

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 1, Maret 2017


15

siswa sekolah dasar. Proses penelitian ini berikut ini menjelaskan alur skenario
melalui dua skenario, yakni eksplorasi penelitian.
konstrak skala dan kontruksi skala. Bagan

SKENARIO I SKENARIO II
Eksplorasi konstrak keterampilan
sosial berdasarkan teori keterampilan
Konstruksi skala keterampilan sosial
sosial siswa dan diversity awareness
berdasarkan diversity awareness

Gambar 1. Skenario Penelitian

a. Skenario Pertama: Eksplorasi c) Merumuskan kata kunci-kata


Konstrak Keterampilan Sosial kunci keterampilan sosial dari
Eksplorasi konstrak keterampilan hasil FGD.
sosial dilakukan dengan pengkajian 2) Analisis Data dengan Kategorisasi
sumber pustaka dan pengalaman empirik dan Koding Respon
mengenai keterampilan sosial pada siswa Metode yang analisis data
sekolah dasar dan dipadankan dengan dengan kategorisasi dan koding ini
sumber pustaka mengenai diversity merupakan metode kualitatif. Data
awareness di sekolah inklusif. berupa kata-kata yang diperoleh dari
Tahapannya adalah sebagai responden mengenai keterampilan
berikut : sosial pada FGD dirumuskan menjadi
1) Penyusunan Instrument Eksplorasi kata kunci – kata kunci, atau disebut
Keterampilan Sosial dengan kategori. Kemudian kategori
a) Mengkaji dan merumuskan yang ditemukan dipilah dengan
aspek-aspek keterampilan sosial koding.
siswa SD berdasarkan kajian
teori yang ada. b. Skenario Kedua : Konstruksi Skala
b) MengadakanFGDuntuk Keterampilan Sosial
menemukan aspek-aspek Skenario kedua meliputi
keterampilan sosial siswa SD konstruksi skala pengukuran
berdasarkankebutuhan keterampilan sosial siswa SD inklusi
pengembangan diversity berbasis diversity awareness dari hasil
awareness yang bersumber dari koding FGD yang dielaborasi dengan
pengalaman guru yang hasil kajian mengenai keterampilan
mengajar di sekolah inklusif. sosial. Aspek-aspek keterampilan sosial
FGD dilakukan dua kali dengan yang ditemukan kemudian dirumuskan
peserta yang berbeda untuk dalam beberapa indikator perilaku. Skala
dapat mengelaborasi secara yang dirumuskan berupa skala
komprehensif aspek-aspek pengukuran model Likert. Skala yang
keterampilan sosial. Peserta digunakan pada instrumen adalah: 1
FGD adalah guru dari sekolah untuk perilaku yang tidak pernah
inklusif negeri dan swasta yang muncul; 2 untuk perilaku yang jarang
disebut sebagai subjek muncul; 3 untuk perilaku yang kadang-
penelitian. Peserta FGD kadang muncul; dan 4 untuk perilaku
pertama berbeda dengan peserta yang tidak pernah muncul. Prosedur
FGD kedua. konstruksi skala merujuk pada konstruksi
skala psikologi yang dirumuskan oleh
Saifuddin Azwar (2008:43), yakni:

Pengembangan Pengukuran Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Inklusif


16

a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau seorang pencatat. Prosedur FGD meliputi


pernyataan yang tidak langsung pembukaan dan penyampaian maksud dan
mengungkap atribut yang hendak tujuan FGD oleh fasilitator, kemudian
diukur, melainkan mengungkap disambung dengan sesi diskusi. Sesi
indikator perilaku dari atribut yang diskusi dimulai dengan menyampaikan
hendak diukur. apersepsi mengenai keadaan di suatu
b. Skala psikologi selalu berisi banyak sekolah dasar yang beragam dengan
aitem. Jawaban subyek terhadap berbagai kasus interaksi sosial antar siswa
satu aitem baru merupakan sebagian dengan siswa, siswa dengan guru, dan
dari banyak indikasi mengenai sebagainya. Apersepsi ditutup dengan
atribut yang hendak diukur, pertanyaan mengenai istilah bagi
sedangkan kesimpulan akhir sebagai kemampuan yang perlu dikembangkan
suatu diagnosis baru dapat dicapai siswa berdasarkan kasus pada apersepsi.
bila semua aitem telah direspon. Hasil FGD dari dua grup tersebut
c. Respon subyek tidak diklasifikasikan menunjukkan bahwa kemampuan yang
sebagai jawaban benar atau salah. dibutuhkan untuk berinteraksi dalam
Semua jawaban dapat diterima kondisi yang beragam adalah kemampuan
sepanjang diberikan secara jujur dan memahami diri, kemampuan menerima dan
sungguh-sungguh. Hanya saja menghargai kekurangan dan kelebihan
jawaban yang berbeda akan teman, kemampuan berbagi, kemampuan
diinterpretasikan berbeda pula. berempati, kemampuan kerjasama,
Skala yang akan dihasilkan dalam kemampuan saling menolong, perilaku
penelitian ini adalah skala psikologi yang terbuka untuk berteman, dan kemampuan
berisi sikap atau perilaku yang bertanggung jawab.
menggambarkan keterampilan sosial Setelah sesi apersepsi dan
siswa SD berdasarkan diversity pembahasan selesai, fasilitator
awareness. Teori yang dirujuk adalah menyampaikan judul dan tujuan penelitian
teori keterampilan sosial siswa SD yang dan peran para subjek penelitian.
menggambarkan penyesuaian sosial dan Kemudian, fasilitator menyampaikan
tugas belajar atau social competence and pengertian keterampilan sosial anak SD
school adjustment dari Walker & sesuai dengan teori dari Gresham
Mc.Connel (Merrel, 2001:14). (Shepherd, 2010:63), Maag (2006:15), dan
Samanci (2010:150).
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan teori-teori tersebut
Dinamika dan Hasil Focus Group fasilitator mengarahkan peserta untuk
Discussion menyusun istilah sendiri mengenai
FGD dibagi menjadi dua kelompok keterampilan sosial. Berdasarkan
dengan peserta yang berbeda. Grup 1 pembahasan di dua grup, disimpulkan
bertempat di ruang kelas barat Laboratorium bahwa keterampilan sosial merupakan
PLB FIP dan Grup 2 bertempat di ruang istilah yang menggambarkan kemampuan
kelas tengah Laboratorium PLB FIP. FGD untuk mengenal lingkungannya,
dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2016 berinteraksi dan beradaptasi dengan
jam 13.00 sampai jam 15.30. Peserta adalah lingkungan, kemampuan berkomunikasi
guru kelas di sekolah inklusi area Kota verbal dan non verbal, kemampuan
Yogyakarta yang telah bertugas mengajar bekerjasama, kemampuan menerima
minimal 2 tahun. Grup 1 diikuti oleh 7 kondisi yang berbeda, kemampuan
peserta dan Grup 2 diikuti oleh 8 peserta. membantu dan mendukung orang lain, dan
kemampuan saling memahami.
Setiap Grup FGD diikuti oleh satu Pembahasan berikutnya adalah
orang fasilitator, seorang pembantu keterampilan sosial yang dibutuhkan di
fasilitator merangkap dokumenter, dan sekolah inklusi yang memiliki siswa yang

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 1, Maret 2017


17

beragam. Menurut pengalaman subjek dari jorok; menentang, membantah, atau


dua grup, teridentifikasi keterampilan menolak instruksi guru; tidak merasa salah
sosial yang dibutuhkan di sekolah, yakni berbuat salah; menarik diri; pendiam atau
kemampuan menolong teman, memahami sulit memulai komunikasi; tidak menjaga
dan menghargai keadaan dan kemampuan kebersihan; sering dihukum guru. Perilaku
teman, bekerjasama dengan seluruh rendahnya keterampilan sosial terutama
teman, kemampuan memperhatikan teman yang berhubungan dengan interaksi
dan guru, kemampuan mengekspresikan berteman adalah melakukan bullying
diri dengan sesuai dan kepercayaan diri, verbal dan non verbal terhadap teman;
dan kemampuan mengendalikan diri. memalak teman; agresif; pemilih teman;
Hasil FGD juga menunjukkan ditolak teman; bergaul dengan
kondisi keberagaman di sekolah dasar. kelompoknya sendiri; suka bertengkar dan
Keberagaman tersebut adalah perbedaan membuat keributan; dan suka mengejek.
tingkat ekonomi, yakni dari ekonomi
menengah ke atas sampai menengah ke Analisis
bawah. Namun ada satu SD swasta yang Hasil dari FGD terhadap 15 guru
menyatakan tidak terlalu beragam kondisi sekolah dasar di Kota Yogyakarta
ekonominya. Keberagaman lain adalah menemukan berbagai aspek dari
keberagaman sosial yang umumnya keterampilan sosial berbasis diversity
dicermati dari lingkungan tempat tinggal awareness. Data tersebut kemudian
keluarga, latar belakang pendidikan dianalisis untuk dikonstruksi menjadi
orangtua, pola asuh, dan sebagainya. skala. Berdasarkan hasil FGD yang
Keberagaman lain adalah kemampuan menggunakan panduan berupa konsep
belajar dan kebutuhan khusus siswa, yakni keterampilan sosial, muncul tujuh aspek.
lamban belajar, kesulitan belajar, Aspek-aspek tersebut dari yang muncul
hambatan fisik, hambatan sensori paling banyak sampai yang paling sedikit
(tunarungu dan tunanetra), gangguan adalah kemampuan empati (32,4%),
emosi dan perilaku, hambatan komunikasi komunikasi dan interaksi sosial (28,9%),
(autism), anak berbakat, dan sebagainya. mengendalikan agresi (10,8%), sikap
FGD juga membahas mengenai terbuka (8,8%), perilaku membantu
situasi di sekolah yang membutuhkan (8,3%), kemampuan memahami diri
keterampilan sosial. Dua grup (6,9%), dan perilaku mau belajar (3,9%).
mengindentifikasi situasi-situasi tersebut, Setelah itu skala dikonstruksi dengan
yakni ketika kegiatan belajar mengajar, memunculkan banyaknya item
meliputi diskusi kelas, kerja kelompok, berdasarkan presentase kemunculan
praktik, unjuk kerja, kegiatan masing-masing aspek. Konstruk skala
pembelajaran; saat istirahat; saat belajar di terdiri dari kemampuan empati 15 item,
luar kelas; saat teman sakit; acara sekolah; komunikasi dan interaksi sosial 13 item,
dan saat pulang sekolah. mengendalikan agresi 5 item, sikap
Pembahasan berikutnya adalah terbuka 4 item, perilaku membantu 4 item,
perilaku yang menujukkan rendahnya memahami diri 3 item, dan perilaku
keterampilan sosial siswa di sekolah. Hasil belajar 2 item. Tabel 1 menunjukkan
FGD dua grup menyebutkan beberapa frekuensi dan persentase kemunculan dari
perilaku yang menunjukkan rendahnya masing-masing aspek tersebut serta
keterampilan sosial, yakni tidak sopan jumlah item masing-masing.
terhadap orang dewasa; berkata kasar dan

Pengembangan Pengukuran Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Inklusif


18

Tabel 3. Aspek dan Sebaran Item pada Skala Keterampilan Sosial

Kata Kunci frekuensi frekuensi Jumlah


jawaban jawaban item
responden (n) responden (%)

kemampuan empati 66 32,4 15


komunikasi dan interaksi sosial 59 28,9 13
mengendalikan agresi 22 10,8 5
sikap terbuka 18 8,8 4
perilaku membantu 17 8,3 4
memahami diri 14 6,9 3
perilaku mau belajar 8 3,9 2
TOTAL ITEM PADA SKALA 46

Langkah berikutnya adalah memilah keterampilan sosial adalah keragaman


indikator-indikator dari masing-masing kemampuan siswa atau keberadaan
aspek yang muncul. Indikator diperoleh berbagai tipe siswa berkebutuhan khusus
dari ungkapan-ungkapan subjek yang di sekolah. Hal ini tampak pada indikator-
muncul saat FGD. Indikator ini yang indikator yang disampaikan subjek. Tabel
kemudian akan menjadi item-item pada 2 berikut memperlihatkan indikator dari
skala. Meskipun alat ukur keterampilan masing-masing aspek beserta jumlah
sosial ini berdasarkan diversity awareness, itemnya sesuai dengan proporsi persentase
namun menurut hasil FGD kondisi beragam kemunculan saat FGD.
yang paling berimplikasi terhadap

Tabel 4. Indikator Skala Keterampilan Sosial

Aspek Indikator Item


Kemampuan 1. Menghargai perbedaan fisik antar teman, 15
Empati 2. Menghargai perbedaan non fisik antar teman,
3. Menghargai kekurangan teman,
4. Menghargai kelebihan teman,
5. Menerima perbedaan teman yang tidak berkebutuhan
khusus,
6. Menerima perbedaan teman berkebutuhan khusus,
7. Bersikap toleran,
8. Melindungi teman berkebutuhan khusus,
9. Menyesal apabila berbuat salah,
10. Memperhatikan teman,
11. Memberi dukungan pada teman berkebutuhan khusus,
12. Memberi kesempatan pada teman berkebutuhan khusus,
13. Memberi tanggapan yang baik,
14. Tidak mengganggu teman.

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 1, Maret 2017


19

Komunikasi 1.Bekerjasama dengan semua teman 13


dan interaksi 2.Berkerjasama dengan teman ABK
sosial 3.Bekerjasama untuk hal yang positif
4. Berinteraksi dengan teman
5. Tidak menghindari guru atau orang dewasa lain
6. Terlibat dalam kegiatan berkelompok
7. Mau berkomunikasi timbal balik secara verbal dan
atau non verbal
8. Mau memulai komunikasi dengan teman
9. Sopan dalam berbicara dan atau berperilaku
10. Tidak memilih-milih teman
11. Memulai menyapa
12. Mudah akrab dan memperhatikan guru dan teman
13. Diterima oleh lingkungan (teman, sekolah)
Mengendalikan 1. Tidak mengintimidasi teman 5
agresi 2. Tidak membullyi teman berkebutuhan khusus
3. Tidak membullyi teman pada umumnya
4. Menahan untuk tidak berkata kasar atau jorok
5. Mengendalikan diri dari perilaku kasar atau tidak baik
Sikap terbuka 1. Berperilaku jujur atau tidak berbohong 4
2. Percaya diri
3. Memiliki kemampuan untuk jadi pemimpin
4. Bersikap terbuka dan mudah menyesuaikan diri
Perilaku 1. Berinisiatif menawarkan bantuan 4
membantu 2. Mau membantu teman berkebutuhan khusus
3. Mau membantu teman lainnya
4. Mau berbagi
Memahami 1. Menyadari kekurangan dan kelebihan dirinya 3
diri 2. Mau mengekspresikan kemampuannya
3. Mau menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Perilaku mau 1. Bersemangat dan terlihat senang belajar dan sekolah 2
belajar 2. Mau terlibat dalam kegiatan sekolah

Data FGD juga berhasil merumuskan dengan norma dan aturan yang berlaku.
pengertian keterampilan sosial siswa SD Definisi tersebut sama dengan pengertian
berdasarkan diversity awareness. Definisi keterampilan sosial menurut Gresham
tersebut adalah kemampuan menerima (Shepherd, 2010:67) dan Maag (2006:10)
situasi sosial dan berperilaku verbal maupun yakni perilaku yang membantu seseorang
non verbal untuk berinteraksi dengan orang untuk berhubungan sosial dengan
lain sesuai dengan norma dan aturan yang lingkungan.
berlaku. Definisi yang dirumuskan dari hasil
FGD lebih rinci karena menyebut secara
Pembahasan eksplisit kemampuan verbal dan non
Analisis data hasil penelitian berhasil verbal. Hal ini menunjukkan situasi
merumuskan definisi keterampilan sosial keberagaman yang seringkali dihadapi
siswa SD berdasarkan diversity awareness. siswa SD di sekolah inklusif. Selalu ada
Definisi tersebut adalah kemampuan kemungkinan adanya siswa dengan
menerima situasi sosial dan kemampuan karakteristik khusus berupa hambatan
berperilaku verbal maupun non verbal untuk wicara dan komunikasi, sehingga perilaku
berinteraksi dengan orang lain sesuai yang menunjukkan keterampilan sosial

Pengembangan Pengukuran Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Inklusif


20

tidak harus diwujudkan dalam perilaku perilaku yang mencerminkan perilaku


verbal. Dasar keberagaman juga tampak penyesuaian pembelajaran yang
pada definisi hasil penelitian, yakni merupakan aspek dari keterampilan sosial
menerima situasi sosial yang bisa siswa.
dipastikan bervariasi. Brown & Brown Kontruksi alat ukur keterampilan
(2004:89) menyatakan bahwa Diversity sosial berdasarkan diversity awareness
awareness adalah kesadaran akan adanya dibutuhkan untuk mengetahui
keberagaman di sekitar yang aspeknya keterampilan sosial siswa, terutama di SD
adalah pemahaman mengenai inklusif. Mengetahui tingkat keterampilan
keberagaman tersebut, sikap menghargai, sosial siswa diperlukan untuk menyusun
pengenalan akan nilai-nilai yang berbeda, mendukung pengembangan keterampilan
dan pengetahuan mengenai dampak sosial siswa. Pengembangan tersebut
keberagaman. penting untuk mendukung keberhasilan
Aspek-aspek keterampilan sosial penyelenggaraan pendidikan pada setting
yang muncul dari hasil FGD adalah keberagaman yang sekarang ini terwujud
kemampuan empati (32,4%), komunikasi di sekolah inklusif. Di sekolah inklusif,
dan interaksi sosial (28,9%), diversity awareness tampak pada sikap
mengendalikan agresi (10,8%), sikap akomodatif dan mutualisme seluruh
terbuka (8,8%), perilaku membantu personel sekolah terhadap kemungkinan
(8,3%), kemampuan memahami diri adanya perbedaan di antara mereka
(6,9%), dan perilaku mau belajar (3,9%). (Karten, 2008:60).
Indikator yang muncul terbanyak adalah
dari aspek kemampuan empati. Pada guru PENUTUP
berpendapat bahwa pada situasi beragam, Berdasarkan hasil penelitian,
kemampuan empati sangat dibutuhkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
untuk mendasari berkembangnya aspek lain ini adalah : 1) Aspek keterampilan sosial
dari keterampilan sosial. Setelah itu, berdasarkan diversity awareness yang
persentase terbesar berikutnya adalah berhasil dirumuskan tujuh (7) aspek,
kemampuan komunikasi dan interaksi sosial meliputi kemampuan empati (32,4 %),
serta kemampuan mengendalikan agresi. komunikasi dan interaksi sosial (28,9%),
Urutan terbanyak tersebut sangat sesuai mengendalikan agresi (10,8%), sikap
dengan Walker & Mc.Connell (Merrell, terbuka (8,8%), perilaku membantu
2001:17) yang menyebutkan bahwa (8,3%), kemampuan memahami diri
kemampuan empati merupakan salah satu (6,9%), dan perilaku mau belajar (3,9%).
aspek keterampilan sosial yang disarankan 2) Rancangan instrumen pengukuran skala
oleh guru selain dari kontak dan keterampilan sosial siswa SD inklusif
komunikasi, kompromi dan kerjasama, dan berbasis diversity awareness terdiri dari
mengatasi masalah tanpa agresivitas. Karten indikator-indikator yang ditetapkan
(2008:45) menambahkan bahwa dalam berdasarkan proporsi persentase
konteks diversity, hubungan sosial kemunculan masing-masing aspek. Aspek
dilandaskan pada sikap akomodatif terhadap kemampuan empati memiliki 15 indikator,
perbedaan. Sikap terbuka yang meliputi komunikasi dan interaksi sosial 13
indikator berperilaku jujur, terbuka, percaya indikator, mengendalikan agresi 5
diri, dan memiliki kemampuan menjadi indikator, sikap terbuka 4 indikator,
pemimpin sesuai dengan Walker & perilaku membantu 4 indikator,
Mc.Connell (Merrell, 2001:18) yang memahami diri 3 indikator, dan perilaku
merumuskan perilaku-perilaku tersebut mau belajar 2 indikator. Total indikator
sebagai perilaku sosial yang mendukung berjumlah 46 yang menjadi item pada alat
interaksi berteman. Kemudian perilaku mau ukur yang dihasilkan.
belajar juga dirumuskan Walker &
Mc.Connell sebagai

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 10, Nomor 1, Maret 2017


21

Saran Magister Sains Psikologi Fakultas


Saran dari hasil penelitian ini adalah: Psikologi UGM. Tidak diterbitkan.
1) Diperlukan penelitian lanjutan untuk Marlina. (2006) Tingkat Penerimaan
menguji rancangan skala pengukur Teman Sebaya pada Siswa
keterampilan sosial berdasarkan prinsip Berkesulitan Belajar di Sekolah
psikometri sehingga akan berhasil Inklusi. JPK Vol.2 No. 1 Mei.
memeroleh skala yang valid dan reliabel. 2006, p.30-39.
2) Skala atau alat ukur keterampilan sosial
yang sudah jadi dapat digunakan di Mazurik-Charles, R., & Stefanou, C.
sekolah inklusi sebagai instrumen (2010). Using Paraprofesionals to
penelitian guru dan instrumen pengukur Teach Social Skills to Children
perilaku untuk menjadi tolak ukur with Autism Spectrum Disorders in
rancangan dan keberhasilan program the General Education Classroom.
pengembangan keterampilan sosial siswa. Journal of Instructional
Psychology, 37 (2), p.161-169.
DAFTAR PUSTAKA Merrell, K. W. (2001). Assessment of
Brown, I. & Brown, R.I. (2004). Quality Children’s Social Skills: Recent
of Life and Disability an Approach Developments, Best Practices, and
for Community Practitioners. New Directions. Exceptionality, 9
London: Jessica Kingsley (1&2), p.3-18.
Publishers. Purwandari, Pujaningsih, & Mahabbati,
Dereli, E. (2009). Examining the A. (2014). Program Positive
Permanence of the Effect of a Behavior Support untuk
Social Skills Training Program for Meningkatkan Keterampilan Sosial
the Acquisition of Social Problem- Siswa SD. Laporan Penelitian
solving Skills. Social Behavior and Hibah Bersaing. Fakultas Ilmu
Personality , 37 (10), p.1419-1428. Pendidikan UNY. Tidak
Favazza, P. dkk. (2000). Measuring and diterbitkan.
Promoting Acceptance of Young Saifuddin Azwar. (2008).
Children with Disabilities. Penyusunan Skala Psikologi.
Exeptional Children, Summer 2000 Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(66), p.491. Samanci, O. (2010). Teacher Views on
Karten, T.J. (2008). Embracing Social Skills Development in
Disabilities in the Classroom, Primary School Students.
Strategies to Maximize Students’ Education, 131 (1), p.147-157.
Assets. California: Corwin Press. Shepherd, T. (2010). Working with
Kluth, P. (2003) Access to Academics for Students with Emotional and
All Students: Critical Approaches Behavior Disorders. New Jersey:
to Inclusive Curriculum, Pearson Education Inc.
Instructionand Policy. New Jersey: Swift, M. C., Roeger, L., Walmsley, C.,
Lawrence Erlbaum Associates, Howard, S., Furber, G., & Allison,
Maag, J. W. (2006). Social Skill Training S. (2009). Rural Children Referred
for Students with Emotional ang for Conduct Problems: Evaluation
Behavioral Disorders: A Review of of a Collaborative Program.
Reviews. Behavioral Disorders, 32 Australian Journal of Primary
(1), p.5-17. Health, 15, 335-340.
Mahabbati, A. (2012). Program Vaidya, W & Zaslavsky. (2000).
Dukungan Perilaku Positif untuk Inclusion Classrooms: Knowledge
Meningkatkan Keterampilan Sosial versus Pedagogy. Proquest
Anak dengan Conduct Disorder Education Journals, 121, 1, p.14.
pada Seting Sekolah. Tesis.

Pengembangan Pengukuran Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Inklusif

Anda mungkin juga menyukai