Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Akuntansi Keperilakuan

Disusun untuk memenuhi tugas final mata kuliah “Akuntansi Keperilakuan”

Disusun Oleh :

Wahyuni C30118226

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini yang membahas mengenai
“Akuntansi Keperilakuan”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

24 Desember 2020

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………1

1.3 Tujuan Umum…………………...……………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
2

2.1 Pengantar Akuntansi Keperilakua……………………………………………………..2

2.2 Pengambilan Keputusan…………...…………………………………………………...5

2.3 Teori Utilitas……………...…………………………………………………………….7

2.4 Paradoks Rasionalitas dalam Pengambilan Keputusan………...……………………..11

2.5 Heuristik dalam Perspektif Akuntansi…………...……………………………………12

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….….17

3.1 Kesimpula…………………………………………………………………………….17

3.2 Saran…………...……………………………………………………………………...17

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………...18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mulai dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah
mengenal hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan
semakin majunya peradaban manusia menyebabkan pentingnya pencatatan, pengikhtisaran
dan pelaporan sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil dari
proses transaksi telah mengalami metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang
modern seperti saat ini.
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi keuangan yang
digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Keterampilan matematis
sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks.
Begitu pula dengan kemajuan dalam teknologi computer akuntasi yang memungkinkan
informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang
ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir.
Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling
baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi.
Namun pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk
perilaku dari para pengambil keputusan. Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan
dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi.
Kesempurnaan tehnis tidak pernah mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa
tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar tehnik yang didasarkan pada efektivitas dari
segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di
dalam organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa defenisi akuntansi keperilakuan
2. Bagaiman pengambilan keputusan
3. Apa saja yang termasuk dalam teori utilitas
4. Apa saja paradox rasionalitas dalam pengambilan keputusan
5. Bagaimana heuristic dalam perspektif akuntansi
1.3 Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini merupakan syarat ujian akhir semester dari mata kuliah
Akuntansi Keperilakuan pada semester lima. Selain merupakan syarat ujian semester,

1
banyak kemudian manfaat yang kita dapatkan ketika membaca, menelaah, dan
membutuhkan informasi dari makalah ini. Makalah ini juga merupakan ringkasan dari
beberapa hasil diskusi kami dalam perkuliahan. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan
informasi seluas-luasnya kepada mahasiswa, dosen, civitas akademika tentang adanya aspek
keperilakuan yang turut mengambil andil penting dalam akuntansi. Terlebih lagi dari
makalah ini dapat memberikan informasi ke masyarakat pada umumnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengantar Akuntansi Keperilakuan


2.1.1 Pengertian Akuntansi Keperilakuan
Ilmu akuntansi adalah bidang ilmu yang sangat luas sehingga bisa berkombinasi
dengan bidang ilmu lainnya. Salah satu bidang ilmu yang bisa berkombinasi dengan
ilmu akuntansi adalah ilmu sosial. Hasil kombinasi antara ilmu akuntansi dan ilmu
sosial dikenal sebagai Akuntansi Keperilakuan. Dalam bidang ilmu ini, perilaku
manusia diperhitungkan untuk melihat efeknya terhadap data-data akuntansi. Tidak
hanya dalam wujud satu arah, dalam bidang ilmu ini juga mempelajari bagaimana
akuntansi memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia. Terutama ketika
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bisnis. Dengan kata lain, cabang dari
ilmu akuntansi ini mengkaji keterkaitan dan pengaruh antara perilaku manusia dengan
sistem akuntansi dan sebaliknya.
2.1.2 Ruang Lingkup Akuntansi Keperilakuan
Dalam salah satu cabang ilmu akuntansi ini, pengambilan keputusan harus
melibatkan bagaimana perilaku seseorang sebagai sebuah pertimbangan. Dengan
mempertimbangkan perilaku manusia tersebut, membuat munculnya aspek sosial dalam
bidang ilmu akuntansi. Ruang lingkup akuntansi yang berkaitan dengan perilaku
manusia ini ialah mengkaji tentang tingkah dan perilaku manusia terhadap konstruksi,
bangunan, dan pemakan sistem informasi akuntansi yang diterapkan dalam sebuah
perusahaan atau organisasi. Maksudnya, ruang lingkup akuntansi dapat melihat
bagaimana gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan
desain dalam perusahaan atau organisasinya tersebut.
Mengkaji pengaruh dari adanya sistem informasi akuntansi terhadap segala
tindakan manusia yang berarti melihat pengaruh sistem akuntansi terhadap kinerja,
produktivitas, kerja sama, hingga pengambilan keputusan. Sebuah metode yang
menjelaskan dan memprediksi tindakan dan perilaku manusia dan membuat sebuah
strategi untuk mengubah tindakan tersebut. Maksudnya adalah memanfaatkan
Akuntansi untuk mempengaruhi perilaku manusia dan mengatasi resistensi perilaku
manusia tersebut.

3
2.1.3 Aspek Akuntansi Keperilakuan
Salah satu cabang ilmu akuntansi ini juga memiliki berbagai aspek penting seperti
cabang-cabang ilmu lainnya. Oleh Schiff dan Lewin (1974) mengatakan, ada lima
aspek penting yang ada pada salah satu bidang ilmu akuntansi ini. Kelima aspek
tersebut adalah :
1. Teori Organisasi dan Keperilakuan Manajemen
Pembahasan tentang perilaku komponen entitas perusahaan dibahas dengan
cukup dalam dalam teori organisasi modern ini. Perhatian teori organisasi modern
ini menjelaskan tentang perilaku mereka sebagai dasar untuk melihat motif atas
berbagai tindakan yang mereka lakukan. Dalam teori organisasi modern melihat
bahwa ada pengaruh dari interaksi antar masing-masing elemen dalam upaya
untuk mendukung tujuan sebuah organisasi atau perusahaan. Lebih spesifik lagi,
teori organisasi modern sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Schiff dan
Lewin menitikberatkan pada perilaku masing-masing komponen dalam
mengarahkan tujuan organisasi, memberikan motivasi, hingga menampilkan
karakteristik dalam penyelesaian masalahnya. Karena dalam kondisi tertentu,
motivasi memegang peranan penting terhadap komitmen yang berpengaruh pada
kepuasan kerja. Tujuan dari sebuah organisasi atau perusahaan ini dilihat dari
kacamata teori organisasi modern, merupakan hasil proses mempengaruhi setiap
elemen. Pengaruh pada masing-masing elemen ini menghasilkan motivasi dan
komitmen organisasi. Sehingga bila dilihat lebih jauh, terdapat hubungan yang
bersifat resiprokal antara komitmen organisasi dengan kepuasan kerja.
2. Penganggaran dan Perencanaan
Selain itu, tujuan organisasi atau perusahaan juga harus diformulasikan dan
menjadikannya sebagai fokus dari penganggaran dan perencanaan. Selain tujuan,
penganggaran dan perencanaan juga harus difokuskan untuk melihat adanya
interaksi perilaku dari masing-masing individu. Penganggaran, level kesulitan
dalam mencapai tujuan, hingga konflik antar tujuan merupakan bagian dari
dimensi yang dimaksud dalam area ini. Semua dimensi tersebut harus
diperhatikan sehingga bisa menciptakan keselarasan antara tujuan organisasi atau
perusahaan dengan tujuan masing-masing individu. Keselarasan antara dua
bagian penting ini nantinya bisa menjadi pondasi pengembangan organisasi atau
perusahaan oleh tim manajemen.
3. Pengambilan Keputusan
4
Aspek lainnya yang termasuk adalah tentang pengambilan keputusan yang
menjadi fokus dari teori organisasi modern. Dalam teori tersebut, ada tiga model
yang dikenalkan sebagai metode pengambilan keputusan yakni: model normatif,
paradoks, dan model deskriptif. Model Normatif merupakan sebuah keadaan
pengambilan keputusan oleh seseorang sesuai keadaan seharusnya. Sementara
model normatif membahas tentang hal yang berkebalikan dengan model normatif.
Model Deskriptif pada teori pengambilan keputusan melihat kondisi seseorang
saat melakukan pengambilan keputusan dengan melihat fakta yang ada. Informasi
yang digunakan ketika pengambilan keputusan ini merupakan informasi
akuntansi.
4. Pengendalian
Aspek lainnya yang tidak kalah penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan
adalah aspek pengendalian. Besarnya tingkat pengendalian berbanding lurus
dengan besarnya sebuah organisasi atau perusahaan. Sehingga tingkat
pengendalian akan semakin insentif seiring dengan semakin berkembangnya
suatu organisasi atau perusahaan. Aspek ini banyak menghubungkan kinerja dan
kemampuan adaptasi individu terhadap lingkungan sekitarnya. Bagian yang
penting dalam aspek pengendalian adalah adanya struktur organisasi yang jelas,
hierarki administrasi, hingga pengendalian internal. Dalam perkembangan terbaru
dalam aspek pengendalian, lingkungan menjadi kunci yang berperan dalam
pengendalian operasional organisasi atau perusahaan. Sebelumnya, lingkungan
tidak tergolong dalam aspek pengendalian ini.
5. Pelaporan Keuangan
Aspek perilaku dalam bidang akuntansi ini juga meliputi bagaimana pelaporan
keuangan yang mencakup perataan laba, keandalan informasi akuntansi, hingga
kaitannya informasi akuntansi kepada investor. Dalam hal ini, perataan laba
disebabkan adanya informasi khusus yang dimiliki oleh pihak manajemen untuk
mewujudkan kepentingannya dalam bagian untuk melakukan manajemen laba.
2.2 Pengambilan Keputusan
2.2.1 Pertimbangan dan Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan tidak krusial adalah pengambilan keputusan ringan yang
tidak mempunyai kebermaknaan dan akibat besar. Keputusan krusial adalah keputusan
yang
mempunyai implikasi luas dan mempunyai spektrum dengan determinasi tinggi.Model p
5
engambilan keputusan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa keputusan didasarkan ata
srasionalitas. Model rasionalitas memandang pengambil keputusan sebagai manusia rasio
nal,dimana mereka selalu konsisten dalam membuat pilihan pemaksimuman nilai di
dalam lingkupketerbatasan-keterbatasan tertentu. Pengambilan keputusan secara
sistematis dipengaruhi oleh cara penyampaian informasi.
2.2.2 Anatomi Suatu Keputusan
Suatu keputusan harus dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan.
Pertimbangan untuk masing-masing situasi tentunya tidak sama, sebab setiap situasi
memiliki masalah yang berbeda. Masalah yang berbeda akan mempunyai se!umlah
alternatif peluang penyelesaiannya masing-masing. Terdapat enam langkah dalam proses
pengambilan keputusan secara rasional,yaitu:
a. Menentukan permasalahan, penting bagi manajer untuk memahami permasalahan
yang akan diselesaikan untuk menghindari potensi menyelesaikan permasalahan
yang salah. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendefinisikan masalah
adalah pertama, menentukan permasalahan yang muncul dalam mencapai tujuan.
Kedua, mendiagnosis permasalahan dengan memahami gejala-ge!alanya.
b. Mengidentifikasi kriterianya. Melalui identifikasi kriteria ini kita dapat
mengetahui hal-hal apa sa!a yang harus dipenuhiterkait dengan keputusan yang
akan dibuat
c. Mengukur kinerja kriteria yang telah diidentifikasi masing-masing harus
ditentukan bobotnya untuk mengetahui seberapa penting suatu kriteria bagi
keputusan yang akan dibuat.
d. Menciptakan Alternatif. Alternatif solusi atas masalah yang akan diselesaikan
dibuat bersama-sama dalam tim sebagai tambahan rencana penyelesaian masalah
e. Mengukur nilai Alternatif dari setiap kriteria, penilaian alternatif solusi dilakukan
dengan seberapa besar solusi dapat memenuhi setiap kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya.
f. Menghitung keputusan yang terbaik setelah kelima tahap dilakukan, pembuatan
keputusan dapat dilakukan denganmembandingkan nilai akhir dari setiap
alternatif solusi yang telah dibuat. Alternatif yangmemiliki hasil yang optimal
yang akan dipilih.
2.2.3 Bounded Rationality

6
Pendekatan proses pengambilan keputusan secara rasional sangat sulit dilakukan
karena pada kenyataannya manajer dalam dunia nyata dituntut untuk melakukan
pengambilan keputusan yang "epat, sehingga dalam pengambilan keputusan manajer
akan terbatasi oleh waktu, faktor internal dan eksternal serta sifat alamiah suatu
permasalahan yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya suatu analisa menyeluruh
terhadap permasalahan tersebut. Hal ini menjadikan pengambilan keputusan secara
rasional menjadi terbatasi (bounded rationality perspective). Pengambilan keputusan
menggunakan pendekatan ini umumnya lebih menekankan pada aspek intuisi,
pengalaman dan penilaian ( judgement ) dibandingkan dengan langkah-langkah logis.
Intuisi tidak selalu bersifat irasional, karena intuisi didasarkan atas pengalaman bertahun-
tahundari seorang manajer terhadap peker!aannya yang telah tersimpan di alam bawah
sadarnya. Intuisi akan menghasilkan keberanian serta firasat mengenai alternatif
keputusan mana yangdiperkirakan dapat memecahkan permasalahan, sehingga intuisi
akan mempersingkat waktu dalam pengambilan keputusan.

2.3 Teori Utilitas


2.3.1 Teori Keputusan

Teori keputusan adalah konsep mengenai pengambilan keputusan berdasarkan


alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang ada pada saat keaadaan yang tidak pasti.
Kegunaan teori keputusan adalah untuk membantu memecahkan masalah dengan
menentukan tindakan yang akan dipilih melalui pemilihan berbagai alternatif yang
tersedia. Dalam memilih suatu keputusan minimal terdapat dua alternatif yang
diberikan, dan pengambil keputusan harus memilih satu alternatif berdasarkan kriteria
tertentu diantara alternatif lainnya.

2.3.2 Kategori dalam Proses Pengambilan Keputusan


Terdapat empat kategori dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :
1. Keputusan dalam keadaan terdapat kepastian (certainty).Keputusan pada
kategori ini adalah keputusan yang sebelumnya sudah terdapat informasi
lengkap. Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut
adalah dengan linear programming.
2. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty). Keputusan pada
kategori ini, berkebalikan dengan jenis sebelumnya. Keputusan ini terjadi jika
terdapat informasi tambahan dan terdapat nilai probability yang dibuat sendiri.

7
Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah
dengan analisis keputusan dalam keadaan ketidakpastian.
3. Keputusan dalam keadaan terdapat risiko (risk). Keputusan yang terdapat
risiko jika informasi yang diperoleh tidak lengkap dengan diketahui nilai
probabilitas. Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang
digunakan adalah dengan model keputusan probabilistic.
4. Keputusan dalam keadaan terdapat konflik (conflict). Keputusan dalam
keadaan terdapat konflik adalah adanya situasi kompetitif (persaingan) yang
terjadi diantara dua pengambil keputusan atau lebih. Metode yang digunakan
untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah game theory (teori
permainan).
2.3.3 Teori Utility
Pada permulaan abad ke – 18, ahli matematika Daniel Bernoulli telah
mempelopori perkembangan suatu ukuran utilitas. Bernoulli mengusulkan bahwa nilai
sebenarnya ( true worth) kekayaan seseorang merupakan logaritma sejumlah uang.
Selanjutnya konsep utilitas dikembangkan lagi oleh Von Neumann dan Morgenstern
pada tahun1974, mereka mengusulkan bahwa kurva utilitas dapat dibuat untuk setiap
individu, asalkan asumsi tertentu tentang preferensi individu tersebut berlaku. Utlitas
merupakan preferensi atau nilai guna pengambil keputusan dengan mempertimbangkan
faktor risiko berupa angka yang mewakili nilai pay off sebenarnya berdasarkan
keputusan. Angka utilitas terbesar mewakili alternative yang paling disukai, sedangkan
angka utilitas terkecil menunjukkan alternative yang paling tidak disukai (Supranto :
2005 : 374). Misalkan, himpunan X = {x, y, z,..} diartikan sebagai kumpulan alternative
keputusan, di mana jika x, y ϵ X maka tepat satu dari dua pernyataan berikut benar:
1. x < y
2. x > y
dengan < menyatakan kurang disukai, sedangkan > menyatakan lebih disukai.
2.3.4 Asumsi Teori Utilitas
Asumsi utilitas setiap pengambil keputusan dapat berbeda – beda, dan mewakili
salah satu dari lima kategori berikut, yaitu :
a. Peringkat Preferensi.
Asumsi peringkat preferensi merupakan asumsi utilitas pengambil keputusan yang
mengacu pada struktur dari keputusan dengan jumlah alternative terbatas. Misalnya,

8
terdapat alternatif x dan y, maka asumsi utilitas pengambil keputusan adalah x < y
atau x > y.
b. Transitivitas Preferensi
Asumsi transitivitas preferensi merupakan asumsi utilitas pengambil keputusan
dengan tidak menganggap keberadaan alternatif dari setiap alternative tertentu dalam
situasi yang dihadapi. Misalnya, apabila terdapat tiga alternatif x, y, dan z , dimana x
< y, dan y < z, maka x < z.
c. Asumsi Kontinuitas
Asumsi kontinuitas merupakan asumsi utilitas pengambil keputusan yang
mempunyai hasil terbaik dan terburuk sebagai hadiah, bahwa perorangan (individu)
menganggap sama preferensinya dengan hasil yang sedang atau cukup saja atau di
antara kedua hasil yang ekstrim tersebut.
d. Asumsi substitutabilitas
Asumsi substitutabilitas merupakan asumsi utilitas pengambil keputusan yang
memungkinkan adanya revisi / perbaikan dengan penggantian (substitusi) suatu hasil
dengan hasil lainnya, asalkan terdapat kesamaan.
e. Asumsi Peningkatan Preferensi
Asumsi peningkatan preferensi merupakan asumsi utilitas pengambil keputusan
yang mempunyai hasil yang sama dan untuk keputusan yang mempunyai
probabilitas terbesar untuk hasil yang lebih diinginkan maka harus lebih disukai.
Jadi, preferensi perjudian antara dua hasil yang sama meningkat dengan probabilitas
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
2.3.5 Sikap Pengambil Keputusan
a. Sikap Penggemar Risiko
Sikap penggemar risiko adalah sikap pengambil keputusan dengan menetapkan nilai
ekuivalen tetapnya atas suatu kejadian tidak pasti akan lebih besar daripada nilai
ekspektasi dari suatu kejadian. Pada kasus undian, seseorang yang termasuk dalam tipe
penggemar risiko akan termotivasi untuk mendapatkan hadiah yang lebih besar. Namun
hal ini diikuti dengan risiko yang besar.
b. Sikap Netral
Sikap netral adalah sikap pengambil keputusan di antara dua keadaan ekstrim
penggemar risiko dan penghindar risiko. Sikap ini ditunjukan dengan menetapkan nilai
ekuivalen tetap terhadap suatu permasalahan sama dengan nilai ekspektasinya. Pada
kasus undian, orang yang memiliki sikap netral akan bersedia menjual undian tersebut
9
sebesar Rp 500.000,- orang tersebut juga mengetahui nilai ekspektasi lotere tersebut
adalah Rp 500.000,-. Ini terlihat bahwa orang tersebut bersikap netral terhadap risiko.
c. Sikap Penghindar Risiko
Sikap penghindar risiko adalah sikap pengambil keputusan dengan menetatpkan
nilai ekuivalen tetap dari suatu kejadian tidak pasti lebih rendah dari nilai harapan
kejadian tersebut.
2.3.6 Persamaan Fungsi Utility
Menurut Mangkusubroto (1987 :124), jika u(x) menyatakan fungsi utility untuk nilai
x, x0 menyatakan batas bawah fungsi utility, dan c adalah parameter, secara umum fungsi
utility dalam bentuk eksponensial didefinisikan :

Se
dangkan untuk pengambil keputusan yang bersikap netral, maka fungsi
utilitynyadinyatakan dalam persamaan :

Fu
ngsi utility bagi pengambil keputusan dengan sikap penghindar risiko, netral maupun
penggemar risiko, tergantung pada nilai c parameternya.
2.3.7 Prosedur untuk Menentukan Nilai Utilitas
Penentuan awal nilai utilitas untuk hasil terbaik dan terburuk sepenuhnya
sembarangan (completely arbitrary), sehingga setiap bilangan (sumber) dapat
dipergunakan (Supranto, 2005 : 384). Berikut adalah prosedur untuk menentukan nilai
utilitas :
a. Semua hasil yang diperoleh dibuat peringkatnya. Suatu penandaan (designation)
harus dipergunakan untuk menunjukkan urutan preferensi berupa subscript atau
indeks. Preferensi ditulis secara menurun dari tinggi ke rendah.
b. Utilitas untuk hasil terbaik dan terjelek ditentukan secara sembarangan, misalnya
terbaik 100 terjelek 0 atau terbaik 1 terjelek 0, bisa berapa saja asalkan nilai
ekstrim.
c. Perumusan lotere referensi. Probabilitas p untuk memenangkan lotere preferensi
diperlakukan seperti variabel.
d. Untuk hasil antara (intermediate out come), pengambil keputusan menetapkan
suatu nilai p yang membuat dia untuk tidak berbeda antara hasil itu sendiri

10
dengan lotere referensi. Jadi, untuk hasil Hk, probabilitas pk ditentukan bahwa
hasil dalam lotere referensi dianggap sama dengan Hk.
e. Utilitas Hk ditentukan, sama dengan harapan utilitasnya untuk lotere referensi.
2.4 Paradoks Rasionalitas Dalam Pengambilan Keputusan
2.4.1 The Allais Paradox

Sesuai dengan prinsip cancellation, pemilihan antara dua alternatif seharusnya


hanya bergantung pada bagaimana kedua alternatif tersebut berbeda bukan pada faktor
yang sama untuk kedua alternative tersebut. Berbagai faktor yang sama untuk kedua
alternatif seharusnya tidak memengaruhi pilihan yang dibuat seseorang yang rasional.
Pada tahun 1953, Maurice Allais memublikasikan artikelnya yang secara serius menantang
prinsip cancellation. Artikelnya menjelaskan apa yang sekarang dikenal dengan Allais
Paradox—suatu paradoks (keadaan yang bertentangan) yang menunjukkan bagaimana
prinsip cancellation biasanya dilanggar. Paradoks juga disebut anomali, yaitu suatu
keadaan tidak biasanya.
2.4.2 Ellsbergs’s Paradox
Pelanggaran prinsip cancellation lainnya yang terkenal didokumentasikan oleh
Daniel Ellsberg (1961) dalam Plous (1983).Ellsberg’s paradox dapat diilustrasikan sebagai
berikut: Asumsikan sebuah kendi terdiri dari 90 bola. Tiga puluh bola tersebut berwarna
merah dan sisanya bola hitam atau kuning, dalam proporsi yang tidak diketahui.Satu bola
diambil dari kendi, dan warna bola tersebut akan menentukan bayaran anda. Warna apa
yang akan dipertaruhkan? Merah atau hitam?Sebagian besar orang memilih merah untuk
menghindari ketidakpastian komposisi antara bola hitam dan bola kuning. Warna apa yang
akan dipertaruhkan? Dalam situasi kedua, sebagian besar orang memilih mempertaruhkan
bola hitam atau kuning dibandingkan bola merah atau kuning.Kembali untuk menghindari
ketidakpastian berkaitan dengan rasio bola hitam dan kuning. Dengan kata lain banyak
orang memilih alternatif 1 dalam masalah pertama dan alternatif 2 dalam masalah kedua.
Sesuai dengan prinsip cancellation orang-orang seharusnya memilih alternatif yang sama
dalam kedua masalah.
2.4.3 Intransitivitas
Prinsip pembuatan keputusan rasional lainnya adalah prinsip transitivitas yang
menyatakan bahwa pembuat keputusan yang memilih hasil A dibandingkan hasil B, dan
yang memilih hasil B dibandingkan hasil C, seharusnya memilih A dibandingkan C.
2.4.4 Preference Reversals

11
Salah satu studi pertama yang mendokumentasikan preferensi reversals
dipublikasikan oleh Sarah Lichtenstein dan Paul Slovic (1971).Pemilihan antara sepasang
taruhan mungkin melibatkan proses psikologi yang berbeda dibandingkan menawarkan
setiap taruhan secara terpisah. Secara khusus, mereka menghipotesiskan bahwa pilihan
akan ditentukan terutama oleh peluang taruhan, sedangkan penawaran akan dipengaruhi
terutama oleh jumlah yang akan dimenangkan atau kalah.Pada kasus di mana orang-orang
memilih taruhan yang bayarannya tinggi, 81% menentukan nilai dolar yang lebih besar
pada taruhan yang bayaranya tinggi.Ketika orang-orang diminta untuk memilih antara dua
taruhan, mereka memberi perhatian khusus pada peluang kemenangan.Namun ketika
diminta untuk menentukan harga bagi seberapa bernilai taruhan itu, mereka melihat pada
seberapa besar bayaran potensialnya. Sulit untuk menentukan apakah pelanggaran
terhadap teori utilitas harapan menunjukkan bahwa orang-orang membuat keputusan
secara tidak rasional karena tidak ada ukuran yang pasti mengenai hal tersebut.
2.5 Heuristik dalam Perspektif Akuntansi
2.5.1 Bias Heuristik Ketersediaan
Ketersediaan heuristik dan blind spot bias adalah 2 jenis bias kognitif yang akan
saya bahas dalam kesempatan kali ini, dari 20 macam atau jenis bias kognitif yang
pernah saya sebutkan dalam tulisan sebelumnya. Ketersediaan Heuristik atau heuristic
availability adalah jenis bias kognitif yang biasanya dilakukan oleh seorang ketika
melakukan penalaran dengan memperkirakan atau mengukur suatu informasi dengan
berlebihan. Penalaran yang dilakukan dengan mental jalan pintas (mental shortcut)
berdasarkan pada informasi yang sering mereka dapat atau yang terakhir mereka dapat
dan yang paling mudah dipikirkan untuk segera diambil keputusan.
Contoh :
1. Seseorang melihat berita di TV tentang pemecatan atas karyawan yang dilakukan
perusahaan. Setelah melihat berita tersebut dia merasa kejadian serupa bisa terjadi
segera kepada dirinya, dia mulai tidur tidak nyenyak karena terus memikirkan hal
tersebut, dan esoknya dia datang ke kantor dengan perasaan yang tidak enak.
2. Contoh kedua, kebanyakan orang Amerika akan melihat bahwa terorisme adalah
ancaman terbesar buat negara mereka, hal ini mungkin bisa dipahami. Setelah
peristiwa 9/11 begitu masifnya berita tentang hal ini, setiap hari terus dibahas dan
diberitakan. Pemerintah Amerika mengalokasikan dana untuk melawan terorisme 25
kali lebih besar dibandingkan dengan dana yang diberikan untuk menanggulangi

12
masalah kesehatan seperti penyakit kanker, walaupun data statistik memperlihatkan
bahwa penyakit kanker membunuh 2000 kali lebih banyak dari terorisme di Amerika.
Blind spot bias adalah salah satu bias kognitif yang menganggap bahwa orang lain
telah melakukan tindakan/pemikiran bias daripada dirinya sendiri. Jadi blind spot bias
adalah satu bias yang menganggap orang lain lebih bias. Terminologi ini diperkenalkan
oleh Emily Pronin, seorang ahli Psikologi Sosial dari Princeton University, bersama
rekannya Daniel Lin and Lee Ross.

Pada satu eksperimen dari 600 penduduk Amerika, lebih dari 85% percaya bahwa
mereka sedikit melakukan bias dari kebanyakan orang Amerika lainnya. Hanya satu dari
mereka yang beranggapan bahwa dia lebih banyak melakukan bias daripada yang lainnya.
Bias model ini kelihatannya sangat relevan dengan kondisi mutakhir di jaman sosial
media, satu kubu merasa lebih objektif dibanding dengan kubu disebrangnya, bahwa satu
kubu merasa tindakan dan fikirannya didukung dengan pengetahuan dan literatur yang
objektif dibandingkan dengan yang lainnya.

2.5.2 Heuristik Keterwakilan


Heuristik yang dibahas dalam bagian ini dikenal sebagai keterwakilan, dan itu
mengarah kepada bias yang paling gampang diprediksi dalam situasi tertentu.
Keterwakilan adalah mesin mental bekerja dalam menaruh ciri, properti, sifat, atau
sebuah bayangan dari sebuah himpunan ke anggota himpunan, hingga ketika kita
bertemu satu anggota himpunan, kita dibimbing oleh heuristik ini untuk melekatkan sifat
ke satu anggota himpunan itu. Penggunaan heuristik yang demikian memang efektif
dalam keseharian. Namun akan menjadi bias bila tidak proporsional.
a. Bias 5 – Tidak Sensitif Terhadap Base-rate
Bias pertimbangan jenis ini seringkali terjadi ketika seorang secara kognitif
menanyakan pertanyaan yang salah. Mengabaikan base-rate memiliki banyak
implikasi yang kurang baik.
b. Bias 6 – Tidak Sensitif Terhadap Ukuran Sampel
Walau ukuran sampel sangat fundamental terhadap ilmu statistik, Tversky dan
Kahneman (1974) berpendapat bahwa ukuran sampel jarang menjadi bagian dari
intuisi kita. Ilmu statistik mengatakan bahwa semakin besar sampel, semakin bagus
probabilitas mewakili setiap kejadian. Mengapa begitu? Karena ketika merespon
terhadap masalah yang berhadapan dengan sampling, orang seringkali menggunakan
heuristik keterwakilan.

13
c. Bias 7 – Kesalahan Konsepsi Dari Peluang
Sebagian besar orang seringkali mengandalkan intuisi mereka dan salah
menyimpulkan. Peluang secara umum dipandang sebagai proses pembenaran diri
dimana penyimpangan dalam satu arah menginduksi penyimpangan dalam arah yang
berlawanan untuk mengembalikan keseimbangan. Dalam kenyataannya,
penyimpangan tidak dibenarkan dalam satu kesempatan proses pembukuan, mereka
benar-benar terlarut. Peneliti menaruh banyak kepercayaan pada hasil sampel awal,
meremehkan replikabilitas dari temuan empiris. Hal ini diduga karena
representativenessheuristic begitu bagus digunakan dalam pengambilan keputusan
kita dibandingkan ilmuwan terlatih sekalipun dan menitikberatkan pada penggunaan
statistik yang baik mungkin tidak efektif untuk menghilangkan pengaruh biasnya.
d. Bias 8 – Regresi Pada Mean
Banyak pengaruh dari regresi menuju mean, mengapa menggunakan konsep regresi
menuju mean, sementara hasil statistik valid? Tversky dan Kahneman (1973)
menyatakan bahwa representativeness heuristic menghitung untuk bias sistematik
ini dalam pertimbangan.Mereka berpendapat bahwa seseorang biasanya menduga
bahwa hasil dimasa depan akan dengan maksimal mewakili hasil terdahulu. Oleh
karena itu, kita cenderung secara naif mengembangkan prediksi yang didasarkan
pada asumsi dari korelasi sempurna dengan data lampau. Dalam beberapa situasi
yang tidak biasa seseorang melakukan aspek intiuisi akibat pengaruh regresi
pengaruh mean.
e. Bias 9 – Kesalahan Konjugasi
Lewat teori probabilitas seharusnya kita tau bahwa peluang untuk mendapatkan
suatu kejadian B lebih besar atau sama dengan peluang untuk mendapatkan A dan B
sekaligus, jika A dan B saling bebas. Tversky dan Kahneman (1983) telah
menunjukan kebohongan konjugasi cenderung mengarah pada penyimpangan dari
rasionalitas dalam menilai suatu peristiwa, tindakan kriminal, hubungan
internasional, dan pertimbangan medis. Keprihatinan kita dengan bias yang
dihasilkan dari kebohongan konjugasi adalah bila kita membuat penyimpangan
sistematik dari rasionalitas dalam memprediksi hasil, kita akan menjadi kurang
persiapan untuk berhadapan dengan kejadian dimasa depan.

2.5.3 Heuristik Penjangkaran dan Penyesuaian

14
Penjangkaran adalah kecenderungan untuk mengawali sebuah nilai tertentu, untuk
bisa melakukan sebuah penilaian. Terdapat standar-standar perilaku yang digunakan,
untuk mempermudah melakukan penilaian terhadap orang lain.
a. Bias 10 – Penyesuaian Acuan yang Tidak Layak
Walaupun subyek sadar bahwa acuannya acak dan saling tidak berhubungan
terhadap pertimbangan, acuan memiliki efek yang dramatis terhadap pertimbangan
mereka. Menariknya, membayar subyek secara berbeda- beda berdasarkan
keakuratan tidak mengurangi peningkatan dari pengaruh pengacuan.Penggunaan
sistem kompensasi semacam itu menerima ketidakadilan dimasa lampau sebagai
suatu acuan dan membuat penyesuaian yang tidak sesuai dari titk tersebut.Nisbett
dan Ross (1980) dalam plous (1993) menunjukan suatu argumen yang
memperkirakan bahwa bias pengacuan dan penyesuaian itu sendiri menyatakan
bahwa sangat sulit sekali untuk mengubah strategi pengambilan keputusan. Mereka
berpendapat bahwa masing-masing heuristik yang kami identifikasi saat ini
bertindak sebagai acuan kognitif dan merupakan pusat dari proses dari
pertimbangan saat ini.
b. Bias 11 - Konjungtif dan Disjungtif Kejadian Bias
Bagaimana setiap bias ini diwujudkan dalam suatu konteks terapan? Perkiraan
berlebih dari kejadian konjungtif merupakan suatu penjelasan kuat dari masalah ini
dalam proyek yang memerlukan perencanaan bertahap. Perorangan, pebisnis, dan
pemerintah seringkali menjadi korban dari bias kejadian konjungtif melalui waktu
dan dana. Proyek pekerjaan umum gagal terselesaikan tepat waktu atau kekurangan
dana. Pengapalan produk baru sering lebih lama dari yang diharapkan. Bias
disjungtif telah mengarahkan kita untuk berharap hal yang terburuk.
c. Bias 12 – Overconfidence
Overconfidence adalah percaya diri atau keyakinan yang berlebihan. Temuan yang
paling baik yang ditetapkan dalam tulisan-tulisan keyakinan berlebihan adalah
kecenderungan orang untuk menjadi terlalu yakin untuk membenarkan jawaban
mereka ketika diminta untuk menjawab kesulitan menengah sampai sangat sulit.
Namun, subyek umumnya tidak menunjukan sifat keyakinan berlebih, dan sering
menjadi tidak yakin, untuk menjawab pertanyaan yang mereka rasa akrab. Oleh
karena itu, kita selalu waspada untuk menjadi terlalu yakin diluar bidang kita.

2.5.6 Bagaimana Hubungan Heuristik Ketersediaan Dengan Akuntansi

15
Dalam banyak kasus heuristik menyediakan estimasi frekuensi dan probabilitas
yang cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi heuristik ketersediaan dapat
menyebabkan bias dalam penilaian dan pengambilan keputusan. Dalam akuntansi
keuangan prediksi suatu aspek penting dalam pengambilan keputusan investasi. Investor
yang mampu memprediksi harga saham dengan akurat dengan waktu yang relatif cepat,
akan memperoleh prioritas transaksi lebih dulu sehingga memperbesar kesempatan untuk
memperoleh transakasi yang sesuai atau cocok (kufepaksi, 2007).

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu masalah yang akan dihadapi dalam suatu organisasi atau sebuah
perusahaan  adalah dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil akan sangat
mempengaruhi dari operasional organisasi atau perusahaan tersebut.Keputusan yang diambil
secara asal atau tanpa pertimbangan dari informasi yang akurat atas masalah yang akan
diambil keputusannya akan menjadi bias dalam pengambilan keputusan. Bias yang terjadi
dalam suatu pengambilan keputusan berdampak resiko yang akan dihadapi. Agar tidak
terjadinya bias dalam pengambilan keputusan seorang manajer atau pimpinan harus
mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan.
Setelah diketahuinya faktor tersebut, diharapkan kepada manajer atau pimpinan akan dapat
menghindari atau meminimalisir terjadinya bias dalam pengambilan keputusan.Untuk
mencegah terjadinya bias dalam pengambilan keputusan, ada beberapa cara yang harus
diperhatikan: yaitu, sebelum mengambil sebuah keputusan manajer atau pimpinan
harus  analisis situasi, seseuaikan gaya pengambilan keputusan anda dengan budaya nasional
setempat, evaluasi kriteria, dan sistem penghargaan organisasi anda. Sesuaikan gaya
keputusan anda untuk meyakinkan kecocokannya dengan budaya organisasi, lalu
mempertimbangkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diambil keputusan.
3.2 Saran
Agar setiap manager atau pengambil keputusan dalam organisasi ataupun perusahaan
untuk mengumpulkan terlebih dahulu informasi-informasi terkait masalah yang akan diambil
keputusannya, hal ini untuk meminimalisir kesalahan dan bias dalam pengambilan keputusan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Suartana, I Wayan. 2010. “Akuntansi Keperilakuan” Yogyakarta: Andi

Tsancherif.om. (2018, 14 Juli)”Ketersediaan Heuristik dan Bias Blind Spots”. Diakses pada
24 Desember 2020, dari https://tsancherif.com/ketersediaan-heuristik-dan-blind-spot-
bias/

18

Anda mungkin juga menyukai