Yang Baru 2
Yang Baru 2
PENDAHULUAN
peningkatan sumber daya manusia (SDM) selain sebagai cermin dari kualitas
1
2
profesional yang bertanggung jawab atas kapasitas fisik dan kemampuan
Sejalan dengan ini terjadi pergeseran pola penyakit, dimana penyakit pembuluh
Indonesia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan
pembuluh darah, yang dalam istilah klinis dikenal dengan sebutan stroke.
saraf akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak.Secara sederhana
stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak
karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas / lumpuh sesaat atau gejala
Setiap tahun hampir setengah juta penderita mengalami stroke dan kurang
lebih dua juta penduduk saat ini mengalami cacat tubuh akibat penyakit tersebut
kematiannya mencapai 147.470 per tahun dan biaya risetnya mencapai 46 juta
dollar setahun (Widjaja, 1994). Hampir sebagian besar pasien mengalami stroke
jenis non haemorragik. Menurut Widjaja (1998) Pada tahun 1993 di laboratorium
3
ilmu penyakit syaraf RS Dr. Soetomo Surabaya, stroke merupakan urutan pertama
(59,5%) dari pasien yang dirawat terdiri dari 62,3% stroke non haemoragik dan
otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
tonus bahkan spastisitas, pola sinergis dan reaksi assosiasi yang menimbulkan
peningkatan, bahkan serangan stroke yang kini tidak lagi menyerang usia lanjut
saja tapi juga menyerang usia produktif, sehingga mereka tidak lagi mampu
melakukan aktifitas secara baik karena kecacatan yang mereka alami (Harun,
Pasien pasca stroke dari tahun ke tahun selalu mengalami kemajuan, tetapi
kualitas itu sendiri masih dipertanyakan dalam menuju perbaikan fungsi terbaik
yang bisa dicapai (Carr dan Shepperd, 1998). Beberapa metode fisioterapi yang
4
sering dipakai antara lain metode brunnstrom, propioceptive neuromuscular
sehingga pasien dapat belajar fungsi motorik yang normal sebelum terjadi gerakan
(3) mencegah tidak digunakannya lagi anggota gerak yang lesi, (4) mencegah
terjadinya disuse effect seperti atropi otot, rapuhnya tulang, penurunan fungsi
cardiopulmonary (Carr dan Shepperd, 1986). Hasil penelitian ini untuk sementara
fisioterapi yang efektif untuk masalah gerak dan aktifitas fungsional pasien stroke.
ilmu perilaku dan psikologi, latihan dalam olahraga, pemahaman tentang anatomi
dan fisiologi saraf serta tidak berdasarkan pada teori perkembangan normal
(Setiawan, 2007).
jarang digunakan.Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk mengangkat metode
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini
D. Manfaat Penulisan
1. Keilmuan
bidangkesehatan
2. Profesi Fisioterapi
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
A. Deskripsi Kasus
1. Definisi stroke
pada stroke adalah karena gangguan peredaran darah diotak, sehingga kita
Sp.BS 2007)
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak
7
2. Anatomi fungsional otak
a. Anatomi Otak
dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah yang
1) Hemisferium Serebri
hemisferium kanan dan kiri yang dipisahkan oleh celah dalam yang
antara lain :
a) Lobus Frontalis
spinalis.
b) Lobus Temporalis
c) Lobus Parietalis
d) Lobus Oksipitalis
Gambar 2
Gyrus pada Hemisferium Serebri (Putz, 1997)
Gambar 3.
Gyrus pada Hemisferium Serebri dari medial (Putz, 1997)
Beberapa daerah tertentu korteks serebri telah diketahui
dan patologis (Chusid, 1979). Pada lobus frontalis terdiri dari area
(Chusid,1979).
Gambar 4.
Permukaan lateral serebrum. Daerah-daerah korteks terlihat menurut
Brodmann(angka-angka) dan von Economo (huruf-huruf) (Chusid, 1979)
Gambar 5.
3) Ganglia Basalis
dibawah sadar.
Gambar 6
Traktus Extrapiramidalis(google.com)
5) Traktus Piramidalis
Gambar 7
Tractus piramidalis (google.com)
Keterangan gambar
1. 1.KaudaTalamus
nucleus 2. Traktus kortikopontis
3. Pedunkulus cerebral 4. Pons
5. Medulla oblongata 6. Traktus kortikospinalis
lateral
nadi tersebut.
kortikal dari arteri cerebri anterior, arteri cerebri media, dan arteri
posterior.
Gambar 9.
Tempat arteriosclerosis; nomor menunukan urutan pada frekuensi
(Mahar dan Priguna, 1989)
3. Etiologi
awalnya adalah dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai
arteriosklerosis.
hidup modern yang penuh stres, pola makan tinggi lemak, dan kurang
1) Usia
2) Jenis kelamin
1) Hipertensi
2) Penyakit jantung
3) Diabetes
5) Merokok
6) Alkohol berlebihan
7) Obat-obatan terlarang
9) Infeksi
c. Stroke Pada Usia Muda
pada salah satu sisi tubuh (hemiparesis), kelumpuhan pada salah satu sisi
4. Patologi
Patologi merupakan ilmu yang mempelajari sebab-sebab dan hakikat
Gangguan peredaran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk circulus willisi yang terdiri dari arteri karotis
a. Trombotik Serebri
dan zat-zat lainnya, yang akhirnya jaringan otak menjadi mati atau
rusak.
menyumbat arteri yang lebih kecil, distal dari pembuluh darah tersebut.
ulserasi endotel, sehingga plak menjadi tidak stabil dan mudah lepas
pecah atau tetap utuh dan menyumbat pembuluh darah sebelah distal,
dan juga tergantung pada pola dan kecepatan aliran darah. Sumbatan
perdarahan 15% dari cardiac output dan memerlukan 20% oksigen yang
menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan lebih dari 9 menit,
manusia akan meninggal. Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka
iskemik.
Peranan ion Ca pada sejumlah proses intra dan ekstra seluler pada
keadaan ini sudah makin jelas, dan hal ini menjadi dasar teori untuk
mengurangi perluasan daerah iskemi dengan mengatur masuknya ion
Ca.
dengan pompa Na/K dalam membran sel dimana transpor Na dan air
sitotoksik. Hal ini terjadi akibat kerusakan dari sawar darah otak,
b. Emboli Serebri
kecil bekuan darah, tumor, lemak, udara atau substansi lainnya (Chusid,
otak secara total atau partial. Daerah jaringan otak yang disuplai oleh
mendadak.
bersumber dari jantung sendiri atau berasal dari luar jantung, tetapi
lemak pada trauma, parasit dan telurnya. Yang sering terjadi adalah
(1991) membagi berbagai tipe dari bahan emboli yang berasal dari
jantung, yaitu:
ventrikel)
emboli, yaitu:
menyebabkan emboli.
dilatasi.
media, bahkan emboli ulang pun memilih arteri ini juga, hal ini
lokal.
lisis.
c) Oedem serebri
serebri yang komplit, tidak ada aliran, tidak ada oedem. Oedem
d) Infark berdarah
Gambar 10
Stroke akibat thrombosis dan stroke akibat emboli (Binhasyim, 2007)
5. Tanda dan gejala
sangat bervariasi tergantung dari topis dan derajat beratnya lesi. Akan
tetapi tanda dan gejala yang dijumpai pada penderita post stroke secara
umum yaitu :
a. Gangguan Motorik
4) Gangguan keseimbangan.
5) Gangguan koordinasi.
b. Gangguan Sensorik
1) Gangguan propioceptif.
2) Gangguan kinestetik.
3) Gangguan diskriminatif.
6. Komplikasi
a. Pneumonia
d. Sindroma bahu
e. Spastisitas
f. Dekubitus
7. Prognosis
Prognosis pasca stroke tergantung pada topis dan derajat berat lesi,
penanganan yang cepat dan tepat, serta kerjasama tim medis dengan pasien
ditentukan oleh lokasi dan luasnya infark, juga keadaan umum pasien.
dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue
(1) trauma kepala dan leher, (2) ensepalitis dan meningitis, (3) ensefalopati
(tumor dan hematom), (5) kejang dengan gangguan saraf sementara, (6)
1993).
B. Problematik Fisioterapi
Problem Fisioterapi dibedakan menjadi 2 yaitu : (1) akibat infark otak dan
(2) akibat imobilisasi. Pada infark akan terjadi problem misalnya terjadi
penurunan kekuatan kontraksi otot, dan masih banyak lagi. Problem fisioterapi
baik kanan ataupun kiri yang berupa flaccid atau hipotonus. Selanjutnya akan
muncul pola sinergis pada kelompok otot tertentu dan spastisitas, potensial terjadi
gangguan akibat imobilisasi pada sisi yang lumpuh, kondisi ini akan diperparah
anggota tubuhnya yang lumpuh sehingga berakibat pula pada sendi. Karena sendi
terjadi kekakuan, serta otot-otot di sekitar sendi tersebut dapat mengalami atropi
atau kontraktur, karena selalu dalam keadaan menetap dan tidak terjadi kontraksi
semua ini, maka perlu diberikan latihan sedini mungkin pada penderita stroke.
1. Impairment
salingmempengaruhi.
c. Potensial terjadinya komplikasi tirah baring pada sistem
d. Functional Limitation
masyarakat.
Dari berbagai jenis metode latihan gerak fungsional bagi penderita pasca stroke
yang bisa digunakan, penulis mengangkat metode Motor relearning programme (MRP)
sebagai pendekatannya. MRP merupakan program yang melatih kembali kontrol motorik
yang berdasarkan pemahaman kinematik dan kinetik gerakan normal, kontrol dan latihan
motorik. Motor Relearning Progamme ( MRP) yang dikembangkan oleh Janet H. Carr
dan Roberta Shepherd, dua orang fisioterapis Australia pada sekitar tahun 1980-an. MRP
menjadi teknik pendekatan stroke yang terpopuler di Australia. Tujuan terapi ini adalah
melatih kontrol motorik dengan gerakan fungsional spesifik sehingga pasien dapat
melakukan gerakan fungsional sehari-hari (Carr and Shepperd, 1987). Pemberian terapi
disesuaikan dengan problematik fisioterapi yang ada dan dilakukan bertahap sesuai
dengan kondisi pasien. Dasar teori dari metode ini adalah penelitian tentang pemahaman
terhadap gerak manusia (kinematika dan kinetik), anatomi dan fisiologi saraf,
biomekanika, psikologi dan kognitif, ilmu perilaku, latihan dalam olahraga (Setiawan,
2007).
Adapun kelebihan dari metode ini adalah latihannya sangat efektif atau
individual, melibatkan partisipasi aktif dari pasien, didukung oleh bukti-bukti empiris di
latihan atau belajar yang baru, prinsip-prinsip umumnya dapat diterapkan pada pasien
1. Analisa aktifitas
yang saat itu mampu dilakukan. Pada hasil observasi ini akan didapatkan
seharusnya terjadi. Lalu terapis mencatat gerakan komponen apa saja yang
tidak ada.
saja yang hilang dalam suatu gerakan, terapis kemudian melatih pasien
untuk melakukan gerakan dari komponen yang hilang tadi. Langkah ini
latihan yang akan diberikan. Dalam memberikan latihan, instruksi dan aba
c. Keseimbangan duduk
d. Duduk ke berdiri
e. Berjalan
g. Pergerakan Tangan
fleksibilitas.
nyata. Latihan ini harus dilakukan secara konsisten agar pasien mampu
Stroke non
haemoragik
MOTOR RELEARNING
PROGAMME
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakkan pada kasus ini adalah quasi experimental
post stroke non haemoragic. Dengan criteria pasien bersedia menjadi responden
D. Assesment
1. Anamnesis
e. Riwayat pribadi
penderita.
f. Riwayat keluarga
g. Anamnesis sistem
Berdasarkan anamnesis sistem dapat diketahui tentang keluhan
2) Kardiovaskuler
3) Respirasi
4) Gastrointestinal
5) Urogenitalis
6) Musculoskeletal
7) Nervorum
2. Pemeriksaan Fisik
1) Tekanan darah
2) Denyut nadi
3) Pernapasan
4) Temperatur
Data lain:
1) Tinggi badan
2) Berat badan
b. Inspeksi
1) Inspeksi statis
c. Palpasi
d. Perkusi
e. Auskultasi
caramendengarkan.
a. Gerak pasif
sisi kanan.
b. Gerak aktif
Pasien diminta menggerakkan anggota gerak yang diperiksa
kekuatan otot pada anggota gerak atas dan bawah sisi kanan. Dilakukan
a. Fungsional dasar
Merupakan kemampuan transfer dan ambulasi, misalnya bangun
tidur, tidur miring kekanan dan kekiri, duduk, duduk ke berdiri dan
jalan.
b. Fungsional aktivitas
c. Lingkungan aktivitas
6. Pemeriksaan spesifik
TABEL 12
INDEKS BARTHEL
Nilai
No Aktivitas
Bantuan Mandiri
1 Makan 5 10
2 Berpindah di tempat tidur , duduk 5 – 10 15
ke berdiri
3 Kebersihan diri 0 5
4 Aktivitas toilet 5 10
5 Mandi 0 5
6 Berjalan di tempat datar 10 15
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian , besepatu 5 10
9 Mengontrol BAB 5 10
10 Mengontrol BAK 5 10
Jumlah 100
(Sullivan, 1986)
Penilaian :
0 – 20 : Ketergantungan penuh
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 - 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
b. Diagnosa Fisioterapi
tersebut adalah :
1. Impairment
2. Functional Limitation
a) Miring mandiri
b) Duduk bantuan
3. Disability
royong.
1. Jangka pendek
b) Meningkatkan koordinasi
2. Jangka panjang
d. Intervensi Fisioterapi
wristnya.
hari
diatas.
berdiri ke duduk
berdiri
pengulangan 8 kali
duduk
duduk
hari
sisi luar hip yang kanan dan pada kaki agar tidak
COG)
hari
diatas.
d) Latihan berjalan
8 kali
(c) Melatih kontrol lutut dan ankle untuk stance phase dan heel
strike
hari
Duus, P.,1996; Diagnostik Topik Neurologi; edisi 11, alih bahasa dr. Devy H.R.
EGC. Jakarta.
Junaidi, I., 2007; Stroke; Diakses tanggal 6/11/ 2007, dari http://www.wikimu.
com/News/displaynews.aspx?id=4030
Junaidi, I., 2006; A-Z Stroke. PT; Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Mardjono, M. dan Sidharta, P., 1989;Neurologi Klinis Dasar; Edisi Lima; Dian
Rakyat, Jakarta.
Mardjono, M. dan Sidharta, P., 1979; Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi;
Dian Rakyat, Jakarta.
Misbach, Y. dan Kalim, H., 2007; Stroke Mengancam Usia Produktif; Diakses tanggal
7/11/ 2007, dari http://www.medicastore.com/stroke/
Sullivan, 1986; Phisycal Rehabilitation: Evaluation and Treatment Procedures,
Davis Company, Philadelphia.
Pudjiastuti, S., dan Utomo, B.,2003; Fisioterapi pada Lansia; EGC, Jakarta.
Singgih, S., 2003; Sistem Saraf Sebagai Sistem Pengendali Tubuh; Diakses
tanggal 8/11/2007, dari http://ikdu.fk.ui.ac.id/SISTEM_PENGENDALI
TUBUHsas.pdf
Widjaja, D., 1994; Hipertensi dan Stroke; Diakses tanggal 7/11/2007, dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10HipertensiStroke95.pdf/10HipertensiStroke9
5.html