KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa karena
berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “kegawatdaruratan masa nifas dengan mastitis”
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Kami menyadari sebagai seorang mahasiswi yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa
yang akan dating.
Kendari, 27 februari 2021
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………..……4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………...…..4
C. Tujuan………………………………………………………………...…4
BAB II. PEMBAHASAN
A. Kegawatdaruratan Ibu Nifas dengan Mastitis……………………………..7
1. Definisi mastitis
2. Penyebab mastitis
3. Tanda dan gejala mastitis
4. Jenis-jenis mastitis
5. Faktor predisposisi mastitis
6. Patologi dan gambaran klinis mastitis
7. Pencegahan dan cara mengatasi mastitis
8. Penanganan mastitis
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Mastitis adalah reaksi systemic (seperti demam) yang terjadi 1 – 3 minggu setelah
melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu, dan putting susu lecet
atau luka.
Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama pada primpara)
dan terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran darah.
Mastitis adalan infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum semasa awal
laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui
fisura pada putting.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada
putting susu, tetapi mungkin juga mungkin juga melalui peredaran darah
(Prawirohadjo, 2005 : 701).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasinya mastitis terbagi atas:
-Mastitis periductal
-Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab
utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang
ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
-Mastitis supurativa
A. ETIOLOGI
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada
wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu
pertama setelah melahirkan.
2. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting
payudara saat menyusui
B. PATOFISIOLOGI
Biasanya mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara yang
bisa pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya adalah
payudara membesar, keras, nyeri, kulit memerah, dan membisul (abses), dan akhirnya
pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur air susu. Dapat disertai
suhu badan naik dan menggigil.
F. PENANGANAN
1. Bila terjadi mastitis pada payudara yang sakit penyusuan bayi dihentikan.
2. Karena penyebab utama adalah Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisislin
dengan dosis tinggi dapat membantu, sambil menunggu hasil pembiakan dan uji kepekaan
air susu.
3. Lokal dilakukan kompres dan pengurutan ringan dan penyokong payudara; bila panas
dan nyeri berikan obat-obat anti panasdan analgetika.
4. Bila terjadi abses lakukanlah insisi radial sejajar dengan jalannya duktus laktiferus.
Pasang pipa (drain) atau tamponade untuk mengeringkan nanah.
G. PENCEGAHAN
4. Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
10. Istirahat
11. Membatu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan
dalam kehidupannya
12. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
16. Senam laktasi (menggerakkan lengan secara berputar sehingga sendi bahu ikut
bergerak kearah yang sama guna membantu memperlancar peredaran darah dan
limfe di payudara.
Misalnya bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya dan mulai menyusui
segera setelah tampak tanda-tanda kesiapan,biasanya dalam jam pertama atau lebih
18. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Misalnya ibu harus dibantu memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI
Ibu harus tahu cara merawat payudara dan tanda stasis ASI atau mastitis sehingga
mereka dapat mengobatinya sendiri di rumah dan mencari pertolongan secepatnya
bila keadaan tersebut tidak menghilang
Pemberian pengetahuan dan keterampilan dari petugas kesehatan untuk para ibu
agar dukungan menyusui terus menerus harus tersedia di masyarakat,serta
pemberian pengobatan secar dini
Misalnya petugas kesehatan harus mencuci tangan setiap kali setelah kontak dengan
ibu dan bayi,kontak kulit dini dan rawat gabung bayi dengan ibu,pemijatan,salep
dan semprotan payudara (penisilin, klorheksidin)
22. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan
bebat tekan pada payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk
minta obat penghenti ASI pada dokter atau bidan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defenisi Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara.
Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan
nanah di dalam payudara).Mastitis adalah peradangan pada payudara. Mastitis ini dapat
terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10
dan hari ke-28 setelah kelahiran.
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras,
nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok
disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan
naik, menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada
bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.
B. Saran
Adapun saran dari penulis, antara lain :
1. Diharapkan kepada tenaga kesehatan (bidan), agar dapat mengidentifikasi dan
2. Diharapkan kepada ibu nifas agar dapat memeriksakan diri tepat waktu dan mengenal
3. Diharapkan kepada institusi, agar dapat menembah refrensi mengenai Bendungan ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Helen, Jan M. Kriebs dan Carolyn L. Gegor. 2002. Buku Saku Bidan.
Diterjemahkan oleh: Endah Pakaryaningsih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Medforth, Janet dkk. 2011. Kebidanan Oxford:Dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: EGC
Journal of Midwifery & Women's Health Breast Abscess in Lactation oleh Jennifer G.
Martin, CNM, MS. J Midwifery Womens Health. 2009;54(2):150-151
Saleha,Sitti.2009.AsuhanKebidananPadaMasaNifas.Jakarta:SalembaMedika