Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“praktik Vacum Ekstraksi”

Dosen : Hasmia naningsi, SKM, M.Kes

Mata Kuliah : Asuhan Gawat Darurat Maternal Dan

Neonatal

Nama Kelompok 19 :

Sutra Ayu (P00324019044)

Sutrini Rone (P00324019045)

Sutriwati (P00324019046)

PRODI D-III KEBIDANAN TINGKAT 1A

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha esa karena berkat
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Praktik Vacum
Ekstraksi”

Dalam menyusun makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik.

Kami menyadari sebagai seorang mahasiswi yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan dating.

Kendari, 27 februari 2021


DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………..……4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………...…..4
C. Tujuan………………………………………………………………...…4
BAB II. PEMBAHASAN
A. …………………………….5
B. Legislasi pelayanan kebidanan………………………………………….6
C. Model dasar praktik bidan
1) Sertifikasi……..……………………………………………………..6
2) Registrasi……………………………………………………………7
3) Lisensi………………………………………………………………9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….11
B. Saran……………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..12
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap wanita menginginkan proses persalinan berjalan secara normal dan melahirkan bayi
yang sempurna. Proses persalinan dipengaruhi oleh tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan
mendorong janin keluar (power) yang meliputi kekuatan uterus (his), kontraksi otot dinding
perut, kontraksi diaphragma dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passanger 
) dan faktor jalan lahir ( passage). Apabila his normal, tidak ada gangguan karena kelainan
dalam letak atau bentuk  janin dan tidak ada kelainan dalam ukuran dan bentuk jalan lahir
maka proses  persalinan akan berlangsung secara normal. Namun apabila salah satu ketiga
faktor ini mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak
adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan jalan lahir maka persalinan tidak dapat  berjalan
normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan dengan tindakan seperti dengan ektraksi
vacum dan forsep untuk menyelamatkan jiwa ibu & bayi dalam kandungannya. Hal ini sesuai
dengan Rencana Strategis Nasional yang terdapat dalam pesan kunci Making Pregnancy Safer
(MPS) yaitu : setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi
obstetrik dan neonatal mendapatkan  pelayanan yang adekuat.

Persalinan tindakan pervaginam dengan ektraksi vakum atau forsep dilakukan apabila
syarat persalinan dipenuhi dan ada indikasi. Ekstraksi vakum merupakan salah satu dari dua
instrumen tindakan obstetrik operatif yang bertujuan untuk menolong persalinan melalui jalan
lahir atau pervaginam. Alat ekstraksi vakum terdiri dari mangkok penghisap, botol vakum dan
pompa untuk membentuk tekanan negatif. Tindakan ini dilakukan untuk semua keadaan yang
mengancam ibu dan janin yang memiliki indikasi untuk menjalani persalinan pervaginam
dengan bantuan alat.

Penelitian lainnya yang dilakukan di klinik Obstetri Gynekology Kosovo didapatkan


persalinan yang menggunakan ektraksi vakum sebesar 158 atau (1,74%) dari 10742 persalinan,
dimana 121 (76,5%) dari 158 kasus ektraksi vakum tanpa memiliki riwayat aborsi, sebanyak 101
(64%) wanita dengan melakukan persalinan dengan ektraksi vakum berusia 21-30 tahun. Pada
penelitian tersebu
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Ekstraksi vakum merupakam tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena itu,
kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat
penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.
Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari
aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala
yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas
penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang
bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi) tekanan ekspresi
eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).

2. Indikasi

Kala II lama dengan presentasi kepala belakang/verteks.

3. Kontraindikasi

Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong).

Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul).

4.Syarat khusus

Pembukaan lengkap atau hampir lengkap

Presentasi kepala

Cukup bulan (tidak prematur)

Tidak ada kesempitan panggul


Anak hidup dan tidak gawat janin

Penurunan H III/III+ (Puskesmas H IV / dasar panggul)

Kontraksi baik

Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan

5.Prinsip ekstraksi vakum:

Membuat suatu caput succadeneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada
kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum.

Gambar 1. Caput Succadeneum

Gambar 2. Pemasangan cawan penghisap dalam


keadaan miring

6. Langkah-langkah klinik

A. Persetujuan tindakan

B. Persiapan sebelum tindakan

 
B.I. Pasien

1. Cairan dan slang infus sudah terpasang, Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan
dengan air dan sabun.

2. Uji fungsi dan perlengkapan perlatan ekstraksi vakum.

3. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.

4. Medikamentosa

a. Oksigen

b. Ergometrin

c. Prokain 1%

5. Larutkan antiseptik (Povidon lodin 10%)

6. Oksigen dengan regulator

7. Instrumen

a. Set partus : 1 set

b. Vakum ekstraktor : 1 setc. Klem ovum : 2

c. Cunam tampon : 1

d. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai) : 2

e. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1

B.II Penolong (operator dan asisten)

1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set

2. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang

3. Alas kaki (sepatu/”boot” karet) : 3 pasang

4. Instrumen
a. Lampu sorot : 1

b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter : 1

B.III. Bayi

1. Instrumen

a. Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah : 1 set

b. Kain penyeka muka dan badan : 2

c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1

d. Inkubator : 1 set

e. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set

f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23/ insulin (sekali pakai) : 2

g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2

h. Popok dan selimut : 1

i. Alat resusitasi bayi

2. Medikamentosa

a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%

b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB

c. Epinefrin 0,01%

d. Antibiotika

e. Akuabidestilata dan Dekstrose 10%

3. Oksigen dengan regulator

C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan

D. Tindakan
1. Instruksikan asisten untuk menyipakan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan persiapan
untuk menolong bayi telah tersedia.

2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum.

▪ Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk ke Rumah Sakit.

3. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, bersihkan darah
dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam
larutan tersebut.

4. Pakai sarung tangan DTT/Steril yang baru.

E. Pemasangan mangkok vakum

1. Masukkan mangkok vakum melalui introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar
tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage di daerah ubun-ubun kecil).

2. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisisnya dan dengan jari tengah dan
telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak
ada bagian vagina atau porsio yang terjepit di antara mangkok dan kepala.

3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tanan pemeriksaan dan tangan
penahan mangkok tetap pada posisinya.

4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secra
bertahap.

5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom) setelah 2 menit, naikkan
hingga skala 60 (silastik) atau -6 (Malmstroom) dan tunggu 2 menit.

Ingat : Jangan gunakan tekanan maksumal pada kepala bayi, lebih dari 8 menit.)

6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien harus
mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan
abdomen menjadi lebih efektif.

F. Penarikan

1. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan
penarikan dengan perineum yang baku) dilakukan pada saat kepala mendorng perineum dan
tidak masuk kembali.
2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi pada
pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak
masuk kembali.

Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya pasien dirujuk
(ingat : penatalaksanaan rujukan).

Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali, kondisi ini juga
mengharuskan pasien dirujuk.

3. Saat subosiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-
turut dahi, muka dan dagu.

G. Melahirkan bayi

1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian
gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang, kenudian lahirkan seluruh tubuh bayi.

2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan serahkan
bayi pada petugas bagian anak.

H. Lahirkan plasenta

1. Suntikkan oksigen, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat dan
mendorong uterus ke arah dorsokranial.

2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terapat bagian-bagian yang lepas atau tidak
lengkap).

3. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya (hindari percikan darah).

I. Eksplorasi jalan lahir

1. Masukkan spekulum Sim’s/L atas dan bawah pada vagina.

2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomi atau robekan pada
dinding vagina di tempat lain.

3. Ambil klem ovum sebanyak 12 buah, lakukan penjepitan secara bergantian ke arah samping,
searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.

4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomi, lakukan penjahitan dan lanjutkan ke langkah K.

5. Bila dilakukan episiotomi, lanjutkan ke langkah J.


J. Penjahitan episiotomi

1. Pasang penopang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah disiapkan dalam
tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan, submukosa dan subkutis) bagian
atas dan bawah.

2. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestasi dengan pinset bergigi.

3. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut
bawah dengan kocher.

4. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam jahit otot dan mukosa secara jelujur
bersimpul ke arah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.

5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan,
kemudian kosongkan kandung kemih.

6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan
antiseptik.

7. Pasang kasa yang dibasahi dengan Povidon lodin pada tempat jahitan episiotomi.

K. Dekontaminasi

L. Cuci tangan pascatindakan

M. Perawatan pascatindakan

1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila diperlukan.

2. Catat kondisi pasien pascatindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia
dalam status pasien.

3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan
perawatan serta laporkan segera bila pada pemamntauan lanjutan terjadi perubahan-
perubahan yang harus diwaspadai.

2.6.8.Kriteria Kegagalan Ekstraksi Vakum

1. Cawan penghisap terlepas lebih dari 3 kali saat melakukan traksi dan hal ini biasanya terjadi
oleh karena :

a. Tenaga vakum terlampau rendah (seharusnya -0.8 kg/cm2) oleh karenakerusakan pada alat
atau pembentukan caput succedaneum yang terlampau cepat ( < 0.2 kg/cm2 per 2 menit)
b. Terdapat selaput ketuban atau bagian jalan lahir yang terjepit diantara cawan penghisap
dengan kepala anak.

c. Saat melakukan traksi : kedua tangan penolong tidak bekerja secara harmonis, traksi dengan
arah yang tidak tegak lurus dengan bidang cawan penghisap atau traksi dilakukan dengan
tenaga yang berlebihan.

d. Terdapat gangguan pada imbang sepalopelvik (CPD)

2. Setelah dilakukan traksi selama 30 menit, janin belum dapat dilahirkan.

2.6.9. Komplikasi

Pada Ibu :

· Perdarahan

· Infeksi jalan lahir

· Trauma jalan lahir

Pada anak :

· Ekskoriasi dan nekrosis kulit kepala

· Cephal hematoma

· Subgaleal hematoma

· Perdarahan intrakranial

· Perdarahan subconjuntiva, perdarahan retina

· Fraktura klavikula

· Distosia bahu

· Cedera pada syaraf cranial ke VI dan VII

· Erb paralysa

· Kematian janin

2.6.10.Keunggulan ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam:


1. Tehnik pelaksanaan relatif lebih mudah

2. Tidak memerlukan anaesthesia general

3. Ukuran yang akan melewati jalan lahir tidak bertambah (cawan penghisap tidak menambah
ukuran besar bagian anak yang akan melwati jalan lahir)

4. Trauma pada kepala janin relatif rendah

2.6.11.Kerugian ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam:

1. Proses persalinan membutuhkan waktu yang lebih lama.

2. Tenaga traksi pada ekstraktor vakum tidak sekuat ekstraksi cunam.

3. Pemeliharaan instrumen ekstraktor vakum lebih rumit.

4. Ekstraktor vakum lebih sering menyebabkan icterus neonatorum.

2.6.12.Berbagai rekomendasi berkaitan dengan tindakan ekstraksi vakum :

1. Klasifikasi persalinan dengan ekstraksi vakum hendaknya menggunakan klasifikasi yang sama
dengan ekstraksi cunam.

2. Indikasi dan kontraindikasi yang dipakai dalam ekstraksi cunam hendaknya juga digunakan
pada ekstraksi vakum.

3. Ekstraksi vakum tidak boleh dilakukan pada kepala yang masih belum engage atau diatas
station 0.

4. Operator hendaknya memiliki pengalaman yang cukup dalam menggunakan peralatan


ekstraksi vakum.

5. Operator harus segera menghentikan usaha persalinan pervaginam dengan ekstraksi vakum
bila cawan penghisap terlepas sampai 3 kali saat melakukan traksi.

bahan bacaan :

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC. Williams obstetrics. 22 nd ed. 2006.Mc Graw
hill.

2. Sibai BM. Diagnosis and management of gestasional hypertension and preeclampsia. High
risk pregnancy series: an expert’s view. 2003;102:181-92
3. El – Mowafi,D. Abnormal Uterine Action. Di unduh dari :
http://www.gfmer.ch/Obstetrics_simplified/abnormal_uterine_action.htm

4. Ekstrasi vakum. 2008. Diunduh dari : www.scrib.com/doc/6502554/ekstraksi-vakum.html

5. Ekstraksi vakum. Diunduh dari : www.repository.ui.ac.id.dokumen/lihat/2162.pdf

6. Ekstraksi vakum. Diunduh dari : www.obfkumj.blogspot.com/2009/07/ekstraksi-vakum.html

7. Ekstraksi vakum. Diunduh dari : www.rafani.co.cc/2009/07/ekstraksi-vakum.html

8. Induksi dan Akselerasi Persalinan. Pada Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : 2002. Hal P 10 – P 15.

Anda mungkin juga menyukai