Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

PENGUMPULAN DATA DENGAN METODE


PARTISIPATIF

OLEH:
DOSEN : Arsufa, S.SiT, M.Keb
NAMA : HASNIATIN.L
NIM : P00324019017
KELAS: 2A D-III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
PRODI D –III JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.saya juga bersyukur atas berkat
rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat mengumpulkan bahan-
bahan materi makalah ini dari buku yang saya pelajari. saya telah berusaha semampu saya untuk
mengumpulkan berbagai macam bahan tentang  mata kuliah asuhan kebidanan komunitas
yang berjudul “pengumpulan data dengan metode partisipatif”.

            saya sadar bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu
saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu saya mohon bantuan dari para pendengar,

            Demikianlah makalah ini saya buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, saya mohon
maaf yang sebesarnya dan sebelumnya saya mengucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A.  LATARBELAKANG.............................................................................................................. 1
B.  RUMUSAN MASALAH......................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
       A.  ANALISIS SITUASI MASALAH KESEHATAN........................................................ 5
       B.  ANALISIS LINGKUNGAN KESEHATAN................................................................... 8
       C.  ANALISIS PERILAKU KESEHATAN................................................................. 9           
       D.  ANALISIS PELAYANAN KESEHATAN.............................................................. 9
       E.  METODE ANALISIS DAN PENYAMPAIAN DATA............................................ 13
F. ANALISIS SITUASI PARTISIPATIF……………………………………………….13
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 15
 A.  KESIMPULAN................................................................................................ 15
B. SARAN………………………………………………………………………15
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengumpulan Data partisipatif
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki
kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus
dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif (sebagaimana telah
dibahas pada materi sebelumnya). Sebab, kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode
pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak credible, sehingga hasil
penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian demikian sangat berbahaya,
lebih-lebih jika dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan publik.
Misalnya, jika peneliti ingin memperoleh informasi mengenai persepsi guru terhadap kurikulum
yang baru, maka teknik yang dipakai ialah wawancara, bukan observasi. Sedangkan jika peneliti
ingin mengetahui bagaimana guru menciptakan suasana kelas yang hidup, maka teknik yang
dipakai adalah observasi. Begitu juga jika, ingin diketahui mengenai kompetensi siswa dalam
matapelajaran tertentu, maka teknik yang dipakai adalah tes, atau bisa juga dokumen berupa
hasil ujian.
 Dengan demikian, informasi yang ingin diperoleh menentukan jenis teknik yang dipakai
(materials determine a means). Itu pun masih ditambah dengan kecakapan peneliti menggunakan
teknik-teknik tersebut. Bisa saja terjadi karena belum berpegalaman atau belum memiliki
pengetahuan yang memadai, peneliti tidak berhasil menggali informasi yang dalam, sebagaimana
karakteristik data dalam penelitian kualitatif, karena kurang cakap menggunakan teknik tersebut,
walaupun teknik yang dipilih sudah tepat. Solusinya terus belajar dan membaca hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis akan sangat membantu menambah kecakapan peneliti.
Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi pertisipan ini, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang tampak.
Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa, dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka. Seperti telah dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi
empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif, dan partisipasi lengkap.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud analisis situasi kesehatan ?
2. Apa yang dimaksud analisis situasi partisipatif ?
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Analisis situasi ( masalah ) kesehatan
Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yaitu bukan saja sehat dalam arti bebas
dari penyakit tetapi termasuk juga tercapainya kesejahteraan fisik, sosial dan mental.
Untuk menilai suatu kondisi kesehatan digunakan indikator-indikator yang merupakan
kesepakatan mengenai kuantifikasi fenomena kesehatan yang terjadi di masyarakat. Indikator
keadaan kesehatan dapat dibandingkan dengan standar pelayanan kesehatan, cakupan, target
program kesehatan di daerahnya (puskesmas, kabupaten, propinsi, nasional) atau dibandingkan
dengan daerah lain serta dapat dianalisa kejadian dari waktu ke waktu (trend / kecenderungan).
Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi . Analisis
ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah
menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu .
Dalam menganalisis masalah kesehatan diperlukan kemampuan untuk mengaplikasikan
metode dan konsep epidemiologi, sebab pada dasarnya ukuran-ukuran yang digunakan dalam
menggambarkan masalah atau derajat kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti
morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian).
1.      Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada
suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan
pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5
berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan
morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu
tertentu. Ada beberapa jenis angka kematian yang mempunyai kepekaan lebih terhadap masalah
kesehatan dibandingkan jenis angka kematian lainnya.
a.      Angka kematian bayi ( infant mortality rate )
Penelitian menunjukkan bahwa IMR sangat erat kaitannya dengan kualitas lingkungan
hidup, gizi masyarakat, keadaan sosial ekonomi, tingginya IMR menunjukkan bobot masalah
mengenai perinatal,: komplikasi kehamilan, perawatan kehamilan, komplikasi persalinan dan
perawatan bayi. Kematian balita sangat berkaitan dengan kualitas sanitasi rumah tangga dan
keadaan gizi anak
2.      Morbiditas
Setiap gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh seseorang dianggap sebagai
penyakit. Penyakit, sakit, cedera, gangguan dan sakit, semuanya dikategorikan di dalam istilah
tunggal MORBIDITAS. Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan pada suatu
populasi. Morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau
keberadaan suatu kondisi sakit. Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan, yaitu jumlah
orang yang sakit dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok
yang sehat atau kelompok yang beresiko. Di dalam Epidemiologi, ukuran utama morbiditas
adalah angka insidensi & prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut.
Setiap kejadian penyakit, kondisi gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka insidensi
dan angka prevalensi.
a.      Incidence rate
Incidence rate adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan . Yang
dimaksud kasus baru adalah perubahan status dari sehat menjadi sakit. Periode waktu adalah
jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga menjadi sakit.
B. Analisis lingkungan kesehatan
Aspek lingkungan adalah faktor yang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap derajat
kesehatan. Secara spesifik aspek lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu aspek lingkungan fisik, biologis, dan lingkungan sosial.
1.      Lingkungan fisik
Kinerja manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor
lingkungan fisik. Lingkungan fisik bisa berupa suhu, cuaca, manusia lain, pemandangan, suara,
bau, dan lain-lain. Yang semua aspek tersebut besar kecilnya dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit dan tingkat kesehatan masyarakat.
Analisis lingkungan fisik ini dapat dilakukan dengan mempergunakan data yang
diperoleh dari sumber-sumber data yang ada seperti Badan Meteorologi dan Geofisika, BPS, dan
lain-lain.
2.      Lingkungan biologis
Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah sanitasi, kuman penyakit,
vektor, binatang tenak, dan lain-lain. Ada berbagai jenis indikator dalam menganalisis
lingkungan bilogis seperti akses terhadap air bersih, jumlah jamban dan pembuangan sampah,
keberadaan vektor penyakit. Tergantung dari jenis datanya.
3.      Linkungan sosial-ekonomi
Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat juga sangat bermanfaat dalam
menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan.
Tingkat ekonomi masyarakat juga juga dapat menjadi indikator dari kemampuan
masyarakat untuk ikut menikmati pelayanan kesehatan. Adanya akses ke pelayanan kesehatan
saja belum dapat dijadikan jaminan bahwa mereka akan dapat pelayanan kesehatan secara
optimal.
Mengenai lingkungan sosial dapat berguna dalam menganalisis situasi kesehatan.
Misalnya secara sosial diketahui bahwa penderita penyakit kusta selalu dikucilkan dari pergaulan
karena dianggap dapat menularkan ke orang lain.
Data yang diperlukan untuk menganalisis lingkungan kesehatan diantaranya adalah
indikator ekonomi daerah seperti produk domestik bruto per kapita, perkembangan pendapatan
asli daerah, dan lain-lain. Sedangkan untuk data lingkungan sosial diperoleh dari lembaga-
lembaga yang ada dalam masyarakat seperti organisasi sosial kemasyarakatan.
C.     Analisis perilaku kesehatan
Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma
sehat.Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah tempatnya
orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma
yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan paradigma
sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan
pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.
Sumber data dan informasi tentang analisis perilaku kesehatan ini ada yang dapat dicari dai
susenas, SKRT, dan lain-lain. Dab ada pula yang dapat dicari secara kualitatif dari sumber data
yang lansung dimsyarakat seperti tokoh masyarakat, bidan, dukun dan lain-lain. Secara teknis
tidak semua indikator perilaku kesehatan in dapat didapat.
Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan Dapat menggunakan teori pengetahuan,
sikap praktek, atau health belief model atau teori lainnya .
D.      Analisis pelayanan kesehatan
Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif . Analisis ini menghasilkan data tau informasi tentang input, proses, out put dan
dampak dari pelayanan kesehatan.
Sumber-sumber data yang ada untuk analisis ini adalah sistem pencatatan dan pelaporan
terpadu puskesmas (SP2TP), sistem pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SP2RS), survey
sosial ekonomi nasional (SUSENAS), survey kesehatan rumah tangga (SKRT) dan lain-lain.
Analisis program dan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sistem, yaitu dengan memperhatikan komponen input-proses-output. Namun
karenaaspek proses dalam program dan pelayanan kesehatan sangat banyak dan berbeda-beda
antar program maka analisis lebih ditekankan pada komponen input dan output.
1.      Analisis input
Ada berbagai input upaya kesehatan, seperti tenaga, dana, fasilitas dan sarana, kebijakan,
teknologi dan lain-lain. Langkah dalam analisis input adalah merinci secara jelas input yang ada
untuk setiap jenis input baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Misalnya analisis keadaan
fasilitas kesehatan yang ada di DATI II dapat dilakukan dengan membuat daftar dari semua
fasilitas yang ada :
Keadaan fasilitas kesehatan di kabupaten “X” tahun 2012
No Jenis fasilitas Jumlah
1 Rumah sakit umum 2
2 Rumah sakit khusus 1
3 Rumah bersalin 5
4 Puskesmas DTP 11
5 Puskesmas non-DTP 27
6 Puskesmas pembantu 52
7 Poliklinik swasta 12
8 Praktek dokter 70
9 Laboratorium klinik 3
10 apotek 5

            Keadaan fasilitas RS di kabupaten “X” tahun 2012


No Nama RS Tipe Kapasitas TT kepemilikan
1 RS “A” B 125 Pemerintah
2 RS “B” C 40 ABRI
3 RS “C” C 35 Pemerintah
4 RS bersalin “A” - 10 Swasta
5 RS bersalin “B” - 25 Swasta
6 RS bersalin “C” - 15 swasta
Keadaan sumber daya tenaga kesehatan di kabupaten “X” tahun 2012
No Jenis tenaga jumlah
1 Dokter ahli 15
2 Dokter umum 52
3 Dokter gigi 14
4 Apoteker 9
5 Sarjana kesehatan masyrakat 5
6 Sarjana kesehatan lain 7
7 Paramedis perawatan 897
8 Paramedis non perawatan 205
9 Paramedis pembantu 299
10 Tenaga non kesehatan 321

Dari hasil rincian dapat dianalisis lebih lanjut tentang kecukupan tenaga kesehatan di
daerah tersebut. Indikatornya dapat berupa rasio tenaga dengan jumlah penduduk yang dilayani,
rasio dokter dengan jumlah ibu hamil dan lain-lain.
2.      Analisis ouput upaya kesehatan
Dari berbagai pelaksanaan program , dapat dilakukan analisis tentang hasil yang dicapai
dengan upaya kesehatan tersebut. Dalam analisis perlu dibedakan antara pencapaian program
dengan output program. Pencapaian program lebih bersifat statis , yaitu hanya menggambarkan
keadaan sampai suatu saat tertentu, misalnya angka pencapaian imunisasi campak yang
dinyatakan dalam % ( jumah bayi yang diimunisasi campak dibagi dengan jumlah target populasi
imunisai campak yaitu seluruh populasi bayi).
Output program lebih bersifat dinamis, yang menggambarkan berapa banyak outpu
(hasil) yang diproduksi per satuan waktu, misalnya per bulan. Dengan mengetahui output
imunisasi campak per bulan misalnya, maka akan bisa dilihat pola/ trend output selama setahun.
Trend ini pada dasarnya menggambarkan kapasitas upaya kesehatan dan akan berguna untuk
penetapan sasaran pada masa yang akan datang.

3.      Analisis peran serta masyarakat


Peran serta masyarakat sering kali menjadi faktor penting dalam keberhasilan program
kesehatan. Kesulitannya adalah bahwa belum adanya ukuran standar peran serta masyarakat
dalam program kesehatan, sehingga indikatornya tidak dapat dibandingkan dengan pengukuran
pada daerah atau waktu yang lain.
Contoh analisis peran serta masyarakat ini adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam
mengikuti posyand, rasio kader kesehatan yang aktif dan lain-lain.

4.      Analisis kebijakan pembangunan kesehatan


Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut
merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah. Perlu juga dilakukan analisis terhadap kebijakan pembangunan kesehatan, yang
sesuai dengan tingkat analisisnya masing-masing.
E.       Metode analisis dan penyampaian data
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisis data yang ada. Untuk topik
ini bahasan akan dibatasi pada metode penyampaian data dan analisis data saja. Ada beberapa
teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data. Tujuan dari analisis data adalah
untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, dan
menggunakan hasil analisis tersebut untuk memecahkan suatu masalah.
Analisis epidemiologi pada dasarnya adalah mengelompokkan kejadian penyakit pada
variabel orang, tempat, dan waktu. Dengan pengelompokan ini dapat siapa atau kelompok mana
yang menderita penyakit tertentu, sehingga identifikasi masalah dan penetapan tujuan program
dapat lebih akurat.
1.      Analisis perbandingan
Rata-rata antara dua atau lebih kelompok sampel data. asumsi mendasar dalam analisis
perbandingan adalah bahwa variabel data yang akan dibandingkan harus mengikuti distribusi
normal.Asumsi lainnya yang harus dipenuhi dalam analisis perbandingan dengan ANOVA
(Analysis of Variance) adalah homogenitas varians. Ini dilakukan melalui uji Levene's
homogenity-of-variance test.
2.      Analisis kecenderungan
Analisis kecenderungan sangat berguna dilakukan untuk melihat kecenderungan kejadian
penyakit disuatu daerah . bila pada suatu daerah yang diketahui endemis tb,paru diketemukan
bahwa prevalens penderita semakin meningkat pada tahun-tahun terakhir, maka patut dicurigai
terjadi peningkatan tingkat resistansi basil tuberculosis terhadap antibiotika.
Analisis kecenderungan juga berguna dalam melihat apakah kejadian penyakit tertentu
mempunyai kecenderungan siklus atau tidak. Dapat pula diperkirakan hubungan kejadian
penyakit dengan terjadinya kasus kasus tertentu, misalnya dengan adanya kasus kerusuhan
belakangan ini diberbagai daerah yang mengakibatkan tururnnya aktivitas imunisasi . dapat
diperkirakan terjadi peningkatan penyakit yang terkait pada masa yang akan datang.
Untuk penyampaian data dan informasi dapat berupa :
a.      Naratif
Informasi yang terkumpul dapat disajikan secara naratif. Informasi yang ada dituliskan
secara rinci dan jelas. Metode ini tepat untuk menyajikan informasi yang bersifat kualitatif.
b.      Tabel
Tabel adalah penyajian data dalam bentuk kumpulan angka yang disusun menurut
kategori-kategori tertentu, dalam suatu daftar. Dalam tabel, disusun dengan cara alfabetis,
geografis, menurut besarnya angka, historis, atau menurut kelas-kelas yang lazim.
c.       Grafik
Grafik dapat didefinisikan sebagai penyajian data berangka, suatu tabel gambar yang
dapat mempunyai nilai informasi yang sangat berfaedah, namun dari grafik yang
menggambarkan intisari informasi sekilas akan lebih efektif, grafik merupakan keterpaduan yang
lebih menarik dari sejumlah tabulasi data yang tersusun dengan baik, tujuan membuat grafik
adalah untuk memperhatikan perbandingan, informasi kwalitatif dengan cepat serta sederhana.
Ada beberapa macam grafik, dan yang paling umum di gunakan adalah grafik-grafik garis,
batang, lingkaran atau piring dan grafik bergambar. Efektivitas penggunaan grafik diantaranya:
cara penyajian, karakteristik warga belajar, tujuan pendidikan, dan teknik
F. Analisis situasi partisipatif

1. Pengertian Partisipasi

Istilah partisipasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap program pengembangan
masyarakat dimana-mana. Partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta, keterlibatan,
atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan
tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

Asngari (2001: 29) menyatakan bahwa penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya
pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang itu saling
berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta semua pihak itu
diperlukan terciptanya suasana yang bebas atau demokratis dan terbinanya kebersamaan.

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau


pengikut sertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi
seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi
tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah
suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam
pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan
tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang
mental serta penentuan kebijaksanaan.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah
suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap
kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan
dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

Bentuk partisipasi yang nyata yaitu :

- Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi


pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan

- Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,


biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas

- Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk


pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program

- Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang


dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi


Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu
program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun
ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia,
terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell (dalam Ross, 1967:
130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
- Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas
dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap,
cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia
lainnya.
- Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada
dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak
masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan
tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya
gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.
- Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap
dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang
diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
- Pekerjaan dan penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan
menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan
yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan
perekonomian.
- Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi
dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama
ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan
cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan
lingkungan tersebut.

3. Perencanaan Partisipasif

Kodrat bagi setiap orang, laki-laki maupun perempuan ingin dihargai kemampuan, harkat
dan martabatnya. Dari kenyataan tersebut maka seluruh lapisan masyarakat perlu diajak
berperanserta atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan. Melalui perencanaan
partisipatif diharapkan hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan masyarakat
secara terus-menerus. Masyarakat diberi kesempatan untuk menyyatakan masalah yang dihadapi
dan gagasan-gagasan sebagai masukan untuk berlangsungnya proses perencanaan berdasarkan
kemampuan warga masyarakat desa itu sendiri.

Dalam perencanaan partisipatif, semua warga atau kelompok dalam masyarakat pada
dasarnya berhak untuk berperan didalamnya agar dapat mengungkapkan permasalahan dan
kebutuhan mereka. Terdapat beberapa ciri khusus perencanaan partisipatif dilihat dari adanya
peran serta masyarakat dalam proses pembangunan desa. Ciri-ciri tersebut adalah :

- adanya hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan secara terus-
menerus.
- masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan
permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan berharga.
- proses berlangsungnyya berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu sendiri.
- warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan.
- warga masyarakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan perencanaan.

Terdapat 3 prinsip pokok perencanaan partisipatif dalam pembangunan masyarakat desa,


yaitu :

- belajar dari masyarakat, maksudnya bahwa perencanaan partisipatif pembangunan


masyarakat desa bertolak dari dari pengakuan dan kepercayaan akan nilai
pengetahuan tradisional masyarakat, serta kemampuan masyarakat untuk
memecahkan masalahanya sendiri.
- adanya pemandu masyaraka sebagai pelaku, dimaksudkan bahwa diperlukan peran
pemandu yang bukan sebagai ‘guru’ atau ‘penyuluh’ ataupun ‘ peneliti’ serta
menempatkan warga masyarakat sebagai narasumber utama dalam memahami
keadaannya sendiri.
- keterkaitan semua kelompok masyarakat, artinyya tidak terbatas pada kelompok-
kelompok masyarakat tertentu saja.

4. Analisis Sosial

Analisis sosial atau yang lebih akrab dikenal ansos ini merupakan sebuah proses atau mekanisme
yang akan membahas problematika-probelmatika yang terjadi pada sebuah objek analisa dan
pada akhirnya akan menghasilkan apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan atas
problematika-problematika tersebut. Dari sana kita dapat menentukan apa sebenarnya yang
dibutuhkan untuk dicarikan solusi yang tepat. Analisis sosial merupakan usaha untuk
menganalisis sesuatu keadaan atau masalah sosial secara objektif. Analisis sosial diarahkan
untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan
historis, struktural dan konsekuensi masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial,
mendalami fenomena-fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan agama.
Sehingga akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang
menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat masalah
sosial.

Inilah yang seringkali tidak dilalui oleh para problem solver. Mereka seringkali
menghasilkan solusi atas problematika yang hadir bukan berdasarkan hasil analisis
mendalam namun hanya berdasarkan dugaan yang argumentasinya lemah atau bahkan hanya
berdasarkan pada kemauannya saja. Mungkin permasalahan yang nyata di lapangan akan
terselesaikan, namun karena ia tak akan menyentuh sampai ke akarnya maka akan hadir
permasalahan-permasalahan baru atau bahkan permasalahan yang nyata tersebut tidak hilang
sama sekali.

5. Ruang Lingkup Analisis Sosial

Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks transformasi
sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan target perubahan sosial
yang direncanakan yang sesuai dengan perubahan. Secara umum objek sosial yang dapat
dianalisis antara lain ;

- Masalah-masalah sosial, seperti : kemiskinan, pelacuran, pengangguran, kriminilitas.

- Sistem sosial, seperti : tradisi, usaha kecil atau menengah, sistem pemerintahan, sistem
pertanian.

- Lembaga-lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga pedesaan.


Kebijakan publik seperti : dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU.

6. Wilayah Analisa Sosial

- Sistem-sistem yang beroperasi dalam suatu masyarakat.

- Dimensi-dimensi obyektif masyarakat (organisasi sosial, lembaga-lembaga sosial, pola


perilaku, kekuatan-kekuatan sosial masyarakat.

- Dimensi-dimensi subyektif masyarakat (ideologi, nalar, kesadaran, logika berpikir, nilai,


norma, yang hidup di masyarakat).

7. Pendekatan Dalam Analisa Sosial

- Historis : dengan mempertimbangkan konteks struktur yang saling berlainan dari


periode-periode berbeda, dan tugas strategis yang berbeda dalam tiap periode.
- Struktural : dengan menekankan pentingnya pengertian tentang bagaimana
masyarakat dihasilkan dan dioperasikan, serta bagaimana pola lembaga-lembaga sosial
saling berkaitan dalam ruang sosial yang ada.

8. Prinsip-Prinsip Analisa Sosial

- Analisa sosial bukan suatu bentuk pemecahan masalah, melainkan hanya diagnosis
(pencarian akar masalah), yang sangat mungkin digunakan dalam menyelesaikan suatu
masalah, karena analisa sosial memberikan pengetahuan yang lengkap, sehingga diha-
rapkan keputusan atau tindakan yang diambil dapat merupakan pemecahan yang tepat.

- Analisa sosial tidak bersifat netral, selalu berasal dari keberpihakan terhadap suatu ke-
yakinan. Soal ini berkait dengan perspektif, asumsi-asumsi dasar dan sikap yang diambil
dalam proses melakukan analisa. Karena pernyataan di atas, maka analisa sosial dapat
digunakan oleh siapapun.

- Analisa sosial lebih memiliki kecenderungan mengubah, tendensi untuk menggunakan


gambaran yang diperoleh dari analisa sosial bagi keperluan tindakan-tindakan mengubah,
maka menjadi sangat jelas bahwa analisa sosial berposisi sebagai salah satu simpul dan
siklus kerja transformasi.

- Analisa sosial selalu menggunakan ‘tindakan manusia’ sebagai sentral atau pusat dalam
melihat suatu fenomena nyata.

9. Analisis Situasi

Analisis situasi  merupakan tahap pengumpulan data yang ditempuh peneliti sebelum


merancang dan merencanakan  program. Analisis situasi bertujuan untuk
mengumpulkan informasi mencakup jenis dan bentuk kegiatan, pihak atau publik yang
terlibat, tindakan dan strategi yang akan diambil, taktik, serta anggaran biaya yang
diperlukan dalam melaksanakan program. Pada umumnya, proses analisis situasi terdiri dari
analisis situasi internal dan analisis situasi eksternal.

Analisis situasi internal merupakan tinjauan ulang secara menyeluruhterhadap persepsi dan


tindakan organisasi. Jenis dari analisis situasi internal adalah hubungan personal (personal
contact), informasi kunci (key informan), internet, badan pengawas (advisory board), dan
penelitian lapangan (field research).

Analisis situasi eksternal merupakan tinjauan ulang secara sistematis latar belakang masalah


yang berada di luar organisasi. Jenis dari analisis situasi eksternal mencakup
data sekunder (studi pustaka),  survei, pengamatan, dan analisis isi. Analisis situasi
sebenarnya sebuah pendekatan agar dalam proses perencanaan program kerja kita bisa
membahasnya secara sistematis dan segala informasi mengenai tahap perencanaan bisa
terklarifikasi.

Untuk menghasilkan tahap perencanaan yang maksimal maka kita perlu sebuah metode
yang tepat, salah satunya adalah analisis situasi. Analisis situasi itu sendiri terdiri atas
beberapa analisis antara lain :

- Analisis Masalah : adalah sebuah metode agar kita mampu menentukan akar masalah
dari berbagai masalah yang terjadi dalam sebuah lembaga atau realita. Segala
informasi tentang harapan dan realita dieksplorasi kemudian diklarifikasi.

- Analisis Situasi : adalah metode pendekatan dalam berupaya menggambarkan


kondisi obyektif pada sebuah lembaga atau organisasi.Untuk melakukan analisis ini
dibagi dalam beberapa klasifikasi gambaran obyektif yaitu; Strenghnes (kekuatan),
Weaknes (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Treat (ancaman). Analisis ini juga
biasa disebut dengan analisis SWOT. Pentingnya analsisis ini dalam menentukan
metode pelaksanaan program atau rencana kerja karena dengan adanya gambaran
obyektif ini maka kita tidak akan overload dalam melakukan sesuatu sehingga setiap
rencana kerja yang diputuskan dapat efektif dan efisien.

- Analisis Kebutuhan : adalah pendekatan analisis untuk memberikan gambaran


obyektif tentang kebutuhan dari suatu lembaga baik sifatnya secara kelembagaan atau
kebutuhan yang sifatnya untuk anggota. Tak bisa dipungkiri dalam menjalankan
sebuah lembaga membutuhkan banyak kelengkapan atau hal-hal yang memudahkan
jalannya suatu lembaga. Selain itu anggota dalam suatu lembaga juga pasti
mengharapkan sesuatu hal yang lembaga bisa berikan atau fasilitasi. Olehnya dengan
mengeksplorasi kebutuhan lembaga dan anggota nantinya kita bisa juga
menurunkannya dalam program dan rencana kerja.

Ketiga analisis diatas memiliki fungsi masing-masing dalam menggambarkan kondisi


organisasi dan penggambaran inilah yang kita butuhkan dalam menjalankan tahap
perencanaan. Sehingga analisis situasi berhubungan dengan analisis sosial dalam
menyelesaikan suatu permasalahan di lingkungan sosial. Ketika kita melakukan analisis
situasi kita dapat mengumpulkan informasi untuk menunjang analisis soisial sehingga kita
dapat memberikan solusi untuk permasalahan yang ada di lingkungan sosial tersebut.
Konsep dasar analisis situasi dalam perencanaan kesehatan :
- Analisis situasi adalah langkah paling awal dalam perencanaan kesehatan.
- Langkah-langkah dalam perencanaan bersifat sequential (berkesinambungan).
- Kualitas suatu perencanaan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas pelaksanaan
analisis situasi.
Tujuan analisis situasi :
- Memahami masalah secara jelas dan spesifik.
- Mempermudah menentukan prioritas masalah (diperolehnya informasi kuantitatif).
- Mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah (diperolehnya informasi
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masalah).

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau


pengikut sertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi
seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi
tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah
suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam
pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan
tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang
mental serta penentuan kebijaksanaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
seseorang dalam berpartisipasi, yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan , pengghasilan,
dan lamanya tinggal.

Analisis sosial atau yang lebih akrab dikenal ansos ini merupakan sebuah proses atau
mekanisme yang akan membahas problematika-probelmatika yang terjadi pada sebuah objek
analisa dan pada akhirnya akan menghasilkan apa sebenarnya yang menjadi akar permasalahan
atas problematika-problematika tersebut. Dari sana kita dapat menentukan apa sebenarnya yang
dibutuhkan untuk dicarikan solusi yang tepat. Secara umum objek sosial yang dapat dianalisis
antara lain masalah sosial, sistem sosial, dan lembaga-lembaga sosial.

Analisis situasi  merupakan tahap pengumpulan data yang ditempuh peneliti sebelum


merancang dan merencanakan  program. Analisis situasi bertujuan untuk
mengumpulkan informasi mencakup jenis dan bentuk kegiatan, pihak atau public yang terlibat,
tindakan dan strategi yang akan diambil, taktik, serta anggaran biaya yang diperlukan dalam
melaksanakan program. Pada umumnya, proses analisis situasi terdiri dari analisis
situasi internal dan analisis situasi eksternal.

3.1 Saran

Dengan ini diharapkan para bidan dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan dalam komunitas
secara partisipasif dengan melakukan analisis situasi dan sosial terlebih dahulu. Sehingga dalam
penerapannya masyarakat tidak hanya dijadikan objek perubahan yang telah terkonsep, namun
juga ikut serta dalam segala aspek yang akan diubah dan dijalankan mereka kelak. Karena
dengan begitu makna partisipasif akan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai