PENDAHULUAN
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat,
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dapat menjadi tempat penularan
kesehatan. Terkait hal tersebut, untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan
seperti rumah sakit harus memperhatikan faktor kesehatan lingkungan rumah sakit
akan mengahasilkan produksi limbah yang sangat kompleks. Dimana limbah yang
dihasilkan setiap harinya sangat banyak dan seringkali bersifat toksik, terutama
2002).
Limbah padat medis ialah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
memiliki sifat infeksius dan toksik. Sedangkan limbah padat non medis berasal dari
dapur, kantor rumah sakit, halaman, ruang - ruang perawatan, radiologi atau hasil
kegiatan lain yang tidak mengandung bahan infeksius, beracun atau bahan berbahaya
(Arifin, M. 2005).
ruang ICU, ICCU, ruang perawatan/ rawat inap, IGD, laboratorium, instalasi farmasi,
menghasilkan limbah seperti jarum suntik, kassa verban, ampul, infus set, obat
kadaluarsa, sisa bungkus obat, pot urine, jaringan tubuh, sarung tangan dan masih
dengan limbah padat non medis, termasuk pemisahan dan pengumpulan limbah padat
medis berdasarkan karakteristik. Pemisahan limbah padat medis sejak dari ruangan
petugas kebersihan lingkungan, pasien maupun tamu yang berkunjung (Depkes RI,
2004).
International Commite of The Red Cross dan keputusan Menteri Kesehatan Republik
seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 376.089 ton/hari.
Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk
penularan penyakit terhadap petugas yang bekerja di rumah sakit maupun masyarakat
yang berada di sekitar rumah sakit (Direktorat Jenderal PPM & PL dan Direktorat
Data dari Badan Lingkungan Hidup dan Energi Sumber Daya Mineral (LH-
ESDM) Kota Medan mencatat sebanyak 82 rumah sakit yang ada di Medan, hanya 36
rumah sakit memiliki dokumen Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan jika tidak
dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai masalah seperti gangguan
pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit, faktor perilaku seperti faktor
pendukung (enabling factor) terdiri dari: kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
pengelolaan limbah di rumah sakit dan faktor pendorong (reinforcing factor) terdiri
dari: pengawasan pimpinan, peraturan rumah sakit dan sistem informasi pengelolaan
Risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat terjadi terhadap
petugas, jika petugas tidak melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan persyaratan
padat medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun dan buangan
yang terkena benda-benda tajam terhadap petugas pengelola limbah padat medis di
rumah sakit. Penyakit yang dapat timbul seperti penyakit HIV/AIDS, hepatitis B dan
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010).
pekerja, 3 juta diantaranya terpajan patogen darah (2 juta pekerja terpajan virus HBV,
0.9 juta pekerja terpajan virus HBC dan 170.000 pekerja terpajan virus HIV/AIDS.
jiwa.
Di luar negeri seperti USA (per tahun) terdapat 5000 petugas kesehatan
terinfeksi Hepatitis B dan 47 orang positif terkena penyakit HIV dan setiap tahunnya
dilaporkan 600.000 – 1.000.000 pekerja terkena luka tususk jarum (diperkirakan lebih
dari 60% tidak dilaporkan). Dan di Indonesia (1998) mencatat kecelakaan akibat
kerja yang disebabkan karena tertusuk jarum suntik sekitar 41%, terdapat 65.4%
petugas pembersih rumah sakit (cleaning service) menderita Dermatitis Kontak Iritan
Kronik Tangan.
dilakukan oleh Risca (2008), dimana diketahui bahwa pengelolaan limbah padat
sangat berhubungan dengan kualitas pengelolaan lingkungan rumah sakit. Selain itu
dalam penelitian ini juga diketahui bahwa perilaku yang baik dari petugas
pengelolaan rumah sakit berkaitan erat dengan upaya pengelolaan limbah rumah sakit
yang baik. Hasil penelitian Tarigan (2008), menjelaskan bahwa variabel kebijakan
rumah sakit dengan limbah padat medis merupakan faktor yang dominan berpengaruh
terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah padat medis di RSU Dr. Pirngadi
Kota Medan.
sistem pengelolaan sampah medis rumah sakit tersebut belum memenuhi syarat. Hal
ini terjadi selain disebabkan karena kurang tersediannya sarana dan prasarana
pendukung upaya pengelolaan limbah sampah medis, juga disebabkan oleh perilaku
Hanya 36,5% petugas pengelolaan sampah medis yang menunjukkan perilaku yang
padat medis yang baik, dimulai dari sumber hingga pengelolaan, yang meliputi
untuk mengangkut limbah padat medis baik medis maupun non medis tidak boleh
sama dengan alur petugas diet dan pasien termasuk penggunaan lift juga tidak
Rumah sakit umum Permata Bunda Medan merupakan rumah sakit swasta.
Memiliki visi yaitu melakukan pelayanan yang ramah dan bermutu. Dari survei
tempat limbah sementara dilakukan oleh cleaning servis dan untuk pengelolaan
limbah padat medis bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. ARA yang berada di
Jl. Air Bersih SM Raja Medan, kemudian pemusnahan limbah dengan incinerator
dilakukan PT. ARA di daerah Tj. Morawa Deli Serdang Sumatera Utara. Pengelolaan
yang dilakukan oleh cleaning servis yaitu masih didapati limbah padat medis
bercampur dengan limbah padat non medis, masih terdapat petugas cleaning servis
yang tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap saat mengangkut sampah seperti
tidak menggunakan masker, tutup kepala, pelindung mata, sarung tangan khusus dan
tidak menggunakan baju khusus. Sehingga risiko kecelakaan kerja yang terjadi yaitu
masih terdapat cleaning service yang tertusuk jarum suntik sebanyak 18 orang
(40,0%) dari 45 petugas cleaning service saat melakukan pengangkutan limbah padat
padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan tahun
mengelola limbah padat medis mulai dari sumber hingga pengolahan akhir yang
1.2 Permasalahan
permasalahan dalam penelitian ini adalah perilaku petugas cleaning service yang
kurang baik dalam pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan.
maka setiap petugas harus mengetahui prosedur pengelolaab limbah padat medis
petugas cleaning servis terhadap pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko
1.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara karakteristik dan
perilaku petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah padat medis terhadap
padat medis.
di RSU Permata Bunda Medan. Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai data
Sebagai masukan bagi pihak manajemen RSU Permata Bunda Medan dalam
di rumah sakit.